Loggo Daerah
LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA
PELAJARAN IPS MATERI UPAYA PENCEGAHAN
PENYIMPANGAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP
NEGERI 3 .................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014”
Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari ..... ke .....
Oleh
.........................................
NIP. .................
SMPN 3 .................
.............................................
.............................
20...
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
|
Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial Melalui
Pendekatan Kontekstual di Kelas VIII SMP Negeri 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014
|
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat, Golongan, NIP
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor
f. Alamat Rumah
|
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
Telp/HP. ..............................
|
3. Lama Penelitian
4. Sumber Biaya
|
3 bulan / dari bulan ............ sampai dengan bulan ..................
20....
Swadana
|
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisana laporan
berjudul “Upaya
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
Materi Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial Melalui Pendekatan Kontekstual di
Kelas VIII SMP Negeri 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat
terselesaikan. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ….. ke …….
Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan karya tulis ini,
tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, melalui tulisan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1.
………………….., Kepala Dinas ……………. yang telah mengijinkan dan mendukung dilakukannya
Penelitia Tindakan Kelas ini.
2. …………..,
Pengawas SMP/MTs pada Dinas ……………. yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan pada penulisan karya tulis ini.
3.
………………….. serta teman-teman guru SMPN 3 ................. yang senantiasa memberi semangat dan
dorongan selama penelitian dan penulisan karya tulis ini berlangsung.
4.
Siswa-siswa kami kelas VIII, yang telah ikut terlibat
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Penelitipun
menyadari, bahwa penulisan karya tulis
ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati.
Akhirnya peneliti
berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
…………………… …….
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA
PELAJARAN IPS MATERI UPAYA PENCEGAHAN
PENYIMPANGAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP
NEGERI 3 .................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014”
Oleh
……………………………..
NIP. ……………………
ABSTRAK
Permasalahan
dalam penelitian ini adalah apakah dengan melalui pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi upaya pencegahan penyimpangan sosial
pada siswa Kelas VIII SMPN 3 ................. ?”. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan dengan melalui
pendekatan siswa mata pelajaran IPS materi upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3
Padih Batu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII
dengan jumlah sebanyak 28 siswa. teknik pengumpulan data menggunakan teknik
tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap
aktivitas selama kegiatan pembelajaran dari 57,14% atau 16 siswa menjadi 78,57%
atau 22 siswa dan 96,43% atau 27 siswa pada siklus kedua. Peningkatan hasil
belajar dari rata-rata 57,86 menjadi 67,86 dan 77,50 pada akhir siklus kedua
dengan tingkat ketuntasan sebesar 17,76% atau 5 siswa pada kondisi awal menjadi
16 siswa atau 57,14% dan 92,86% pada akhir siklus kedua. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan melalui pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
materi upaya pencegahan
penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3 Padih Batu.
Kata Kunci: keaktifan, hasil belajar, kontekstual
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.............................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
C.
Rumusan Masalah ..................................................................
D.
Tujuan Penelitian ...................................................................
E.
Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian ...........................................................
B.
Setting Penelitian ...................................................................
C.
Subyek Penelitian ..................................................................
D.
Data dan Sumber Data...........................................................
E.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data......................................
F.
Validitas Data.........................................................................
G.
Teknik Analisa Data ..............................................................
H.
Prosedur Penelitian ................................................................
I.
Kriteria Keberhasilan..............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 4.1 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Kondisi
Awal
Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal ......
Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus
Pertama
Tabel 4.4 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus Pertama .....
Tabel 4.5 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus
I
Tabel 4.6 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus Kedua .......
Tabel 4.7 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kondisi
Awal, Siklus Pertama dan Siklus
Kedua .......................................................................................
Tabel 4.8 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Siklus Kedua
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir............................................................
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan
Supardi, 2007:16) ..................................................................................................
Gambar 4.1 Peningkatan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan
Siklus Kedua........................................................................................
Gambar 4.2 Peningkatan Tes Hasil Belajar, Ketuntasan dan
Daya Serap Siswa pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Siklus Kedua........................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 : Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat
Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 5 : Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 6 : Daftar
Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar
Hadir Peneliti dan Observer Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Data
Hasil Tes Formatif Pembelajaran IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 : Lembar
Observasi Peningkatan Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran IPA Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Lembar
Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
Lampiran 11 : Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 12 : Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
PENINGKATAN KEAKTIFAN
DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA MATERI MEMAHAMI TEKS DAN CERITA ANAK YANG DIBACAKAN MELALUI MEDIA GAMBAR
DI KELAS VI SD
NEGERI GEDUNG TENGAH
KABUPATEN BENER MERIAH
TAHUN ………..
Oleh
.........................................
NIP. .................
ABSTRAK
Pokok permasalahan
yang akan diteliti adalah apakah dengan penggunaan media gambar pada
pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar mengidentifikasi unsur cerita
(tokoh, tema, latar, amanat) dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil siswa? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa setelah
menggunaan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi
dasar mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Prosedur yang
dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga siklus dan
setiap siklusnya terdapat dua pertemuan dengan menggunakan media gambar.
Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil keaktifan belajar dari 28,57% atau 2 siswa pada studi awal menjadi, 71,43% atau 5 siswa, meningkat menjadi 100% atau 7 siswa,
dan kenaikan nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 57,14 pada studi awal menjadi 67,14 pada siklus pertama, meningkat
menjadi 77,14 dan tingkat
ketuntasan belajar juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 1 orang siswa (14,29%) pada studi awal, menjadi 57,14% atau 4 siswa, pada siklus terakhir menjadi 100% atau 7 siswa dari 7 siswa yang mengikuti pelaksanaan perbaikan
pembelajaran sehingga secara
keseluruhan semua kriteria keberhasilan pembelajaran telah tercapai pada siklus
kedua. Kesimpulannya adalah
penggunaan alat peraga gambar keaktifan
dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada materi mengidentifikasi unsur cerita (tokoh,
tema, latar, amanat) sehingga diharapkan dapat diterapkan pada
pembelajaran-pembelajaran lainnya.
Kata Kunci : keaktifan, hasil belajar, cerita,
gambar seri
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu faktor yang
efektif terhadap pemberdayaan setiap individu dalam menyelesaikan diri dengan
perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat pada segala aspek. Dengan
berbekal pendidikan, setiap individu akan memperoleh wawasan keilmuan yang
nantinya digunakan dalam berasilimasi dengan masyarakat. Oleh karena itu,
pendidikan sebagai tumpuan penghasil individu-individu yang siap pakai
dimanapun ia berada, terus diperbaiki dan mendapat perhatian penting dari
pemerintah dalam peningkatan mutu SDM nya. Cepatnya roda perkembangan zaman,
makin menuntut peningkatan kualitas setiap individu khususnya di Indonesia itu
sendiri, agar mampu berbicara di tingkat Internasional. Hal ini tentunya, tidak
lepas dari meningkat atau tidaknya mutu pendidikan. Mutu yang tinggi merupakan
harapan bagi semua pihak yang mengerti arti dan makna pendidikan.
Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah
dalam peningkatan mutu pendidikan seperti perbaikan kurikulum, renovasi metode
pengajaran serta pengadaan sarana dan prasarana belajar. Namun demikian usaha
tersebut belum sepenuhnya berhasil bahkan tidak terealisasi secara merata. Hal
ini terlihat dari hasil belajar siswa sebagai peserta didik masih dalam
kategori rendah.
Mencermati kondisi seperti itu, perlu
dilakukan suatu strategi pembelajaran yang reaktif dan efektif oleh guru
sebagai pendidik dalam memecahkan dan memberikan solusi terhadap realita
tersebut. Djamarah dan Aswan (2010:01) mengatakan bahwa harapan yang tidak
pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang
disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Hal ini
merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru, kesulitan itu
dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya tetapi
mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan dan
tentunya akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar sebagai cabang dari
meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia.
Di dalam proses belajar mengajar, guru
harus memiliki strategi atau pendekatan agar siswa dapat belajar secara efektif
dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi yang
harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
biasa disebut model pembelajaran. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru untuk menyajikan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas yang diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, menjawab pertanyaan, memecahkan
masalah dan bersikap.
Berbagai macam-macam teknik mengajar,
ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, ada
pula yang menekankan pada hasil belajar, ada pula teknik penyajian yang hanya
digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas dan yang tidak terbatas, teknik
penyajian di dalam dan di luar kelas, dan lain sebagainya. Setiap teknik
tersebut memiliki ciri khas dan tujuan tersendiri, sehingga dalam memilih
teknik pengajaran harus tetap bertolak pada tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran serta kesesuaian materi dengan pendekatan yang diterapkan.
