Tuesday, 22 December 2015

PTK KENAIKAN PANGKAT GURU SMP MATA PELAJARAN IPS






Loggo Daerah





LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS


UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI UPAYA PENCEGAHAN PENYIMPANGAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 .................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014



Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari ..... ke .....




Oleh

.........................................
NIP. .................








SMPN 3 .................
.............................................
.............................
20...


LEMBAR PENGESAHAN


1. Judul Penelitian
Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial Melalui Pendekatan Kontekstual di Kelas VIII SMP Negeri 3 .................  Tahun Pelajaran 2013/2014
2. Identitas Peneliti
    a. Nama Lengkap dan Gelar
 b. Jenis Kelamin
 c. Pangkat, Golongan, NIP
 d. Asal Sekolah
 e. Alamat Kantor

 f. Alamat Rumah


.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
Telp/HP. ..............................
3. Lama Penelitian


4. Sumber Biaya
3 bulan / dari bulan ............ sampai dengan bulan .................. 20....

Swadana

 


                                                                        …………….,…………………….
                Petugas Perpustakaan                                           Peneliti



                ……………………..                               ………………………
            NIP. ……………………..                       NIP. ……………………..           



Mengetahui/Mengesahkan

Kepala Sekolah




………………….
NIP.……………………..


KATA PENGANTAR




Penulis bersyukur kepada  Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisana laporan berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial Melalui Pendekatan Kontekstual di Kelas VIII SMP Negeri 3 .................  Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ….. ke …….
Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan karya tulis ini, tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui tulisan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1.      ………………….., Kepala Dinas ……………. yang telah mengijinkan dan mendukung dilakukannya Penelitia Tindakan Kelas ini.
2.      ………….., Pengawas SMP/MTs pada Dinas ……………. yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan pada penulisan karya tulis ini.
3.      ………………….. serta teman-teman guru SMPN 3 ................. yang senantiasa memberi semangat dan dorongan selama penelitian dan penulisan karya tulis ini berlangsung.
4.      Siswa-siswa kami kelas VIII, yang telah ikut terlibat dalam Penelitian  Tindakan Kelas ini.
Penelitipun menyadari,  bahwa penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati.
Akhirnya peneliti berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
                                                                        …………………… …….
                                               

                       

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI UPAYA PENCEGAHAN PENYIMPANGAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 .................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014



Oleh


……………………………..
NIP. ……………………



ABSTRAK


Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3 ................. ?”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan dengan melalui pendekatan siswa mata pelajaran IPS materi upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3 Padih Batu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas.  Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII dengan jumlah sebanyak 28 siswa. teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.  Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap aktivitas selama kegiatan pembelajaran dari 57,14% atau 16 siswa menjadi 78,57% atau 22 siswa dan 96,43% atau 27 siswa pada siklus kedua. Peningkatan hasil belajar dari rata-rata 57,86 menjadi 67,86 dan 77,50 pada akhir siklus kedua dengan tingkat ketuntasan sebesar 17,76% atau 5 siswa pada kondisi awal menjadi 16 siswa atau 57,14% dan 92,86% pada akhir siklus kedua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan melalui pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS  materi upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3 Padih Batu.

Kata Kunci:  keaktifan, hasil belajar, kontekstual



DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.............................................................................................         i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN..............................................        ii
ABSTRAK.........................................................................................................       iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................       iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................        v
DAFTAR TABEL..............................................................................................       vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................      vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................     viii

BAB      I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ......................................................................         
B.      Identifikasi Masalah ..............................................................         
C.      Rumusan Masalah ..................................................................         
D.      Tujuan Penelitian ...................................................................         
E.       Manfaat Penelitian .................................................................         
BAB      II     TINJAUAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori ...........................................................................         
B.   Kerangka Berpikir .................................................................         
C.   Hipotesis Tindakan ................................................................         
BAB     III    METODE PENELITIAN
A.      Pendekatan Penelitian ...........................................................         
B.      Setting Penelitian ...................................................................         
C.      Subyek Penelitian ..................................................................         
D.      Data dan Sumber Data...........................................................         
E.       Teknik dan Alat Pengumpulan Data......................................         
F.       Validitas Data.........................................................................         
G.      Teknik Analisa Data ..............................................................         
H.      Prosedur Penelitian ................................................................         
I.         Kriteria Keberhasilan..............................................................         
BAB     IV    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian ......................................................................         
B.   Pembahasan............................................................................         
BAB      V     KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan ............................................................................         
B.   Saran.......................................................................................         

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



DAFTAR TABEL

TABEL                                                                                                       Halaman


Tabel   4.1     Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal                
Tabel   4.2     Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal ......         
Tabel   4.3     Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus Pertama               
Tabel   4.4     Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus Pertama .....           
Tabel   4.5     Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I              
Tabel   4.6     Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus Kedua .......           
Tabel   4.7     Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kondisi Awal,  Siklus Pertama dan Siklus Kedua   .......................................................................................         
Tabel   4.8     Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal,  Siklus Pertama dan Siklus Kedua                                                                                                              













DAFTAR GAMBAR

GAMBAR                                                                                                  Halaman

Gambar    2.1 Diagram Kerangka Pikir............................................................         

Gambar    3.1  Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007:16)   ..................................................................................................

Gambar    4.1 Peningkatan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal,  Siklus Pertama dan Siklus Kedua........................................................................................         

Gambar    4.2 Peningkatan Tes Hasil Belajar, Ketuntasan dan Daya Serap  Siswa pada Kondisi Awal,  Siklus Pertama dan Siklus Kedua........................................................         































DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 
                                                                                                                                   
Lampiran   1     :    Surat Ijin Penelitian
Lampiran   2     :    Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran   3     :    Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran   4     :    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran   5     :    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran   6     :    Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran   7     :    Daftar Hadir Peneliti dan Observer Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran   8     :    Data Hasil Tes Formatif Pembelajaran IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran   9     :    Lembar Observasi Peningkatan Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 
Lampiran   10   :    Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran   11   :    Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran   12   :    Dokumentasi  Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 












PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA  PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMAHAMI TEKS DAN CERITA ANAK YANG DIBACAKAN MELALUI MEDIA GAMBAR
DI KELAS VI SD NEGERI GEDUNG TENGAH
KABUPATEN BENER MERIAH
TAHUN ………..



Oleh

.........................................
NIP. .................

ABSTRAK


Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah apakah dengan penggunaan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)  dapat meningkatkan keaktifan dan hasil siswa? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan  hasil belajar siswa setelah  menggunaan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya terdapat dua pertemuan dengan menggunakan media gambar. Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil keaktifan belajar dari 28,57% atau 2 siswa  pada studi awal menjadi, 71,43% atau 5 siswa, meningkat menjadi 100% atau 7 siswa, dan kenaikan nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 57,14 pada studi awal menjadi 67,14  pada siklus pertama, meningkat menjadi 77,14 dan tingkat ketuntasan belajar juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 1 orang siswa (14,29%) pada studi awal, menjadi 57,14% atau 4 siswa, pada siklus terakhir menjadi 100% atau 7 siswa dari 7 siswa yang mengikuti pelaksanaan perbaikan pembelajaran sehingga secara keseluruhan semua kriteria keberhasilan pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua. Kesimpulannya adalah penggunaan alat peraga gambar  keaktifan dan  hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) sehingga diharapkan dapat diterapkan pada pembelajaran-pembelajaran lainnya.


Kata Kunci : keaktifan, hasil belajar, cerita, gambar seri




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu faktor yang efektif terhadap pemberdayaan setiap individu dalam menyelesaikan diri dengan perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat pada segala aspek. Dengan berbekal pendidikan, setiap individu akan memperoleh wawasan keilmuan yang nantinya digunakan dalam berasilimasi dengan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan sebagai tumpuan penghasil individu-individu yang siap pakai dimanapun ia berada, terus diperbaiki dan mendapat perhatian penting dari pemerintah dalam peningkatan mutu SDM nya. Cepatnya roda perkembangan zaman, makin menuntut peningkatan kualitas setiap individu khususnya di Indonesia itu sendiri, agar mampu berbicara di tingkat Internasional. Hal ini tentunya, tidak lepas dari meningkat atau tidaknya mutu pendidikan. Mutu yang tinggi merupakan harapan bagi semua pihak yang mengerti arti dan makna pendidikan.
Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan seperti perbaikan kurikulum, renovasi metode pengajaran serta pengadaan sarana dan prasarana belajar. Namun demikian usaha tersebut belum sepenuhnya berhasil bahkan tidak terealisasi secara merata. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa sebagai peserta didik masih dalam kategori rendah.
Mencermati kondisi seperti itu, perlu dilakukan suatu strategi pembelajaran yang reaktif dan efektif oleh guru sebagai pendidik dalam memecahkan dan memberikan solusi terhadap realita tersebut. Djamarah dan Aswan (2010:01) mengatakan bahwa harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Hal ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru, kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya tetapi mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan dan tentunya akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar sebagai cabang dari meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi atau pendekatan agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut model pembelajaran. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru untuk menyajikan pelajaran kepada siswa di dalam kelas yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan bersikap.  
Berbagai macam-macam teknik mengajar, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, ada pula yang menekankan pada hasil belajar, ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas dan yang tidak terbatas, teknik penyajian di dalam dan di luar kelas, dan lain sebagainya. Setiap teknik tersebut memiliki ciri khas dan tujuan tersendiri, sehingga dalam memilih teknik pengajaran harus tetap bertolak pada tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran serta kesesuaian materi dengan pendekatan yang diterapkan.
Pendekatan kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Pendekatan kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa hasil belajar siswa pada kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014, tentang penguasaan materi melalui tingkat pengetahuan, hasil belajar dan penerapanya masih rendah, sehingga menghambat tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan data dari tes formatif pada kegiatan prasiklus perolehan nilai kelas VIII, terlihat pada nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial pada semester ganjil (satu) tahun pelajaran 2013/2014 hasilnya menunjukan bahwa, hanya 17,86% siswa yang memperoleh nilai di atas 70 dan 82,14% siswa yang memperoleh nilai di bawah 70 dengan nilai rata-rata keseluruhan 57,86.
Hasil pengamatan dan data yang diperoleh peneliti di lapangan memberikan gambaran bahwa terdapat suatu permasalahan dalam pembelajaran yang ada di kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014 sehingga perlu suatu penyikapan secara nyata. Solusi yang harus dilakukan adalah upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan melalui pendekatan kontekstual yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa agar benar-benar permasalahan yang ada dapat terjawab. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi upaya pencegahan penyimpangan sosial melalui pendekatan kontekstual di Kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014
B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat masalah di identifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya keterlibatan/partisipasi siswa dimana siswa cenderung berdiam diri
2. Siswa sangat sulit memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru
3. Perhatian siswa pada materi hanya terjadi pada awal pembelajaran saja
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah dengan melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014”?
D.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar siswa dengan dengan melalui pendekatan siswa mata pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2013/2014.
E.  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/kegunaan berikut ini.
1.  Bagi peneliti, selama merancang dan melaksanakan penelitian ini akan menambah wawasan peneliti tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan melalui pendekatan kontekstual.
2. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
3.  Bagi guru, dapat membantu dalam mengelola proses belajar mengajar khususnya pelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan prefesional guru, Bagi sekolah, sebagai acuan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori
1.    Pengertian Belajar
Dalam seluruh proses pendidikan, bahwa kegiatan belajar merupakan kegi atan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa/mahasiswa sebagai objek pendidikan.  Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan antara lain: Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, semenjak masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sardiman S. Arif dkk, 2009: 2).
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang di lakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Manusia tanpa belajar, maka akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan berpikir manusia-manusia pendahulunya (Hamzah B. Uno, 2009: 1).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang (Sutikno, M.S. 2005: 33) inilah yang merupakan sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat internasional, positif aktif dan efektif fungsional. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri:
a.    Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan di dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertamba, kecakapannya bertambah dan kebiasaannya bertambah.
b.    Perubahan bersifat kontiniu dan fungsional. Ini berarti bahwa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis.
c.    Perubahan bersifat positif dan aktif. Ini berarti bahwa perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya tetapi karena usaha sendiri.
d.   Perubahan tidak bersifat sementara. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
e.    Perubahan bertujuan atau terarah. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ini berarti bahwa setelah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sardiman (2010: 20) mendefenisikan belajar sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya Slameto (2010: 2) menyatakan dalam bukunya bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu Sardiman (2010: 20) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Lain halnya dengan Riyanto (2010: 16) proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud Trianto disini adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Sedangkan pengalaman merupakan interaksi individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.
Maka dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa “belajar adalah suatu proses kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga diperoleh kecakapan kecakapan yang baru yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku didalam dirinya berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2.    Hasil Belajar
a.    Pengertian
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Hasil belajar sering diartikan dengan nilai-nilai yang dicapai dalam mengikuti proses belajar sebagai hasil usah yang dilakukan oleh siswa/mahasiswa dengan berbagai tingkat keberhasilan. Menurut Gagne dalam Sagala (2005: 23) “Hasil belajar adalah berupa keterampilan-keterampilan intelektual yang memungkinkan seseorang berinteraksi”.
Menurut Hamalik (2006: 189) “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan”. Menurut Arikunto (2005), “Hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana anak didik telah dapat belajar dari mata pelajaran tertentu, dengan cara mengadakan tes baik lisan maupun tulisan dan dinyatakan dalam bentuk nilai sejumlah materi pelajaran.
Menurut Sudjana (2010: 22), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pembelajaran, dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai Dimyati dan Mudjiono, (1994: 26). Selanjutnya Sriyono (1992: 73), menegaskan bahwa hasil belajar yang di peroleh masig-masing siswa, biasanya akan diketahui setelah guru melakukan pengukuran dengan menggunakan evaluasi, baik secara tertulis maupun dalam bentuk pertanyaan lisan. Kemudian Purwanto, (1990: 86) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai capaian perolehan peserta didik pada suatu materi tertentu setelah mereka menjalani aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, pemahaman dan atau keterampilan yang dimiliki atau di ketahui oleh peserta didik setelah ia mengalami proses belajar mengajar. Adapun yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a)    Faktor internal; faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Faktor yang mempengruhi kegiatan tersebut adalah motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
b)   Faktor eksernal; pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.
b.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dikelompokan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor itern adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
1)   Faktor Intern
Faktor intern terbagi atas tiga bagian yaitu faktor jasmani, psikologis dan faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatannya terganggu. Selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan mudah mengantuk jika badanya lemah, kurang darah ataupun ada kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Dengan demikian, apabila siswa cacat tubuh, maka lembaga pendidikan memberikan dia alat bantu agar dia dapat mengurangi kecacatannya.
b) Faktor psikologis
Terdapat enam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu:
(1)     Intelegensi yaitu besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai intelegensi yang rendah.
(2)     Perhatian yaitu untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya.
(3)     Minat yaitu bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara, diantarannya: dengan memvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi siswa, dan mengkaitkan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
(4)     Bakat yaitu siswa memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat, maka pelajaran itu akan cepat dikuasai,sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik.
(5)     Motif yaitu dengan mengetahui motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
(6)     Kematangan yaitu tingkat atau fase dalam pertubuhan seseorang. Hal ini ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap utuk melaksanakan kecakapan baru.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus memberikan pengertian kepada siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya.
2)   Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat di kelompokkan dalam tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor keluarga berupa: cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua. faktor sekolah. Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar yaitu hal-hal yang berkaitan dengan: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan para siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pelajaran, waktu sekolah dan tugas sekolah. Dan faktor masyarakat merupakan factor ekstern yang berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yaitu keberhasilan siswa dalam belajar. Faktor masyarakat berkaitan dengan: kegiatan siswa dalam masyarakat, masa media yang beredar dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul dan pola hidup masyarakat (Slameto, 1987: 60).
Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung, tentunya hasil belajar yang diinginkannya adalah hasil belajar yang maksimal dan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sangat diperlukan kesiapan mental siswa. Kesiapan mental ini dalam wujud kemauan serta rasa igin tahu terhadap materi yang diberikan. Hasil belajar akan maksimal bila didasari oleh rasa keingintahuan terhadap materi yang dipelajarinya, siswa akan selalu bertanya tentang segala sesuatu yang mereka tidak ketahui. Pertanyaan tersebut akan selalu ada di dalam benaknya, sehingga ia termotivasi untuk aktif belajar mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Menurut Machu (dalam Uzer 1993: 3) bahwa hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur, prestasi belajar menunjukkan kepada individu sebagai sebab daam arti bahwa individu adalah pelakunya. Hasil belajar dapat diefaluasi dengan menggunakan standar berbentuk, baik berdasarkan kelompok atau norma yang ditetapkan sebelumnya.
Hasil belajar yang di peroleh dapat di ukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Melalui proses belajar seseorang siswa berusaha mengumpulkan pengalaman berupa pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan penyesuaian tingkah laku. Hasil belajar tersebut tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadiya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, (Hamalik, 2006: 155). Jadi dalam hal ini, hasil belajar merupakan bukti yang dilakukan siswa sehubungan dengan apa yang mereka pelajari. Hasil belajar merupakan suatu bukti utama dari proses belajar, karena di dalamnya akan menampakan sesuatu perubahan tingkah laku sebagai cermin nyata dalam dari kegiatan belajar.
c.    Ruang Lingkup Hasil Belajar
Seseorang telah dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu meneunjukan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilalnnya atau sikapnya terhadap suatu abjek.Perubahan hasil belajar ini dalam Taxonomy Bloom dikelompokan dalam 3 ranah (domain), yakni: (1 ) domain kognitif atau kemampuan berpikir, (2) domain afektif atau sikap, dan (3) domain psikomotor atau keterampilan (Wahidmurni dkk, 2010: 18).
Peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika dalam diri mereka telah terjadi perubahan dan minimal salah satu aspek diatas. Contoh perubahan dalam aspek kemampuan berpikir misalnya dapat terjadi jika terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, atau perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Contoh perubahan aspek sikap misalnya dari sikap buruk menjadi yang baik, atau dari semula bersikap tidak sopan manjadi sikap sopan dan seterusnya. Contoh perubahan dalam sikap keterampilan misalnya, dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil berwudlu, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya (Wahidmurni dkk, 2010: 18).
Dalam pelaksanaan ketiga ranah atau domain penilaian hasil belajar diatas, harus dinilai secara menyeluruh, sebab prestasi belajar siswa seharusnya menggambarkan perubahan menyeluruh sebagai hasil belajar siswa. Untuk itulah guru atau pendidik dituntut untuk memahami atau menguasai beberapa teknik untuk menilai beberapa aspek perubahan belajar pesrta didik.
Masing-masing tingkatan dalam setiap ranah atau domain menuntut kemampuan atau kecakapan yang berbeda-beda dari setiap pesrta didik untuk memberikan respon terhadapnya. Semakin tinggi tingkatan yang ditutut semakin tinggu juga tngkatan kekomplekan jawaban atau respon yang dikehendaki. Untuk kepentingan ini maka seseorang guru terus memahami bahwa semakin rendah tingkatan yang diujikan, maka seharusnya juga semakin rendah bobot atau skor yang diberikan; demikian sebaliknya bahwa semakin tinggi tingkatan yang diujikan maka seharusnya semakin tinggi pula bonot skor yang diberikan.
Hal diatas dapat dimaklumi, sebab untuk dapat mencapai kemampuan pada tingkat tertinggi, maka seorang siswa harus menguasai tingkatan dibawahnya sebelumnya, demikian seterusnya. Sebagai contoh seorang siswa dapat melakukan penerapan (application) suatu rumus misalnya, jika sebelumnya ia mampu memahami (compehension) rumus yang akan ia terapkan; demikian sebaliknya ia akan memahami (compehension) sesuatu , jika sebelumnya ia mampu atau memiliki pengetahuan (knowledge) tentang sesuatu yang harus ia pahami (Wahidmurni dkk, 2010: 19).
3.    Hakekat Pembelajaran Kontekstual
1)   Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Syaiful Sagala, 2008: 87).
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2008: 255)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa CTL adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan) kejadian pada dunia nyata. Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan itu, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, (8) menggunaan penilaian autentik (Syaiful Sagala, 2008: 67). Menurut Nurhadi (2003) dalam Syaiful Sagala (2008: 88), Pendekatan Konstekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflecting), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan mengembangkan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara) (Mulyasa, 2009: 122).
2)   Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Sebuah kelas dikatakan menggunakan model pembelajaran CTL jika menerapkan tujuh prinsip dalam pembelajaran. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, dibidang studi apa saja, dan kelas bagaimanapun keadaannya (Depdiknas, 2002: 22). Secara garias besar langkah-langkah pendekatan pembelajaran CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:
a)    Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara kerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
b)   Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c)    Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d)   Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e)    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f)    Lakukan refleksi diakhir pertemuan
g)   Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
B.  Kerangka Pikir
Komponen kegiatan belajar mengajar meliputi kurikulum dengan materi yang terkandung di dalamnya, metode yang media pembelajaran, siswa sebagai subjek didik, dan guru sebagai pendidik. Perlu diketahui bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat. Di dalam melaksanakan pembelajaran IPS, banyak kendala yang dihadapi oleh guru. Diantaranya guru harus memahami siswa sebagai individu yang unik, karena masing-masing mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, efektif dan kognitif yang berbeda. Di samping itu setiap siswa mempunyai perbedaan dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, kecepatan dan gaya belajar. Di sisi lain guru harus dapat mengantarkan siswa menguasai berbagai kompetensi yang telah tercantum dalam kurikulum. Dalam penelitian ini kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa di kelas IX khususnya materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan ditawarkan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual sangat relevan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. CTL memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar menyenangkan karena pembelajaran dilaksanakan secara alamiah, agar siswa dapat mempraktikkan secara langsung apa yang dipelajari. Suasana belajar yang menyenengkan sangat diperlukan karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Pendekatan kontekstual mengandung tujuh prinsip dalam pelaksanaannya. Dalam prinsip-prinsipnya tercermin beberapa sikap yang mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa. Siswa dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuan dan pengalaman secara langsung dan model yang dicontohkan guru, berkomunikasi dalam kelompok, kemudian merefleksi pengetahuan yang diperoleh. Latar belakang siswa yang begitu kompleks tentu mempengaruhi jalannya pembelajaran. Dalam penerapan pendekatan kontekstual, siswa yang tingkat afektif dan kognitifnya tinggi akan mampu mengkonstruksi, menemukan ilmu sendiri, selalu bertanya untuk menggali informasi, meniru model dari guru, dan merefleksinya apa yang diperolehnya, kemudian siswa memperluas ilmu yang dimiliki dengan konteks pembelajaran. Dengan begitu diharapkan melalui prinsip-prinsip CTL yang diterapkan di dalam kelas akan dapat mengembangkan kemampuan mengidentifikasi Upaya pencegahan penyimpangan sosial pada siswa. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini, berikut ini disajikan secara singkat garis besar kerangka berfikir dalam penelitian ini. Kerangka berfikir penelitian ini diilustrasikan dalam bentuk skema.

















Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir

C.  Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS materi Upaya pencegahan penyimpangan sosial di Kelas IX SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran  2013/2014 maka keaktifan dan hasil belajar siswa akan meningkat.



Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini