LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
MAKE
A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BAHASA
INGGRIS SISWA KELAS IX-3 SMPN 7 ....................
TAHUN PELAJARAN 2012/2013’’
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
NIP.
……………..
SMPN 7 ....................
Jl.
………………………………….
2012
LEMBAR PENGESAHAN
1.
|
Judul Penelitian
|
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas IX-3
SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2012/2013
|
2.
|
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIP
c. Pangkat. Golongan
d. Tempat Tugas
e. Kabupaten/Kota
f. Provinsi
g. Alamat Kantor
h. Telepon
|
|
3.
|
Lama Penelitian
|
|
4.
|
Sumber Dana
|
Swadaya
|
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan
kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa pengayom segenap alam yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam penulisan karya ilmiah ini
saya tidak mengalami kendala yang berarti hingga terselesaikannya karya ilmiah
yang saya beri judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas IX-3 SMPN 7 .................... Tahun
Pelajaran 2012/2013’’” Penelitian ini diajukan untuk melengkapi
syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. Ke golongan …...
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.
……………….., selaku Kepala Dinas ………………..
2.
……………….., selaku Pengawas SMP/MTs Dinas …………..
3.
……………….., selaku Kepala SMPN 7 .................... ………
4.
Bapak dan Ibu Rekan-rekan Guru SMPN 7 .................... yang telah membantu penyelesaian PTK ini.
5.
Semua pihak yang telah membantu, dan tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya penulis mohon saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan dampak positip terhadap perkembangan peningkatan sumber daya
manusia.
............, ............
Penulis
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
MAKE
A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BAHASA
INGGRIS SISWA KELAS IX-3 SMPN 7 ....................
TAHUN PELAJARAN 2012/2013’’
Oleh
…………………………………………
NIP. ………………..
ABSTRAK
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IX-3 SMPN
7 .................... dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyusun teks
procedure. Subjek penelitian yang
diambil adalah kelas IX-3 SMPN 7 .................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa, terdiri dari siswa
laki-laki ........ orang dan perempuan ....... orang. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) dengan urutan kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
dengan teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisa data
dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran make a match dapat meningkatkan Proses Pembelajaran Menyusun Teks Prosedur Menggunakan
Model Pembelajaran Make A Match dari kondisi awal hanya ada 7 siswa atau
30,43% yang masuk dalam ketegori aktif, pada siklus pertama meningkat menjadi
14 siswa atau 60,87% dan pada siklus kedua menjadi 22 siswa atau 95,65%, dan meningkatkan hasil
test writing menyusun kalimat dari kondisi awal hanya ada 4 siswa atau
17,39% yang masuk dalam kriteria tuntas, pada siklus pertama meningkat menjadi
10 siswa atau 43,48% dan pada siklus kedua menjadi 22 siswa atau 95,65%.
Kesimpulannya adalah impelmentasi
tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks
berbentuk prosedur dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
Kata
Kunci: make a match, proses dan hasil belajar siswa
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
B. Identifikasi Masalah..................................................................
C. Pembatasan Masalah..................................................................
D. Rumusan Masalah......................................................................
E. Tujuan Penelitian.......................................................................
F.
Manfaat
Penelitian.....................................................................
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian
Teori.................................................................................
B. Kerangka
Pikir.............................................................................
C. Hipotesis
Tindakan......................................................................
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Setting Penelitian.........................................................................
B. Prosedur Penelitian......................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
D. Teknik Analisi Data ....................................................................
E. Indikator Keberhasilan ................................................................
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian............................................................................
B. Pembahasan
Hasil Penelitian.......................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
.................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1
Penilaian Aspek Observasi ....................................................
Tabel 4.1 Hasil
Penilaian Proses Pembelajaran Menyusun Teks Prosedur Menggunakan Model
Pembelajaran Make A Match Siklus I....................................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Test Writing Menyusun
Kalimat Siklus 1
Tabel 43 Hasil
Penilaian Proses Pembelajaran Menyusun Teks Prosedur Menggunakan Model
Pembelajaran Make A Match Siklus II..................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Test Writing Menyusun
Kalimat Siklus II
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Menyusun Teks Prosedur Menggunakan Model
Pembelajaran Make A Match pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Test Writing Menyusun
Kalimat pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Hasil Penilaian Proses
Pembelajaran Menyusun Teks Prosedur Menggunakan Model Pembelajaran Make A Match
pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II...............................................................................................
Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Hasil Test Writing
Menyusun Kalimat pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 5 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 6 Daftar
Hadir Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar
Hadir Peneliti dan Observer
Lampiran 8 Daftar
Nilai Tes Formatif Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 9 Lembar
Observasi Aktivitas Kelompok Pra
Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 10 Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 11 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya Pendidikan
merupakan usaha untuk mengantarkan manusia pada jenjang yang lebih sempurna
yaitu keberhasilan guru atau pendidik untuk mencapai tujuan pengajarannya.
Setiap pendidik dan pengajar harus mengerti jelas tentang tujuan tujuan
pengajaran tersebut untuk bisa mencapai tujuan pengajaran tersebut, maka
seorang guru harus pandai- pandai menentukan strategi atau metode mana yang cocok
untuk di gunakan dalam mengajar. Di harapkan dengan penerapan strategi atau
metode yang tepat dapat mendorong peserta didik lebih giat dan semangat dalam
belajar sehingga tercapailah tujuan pendidikan dengan sempurna.
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang
paling mendunia yang digunakan untuk komunikasi antar bangsa dan pengantar ilmu
pengetahuan. Sesuai dengan rasional fungsi bahasa Inggris tersebut, pendidikan
bahasa Inggris Tingkat SMP, dimana
siswa yang lulus ditargetkan untuk memiliki tingkat literasi atau
kewicaraan informational (Depdiknas
2004:2-3).
Siswa kelas IX-3 dituntut untuk dapat menjelaskan
berbagai fenomena alam dan sosial yang terjadi di sekitar mereka. Oleh karena
itu salah satu tujuan dari pembelajaran bahasa Inggris di kelas IX-3 adalah
memahami dan mengungkapkan
makna dalam teks tulis monolog yang berbentuk monologue
(procedure/report) dan discussion
secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Jika siswa mampu memahami teks monologue
(procedure/report) baik struktur teks, ciri kebahasaan, maupun tujuan
penulisan teks dengan benar maka mereka akan mampu menjelaskan berbagai
fenomena alam dan sosial yang
terjadi di sekitar mereka secara baik dan sistematis.
Siswa kelas
IX-3 SMPN 7 .................... tahun pelajaran 2012/2013
memiliki kompetensi bahasa Inggris yang kurang baik. Hal ini terlihat dari
rata-rata kondisi awal siswa kelas IX-3 hanya 62,17 pada nilai rata-rata klasikal dan telah mencapai tingkat ketuntasan 17,39% . Pencapaian tersebut sudah cukup baik namun
kurang maksimal sebab KKM yang dipersyaratkan adalah 70. Data tersebut
menggambarkan bahwa sedikit siswa yang
mendapatkan nilai sekitar KKM dan masih
banyak yang belum melampaui KKMnya. Penulis meyakini bahwa prestasi belajar
siswa masih dapat dipacu dan ditingkatkan lebih tinggi lagi dengan teknik
pengelolaan penilaian yang menantang mereka untuk lebih termotivasi
meningkatkan prestasinya yang tidak hanya sekedar tuntas KKM.
Dalam
proses pembelajaran penulis merasakan bahwa anak-anak yang mempunyai motivasi
belajar yang tinggi sering merasa kurang puas dengan hanya mencapai KKM yang
telah ditetapkan di kelas. Mereka ingin jauh melampauinya dengan menunjukkan prestasi
dengan menguasai kompetensi yang diajarkan setinggi-tingginya. Mereka harus
diberikan tawaran untuk mencapai target KKM secara individu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Maka guru juga harus mempunyai kriteria penilaian yang
sistematis untuk mewadahi anak-anak dengan motivasi belajar yang tinggi
tersebut dengan tidak segan-segan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap
prestasi mereka secara bertanggung jawab. Adalah kewajiban guru untuk
membimbing mereka mewujudkan target nilai yang hendak mereka raih di akhir
pembelajaran.
Sebaliknya
untuk siswa yang kurang termotivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi
mereka untuk meraih prestasi yang lebih tinggi tidak hanya sekedar tuntas KKM.
Mereka harus dibangkitkan semangatnya agarlebih
termotivasi untuk menetapkan target prestasi/hasil belajar yang lebih tinggi dari biasanya. Guru harus
mampu meyakinkan bahwa mereka mampu mencapai target tersebut secara rasional
dengan jalan merancang model pembelajaran dan penugasan yang sesuai dengan
kemampuan mereka.
Model pembelajaran sangat dibutuhkan oleh
pendidik agar peserta didiknya bisa menerima informasi atau pesan dengan baik,
karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono,
2011:46).
Salah satu model pembelajaran yang tepat
diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Taniredja (2011:55) menyebutkan bahwa
pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan
tetapi, belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang
bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka.