Pendekatan kontekstual menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran,
akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Pendekatan
kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara
fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Pendekatan kontekstual mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks kontekstual bukan untuk ditumpuk di
otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa hasil
belajar siswa pada kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran
2013/2014, tentang penguasaan materi melalui tingkat pengetahuan, hasil belajar
dan penerapanya masih rendah, sehingga menghambat tercapainya tujuan yang
diharapkan. Berdasarkan data dari tes formatif pada kegiatan prasiklus
perolehan nilai kelas VIII, terlihat pada nilai hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial pada semester ganjil
(satu) tahun pelajaran 2013/2014 hasilnya menunjukan bahwa, hanya 17,86% siswa
yang memperoleh nilai di atas 70 dan 82,14% siswa yang memperoleh nilai di bawah
70 dengan nilai rata-rata keseluruhan 57,86.
Hasil pengamatan dan data yang diperoleh
peneliti di lapangan memberikan gambaran bahwa terdapat suatu permasalahan
dalam pembelajaran yang ada di kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran
2013/2014 sehingga perlu suatu penyikapan secara nyata. Solusi yang harus
dilakukan adalah upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan melalui
pendekatan kontekstual yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
agar benar-benar permasalahan yang ada dapat terjawab. Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS materi upaya pencegahan penyimpangan sosial melalui pendekatan kontekstual
di Kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas
maka dapat masalah di identifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya keterlibatan/partisipasi siswa dimana
siswa cenderung berdiam diri
2. Siswa sangat sulit memahami materi yang telah
dijelaskan oleh guru
3. Perhatian siswa pada materi hanya terjadi pada
awal pembelajaran saja
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah dengan
melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa kelas VIII
SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014”?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas
maka, yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil
belajar siswa dengan dengan melalui pendekatan siswa mata pelajaran IPS materi Upaya
pencegahan penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3 .................
Tahun Pelajaran 2013/2014.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat/kegunaan berikut ini.
1. Bagi peneliti, selama merancang dan
melaksanakan penelitian ini akan menambah wawasan peneliti tentang upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dengan melalui pendekatan kontekstual.
2. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam
menguasai materi yang diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa,
3. Bagi guru, dapat membantu dalam mengelola
proses belajar mengajar khususnya pelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan
prefesional guru, Bagi sekolah, sebagai acuan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Dalam seluruh proses pendidikan, bahwa
kegiatan belajar merupakan kegi atan yang paling pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa/mahasiswa sebagai objek
pendidikan. Pengertian belajar banyak
dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan antara lain: Belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, semenjak masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif) (Sardiman S. Arif dkk, 2009: 2).
Belajar pada hakikatnya merupakan
kegiatan yang di lakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan,
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Manusia tanpa
belajar, maka akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan
berpikir manusia-manusia pendahulunya (Hamzah B. Uno, 2009: 1).
Belajar adalah suatu proses yang
ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang (Sutikno, M.S. 2005: 33)
inilah yang merupakan sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan tersebut
bersifat internasional, positif aktif dan efektif fungsional. Menurut Slameto
(2003: 2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang terjadi
sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri:
a. Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang yang
belajar akan menyadari terjadinya perubahan di dalam dirinya. Misalnya ia
menyadari bahwa pengetahuannya bertamba, kecakapannya bertambah dan
kebiasaannya bertambah.
b. Perubahan bersifat kontiniu dan fungsional. Ini berarti bahwa
perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan dan tidak statis.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif. Ini berarti bahwa perubahan
itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya dan perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya tetapi karena
usaha sendiri.
d. Perubahan tidak bersifat sementara. Ini berarti bahwa tingkah laku
yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
e. Perubahan bertujuan atau terarah. Ini berarti bahwa perubahan
tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ini berarti bahwa setelah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
Sardiman (2010: 20) mendefenisikan
belajar sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya
Slameto (2010: 2) menyatakan dalam bukunya bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Selain itu Sardiman (2010: 20) menyatakan bahwa
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan lain sebagainya.
Lain halnya dengan Riyanto (2010: 16)
proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada
diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud Trianto disini adalah perubahan
perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang
baru diperoleh individu.
Sedangkan pengalaman merupakan interaksi
individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar disini
diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu,
dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil,
dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri.
Maka dari pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa “belajar adalah suatu proses kegiatan atau usaha yang
dilakukan oleh seseorang secara sadar dalam berinteraksi dengan lingkungannya
sehingga diperoleh kecakapan kecakapan yang baru yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku didalam dirinya berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian
Hasil belajar terdiri dari dua kata
yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil merupakan akibat dari yang ditimbulkan
karena berlangsungnya suatu proses kegiatan. Sedangkan belajar adalah
serangkaian kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Hasil belajar sering diartikan dengan
nilai-nilai yang dicapai dalam mengikuti proses belajar sebagai hasil usah yang
dilakukan oleh siswa/mahasiswa dengan berbagai tingkat keberhasilan. Menurut Gagne
dalam Sagala (2005: 23) “Hasil belajar adalah berupa keterampilan-keterampilan
intelektual yang memungkinkan seseorang berinteraksi”.
Menurut Hamalik (2006: 189) “Hasil
belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan”.
Menurut Arikunto (2005), “Hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
anak didik telah dapat belajar dari mata pelajaran tertentu, dengan cara
mengadakan tes baik lisan maupun tulisan dan dinyatakan dalam bentuk nilai
sejumlah materi pelajaran.
Menurut Sudjana (2010: 22), menyatakan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang
menghendaki tercapainya tujuan pembelajaran, dimana hasil belajar siswa
ditandai dengan skala nilai Dimyati dan Mudjiono, (1994: 26). Selanjutnya
Sriyono (1992: 73), menegaskan bahwa hasil belajar yang di peroleh masig-masing
siswa, biasanya akan diketahui setelah guru melakukan pengukuran dengan
menggunakan evaluasi, baik secara tertulis maupun dalam bentuk pertanyaan
lisan. Kemudian Purwanto, (1990: 86) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai capaian perolehan peserta didik pada suatu materi tertentu
setelah mereka menjalani aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas maka
dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, pemahaman dan atau
keterampilan yang dimiliki atau di ketahui oleh peserta didik setelah ia
mengalami proses belajar mengajar. Adapun yang mempengaruhi hasil belajar
adalah:
a) Faktor internal; faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini
lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Faktor yang
mempengruhi kegiatan tersebut adalah motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan
dan lain sebagainya.
b) Faktor eksernal; pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor
dari luar siswa. Faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa dapat dikelompokan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor itern adalah faktor yang ada pada diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada
diluar individu.
1) Faktor Intern
Faktor intern terbagi
atas tiga bagian yaitu faktor jasmani, psikologis dan faktor kelelahan.
a) Faktor
jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan
terganggu jika kesehatannya terganggu. Selain itu ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, dan mudah mengantuk jika badanya lemah, kurang darah
ataupun ada kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Dengan demikian,
apabila siswa cacat tubuh, maka lembaga pendidikan memberikan dia alat bantu
agar dia dapat mengurangi kecacatannya.
b) Faktor
psikologis
Terdapat enam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar yaitu:
(1) Intelegensi yaitu besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai intelegensi yang rendah.
(2) Perhatian yaitu untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus
mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya.
(3) Minat yaitu bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Minat
dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara, diantarannya: dengan memvariasikan
media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi siswa, dan mengkaitkan hal-hal yang berhubungan dengan
cita-cita siswa.
(4) Bakat yaitu siswa memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing.
Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat, maka
pelajaran itu akan cepat dikuasai,sehingga hasil belajarnya pun akan lebih
baik.
(5) Motif yaitu dengan mengetahui motif belajar siswa, maka guru dapat
mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
(6) Kematangan yaitu tingkat atau fase dalam pertubuhan seseorang. Hal
ini ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap utuk melaksanakan
kecakapan baru.
c) Faktor
kelelahan
Kelelahan baik jasmani maupun rohani
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus
memberikan pengertian kepada siswa untuk berusaha menghindari terjadinya
kelelahan dalam belajarnya.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh
terhadap hasil belajar dapat di kelompokkan dalam tiga faktor yaitu faktor
keluarga, faktor keluarga berupa: cara orang tua mendidik, hubungan antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian
orang tua. faktor sekolah. Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar yaitu
hal-hal yang berkaitan dengan: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan
para siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pelajaran,
waktu sekolah dan tugas sekolah. Dan faktor masyarakat merupakan factor ekstern
yang berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yaitu keberhasilan siswa
dalam belajar. Faktor masyarakat berkaitan dengan: kegiatan siswa dalam
masyarakat, masa media yang beredar dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul
dan pola hidup masyarakat (Slameto, 1987: 60).
Hasil belajar merupakan sasaran yang
ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung, tentunya hasil
belajar yang diinginkannya adalah hasil belajar yang maksimal dan untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal sangat diperlukan kesiapan mental siswa.
Kesiapan mental ini dalam wujud kemauan serta rasa igin tahu terhadap materi
yang diberikan. Hasil belajar akan maksimal bila didasari oleh rasa
keingintahuan terhadap materi yang dipelajarinya, siswa akan selalu bertanya
tentang segala sesuatu yang mereka tidak ketahui. Pertanyaan tersebut akan
selalu ada di dalam benaknya, sehingga ia termotivasi untuk aktif belajar
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Menurut Machu (dalam Uzer 1993: 3) bahwa
hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur, prestasi belajar
menunjukkan kepada individu sebagai sebab daam arti bahwa individu adalah
pelakunya. Hasil belajar dapat diefaluasi dengan menggunakan standar berbentuk,
baik berdasarkan kelompok atau norma yang ditetapkan sebelumnya.
Hasil belajar yang di peroleh dapat di
ukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan
sungguh-sungguh. Melalui proses belajar seseorang siswa berusaha mengumpulkan
pengalaman berupa pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan penyesuaian tingkah
laku. Hasil belajar tersebut tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan terjadiya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, (Hamalik, 2006: 155). Jadi dalam hal
ini, hasil belajar merupakan bukti yang dilakukan siswa sehubungan dengan apa
yang mereka pelajari. Hasil belajar merupakan suatu bukti utama dari proses
belajar, karena di dalamnya akan menampakan sesuatu perubahan tingkah laku
sebagai cermin nyata dalam dari kegiatan belajar.
c. Ruang Lingkup Hasil Belajar
Seseorang telah dikatakan telah berhasil
dalam belajar jika ia mampu meneunjukan adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan-perubahan tersebut dapat diantaranya dari kemampuan berpikirnya,
keterampilalnnya atau sikapnya terhadap suatu abjek.Perubahan hasil belajar ini
dalam Taxonomy Bloom dikelompokan dalam 3 ranah (domain), yakni: (1 )
domain kognitif atau kemampuan berpikir, (2) domain afektif atau sikap, dan (3)
domain psikomotor atau keterampilan (Wahidmurni dkk, 2010: 18).
Peserta didik dapat dikatakan berhasil
dalam belajar jika dalam diri mereka telah terjadi perubahan dan minimal salah
satu aspek diatas. Contoh perubahan dalam aspek kemampuan berpikir misalnya
dapat terjadi jika terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, atau
perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Contoh perubahan aspek
sikap misalnya dari sikap buruk menjadi yang baik, atau dari semula bersikap
tidak sopan manjadi sikap sopan dan seterusnya. Contoh perubahan dalam sikap
keterampilan misalnya, dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil
berwudlu, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya
(Wahidmurni dkk, 2010: 18).
Dalam pelaksanaan ketiga ranah atau
domain penilaian hasil belajar diatas, harus dinilai secara menyeluruh, sebab
prestasi belajar siswa seharusnya menggambarkan perubahan menyeluruh sebagai
hasil belajar siswa. Untuk itulah guru atau pendidik dituntut untuk memahami
atau menguasai beberapa teknik untuk menilai beberapa aspek perubahan belajar
pesrta didik.
Masing-masing tingkatan dalam setiap
ranah atau domain menuntut kemampuan atau kecakapan yang berbeda-beda dari
setiap pesrta didik untuk memberikan respon terhadapnya. Semakin tinggi
tingkatan yang ditutut semakin tinggu juga tngkatan kekomplekan jawaban atau
respon yang dikehendaki. Untuk kepentingan ini maka seseorang guru terus
memahami bahwa semakin rendah tingkatan yang diujikan, maka seharusnya juga
semakin rendah bobot atau skor yang diberikan; demikian sebaliknya bahwa
semakin tinggi tingkatan yang diujikan maka seharusnya semakin tinggi pula
bonot skor yang diberikan.
Hal diatas dapat dimaklumi, sebab untuk
dapat mencapai kemampuan pada tingkat tertinggi, maka seorang siswa harus
menguasai tingkatan dibawahnya sebelumnya, demikian seterusnya. Sebagai contoh
seorang siswa dapat melakukan penerapan (application) suatu rumus
misalnya, jika sebelumnya ia mampu memahami (compehension) rumus yang
akan ia terapkan; demikian sebaliknya ia akan memahami (compehension)
sesuatu , jika sebelumnya ia mampu atau memiliki pengetahuan (knowledge)
tentang sesuatu yang harus ia pahami (Wahidmurni dkk, 2010: 19).
3. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
1)
Pengertian
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Syaiful Sagala, 2008:
87).
CTL adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
(Wina Sanjaya, 2008: 255)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
CTL adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan,
menceritakan) kejadian pada dunia nyata. Sistem CTL adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan itu, sistem
tersebut meliputi delapan komponen berikut: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan
yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran
yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6)
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang
tinggi, (8) menggunaan penilaian autentik (Syaiful Sagala, 2008: 67). Menurut
Nurhadi (2003) dalam Syaiful Sagala (2008: 88), Pendekatan Konstekstual
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflecting), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan
terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan
menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan mengembangkan
kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajarn
kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling
(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on,
mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara) (Mulyasa, 2009: 122).
2)
Penerapan
Pendekatan Kontekstual di Kelas
Sebuah kelas dikatakan menggunakan model
pembelajaran CTL jika menerapkan tujuh prinsip dalam pembelajaran. CTL dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, dibidang studi apa saja, dan kelas
bagaimanapun keadaannya (Depdiknas, 2002: 22). Secara garias besar
langkah-langkah pendekatan pembelajaran CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara kerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya
b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f) Lakukan refleksi diakhir pertemuan
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
B.
Kerangka Pikir
Komponen kegiatan belajar mengajar
meliputi kurikulum dengan materi yang terkandung di dalamnya, metode yang media
pembelajaran, siswa sebagai subjek didik, dan guru sebagai pendidik. Perlu
diketahui bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun
makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan
kegiatan mengajar merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif,
motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi
diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat.
Di dalam melaksanakan pembelajaran IPS, banyak kendala yang dihadapi oleh guru.
Diantaranya guru harus memahami siswa sebagai individu yang unik, karena
masing-masing mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, efektif dan kognitif
yang berbeda. Di samping itu setiap siswa mempunyai perbedaan dalam minat,
kemampuan, kesenangan, pengalaman, kecepatan dan gaya belajar. Di sisi lain
guru harus dapat mengantarkan siswa menguasai berbagai kompetensi yang telah
tercantum dalam kurikulum. Dalam penelitian ini kompetensi yang harus dikuasai
oleh siswa di kelas IX khususnya materi Upaya
pencegahan penyimpangan sosial. Untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan ditawarkan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
kontekstual sangat relevan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
CTL memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar menyenangkan karena
pembelajaran dilaksanakan secara alamiah, agar siswa dapat mempraktikkan secara
langsung apa yang dipelajari. Suasana belajar yang menyenengkan sangat
diperlukan karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan
tertekan. Pendekatan kontekstual mengandung tujuh prinsip dalam pelaksanaannya.
Dalam prinsip-prinsipnya tercermin beberapa sikap yang mengembangkan kemampuan
dan keterampilan berbahasa. Siswa dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan
sendiri pengetahuan dan pengalaman secara langsung dan model yang dicontohkan
guru, berkomunikasi dalam kelompok, kemudian merefleksi pengetahuan yang
diperoleh. Latar belakang siswa yang begitu kompleks tentu mempengaruhi
jalannya pembelajaran. Dalam penerapan pendekatan kontekstual, siswa yang
tingkat afektif dan kognitifnya tinggi akan mampu mengkonstruksi, menemukan
ilmu sendiri, selalu bertanya untuk menggali informasi, meniru model dari guru,
dan merefleksinya apa yang diperolehnya, kemudian siswa memperluas ilmu yang
dimiliki dengan konteks pembelajaran. Dengan begitu diharapkan melalui
prinsip-prinsip CTL yang diterapkan di dalam kelas akan dapat mengembangkan
kemampuan mengidentifikasi Upaya
pencegahan penyimpangan sosial pada siswa. Untuk mengetahui hubungan
antara variabel-variabel dalam penelitian ini, berikut ini disajikan secara
singkat garis besar kerangka berfikir dalam penelitian ini. Kerangka berfikir
penelitian ini diilustrasikan dalam bentuk skema.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka
Pikir
C.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual pada mata pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial di Kelas IX SMPN 3 .................
Tahun Pelajaran 2013/2014 maka keaktifan
dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini