UPAYA
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL
THROWING SISWA
KELAS
XII IPA-1 SMAN 1 ...................
KABUPATEN
...................
TAHUN
PELAJARAN 2014/2115
Diajukan pada Penilaian Angka
Kredit
Unsur Pengembangan Profesi Guru untuk Kenaikan Pangkat
dari Golongan ….. ke ……
Oleh
…………………………………..
NIP . ……………………..
SMA
NEGERI 2 BANDAR
Jl........................................................... Kode Pos ...........
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
1. a.
Judul Penelitian : Upaya
Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Seni Tari melalui
Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Siswa Kelas XII IPA-1 SMAN 1 ................... Kabupaten ...................
Tahun Pelajaran 2014/215
b. Bidang
Ilmu : Seni
c.
Kategori Penelitian : Teknik
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ………………………….
b.
NIP : …………………………….
c. Pangkat / Golongan : …………….
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMAN 1 ...................
f.
Tempat Penelitian : SMAN
1 ...................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan
…………..)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas
Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP.
…………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING SISWA
UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING SISWA
KELAS
XII IPA-1 SMAN 1 ...................
KABUPATEN
...................
TAHUN
PELAJARAN 2014/2115
Oleh
…………………………………..
NIP . ……………………..
ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa XII IPA-1
SMAN 1 ................... pada pembelajaran seni tari dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Metode penelitian tindakan kelas ini ditempuh
dalam dua siklus. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan menggunakan analisa deskriptif komparatif, yang memaparkan dan
membandingkan data hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa Minat siswa
mengalami peningkatan pada tiap siklus. Dari kondisi awal sebesar 3 siswa
(15%), pada siklus I meningkat menjadi
12 siswa atau 60% dan meningkat menjadi 19 siswa atau 95% pada siklus
II. Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah lebih mendengarkan,
memperhatikan penjelasan guru dengan seksama, berani mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan dengan tepat, mengelompok secara heterogen dan lebih aktif
dalam berdiskusi maupun kegiatan pembelajaran Snowball Throwing. Hasil belajar
siswa mengalami peningkatan, nilai rata-rata
pada kondisi awal sebesar 56,50,
siklus I sebesar 64,50 meningkat menjadi 74,50 pada siklus II. Dengan persentase ketuntasan belajar pada
kondisi awal 2 siswa atau 10%, siklus I
sebesar 10 siswa atau 50% dan 90% atau
18 siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar seni tari dan menuntaskan siswa kelas XII IPA-1 SMAN 1 ................... Tahun Ajaran
201../201.
Kata kunci: Hasil Belajar, Model Snowball Throwing
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga tugas penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Seni Tari melalui Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Siswa Kelas XII IPA-1 SMAN 1 ................... Kabupaten ...................
Tahun Pelajaran 2014/215” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini sebagai persyaratan pada Penilaian Angka Kredit Unsur Pengembangan Profesi Guru untuk Kenaikan
Pangkat dari Golongan ….. ke …..
Sepenuh hati penulis menyadari bahwa tersusunnya
karya ini bukan semata-mata karena kemampuan dan usaha penulis, namun juga
berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:
1.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
2.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
3.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
4.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
Semoga amal ibadah baik Bapak, Ibu, serta teman-teman mendapat balasan
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena terbatasnya pengetahuan, penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang dapat digunakan sebagai pijakan berikutnya..
........., ...................................
Penulis
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangMasalah...........................................................
B.
Identifikasi Masalah................................................................
C.
Batasan Masalah ....................................................................
D.
RumusanMasalah....................................................................
E.
TujuanPenelitian......................................................................
F.
ManfaatPenelitian...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teoritis.........................................................................
B.
Kerangka Berpikir...................................................................
C.
Hipotesis Tindakan.................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian ....................................................................
B.
Tempat dan Waktu Penelitian.................................................
C.
Subjek dan Objek Penelitian...................................................
D.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data......................................
E.
Teknik Analisa Data................................................................
F.
Prosedur Penelitian.................................................................
G.
Kriteria Keberhasilann Tindakan............................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Hasil Penelitian.......................................................
1.
Kondisi Awal.....................................................................
2.
Siklus I...............................................................................
3.
Siklus II..............................................................................
B. Pembahasan.............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa.........
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Belajar....................................................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Minat Belajar
siswa Pada Kondisi Awal
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi
Awal.................
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Minat belajar
siswa Pada Siklus I
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus
I...........................
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Minat belajar
siswa Pada Siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus
II.........................
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Minat belajar
siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pada Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian.........................................................
Gambar 3.1 Model
Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2012: 16)..........
Gambar 4.1 Peningkatan Hasil Pengamatan Minat belajar siswa Pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II..................................................................................................
Gambar 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pada Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan
Penelitian
Lampiran 3 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 4 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 5 Instrumen Pengumpulan
Data
Lampiran 6 Analisis Data Hasil
Penelitian
Lampiran 7 Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 Daftar Hadir Peneliti dan Observer
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan
Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam
mengapresiasi karya seni masih kurang. Kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi
karya seni baru pada tahap penerimaan (mengamati, menyenangi karya seni),
sangat sedikit yang mampu memberikan tanggapan secara rasional terhadap karya
seni. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai fungsi seni bagi kehidupan kurang
disadari, padahal kehadiran karya seni dalam berbagai aspek kehidupan dirasakan
sangat penting dan tidak dapat kita pisahkan kehadirannya. Fenomena rendahnya tingkat
apresiasi masyarakat terhadap karya seni diperkuat pandangan Hamdan (2001:1)
bahwa masalah kekurangtahuan masyarakat terhadap keragaman produk seni rupa
disebabkan oleh karena fasilitas untuk mensosialisasikan karya seni (pada
umumnya) jauh dari mencukupi, disamping kurangnya wacana apresiasi di kalangan
masyarakat sendiri.
Seiring dengan masih rendahnya tingkat
apresiasi seni di masyarakat dalam konteks pendidikan seni pada jenjang
pendidikan formal ditentukan sikap apriori dari berbagai pihak. Mata pelajaran
ini hanya dipandang sebagai pelengkap saja. Padahal tanpa kita sadari bahwa
dalam praktek kehidupan, kita tidak bisa lepas dari aspek berkesenian.
Khisbiyah dan Sabardila (2004:xi) menegaskan bahwa pendidikan seni di tingkat
pendidikan dasar dan menengah (SD sampai SMU) ditenggarai telah mengalami
keterpinggiran dalam tiga hal: 1) pendidikan seni dianggap lebih rendah dari
pada jenis pendidikan atau mata pelajaran lain, sebagai akibatnya kesenian
dijadikan mulok, jumlah jam terbatas; 2) pendidikan seni seringkali tidak
diberikan secara profesional, pendidikan seni dilakukan oleh guru yang tidak
berlatar belakang pendidikan kesenian sehingga hanya menekankan aspek teoritis,
dengan mengabaikan praktek atau pengalaman berkesenian; dan 3) pendidikan seni
tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk buku
rujukan dan perlengkapan atau peralatan kesenian, sehingga tidak memungkinkan
terjadinya proses penghayatan dan pergaulan dengan seni yang lebih mendalam,
penggalian potensi, dan pengembangan kreativitas seni peserta didik.
Peran guru dalam proses pencapaian
tujuan belajar memiliki andil yang besar selain sebagai pendidik dan pengajar,
guru juga sebagai fasilitator dan motivator. Begitu juga dalam pembelajaran
tari guru harus berusaha memotivasi siswanya agar pembelajaran tari diminati
karena pembelajaran Seni Tari di Sekolah Menengah Pertama ini pada intinya
bukan mencetak dan mendidik siswanya menjadi seorang penari, tetapi lebih
kepada pemenuhan kebutuhan atau ranah ketrampilan (psikomotorik),
pembentukan sikap (afektif) dan pengetahuan (kognitif). Oleh
karena itu melalui pembelajaran tari di sekolah diharapkan mampu membentuk
karakter siswa sesuai dengan yang diharapkan yaitu siswa termotivasi minatnya
untuk belajar, berdisiplin, bertanggung jawab, menghargai hasil karya orang
lain, mempunyai sensitivitas yang tinggi, bersosialisasi dengan lingkungan
secara baik dan sebagainya.
Pembelajaran tari di SMAN 1 ...................
ini wajib diikuti siswa, maka sebagai peneliti harus memberikan materi yang
benar-benar bisa diterima baik siswa putra maupun putri, hal ini di maksudkan
agar pembelajaran efektif dan siswa termotivasi untuk mengeluarkan ide dan
pendapatnya baik pada saat apresiasi ataupun berkreasi gerak. Untuk itu
hendaknya guru dapat memperhatikan pembelajaran tari di sekolah sesuai dengan
perkembangan psikologis anak, serta memberikan materi yang mudah dicerna, di
pahami, dan dikuasai anak.
Bila terjadi proses pembelajaran kurang
optimal bisa disebabkan karena pembelajaran yang kurang mempertimbangkan
karakteristik siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Karli dan Margaretha
(2004:6) bahwa : “ Pembelajaran di kelas masih menggunakan metoda ceramah dan
tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi langsung dengan benda benda konkret ataupun model artifisial”.