Belajar secara kelompok merupakan salah satu
upaya untuk mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam wilayah afektif, pembelajaran kooperatif berpengaruh
signifikan terhadap sikap-sikap positif siswa terhadap teman-teman mereka
meskipun mereka berasal dari kebudayaan dan latar belakang sosial yang beragam,
serta memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Pembelajaran kooperatif juga
membantu siswa bersikap positif terhadap pembelajaran, bersedia untuk terlibat
bersama teman-temannya, dan bekerja sama untuk saling meningkatkan
pembelajarannya masing-masing (Huda, 2011:265).
Isjoni (2012:77) menjelaskan bahwa pembelajaran
model make a match merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong anak didik/siswa aktif dan
saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Sehingga pembelajaran dengan
menggunakan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Adapun pembelajaran perlu dilakukan dengan metode yang berpusat
pada guru serta lebih menekankan ada interaksi peserta didik. Penggunaan model
yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penulis
berasumsi bahwa dengan meminta siswa untuk
menyatakan target nilai yang hendak mereka raih di akhir pembelajaran akan
mampu membangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar pada
penguasaan teks monologue
(procedure/report). Penulis menganggap bahwa siswa mempunyai harga yang
tinggi sehingga harus dihargai setinggi-tingginya.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini mengajak siswa untuk
mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep
melalui suatu permainan kartu pasangan. Sehingga hal yang perlu dipersiapkan
jika pembelajaran dikembangkan dengan model make
a match adalah kartu- kartu, kartu- kartu tersebut terdiri dari kartu yang
berisi pertanyaan- pertanyaan dan kartu- kartu lainnya yang berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut (Zaini, 2008:67).
Dengan adanya model
pembelajaran (make a match) siswa lebih aktif untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Disamping itu (make a match) juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta
berionteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Oleh
karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make
A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas IX-3
SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2012/2013’’.
B.
Identifikasi
Masalah
Ada beberapa
masalah yang perlu dipecahkan dalam pembelajaran teks monologue
(procedure/report).
1.
Mengapa
motivasi dan hasil belajar siswa dalam mempelajari teks monologue
(procedure/report) masih
rendah?
2.
Bagaimana
cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam memahami teks monologue
(procedure/report)?
3.
Apakah
Model pembelajaran make a match sebagai model pengelolaan
penilaian dapat meningkatkan motivasi dan hasil siswa dalam memahami teks monologue (procedure/report)?
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas agar penulis lebih terfokus pada pembahasan
maka perlu dilakukan pembatasan menjadi dua masalah.
1.
Apakah
penerapan Model pembelajaran make a match
dapat meningkatkan motivasi belajar teks monologue (procedure/report) siswa Kelas IX-3 SMPN 7 .................... semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013?
2.
Apakah
penerapan Model pembelajaran make a match
dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar teks monologue (procedure/report) siswa Kelas IX-3 SMPN 7 .................... semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013?
D. Rumusan Masalah
Sesuai
dengan paparan di atas, rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah apakah penerapan Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar teks monologue (procedure/report) siswa Kelas IX-3 SMPN 7 .................... semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013?
E.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui apakah penerapan Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar teks monologue (procedure/report) siswa kelas IX-3 SMPN 7 ....................
tahun pelajaran 2012/2013.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar teks monologue
(procedure/report) siswa kelas IX-3 SMPN 7 .................... tahun
pelajaran 2012/2013.
F.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a. Menyumbang teori baru dalam teknik
pengelolaan penilaian bahasa Inggris.
b. Memberikan alternatif dari teknik pengelolaan
penilaian kepada pembaca dengan menantang dan mendorong siswa untuk menunjukkan
prestasi belajar yang setinggi-tingginya dengan mencapai target prestasi yang
telah ditetapkan sendiri.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Siswa
Kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris akan meningkat, khususnya
kompetensi teks monologue (procedure/report),
sehingga diharapkan siswa mampu menjelaskan berbagai fenomena alam dan sosial
yang terjadi dengan menggunakan bahasa Inggris yang benar.
b.
Bagi guru
Bersama-sama dengan para siswa, guru akan mendapatkan
masukan yang berguna tentang berbagai fenomena alam dan sosial yang dijelaskan oleh siswa. Dengan demikian
temuan siswa tadi akan memperkaya guru dalam menyampaikan pembelajaran teks monologue (procedure/report) pada masa
depan.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Landasan
Teori
1. Teks
Procedure
Teks procedure merupakan salah satu Genre
text selain dari beberapa genre yang dipelajari di tingkat SMP. Teks procedure bertujuan untuk memberikan
petunjuk tentang langkah- langkah/metoda/cara-cara
melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks procedure umumnya berisi tips atau
serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu barang atau melakukan
suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory. Teks procedure umumnya memiliki struktur :
a.
Goal,
tujuan kegiatan,
b.
Materials,
bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu barang/melakukan suatu
aktifitas yang sifatnya opsional,
c.
Steps,
serangkaian langkah.
2. Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa
untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya. CTL disebut
pendekatan kontekstual
karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Hal ini senada dengan
Mulyasa (2006: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan
memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan
agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau
siswa termotivasi untuk belajar. Mulyasa
(2006:103) juga mengemukakan : pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual; (1) belajar
efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada siswa. Dari guru
akting di depan kelas, siswamenonton ke
siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan; (2)
pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.
Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi
siswa; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
3. Cooperative Learning (CL)
Pendekatan Kooperatif (Cooperative
Learning) merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang mengutamakan
siswa untuk saling bekerjasama
satu dengan lainnya untuk
memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan
tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan
komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap
perbedaan individu. Menurut Anita Lie (1:10) ada tiga
hal yang perlu diperhatikan dalam cooperative
learning, : Pengelompokan, semangat
Gotong Royong, penataan ruang kelas
Belajar
kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta
bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar
karena memiliki unsur yang berguna menantang
pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk
pengetahuannya sendiri.
Lundgren
mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai
keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan
kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, dalam setiap
tingkat terdapat beberapa keterampilan
yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan
tersebut antara lain menggunakan
kesepakatan, menghargai
kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan
penghargaan dan simpati, bertanya,
menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat,
menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat
mahir).
Cooperative
Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang
telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersama-sama, belajar lebih
cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar
dan mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk pengalaman
dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama
dalam kelompoknya.
Penulis sepakat
bahwa pendekatan kooperatif
sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja
tujuh pilar kooperatif
ini dianggap terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di
SMPN 7 .................... Kelas
IX-3.
Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana
tanpa mengurangi esensi dari kooperatif
itu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran Make
A Match.
4.
Model
Pembelajaran Make a Match
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam
kelas, guru menerapkan model
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Model pembelajaran make a match
atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah
penerapan metode make a match sebagai berikut:
1.
Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu
yang bertuliskan soal/jawaban.
3.
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang.
4.
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat
prosedur A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa
di kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya.
5.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6.
Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7.
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
8.
Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau
3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9.
Guru
bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
5.
Movitasi
Dan Prestasi Belajar
a.
Hakikat Motivasi
Setiap perbuatan
siswa selalu didasari oleh sebuah dorongan
dari dalam atau motivasi tertentu. Motivasi merupakan
salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap tindakan dan tujuan
belajar siswa. Guru sangat perlu membangun dan mengarahkan motivasi belajar
siswa agar mereka dapat mengaktualisasikan diri dan maksimal dalam prestasinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
motivasi adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik
secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan
tertentu.
Selanjutnya,
penulis akan menyajikan beberapa pendapat mengenai motivasi: WS Winkel,
motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif
pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati. Dan
alam buku psikologi pendidikan, Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “Motivasi adalah daya penggerak/pendorong
untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga
dari luar” (Dalyono, 2005: 55). Selanjutnya
M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Sedang menurut A.M. Sadiman motivasi
merupakan suatu perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.
Penulis menyimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan
dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur
penting, yaitu :
1)
Bahwa
motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam dirinya
2)
Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa "feeling",
afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3)
Motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan
Dengan demikian motivasi merupakan suatu energi dari
dalam diri manusia yang mendorongnya untuk mencapai tujuannya. Motivasi akan
mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam mengerjakan sebuah tindakan. Siswa
perlu dibangkitan motivasinya dalam belajar sehingga mereka mempunyai dorongan
yang kuat dari dirinya untuk senantiasa belajar untuk mencapai tujuannya. Jika
motivasi dari dalam diri siswa kurang maka guru perlu membangkitkannya dengan
berbagai rangsangan dari luar.
b.
Hakikat Belajar
Tugas utama siswa adalah belajar. Siswa belajar setiap
hari mengenai berbagai ilmu pengetahuan yang baru dan permasalahan kehidupan
yang kelak akan mereka hadapi baik di sekolah maupun di masyarakat secara
langsung maupun tidak langsung. Dan kadang proses belajar seorang siswa terjadi
tanpa proses yang terarah dan kurang sadar.
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari
terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah
laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya
perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1995).
Sementara menurut Sudjana belajar merupakan
suatu proses yamg
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri
seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada
pada individu.
Sementara menurut Slameto belajar
”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto,
2003).
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan
perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
dan tingkah lakunya yang bersifat menetap. Dengan
demikian, belajar adalah panggilan hidup kita, bukan karena disuruh orang
tua/guru/dosen atau siapa-pun, tetapi
merupakan konsekuensi logis dari kehidupan. Tanpa belajar, kita tidak dapat melakukan ’proses
menjadi’ diri kita
yang lebih baik di masa yang akan datang
c. Hakikat
Motivasi Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar
mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya.
Makin tepat motivasi yang diberikan,
makin berhasil pelajaran itu. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi
merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi
seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara
sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain
belum termotivasi untuk belajar. Motivasi belajar merupakan suatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu
dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan belajarnya.
Berkaitan dengan proses belajar
siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai
motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk
mengambil bagian di dalam proses pembelajaran. Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk
dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa
kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar
dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya
sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian dari guru.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya
untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar.
Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka
mencapai tujuan.
d. Prestasi/Hasil
Belajar
Tujuan dari siswa belajar adalah agar mereka dapat
berprestasi dalam belajarnya. Prestasi/hasil belajar terdiri merupakan sebuah
frase yang terdiri dari dua kata “prestasi/hasil” dan “belajar”. Untuk
memahaminya berikut penulis sajikan pengertian mengenai istilah prestasi/hasil
belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan Saiful
Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,yang
mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja. Kemudian berdasarkan beberapa pendapat sebelumnya bahwa
belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang
sehingga akan mengalami perubahan secara
individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan
dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah
"penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dalam
hal ini prestasi/hasil belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan
siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan
perilaku individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Selanjutnya
prestasi belajar akan disebutkan dengan hasil belajar.
Jadi hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa
selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu,
umumnya hasil belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru
kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi
pelajaran yang disampaikannya, biasanya hasil
belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam
periode tertentu.
6.
Rencana
Tindakan
Pembelajaran Model Make a Match
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari
pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik
ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah
kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
c. Setiap
siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang
bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat
berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure
B dan seterusnya.
d. Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
e. Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
f. Setelah satu babak, kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2
atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
h. Guru bersama-sama dengan siswa
membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
B. Kerangka
Berpikir
Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa,
peneliti melakukan tindakan yaitu menggunakan pengelolaan penilaian dengan Model
pembelajaran make a match. Tindakan
pertama yang dilakukan adalah meminta setiap siswa untuk menetapkan target
nilainya sendiri yang hendak dicapai diakhir pembelajaran teks monologue (procedure/report). Hal itu
berarti bahwa setiap siswa mempunyai target nilai sendiri yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Itulah kontrak nilai antara siswa dan guru untuk
diwujudkan di akhir pembelajaran dengan cara yang benar, baik, dan bermartabat.
Selanjutnya setiap nilai yang harus dicapai oleh siswa untuk setiap kompetensi
dasar teks monologue (procedure/report)
tidak boleh lebih rendah dari nilai target tersebut.
Tindakan selanjutnya adalah siswa mengikuti pembelajaran
seperti biasanya dan guru mengamati tingkah laku mereka dalam mengejar target
nilai yang ditetapkan. Guru tidak boleh bosan untuk selalu mengingatkan target
nilai masing-masing siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya setiap
selesai tes, guru harus segera mengoreksi dan melaporkan nilai yang dirah oleh
setiap siswa untuk mengetahui apakah target nilai siswa sudah tercapai belum.
Untuk siswa yang belum mencapai target nilainya diberikan kesempatan untuk
mengikuti remedi. Secara
sederhana penggunaan Model pembelajaran
make a match untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar teks monologue (procedure/report) bagi siswa
Kelas XII SMPN 7 .................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat digambarkan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai
berikut:
Tindakan
|
Kondisi Awal
|
Guru belum menggunakan Model
pembelajaran make a match
|
Siswa
Motivasi
dan prestasi belajar rendah
|
Menggunakan
Model pembelajaran make a match
|
Siklus I
Mengungkapkan teks monologue (procedure
/ report) secara lisan
|
Siklus
II
Memahami teks monologue
(procedure
/
report) secara tertulis
|
Kondisi Akhir
|
Diduga melalui penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
teks monologue (procedure/report)
siswa Kelas XII SMPN 7 Palangka Raya
|
Gambar
2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas,
hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Penerapan Model pembelajaran
make a match dapat meningkatkan motivasi belajar Siswa Kelas XII SMPN 7 ....................
Semester Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam memahami teks monologue (procedure/report).
2.
Penerapan Model pembelajaran
make a match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas XII SMPN 7 ....................
Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam memahami teks monologue (procedure/report).
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini Terima Kasih.