Pembelajaran dimaksudkan sebagai proses
interaksi antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran adalah suatu cara untuk menjadikan orang belajar, artinya
terjadi proses memanipulasi lingkungan untuk memberi kemudahan orang belajar,
untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mengarah
kepada ranah psikomotor, afektif dan kognitifnya. Begitu juga dalam
pembelajaran seni tari diharapkan adanya jalinan interaksi yang baik antara
siswa dengan guru serta lingkungan, sehingga ketiga ranah di atas dapat dicapai
secara maksimal.
Di SMAN 1 ................... ini
meskipun pembelajaran tari diberlakukan bagi semua siswa, tapi pada
kenyataannya peneliti masih kesulitan dalam mengkondisikan kelas, khususnya
kelas XII IPA-1, hal ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa. Begitu
pula dengan siswa kelas XII IPA-1menunjukan sikap kurang berminat dalam
mengikuti pembelajaran tari. Selain itu umumnya pembelajaran tari hanya diikuti
atau diminati oleh beberapa siswa saja, hal ini salah satunya disebabkan karena
pelajaran tari dianggapnya tidak penting karena tidak masuk dalam katagori mata
pelajaran yang diujikan secara nasional sehingga ada kecenderungan pada
sebagian orang menganggap sepele pada pembelajaran tari.
Beberapa siswa beranggapan bahwa
pelajaran menari hanya diperuntukkan bagi anak yang mempunyai bakat menari
saja, bagi yang kurang berbakat dirasakan akan sangat memberatkan. Sebagai
seorang guru tari dalam melaksanakan kewajibannya bukan hanya sekedar melakukan
kegiatan rutin saja, tetapi juga melaksanakan aktivitas yang dinamis dengan
berusaha memberikan pemahaman kepada siswa akan pentingnya pembelajaran seni
tari untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan motorik siswa.
Sehubungan dengan hal di atas, maka
keberhasilan seorang guru dalam menumbuhkan minat siswa pada suatu pembelajaran
merupakan modal utama dalam menciptakan suasana belajar, karena jika minat
siswa terhadap suatu bidang studi tertentu sudah tertanam dalam dirinya, maka
ia akan selalu berupaya untuk mencari tahu lebih jauh. Dengan mempelajari
banyak hal yang diminatinya, maka ia akan lebih memahami dan mengerti bahkan
mampu manguasai bidang yang didalaminya
Dalam hal ini ditegaskan pula oleh
Imansyah Alipandie (1984:16) bahwa : Jika minat siswa dapat dibangkitkan untuk
kemudian seluruh perhatiannya dapat dipusatkan kedalam bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru, maka keadaan kelas akan lebih tenang sebab siswa tidak akan
mempunyai kesempatan melakukan pelanggaran ketertiban kelas. Dengan demikian
pelajaran dapat berfungsi dengan baik, mudah diterima dan dimengerti oleh siswa
untuk ditimbulkan kembali. Minat memiliki peranan cukup besar dalam belajar,
tanpa adanya minat, kemungkinan besar siswa tidak akan berhasil dalam kegiatan
belajar tersebut karena sesuatu yang menarik minat tentu akan menarik
perhatiannya, sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran melalui pendekatan tari bertema ini, ialah agar siswa aktif dan
kreatif baik dalam mengeksplor gerak tari sesuai dengan ide dan gagasan yang
diamati siswa, baik pengamatan tentang alam sekitar, kehidupan sehari-hari,
aktivitas manusia, perangai binatang, dan sebagainya, sebagai contoh melalui
pengamatan terhadap perangai seekor burung merak yang sedang bercengkrama,
diharapkan siswa mampu menampilkan kreativitasnya dengan mengeksplor gerak
hingga menjadi sebuah gerak tari. Kemudian ditampilkan di muka kelas secara
kelompok, dengan bimbingan dan arahan guru melalui gerak-gerak bertema,
sehingga siswa bisa terpancing keaktifannya. Selain itu melalui pengamatan
aktivitas kehidupan sehari-hari yang dijadikan ide penciptaan gerak, siswa
mampu berkreasi gerak tari tani, tari bercocok tanam, tari tenun, tari nelayan,
dan lain sebagainya. Proses penciptaan tari bertema yang dimulai dari sebuah
ide dan pengamatan alam sekitar yang dapat dikembangkan melalui berbagai macam
bentuk gerak, kemudian dieksplorasi melalui unsur-unsur tari yaitu ruang,
tenaga, dan tempo. Proses penciptaan tari bertema melalui ide siswa dengan
hasil kreativitasnya diharapkan mempunyai makna atau nilai yang bermanfaat bagi
dirinya, yaitu dengan melakukan proses pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangannya
menuju kedewasaannya, memahami nilai hidup dan melakukan aktivitas sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Data hasil pra kegiatan menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 70, hanya 2
siswa yang mampu melampaui KKM dan selebihnya yaitu 18 siswa belum dapat
mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Hasil tersebut menunjukkan adalah
permasalahan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga memerlukan
tindakan khusus untuk mengatasinya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka
diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk
mendapatkan pengalaman belajar. Yaitu metode yang memuat pengalaman belajar dan
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat
memuat keaktifan dan pengalaman belajar siswa tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing. Prinsipnya model pembelajaran kooperatif tipe ini membagi siswa
menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mempunyai satu orang ketua
yang akan bertugas untuk menjelaskan materi yang diberikan guru kepada anggota
kelompoknya. Lalu tiap siswa menulis satu pertanyaan dan dilempar seperti bola
salju kepada siswa yang lain. Selain itu pembagian kelompok ini bertujuan agar
siswa dapat berkolaborasi dengan teman, lingkungan dan guru sehingga diharapkan
setiap siswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang siswa untuk
belajar baik belajar dari guru maupun belajar dari siswa yang lain.
Berdasarkan paparan di atas peneliti
menyikapi masalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran praktek tari,
merupakan permasalahan yang harus diatasi agar proses pembelajaran tercapai
secara maksimal. Untuk itu maka melalui pembelajaran dengan pendekatan tari
bertema ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa. Sehubungan dengan hal
tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh melalui penelitian
yang berjudul “ Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Seni Tari melalui Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Siswa Kelas XII IPA-1 SMAN 1 ...................
Kabupaten ................... Tahun Pelajaran 2014/215”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah terdapat
beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun-masalah tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya
khususnya seni tari masih rendah
2. Rendahnya aktivitas (keterlibatan) siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
3. Belum berkembangnya keterampilan proses pada siswa.
4. Pembelajaran seni budaya khususnya seni tari yang didominasi oleh
metode ceramah dan model pembelajaran yang digunakan belum bervariasi.
C. Batasan Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan judul
sangat luas, sehingga tidak mungkin permasalahan yang ada dapat terjangkau dan
terselesaikan semua. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan dan pemfokusan
masalah sehingga yang diteliti lebih jelas dan kesalahpahaman dapat dihindari.
Untuk itu perlu dibatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti adalah “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Seni Tari Siswa Kelas XII IPA-1
SMAN 1 ................... Kabupaten ................... Tahun Pelajaran
2014/215”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu :
1. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan minat belajar Seni Tari Siswa Kelas XII IPA-1
SMAN 1 ................... Kabupaten ................... Tahun Pelajaran
2014/215?
2. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar Seni Tari Siswa Kelas XII IPA-1
SMAN 1 ................... Kabupaten ................... Tahun Pelajaran
2014/215?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa XII IPA-1 SMAN 1 ................... pada pembelajaran
seni tari dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan
bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran khususnya pada
kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas XII IPA-1 pada pembelajaran seni tari.
Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya :
1. Manfaat Teoretis
Memberikan sumbangan pikiran sebagai
pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian khususnya dalam upaya peningkatan
prestasi belajar melalui model pembelajaran kooperatif
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dapat memberikan pengalaman menarik dan bermakna di dalam
mengikuti pembelajaran seni budaya khususnya seni tari.
2) Peningkatan pemahaman pembelajaran seni budaya khususnya seni tari
berupa konsep berfikir siswa melalui tahapan mengamati, menganalisis dan
akhirnya dapat mengapresiasi sebuah karya seni khususnya seni tari dengan baik.
b. Bagi guru
1) Melalui PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang dihadapi di
sekolah mengenai model pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran seni budaya khususnya seni tari.
2) Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa
menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar.
3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan
segala sumber daya kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan.
c. Bagi Sekolah
1) Sekolah mampu mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk
peningkatan pemahaman belajar siswa
2) Dapat digunakan sebagai alternatif dalam menentukan strategi dalam
memberikan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan salah satu aspek psikis
yang dapat mendorong manusia mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat
terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian atau merasa senang yang
lebih besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak
menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas objek
tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang
seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat seseorang
tersebut. Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang itu (Winkel, 1984: 30). Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya tetap di
dalam diri subjek atau seseorang yang sedang mengalaminya atas suatu bidang
atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau hal tersebut,
sehingga seseorang mendalaminya.
Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa
suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut-paut dengan
dirinya (Witherington, 1983: 135), merupakan suatu kesadaran yang ada pada diri
seseorang tentang hubungan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar
dirinya. Hal-hal yang ada di luar diri seseorang, meskipun tidak menjadi satu,
tetapi dapat berhubungan satu dengan yang lain karena adanya kepentingan atau
kebutuhan yang bersifat mengikat.
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan tersebut. Dalam diri manusia
terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar, motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate
and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan
terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu tersebut.
Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik (Purwanto, 2007: 56). Minat, mampu memberikan dorongan kepada
seseorang untuk berinteraksi dengan dunia luar yang sekiranya menarik untuk
diketahui, menjadikannya memiliki semangat tinggi untuk mengetahui sesuatu yang
telah menarik hatinya. Minat bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh
seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan
(Singer, 1991: 93).
Minat yang telah ada dalam diri
seseorang bukanlah ada dengan sendirinya, namun ada karena adanya pengalaman
dan usaha untuk mengembangkannya. Minat dapat timbul karena daya tarik dari
luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu
merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau
tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah (Dalyono, 1996: 56-57). Dalam usaha untuk memperoleh
sesuatu, diperlukan adanya minat. Besar kecilnya minat yang dimiliki akan
sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan yang mengarahkan manusia terhadap
bidang bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun.
Minat pula yang mengarahkan manusia untuk berprestasi dalam berbagai hal atau
bidang yang ia sukai dan tekuni. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu
hal atau bidang tertentu, maka ia akan senantiasa mengarahkan dirinya terhadap
bidang tersebut dan senang menekuninya dengan sungguh- sungguh tanpa adanya
paksaan.Apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam
mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat
mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya
apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia
akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut.
Menurut Nasution (2000: 34) belajar
sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian,
berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan belajar tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik. Berhasil atau tidaknya perubahan baik itu tergantung pada siswa itu sendiri dan tergantung pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
disebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian,
berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan belajar tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik. Berhasil atau tidaknya perubahan baik itu tergantung pada siswa itu sendiri dan tergantung pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa
Minat belajar adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa terhadap
bidang-bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari
siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan,
ketrampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, logika berpikir, komunikasi, dan kreativitas. Merupakan ketertarikan atau kesenangan pada suatu pelajaran sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku pada diri siswa yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Minat belajar adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa terhadap
bidang-bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari
siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan,
ketrampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, logika berpikir, komunikasi, dan kreativitas. Merupakan ketertarikan atau kesenangan pada suatu pelajaran sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku pada diri siswa yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Aspek-aspek Minat Belajar
Menurut Hurlock (1990:422) Mengemukakan bahwa
minat memiliki dua aspek yaitu:
1) Aspek kognitif
Aspek
ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang
berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas
pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.
2) Aspek afektif
Aspek
afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam
sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai
peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang. Berdasarkan uraian
tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran IPS yang dimiliki seseorang bukan
bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan
penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika
proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah
positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
c. Indikator Minat Belajar
Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang
berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
d. Faktor- faktor yang mempengaruhi minat belajar
Dengan minat yang tinggi tentunya akan
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Apabila siswa mempunyai minat
yang tinggi terhadap amat pelajaran,
prestasi belajar pun akan tinggi pula. Hal ini juga dapat dilihat dengan
apabila ptrestasi siswa tersebut tinggi tentunya siswa tersebut mempunyai minat
yang tinggi pula. Sehingga dapat dilihat minat mempunyai hubungan dengan
prestasi belajar. Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat
terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan
tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
minat belajar siswa antara lain :
1) Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila
disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P.
Tampubolon (1993: 41) minat merupakan “perpaduan antara keinginan dan kemampuan
yang dapat berkembang jika ada motivasi”. seorang siswa yang ingin memperdalam
Ilmu Pengetahuan sosialnya tentang tokohtokoh dalam kemerdekaan indonesia
misalnya, tentu siswa tersebutakan terarah minatnya untuk membaca buku-buku
tentang sejarah kemerdekaan Indonesia, mendiskusikannya, dan sebagainya.
2) Belajar
Minat dapat diperoleh melalui belajar,
karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran
tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran
tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari
pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan
Ny. Singgih D.G (1989: 68)bahwa “minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui
dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak
belajar semakin luas pula bidang minat”.
3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru
Faktor yang dapat membangkitkan dan
merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada
siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh
siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik
minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Slameto (1991: 187) bahwa “Minat mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya”.
4) Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam
keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat
seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat
berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat
diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.
5) Teman Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat
terpengaruh
arahminatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya.
Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam
pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas
bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang
merekaalami. Apabila seseorang bergaul dengan orang yang berkepribadian baik tentu orang tersebut akan terpengaruh menjadi baik pula. Begitu pula dalam hal minat, orang yang bergaul dengan orang yang mempunyai minat yang besar dalam belajar tentu orang tersebut juga dapat terpengaruh. Karena teman pergaulan sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa.
arahminatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya.
Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam
pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas
bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang
merekaalami. Apabila seseorang bergaul dengan orang yang berkepribadian baik tentu orang tersebut akan terpengaruh menjadi baik pula. Begitu pula dalam hal minat, orang yang bergaul dengan orang yang mempunyai minat yang besar dalam belajar tentu orang tersebut juga dapat terpengaruh. Karena teman pergaulan sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa.
6) Lingkungan
Melalui pergaulan seseorang akan
terpengaruh minatnya. Hal ini
ditegaskan oleh pendapat yang dikemukaakn oleh Crown L dan A. Crow (1988: 352) bahwa “minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal”.Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam
dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itusendiri serta jasmani dan rohaninya.
ditegaskan oleh pendapat yang dikemukaakn oleh Crown L dan A. Crow (1988: 352) bahwa “minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal”.Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam
dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itusendiri serta jasmani dan rohaninya.
7) Cita-cita
Setiap manusia memiliki cita-cita di
dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar
siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang
dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar
dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat rintangan, seseorang
tetap berusaha untuk mencapainya.
8) Bakat
Melalui bakat seseorang akan memiliki
minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki
bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal
menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia
akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu,
dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya
disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9) Hobi
Bagi setiap orang hobi merupakan salah
satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya
timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya.
Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.
10) Media Massa
Apa yang ditampilkan di media massa,
baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang
khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut
istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak
dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.
11) Fasilitas
Berbagai fasilitas berupa sarana dan
prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan
pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang
mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk
menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat
pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota
besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat yang sudah ada
dalam diri anak tersebut.
2. Hasil Belajar
Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6-7),
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain
kognitif adalah knoledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respons), valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine dan
rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik,
fisik, sosial, manajerial dan intelektual. Selain itu Suprijono (2011: 5),
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.
Selanjutnya Gagne (dalam Suprijono,
2011: 5-6) hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas
kognitif yang bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasakan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Menurut Anni (2004: 4), hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Sementara menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2011: 7), hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Pengertian di atas dapat disimpulkan oleh
peneliti bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang
dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
Lima kategori hasil belajar yang
sikemukakan oleh Gagne (dalam Sudjana, 1990: 22), yakni: informasi verbal,
kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sedangkan
yang dikutip dari Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan
kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu:
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
sosial IPS, faktor fisik dan psikis.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan,
terutama kualitas pengajaran.
Sedang hasil belajar yang dicapai siswa
menurut Sudjana (1990: 56) melalui proses belajar mengajar yang optimal
ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan
ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya
mempertahankan apa yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari
orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek
lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah
afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
3. Pembelajaran Seni Tari
Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan dan perubahan-perubahan
aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Perubahan-perubahan tersebut
terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan oleh individu yang belajar, dan
perubahan yang terjadi berupa hasil belajar (Syarifudin, 2010: 24). Belajar
adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku maupun kecakapan (Purwanto, 2007: 102). Seseorang yang belajar akan mengalami
perubahan yang baik di dalam dirinya.
Perubahan tersebut akan mempengaruhi di
segala aspek, baik di dalam bidang akademik maupun pergaulan dengan
lingkungannya. Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan
peserta sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan
pada tumbuhnya kebutuhan peserta didik terhadap kesadaran dalam memahami arti
penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman.
Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya
(Suprijono, 2009: x). Peserta atau siswa di dalam pembelajaran ditempatkan
sebagai pusat perhatian, siswa memiliki kesadaran betapa pentingnya menjalin
sebuah hubungan yang timbal balik dengan lingkungan dan hal tersebut merupakan
sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan potensi yang dimikinya. Perbuatan
belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, di antaranya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Perubahan-perubahan yang terjadi
disadari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada
fungsi kehidupan lainnya. Selain itu, perubahan bersifat positif, terjadi
karena peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, tujuan perubahan
yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku, yaitu sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya (Jihad, 2008: 4). Adanya hubungan timbal-balik
seseorang dengan lingkungannya yang mampu membuat perubahan yang positif dalam
diri seseorang, terjadi karena adanya peran aktif dari diri seseorang.
Perubahan positif itu akan berkembang sesuai dengan keaktifan dari diri
pembelajar tersebut.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004). Suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk melakukan suatu perubahan perilaku yang positif di dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang
dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan
atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar
(Knirk dan Gustafson, 2005).
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
(UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Segala sesuatu yang berkaitan dengan
proses belajar, yang telah dirancang oleh guru dalam sebuah proses interaksi
yang sistematis untuk membantu seseorang dalam mempelajari suatu hal baru di
dalam suatu lingkungan.
Aktivitas manusia sepanjang sejarah
mencakup berbagai macam kegiatan, di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya
termasuk tari (Hadi, 2005: 29). Tari merupakan salah satu cabang dari seni,
yang telah tercipta sejak lama. Tari sebagai karya seni merupakan alat ekspresi
dan sarana komunikasi seniman kepada orang lain (penonton/penikmat). Sebagai
alat ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat
penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Tari
adalah sebuah ungkapan, pernyataan, dan ekspresi dalam gerak yang memuat
komentar-komentar mengenai realitas kehidupan, yang bisa merasuk di benak penikmatnya
setelah pertunjukan selesai (Jazuli, 2007: 4).
Tari digunakan oleh penciptanya sebagai
alat komunikasi dalam menyampaikan sebuah maksud yang diungkapkan melalui gerak
yang dipahami oleh penonton, sehingga maksud yang disampaikan dapat diterima
dan dipahami oleh penonton. Tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung
dengan gerak tubuh manusia. Tubuhlah yang menjadi alat utama dan gerak tubuh
merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi seni tari (Sumaryono, 2005:
1). Unsur utama pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali
lepas dari unsur ruang, waktu dan tenaga. Tari merupakan keindahan ekspresi
jiwa pengungkapannya berupa gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.
Target yang hendak dicapai pada pembelajaran tari di sekolah bukan hanya
menjadikan anak bisa menari, akan tetapi bagaimana bisa menumbuhkan apresiasi
siswa terhadap tari serta tumbuhnya kepercayaan diri sebagai unsur penting
dalam mengembangkan kepribadian. Jadi yang diperlukan dalam proses pembelajaran
adalah mengasah keberanian siswa untuk mengeksplorasi pengalaman estetis tanpa
dibebani persoalan teknis.
4. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15),
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6
orang dengan struktur kelompok heterogen.
Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni,
2011: 15), mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan
atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada
peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran.
Menurut Ariani dan Idris (2009: 16-17)
pembelajaran kooperatif mengupayakan seorang peserta didik mampu mengajarkan
kepada peserta lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan, ia
menjadi narasumber bagi teman yang lain. Pengorganisasian pembelajaran
dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi peghargaan bila
mereka berhasil sebagai kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan
metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran
kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif
meletakkan tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa
tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara positif. Kondisi
ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja dan bertanggungjawab secara
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut
Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil
akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya.
Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu,
yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,
pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud
antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya
rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Selanjutnya, Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran
kooperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara
aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan
siswa terhadap materi pembelajaran.
Menurut Lundgren (dalam Isjono, 2011:
16), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan bertanggung jawab diantara para
anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
ketrampilan bekerja sama dalam belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri
pembelajaran yang menggunakan model kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
Adapun manfaat pembelajaran kooperatif
bagi siswa yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan
perilaku selama bekerja sama.
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang
positif, sehingga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukannya dan
belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
e. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,
sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
5. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Snowball Throwing (Bola salju)
Salah satu tipe yang ada dalam metode
pembelajaran kooperatif adalah Snowball Throwing (bola Salju). Dengan
model tersebut diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya dalam
kelompoknya sendiri, kemudian dalam kelompok lain.
Menurut Djamarah (2010; 396) bahwa model
kooperatif tipe Snowball Throwing
(bola salju) digunakan dalam upaya mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari
diskusi anak didik secara berttingkat. Diawali dengan pembagian kelompok.
Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa
permasalahan-permasalahan yang harus diskusikan jawabannya. Setelah diskusi
intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya bergabung dengn kelompok yang lain disampingnya. Anggota kelompok
yang baru yang sudah berjumlah empat orang memiliki kewajiban untuk
menyeleseaikan tugas secara berempat, kemudian adalah menyajikan hasil kerja
kelompoknya secara berempat dalam kelompok yang baru. Kelompok berempat tadi
bergabung lagi menjadi kelompok berdelapan dengan tugas yang sama yakni
mempresentasikan san mengakaji tugas-tugas yang ada, namun hasilnya pasti
berbeda dengan kelompok awal dan hasil itulah yang yangkan dibandingkan dan
dipresentasikan dalam kelas. Apabila presentasi telah berakhir maka tugas guru
adalah menyimpulkankan dengan memberikan ulasan-ulasan sebagai hasil dari
perbandingan masing-masing kelompok dari hasil kelompok terkecil hingga hasil
kelompok yang terakhir. Semua anak didik yang ada dalam kelompok kecil sampai
pada kelompok terakhir bertugas menerima keritikan perbaikan dengan
mencocokkannya hasil kerja yang telah dikaji dan dipresentasikan.
Model pembelajaran Snowball Throwing ini menurut Lie dalam Djamarah (20010: 61)
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Melalui model Snowball
Throwing ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen,
masing-masing kelompok disesuaikan dengan jumlah anak yang ada dengan waktu
yang tersedia untuk pembelajaran. Diskusi , dan kerja sama mengkaji,
mempresentasi dan menyusun laporan suatu peristiwa dengan tema tertentu yang
disampaikan guru. Setelah selesai, satu orang anak dari kelompok akan
menyempaikan hasil kajian untuk semua anak yang ada dikelas.
Adapun kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran Snow bolling (bola salju) adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan dari bola salju ini antara lain
1) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk
menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah dalam kelompok
terkecil .
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya.
3) Melatih anak untuk bersikap terbuka, jujur,
disiplin, dan kreatif terhadap teman.
4) Meningkatkan motivasi belajar anak didik dalam
belajar.
5) Membantu guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di
sekolah.
b. Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing (bola salju)
1) Memerlukan waktu yang cukup lama untuk
melakukan diskusi.
2) Seperti kelompok biasa anak yang pandai
menguasai jalannya diskusi, sehingga anak yang kurang pandai memiliki
kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.
3) Yang tidak terbiasa belajar kelompok akan
merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.
Langkah-langkah pembelajaran melalui
model pembelajaran Snow Bolling (bola salju) adalah sebagai berikut:
a. Anak bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 2 (dua) orang.
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing digabungkan lagi
debgan kelompok samping menjadi 4 (empat) orang.
c. Kelompok berempat bertugas sebagaimana tugas dari kelompok yang
berdua dan membagikan hasil kerja dan informasi ke anggta kelompok yang baru.
d. Kelompok yang baru mengkaji dan melaporkan hasil temuan kekelompok
kelompok lain.
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja yang ada.
f. Kemudian menyatu lagi dengan kelompok yang baru lagi sehingga
menjadi 8 (delapan) orang, demikian seterusnya, hingga terakhir menjadi satu
kelompok besar
g. Terakhir satu orang menyuarakan hasil terakhir dari kajian tugas
yang ada
h. Guru menyimpulkan dengan mengulas materi dengan membandingkannya
dari hasil masing kelompok dari yang terkecil hingga kelompok terkahir.
B. Kerangka Pikir
Pada saat proses belajar mengajar,
kebanyakan guru menggunakan
pembelajaran yang cenderung menekankan pada aktivitas guru dalam
menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya pasif dalam
kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan guru. Dalam
pembelajaran, guru kebanyakan menyampaikan materi dengan cepat dan
menggunakan metode yang kurang bervariasi. Hal tersebut membuat siswa
menjadi kurang bergairah atau bersemangat dalam pembelajaran sehingga
kegiatan belajar mengajar akan terasa membosankan.
pembelajaran yang cenderung menekankan pada aktivitas guru dalam
menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya pasif dalam
kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan guru. Dalam
pembelajaran, guru kebanyakan menyampaikan materi dengan cepat dan
menggunakan metode yang kurang bervariasi. Hal tersebut membuat siswa
menjadi kurang bergairah atau bersemangat dalam pembelajaran sehingga
kegiatan belajar mengajar akan terasa membosankan.
Melihat kondisi seperti itu, peneliti
mencari pemecahan masalah
melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan penerapan
metode snowball throwing. Metode ini memadukan pendekatan komunikatif,
integratif dan ketrampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini
akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya
berfikir, menulis, bertanya atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan
aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain.
Dengan demikian situasi pembelajaran akan menjadi aktif, menarik, dan
menyenangkan sehingga akan muncul gairah atau semangat untuk belajar dan
motivasi siswa untuk belajar meningkat. Dalam penelitian ini kerangka pikir dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan penerapan
metode snowball throwing. Metode ini memadukan pendekatan komunikatif,
integratif dan ketrampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini
akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya
berfikir, menulis, bertanya atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan
aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain.
Dengan demikian situasi pembelajaran akan menjadi aktif, menarik, dan
menyenangkan sehingga akan muncul gairah atau semangat untuk belajar dan
motivasi siswa untuk belajar meningkat. Dalam penelitian ini kerangka pikir dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
|
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas ini, dapat mengajukan hipotesis:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan minat belajar Seni Tari Siswa Kelas XII IPA-1
SMAN 1 ................... Kabupaten ................... Tahun Pelajaran
2014/215.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar Seni Tari Siswa Kelas XII IPA-1
SMAN 1 ................... Kabupaten ................... Tahun Pelajaran
2014/215.
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini