LOGO
DAERAH
LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENERAPAN METODE
PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MEMPERBAIKI PERALATAN
RUMAH
TANGGA LISTRIK (MPRTL)
DI KELAS
XI SMK ...................
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
NIP.
……………..
UPT
………………………………….
UPT
DINAS……………………………..
KECAMATAN ............
............
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat
Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dapat selesai dengan
baik.
Dalam PTS ini peneliti menentukan judul yaitu Penerapan Metode
Problem Solving untuk meningkatkan
hasil belajar siswa
dalam pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
(MPRTL) di kelas XI
SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diajukan
untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. Ke golongan
…...
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.
……………….., selaku Kepala Dinas ………………..
2.
……………….., selaku Kepala UPT ……………
3.
……………….., selaku Kepala Sekolah SMK ...................
4.
Segenap warga SMK ................... khususnya guru-guru Kelas X yang telah
membantu penyelesaian karya ini.
Akhirnya penulis mohon saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan dampak positip terhadap perkembangan peningkatan sumber daya
manusia.
............, ............
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
1.
|
Judul Penelitian
|
Penerapan Metode
Problem Solving untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam
pembelajaran memperbaiki
peralatan rumah tangga listrik (MPRTL)
di kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015.
|
2.
|
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIP
c. Pangkat. Golongan
d. Tempat Tugas
e. Kabupaten/Kota
f. Provinsi
g. Alamat Kantor
h. Telepon
|
|
3.
|
Lama Penelitian
|
|
4.
|
Sumber Dana
|
Swadaya
|
Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi
setempat
PENERAPAN METODE
PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MEMPERBAIKI PERALATAN
RUMAH
TANGGA LISTRIK (MPRTL)
DI KELAS
XI SMK ...................
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Oleh
…………………………………………
NIP. ………………..
ABSTRAK
Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh adanya beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa
yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari
ketidaktertarikan siswa dalam belajar memperbaiki peralatan rumah tangga
listrik. Luasnya materi Pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan sedangkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru
hanya menggunakan metode ceramah saja. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki
permasalahan di atas adalah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving. Metode problem solving sendiri adalah suatu
metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan sejalan melatih anak-anak (siswa)
untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada
masalah yang paling rumit. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian
adalah siswa kelas XI SMK ................... sebanyak 18 orang siswa. Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah menerapkan metode problem solving serta untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari metode problem
solving dalam pembelajaran. Tahapan dalam setiap
siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian
ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Adapun hasil penelitian ini pada peningkatan
7 siswa atau 38,89% pada studi
awal menjadi 12 siswa atau 66,67% pada
siklus pertama dan 18 siswa atau 100%
pada siklus terakhir, hasil belajar dari 57,78 meningkat menjadi 65,00 pada siklus I dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 72,22 dan pada akhir siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar dari 4 siswa (22,22%), meningkat menjadi 9 siswa atau 50% dan pada siklus II
menjadi 16 siswa atau 88,89%. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
metode problem solving dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : pembelajaran, motivasi,
hasil belajar, problem solving
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
B. Identifikasi Masalah..................................................................
C. Rumusan Masalah .....................................................................
D. Tujuan Penelitian ......................................................................
E. Manfaat
Penelitian ...................................................................
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian
Teori.................................................................................
B. Kerangka
Pikir.............................................................................
C. Hipotesis
Tindakan......................................................................
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Setting Penelitian ........................................................................
B. Metode dan Rancangan Penelitian..............................................
C. Subjek Penelitian .........................................................................
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...........................................
E. Validasi Data...............................................................................
F. Teknik Analisa Data ....................................................................
G. Prosedur Penelitian .....................................................................
H. Indikator Keberhasilan.................................................................
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian............................................................................
1. Deskripsi Kondisi Awal.........................................................
2. Deskripsi Siklus Pertama.......................................................
3. Deskripsi Siklus kedua...........................................................
B. Pembahasan.................................................................................
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
.................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel
3.1 Kriteria
Penilaian Hasil Observasi..........................................
Tabel 4.1
Hasil Ulangan Formatif Kondisi Awal..................................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif
pada Siklus I..............
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan
Motivasi Siswa pada Siklus I
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif
pada Siklus II.............
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan
Motivasi Siswa pada Siklus II
Tabel 4.6
Nilai Hasil Ulangan Formatif Temuan
Awal, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi
Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II............................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas......................
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Hasil dan Ketuntasan
Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan II...............................................................................................
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi
Siswa Pada Siklus I dan II
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Surat Ijin Penelitian
2.
Surat Kesediaan Menjadi Observer
3.
Jurnal Kegiatan Penelitian
4.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
5.
Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus II
6.
Berkas Instrumen
Pengumpulan Data
7.
Lembar Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan
Pembelajaran pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
8.
Daftar Hadir Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
9.
Daftar Hadir Peneliti Dan Observer
10. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
11. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun
potensi kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting
ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja karena
yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
mengatasi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di SMK mengisyaratkan bahwa siswa sudah
terlatih dalam mengatasi problema yang dihadapi sehari-hari. Hal ini diwujudkan
dalam hal pelaksanaan pembelajaran praktek yang bersifat individual. Dengan pelaksanaan
praktek individual ini maka siswa secara tidak langsung belajar untuk mengatasi
permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek baik dinilai proses
maupun hasilnya sangat bergantung pada kreativitas siswa. Untuk itulah maka
pembelajaran di SMK khususnya program produktif sangat menuntut tugas sebagai
motivator dan inspirator bagi siswa. Dengan posisi ini, maka guru dituntut pula
untuk melaksanakan proses pembelajaran secara variatif. Guru yang melaksanakan
proses pembelajaran secara monoton akan ditinggalkan oleh siswa. Karena proses
pembelajaran seperti ini hanya akan membuat suasana pembelajaran menjadi
membosankan. Oleh karenanya pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum SMK. Pendekatan pembelajaran
yang dituntut di SMK adalah pembelajaran berbasis kompetensi.
Salah satu
cara untuk meningkatkan
pendidikan di Indonesia
adalah dengan cara melakukan
perubahan dan peningkatan
dalam proses pembelajaran, maka
perlu diadakan upaya
dalam perbaikan pembelajaran. Tujuan utama
pembelajaran adalah siswa
dapat menguasai materi
pelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, seorang pendidik sudah berupaya
dari penyusunan rencana
pembelajaran, pemilihan metode
pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi.
Namun dalam kenyataannya setelah
kegiatan belajar mengajar selesai, masih ada siswa yang tidak menguasai
pembelajaran.
Begitu pula
dengan pelajaran dengan SK Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga Listrik
(MPRTL) yang sudah sering
diterima oleh pelajar SMK Jurusan Elektro. Namun sangat disayangkan dalam
penyerapan tentang konsep awal pelajaran tersebut sungguh sangat minim didapat,
karena para siswa SMK, khususnya siswa kelas I, kebanyakan merupakan siswa SMP
yang dalam kurikulum pembelajarannya tidak dicantumkan pelajaran tersebut,
sehingga banyak siswa SMK yang dalam hal teori kurang memahaminya dengan baik.
Guru
merupakan komponen yang sangat penting,
sebab keberhasilan pelaksanaan
proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena
itu upaya peningkatan
kualitas pendidikan seharusnya
dimulai dari pembenahan kemampuan
guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah bagaimana merancang suatu
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang
akan dicapai, karena
kita yakin tidak
semua tujuan bisa
dicapai oleh hanya satu strategi saja.
Seperti
halnya kegiatan pembelajaran di tempat peneliti bertugas yaitu di SMK ...................
untuk mata pelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
(MPRTL) pada kelas XI, peneliti
menemukan hasil yang cukup rendah.
Dari 18 siswa di kelas XI hanya 4 siswa (22,22%)
saja yang mencapai tingkat penguasaan materi 85% ke atas atau yang
mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM sebesar 70, sedangkan 14 orang siswa (77,78%) dinyatakan belum
tuntas karena memperoleh nilai di bawah KKM, dengan perolehan rata-rata hasil
belajar secara klasikal sebesar 57,78.
Untuk itu guru
perlu menggunakan beragam
metode yang menyediakan beragam pengalaman
belajar melalui contoh
dan bukti yang
kontekstual. Untuk
menciptakan kegembiraan dalam
proses pembelajaran, mengurangi
keabstrakan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis maka
harus diterapkan metode mengajar yang
baik. Siswa akan
lebih mudah memahami
suatu konsep jika dalam
belajar siswa dapat
menggunakan sebanyak mungkin
indera dan berinteraksi dengan
isi pembelajaran. Apalagi pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga
listrik (MPRTL) merupakan mata pelajaran
yang sarat materi
sehingga siswa dituntut
memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang
disampaikan guru.
Metode Pembelajaran
Problem Solving
merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran motivasional yang diyakini mampu meningkatkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap berbagai persoalan karena Pada
dasarnya hidup ini adalah
memecahkan masalah. Hal
ini memerlukan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Dengan kata
lain kemampuan memecahkan masalah
merupakan tujuan utama pendidikan.
Menindaklanjuti pembelajaran yang
belum maksimal/belum dapat meningkatkan hasil
belajar membuat peneliti
membuat rencana tindakan
kelas yang akan ditujukan untuk memperbaiki pembelajaran. Penelitian
Tindakan Kelas yang peneliti uji
ini menggunakan penerapan
metode Problem Solving dalam pembelajaran memperbaiki peralatan
rumah tangga listrik (MPRTL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa.
Melalui
pengamatan selama pembelajaran
diketahui faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa yaitu
kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru karena pada
pembelajaran sebelumnya siswa
bersikap pasif dan menunjukkan
ketidaktertarikannya. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat
dikembangkan adalah pembelajaran
memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving).
Berdasarkan
latar belakang masalah
tersebut, penulis tertarik
mengadakan penelitian terhadap penerapan metode Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Maka Penelitian
ini berjudul “Penerapan Metode Problem
Solving untuk
meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran
memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) di
kelas XI SMK ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah, dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi
kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap
beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
- Rendahnya minat belajar siswa
- Rendahnya keaktifan siswa terhadap materi pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) yang berdampak hasil belajar rendah.
- Kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung sehingga tidak terjadi dialog yang efektif, aktif dan kreatif pada saat proses pembelajaran berlangsung.
- Rendahnya minat belajar siswa.
- Rendahnya hasil belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah
yang telah dipaparkan,
permasalahan yang akan diteliti
adalah bagaimana penerapan metode problem
solving terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa. Peneliti akan
berusaha menjawab rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran peralatan
rumah tangga listrik (MPRTL) dengan menerapkan metode Problem Solving
pada siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana
peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI SMK ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui menerapkan metode Problem Solving ?
3.
Bagaimana peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015
melalui menerapkan metode Problem
Solving?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan melalui
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a.
Untuk menjelaskan proses
pelaksanaan pembelajaran peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) dengan
menerapkan metode Problem Solving pada siswa kelas XI SMK ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Untuk mengetahui peningkatan motivasi
belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015
melalui menerapkan metode Problem
Solving.
c. Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015
melalui menerapkan metode Problem
Solving.
E. Manfaat
Penelitian
Dalam
penelitian ini diharapkan
mendatangkan manfaat bagi
semua pihak, adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa
a. Menumbuhkan kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan
bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi serta mengembangkan
keterampilan berfikir siswa.
b. Meningkatkan motivasi
dalam belajar memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
(MPRTL) sehingga dapat
menumbuhkan minat belajar yang
pada gilirannya akan
membawa pengaruh yang
positif yaitu terjadinya peningkatan
hasil belajar yang
baik serta penguasaan konsep dan
keterampilan yang lainnya.
Potensi siswa dapat
lebih ditumbuhkembangkan agar menjadi baik.
c. Sebagai tambahan
ilmu mengenai metode
dalam pendidikan, sehingga mereka mengetahui
bahwa dalam pendidikan
mereka bukan hanya dijadikan sebagai
obyek, melainkan perlu
juga dijadikan sebagai
subyek dan mereka mampu mengungkapkan pendapat dan tentu saja memperbaiki
hasil belajar siswa.
2. Manfaat bagi guru
a. Mendapat pengalaman
langsung melakukan penelitian
tindakan kelas (PTK) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
dan mengembangkan profesi guru.
b. Sebagai alat
tolak ukur bagi metode yang
telah disampaikan oleh
guru dalam kegiatan belajar
mengajar dikelas, sehingga
guru dapat menggunakan metode
yang lebih baik
dalam kegiatan belajar
mengajar. guna mencapai berbagai tujuan yang diinginkan.
c. Mengetahui strategi
pembelajaran yang bervariasi
yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan sistem pembelajaran
di kelas, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
dan untuk mengatasi
rasa kebosanan siswa dalam belajar memperbaiki peralatan rumah tangga
listrik (MPRTL).
3. Bagi Sekolah
Sebagai
penambah sumber keilmuan
yang baru bagi
sekolah, sehingga sekolah
tersebut lebih sering menggunakan metode problem
solving sebagai upaya memperbaiki metode pembelajaran.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata dasar
”motif” yang berarti suatu keadaan yang dialami
oleh makhluk hidup
yang mendorong makhluk
tersebut berbuat sesuatu
ke arah suatu tujuan tertentu. Subana (1968: 47) mengemukakan bahwa
motif merupakan dorongan yang berasal
dari dalam diri
seseorang untuk melakukan
suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diinginkan. Berawal dari kata ”motif” tersebut dapat diartikan
bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang telah aktif. Sukmadinata (2003:
61) mendefinisikan motivasi
merupakan kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu
yang menunjukkan suatu
kondisi dalam diri individu
yang mendorong atau
menggerakkan individu tersebut
malakukan kegiatan mencapai tujuan.
Hal senada dikemukakan
oleh Surya (2003:
99), motivasi adalah suatu dorongan untuk mewujudkan
perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi
suatu individu akan
muncul terdorong oleh
suatu tujuan yang
ingin dicapai. Individu termotivasi untuk melakukan suatu tindakan
karena memiliki tujuan, tindakan
atau perbuatan yang
dilakukan oleh suatu
individu dilakukan berdasarkan motivasi yang dimiliki oleh
individu itu sendiri. Bila suatu individu memiliki motivasi dan tujuan yang
tinggi maka akan semakin banyak yang dilakukan.
Mc.
Donald dalam Sardiman
(2001: 71) menyatakan
bahwa motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang
yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Berdasarkan pengertian tersebutdapat diartikan
bahwa motivasi menyebabkan
adanya perubahan energi
pada diri seseorang yang ditandai
dengan adanya rasa (feeling) yang
dapat menentukan tingkah laku individu tersebut yang terdorong oleh adanya
tujuan.
Setiap proses
motivasi dan perilaku
akan menghasilkan peristiwa
yang beragam antara individu dan
individu yang lainnya.
Setiap individu selalu
terdorong untuk melakukan
tindakan yang mengarah
pada pencapaian tujuan
yang diharapkan. Tercapainya
tujuan yang diharapkan tersebut akan menimbulkan suatu kepuasan pada individu
itu sendiri.
Pada
dasarnya karakteristik motivasi
ialah sebagai hasil
dari kebutuhan, terarah kepada
suatu tujuan, dan
penopang perilaku. Motivasi
suatu individu yang tinggi akan mengarahkan perilaku yang baik dan sesuai dengan arah tujuan
sehingga membawa hasil yang
baik. Sebaliknya jika
motivasi yang dimiliki
lemah maka perilaku atau
perbuatan yang dikerjakan
akan tidak sungguh-sungguh, tidak
terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Dapat terlihat bahwa suatu tindakan
atau perbuatan individu dipengaruhi oleh motivasi yang
dimiliki. Dalam motivasi
terdapat adanya dorongan
yang menggerakkan suatu kegiatan
individu untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh
Purwanto berikut ini: ”Motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang
komplek, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pertanyaan-pertanyaan ketegasan
(tensen states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang
memiliki dan menjaga kegiatan-kegiatan yang
diinginkan kearah pencapian
tujuan-tujuan personal (Purwanto,
1997: 72).”
Berdasarkan konsep-konsep
motivasi di atas
dapat digambarkan bahwa motivasi adalah kondisi dalam diri
individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan suatu
kegiatan yang sesuai
dengan tujuan yang
ingin dicapai. Motivasi tumbuh di dalam individu itu sendiri
tetapi dapat ditingkatkan atau dikembangkan dari faktor luar individu tersebut.
Mc Donald dalam Sardiman (2008: 73)
menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dalam definisi
ini terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu :
a)
Motivasi dimulai
dari adanya perubahan
energi dalam pribadi.
Misalnya karena perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif
lapar.
b)
Motivasi ditandai
dengan timbulnya perasaan,
yang merupakan ketegangan psikologis dan berubah menjadi
suatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang
bermotif. Misalnya, seseorang
merasa memiliki cukup
waktu tetapi ia kurang
baik dalam mengatur
waktu belajarnya. Waktu
belajar yang digunakannya tidak memadai untuk memperoleh
hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, ia mengubah cara belajarnya.
c)
Motivasi ditandai
dengan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Misalnya, seseorang siswa
kelas VI SD
memiliki keinginan untuk
dapat diterima di SMP
yang berstandar internasional, namun
siswa tersebut memperoleh
hasil belajar yang rendah
pada mata pelajaran
Bahasa Inggris dalam
ulangan harian. Menyadari hal
ini, siswa tersebut
mengambil kursus tambahan
dan belajar lebih giat
sehingga pada ulangan
berikutnya hasil belajarnya bertambah baik. Oleh karena itu,
semangat belajarnya pun semakin tinggi.
Setiap proses motivasi
dan perilaku akan
menghasilkan peristiwa yang beragam antara individu satu dan
individu lainnya. Masing-masing individu akan terdorong untuk melakukan
tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Tercapainya
suatu tujuan tersebut akan menimbulkan
kepuasan pada diri individu itu sendiri.
Pada
dasarnya karakteristik motivasi
ialah sebagai hasil
dari kebutuhan, terarah kepada
tujuan, dan penopang perilaku. Motivasi individu yang tinggi akan mengarahkan kepada
perilaku yang baik
dan sesuai dengan
arah tujuan sehingga membawa hasil
yang baik. Sebaliknya
jika motivasi yang
dimiliki individu itu lemah,
maka perilaku yang
dikerjakannya tidak akan
sungguh-sungguh, tidak terarah,
bahkan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Berdasarkan pernyataan tersebut,
dapat digambarkan bahwa motivasi adalah kondisi
dalam diri individu
yang mendorong individu
tersebut untuk melakukan suatu kegiatan yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Motivasi tumbuh di dalam diri
individu tetapi dapat
berkembang karena faktor
dari luar individu tersebut. Sedangkan pengertian
belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang dihasilkan melalui
pengalaman. Hermine Marshall menggambarkan motivasi belajar sebagai
suatu kebermaknaan, nilai,
dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar sehingga siswa tertarik
untuk melakukan kegiatan belajar.
Sardiman (2008: 75)
mengemukakan bahwa dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai.
Dari
uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa motivasi
belajar merupakan dorongan dari
dalam maupun dari
luar diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar
dan menambah keterampilan
serta pengalaman. Motivasi
dapatmendorong dan mengarahkan
minat belajar siswa
untuk mencapai suatu
tujuan, misalnya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.
2.
Hasil Belajar
Sebelum melakukan
pembahasan tentang hasil belajar, maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang
hakikat belajar itu sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan suatu kegiatan,
dimana siswa membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada
pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Belajar menurut Winkel
(2005:27) adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif denga lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilaisikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif konstan dan berbekas.
Pendapat diatas sejalan dengan pengertian
belajar yang dikemukakan oleh Hamalik (2009:33), bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Trianto (2009:72) mengemukakan pula bahwa belajar sebagai proses perubahan
perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham,
dari kura ng terampil menjadi lebih terampil, dari kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru dan bermamfaat bagi lingkungan dan individu itu sendiri. Hal ini
memberikan gambaran bahwa dengan belajar setiap invidu dapat mengalami
perubahan dalam bentuk peningkatan kualitas hidup. Menurut Hanafiah dan Suhana
(2009) mengemukakan bahwa belajar dalam pandangan modern merupakan proses
perubahan prilku, berat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor sedang yang dimaksud dengan
lingkungan mencakup keluarga, sekolah dan masyarakat dimana peserta didik
berada.
Menurut Slameto
(2005:27) menemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keselurahan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pengertian ini lebih menekankan kepada kemampuan individual
dalam merespon berbagai pengalaman belajarnya. Menurut Iskandar (2009:42),
belajar sebagai suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah melalui
reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan bahwa karakteristik dari
perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar
kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan atau perubahan sementara dari
oragnisasi. Hal ini mengandung makna bahwa proses belajar ditandai dengan
perubahan tingkah laku karena memperoleh sejumlah pengalaman baru.
Hergenhan dan
Olson (2008:37) lebih menegaskan lagi bahwa belajar adalah sebuah proses yang
memperatai perilaku. Belajar adalah sesuatu yang terjadi sebagai hasil atau
akibat dari pengalaman dan mendahului perubahan perilaku. Pengertian ini
mengandung makna bahwa belajar ditempatkan sebagai variabel pengintervensi atau
variabel perantara yang diasumsikan sebagai proses teoritis yang terjadi
diantara stimuli dan respon yang diamati. Variabel independen (variabel bebas)
menyebabkan perubahan dalam variabel perantara (proses belajar), yang pada
gilirannya akan menimbulkan perubahan dalam variabel dependen (variabel
terikat) yaitu perubahan perilaku.
Dari beberapa
definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar,
yaitu:
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change
behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak trampil menjadi trampil.
b. Perubahan perilaku, ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang
terjadi karena belajar untuk waktu tertentu tidak berubah-ubah.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan dapat itu dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah
laku. Perubahan perilaku dapat berupa
hasil belajar siswa yang diupayakan melalui proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal ini, Purwanto mengemukakan
bahwa hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga
hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan.
Menurut Sudjana (2009:81), hasil belajar pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif
dan psikomotor. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa penilaian hasil
belajar merupakan upaya untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran
Sehubungan dengan hakikat hasil belajar, Dimiyati dan Mudjono (2005:46)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar.
Sedangkan dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggalan dan puncak proses
belajar. Iskandar (2009:18) mengemukakan pula bahwa hasil belajar dapat diukur
dalam bentuk perubahan perilaku siswa yaitu semakin bertambahnya pengetahuan
dan keterampilannya. Pembelajaran efektif bukan membuat siswa pusing, akan
tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan
menyenangkan. Hal ini berarti bahwa melalui kegiatan pembelajaran lebih
mengarahkan dan memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Hasil
belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu
menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk
mengukur capaian kompetensi tertentu. Hasil belajar juga dapat berfungsi untuk
memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk
dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan
pada umumnya.
3.
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara dan tindakan yang ditempuh seorang
guru dalam pembelajaran agar berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran/kompetensi yang diharapkan. cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan. Menurut
Witherington (dalam Martinis Yamin, 2006 : 18), belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola
respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.
Metode merupakan sesuatu yang penting dalam proses belajar pembelajaran.
Karena metode termasuk unsur pengajaran dan salah satu faktor yang ikut dalam
menentukan tercapainya tujuan yang diinginkan.
4. Model Problem
Solving
a.
Pengertian
Problem solving atau pemecahan
masalah merupakan bagian
dari kurikulum memperbaiki
peralatan listrik rumah tangga yang sangat
penting karena dalam
proses pembelajaran maupun penyelesainya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman mengunakan pengetahuan
serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik
sangat penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak
rutin, penemuan penggeneralisasian, komunikasi
matematik, dan lain-lain dapat
dikembangkan secara lebih namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa
kegiatan pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran memperbaiki peralatan listrik
rumah tangga belum dijadikan
sebgai kegiatan utama.
Padahal, di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat dan
Jepang kegiatan tersebut
dapat dikatakan merupakan
kegiatan pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga di sekolah.
Selain itu, Suryadi dkk. (dalam Suherman, 1999:143) dalam surveynya tentang ’current situation on matematics and
science education in Bandung’
yang disponsori oleh
JICA, antara lain menemukan bahwa
pemecahan masalah memperbaiki peralatan listrik rumah tangga merupakan
salah satu kegiatan yang dianggap
penting baik oleh
para guru maupun
oleh siswa disemua tingkat
mulai dari sekolah
dasar sampai SMU.
Akan tetapi, hal tersebut
masih dianggap sebagai
bahan yang paling
sulit dalam memperbaiki peralatan listrik rumah tangga baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun
bagi dalam mengajarkanya.
Sebagaimana tercantum
dalam kurikulum memperbaiki peralatan listrik rumah tangga sekolah
bahwa tujuan diberikan memperbaiki peralatan listrik rumah tangga antara
lain agar siswa
mampu menghadapi perubahan
keadaan dunia yang sedang berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
logis, rasional, dan
kritis cermat, jujur,
dan efektif. Hal
ini, jelaslah tuntutan sangat
tinggi yang tidak
mungkin bisa dicapai
hanya melalui hapalan, latihan
pengerjaan tugas, serta
proses pembelajaran belajar
untuk menjawab tuntutan yang demikian tinggi, maka perlu dikembangkan
materi serta proses pembelajaranya yang
sesuai. Berdasarkan teori belajar
yang dikemukakan
Gagne (Suryadi, 2006:25) bahwa
keterampilan tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan
masalah. Hal ini
dapat dipahami sebab-sebab
pemecahan masalah merupakan paling
tinggi dari delapan
tipe yang dikemukakan
Gagne, yaitu signal learning, stimulus
respone learning, chaining
, view association, discrimination learning, concept
learning, rule learning, dan Problem
Solving. Problem Solving
disebut juga PBL (problem baesed learning) merupakan
pembelajaran yang berbasiskan
masalah. Pembelajaran dalam problem
solving masalah
ditempatkan diawal pembelajaran
ketika pembelaran dimulai
guru memberipermasalahan kepada seluruh siswa, permasalahan dapat
diajukan secara klasikal/individual atau kelompok.
(Windayana, dkk 2006:24)
Jenis permasalahan dapat berupa
masalah tranlasi, masalah
aplikasi, masalah proses, atau
masalah teka-teki, tergantung
kompetensi yang ingin
dikembangkan siswa. Ketika permasalahan
diajukan, guru tidak
memberitahukan strategi atau
cara memecahkan masalah tersebut.
Kecuali apabila guru
ingin memberi kereampilan atau strategi
pemecahan masalah, misalnya
strategi pemecahan masalah
dari Pyola. Kebenaran jawaban
tidak menjadi prioritas
utama dalam pendekatan belajar ini,
tetapi tujuan utamanya
adalah agar siswa
dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan menggunakan berbagai
cara atau strategi
memecahkan masalah ini yang
akan membuat siswa
dapat mengembangkan potensi-potensi penting dalam dirinya.
Menurut Polya
(Windayana, 2006:61 )
solusi soal pemecahan
masalah memperbaiki peralatan listrik rumah tangga memuat empat langkah
fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian,
meyelesaikan masalah sesuai
rencana, dan melakukan pengecekan
kembali terhadap semua
langkah yang telah
dikerjakan. Fase pertama adalah
memahami masalah. Tanpa
adanya pemahaman terhadap masalah yang
diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan
masalah tersebut dengan benar,
selanjutnya mereka harus
mampu menyusun rencana penyelesaian masalah.
Kemampuan melakukan fase
ini sangat tergantung
pada pemahaman siswa dalam
menyelesaikan masalah. Pada
umumnya, semakin bervariasi pengalaman
mereka, ada kecenderungan
siswa lebih kreatif
dalam menyusun rencana penyelesaian
suatu masalah. Jika
rencana penyelesaian suatu masalah
telah dibuat, baik
secara tertulis atau
tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah
sesuai dengan rencana
yang paling tepat.
Dan langkah terakhir dari
proses penyelesaian masalah
menurut Polya adalah
melakukan pengecekan atas apa
yang telah dilakukan
mulai dari fase
pertama sampai pada fase
penyelesaian ketiga. Dengan
cara seperti ini
maka berbagai kesalahan
yang tidak perlu dapat
terkoreksi kembali sehingga
siswa dapat sampai
pada jawaban yang benar sesuai
dengan masalah yang diberikan.
Metode problem solving
(pemecahan masalah) atau
suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dengan sejalan
melatih anak-anak (siswa)
untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai
kepada masalah yang paling rumit
(Zuhairini, 1997 :
110). Metode ini
biasanya dikombinasikan
dengan metode proyek,
dimana anak dihadapkan
pada masalah-masalah, kemudian disuruh memecahkan
sendiri sampai mendapatkan
pemecahannya atau kesimpulannya
(Roestiyah, 1986 : 82). Hasbullah (Eka
MR, 2008:15) berpendapat bahwa pemecahan masalah (Problem Solving)
sebagai usaha mencari
jalan keluar dari
suatu kesulitan mencapai
suatu tujuan yang tidak begitu saja segera dapat dicapai. Menurut
Nasution masih dalam halaman yang sama
berpendapat bahwa pemecahan
masalah merupakan suatu proses
mental dan intelektual
dalam menemukan suatu
masalah dan memecahkannya berdasarkan
data dan informasi
yang akurat sehingga
dapat diambil kesimpulan yang tepat dan benar.
Metode pemecahan
masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri
atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya
adalah pemecahan masalah.
Problem solving didasarkan pada
kesadaran terhadap fakta,
bahwa mengajar bukanlah
sekedar berpidato kepada
anak didik bukan
sekedar mengkomunikasikan
ilmu pengetahuan, bukan
pula berarti belajar
atau mengikat fakta semata-mata
yang kurang memasalahkan
bagaimana kepentingan fakta
itu. Akan tetapi mengajar
adalah untuk meneliti
dengan seksama, menemukan memikirkan, menganalisa, inquiry
dan menyelidiki.
Problem solving dipandang sebagai
proses dimana siswa
menemukan kombinasi
aturan-aturan yang telah
dipelajari dahulu yang
dilakukannya untuk
memecahkan masalah yang
baru. Dari setiap
kali kita pecahkan
masalah, maka kita mempelajari
hal baru karena
itu memecahkan masalah
merupakan suatu bentuk
belajar.
Dalam Problem Solving seorang guru mempunyai tiga peranan, yaitu :
1)
Menciptakan lingkungan yang
merangsang anak
2)
Memberanikan dan mendorong anak
untuk selalu meneliti.
3)
Membantu anak
untuk merumuskan generalisasi
yang didasarkan pada
pengalamannya.
Ada
dua pendekatan utama
dalam metode ini
yang pertama adalah menciptakan satu
lingkungan yang merangsang
sehingga siswa memperoleh motivasi yang
kuat untuk menjawab
permasalahan dan kemudian
menemukan jawaban yang memadai
dibawah bimbingan guru
yang kompeten. Yang
kedua adalah dengan menghadapkan
siswa kepada masalah-masalah untuk
kemudian mencari pemecahannya.
b.
Karakteristik Problem Solving
Metode Problem solving
memiliki unsur-unsur yang
harus dipenuhi karena dalam
kegiatan pembelajarannya yang
mengandung aktifitas siswa
yang cukup tinggi. Unsur tersebut
antara lain :
1)
Guru
a)
Harus terampil dalam membimbing
siswa dalam merumuskan masalah
b)
Mampu memimpin
kelas, terutama dalam
memotivasi siswa untuk
mau belajar mandiri.
c)
Mempunyai wawasan
yang luas mengenai
berbagai gejala, data, permasalahan yang berkenaan dengan konsep dan prinsip yang terdapat pada materi yang diajarkan.
2)
Sarana dan Prasarana
a)
Sumber-sumber belajar yang
digunakan dalam mengidentifikasi masalah
b)
Kelas tidak terlalu besar
c)
Tersedia cukup waktu.
c.
Kriteria Bahan Ajar dalam Problem Solving
Hakikat masalah
dalam strategi pembelajaran
berbasis maslah adalah kesenjangan antara
situasi nyata dan
kondisi yang diharapkan
atau antara kenyataan yang
terjadi dengan apa
yang diharapkan. Ada beberapa
kriteria pemilihan bahan pelajarannya yaitu sebagai berikut :
1)
Bahan pelajaran harus
mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman
video dan yang lainnya.
2)
Bahan yang
dipilih adalah bahan
yang bersifat familiar
dengan siswa sehingga setiap siswa
dapat mengikutinya dengan baik.
3)
Bahan yang
dipilih merupakan bahan
yang berhubungan dengan kepentingan orang (universal) banyak
sehingga terasa manfaatnya.
4)
Bahan yang
dipilih merupakan bahan
yang mendukung tujuan
atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa
sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
d.
Tujuan Penggunaan Metode Problem Solving
Adapun tujuan
dari penggunaan metode
problem solving dalam
kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1)
Mengembangkan kemampuan
berpikir, terutama dalam
mencari sebab akibat dan tujuan dari
suatu permasalahan.
2)
Memberikan kepada
siswa pengetahuan dan
kecakapan praktis yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan
hidup sehari-hari.
3)
Belajar bagaimana dalam
bertindak dalam suatu situasi baru.
4)
Belajar bekerja secara sistematis pada waktu memecahkan suatu permasalahan.
e.
Keunggulan dan Kelemahan Metode
Problem Solving
Adapun keunggulan metode Problem Solving sebagai berikut:
1)
Melatih siswa untuk mendesain
suatu penemuan.
2)
Berpikir dan bertindak kreatif.
3)
Memecahkan masalah yang
dihadapi secara realistis
4)
Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
5)
Merangsang perkembangan
kemajuan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
6)
Dapat membuat
pendidikan sekolah lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode Problem Solving sebagai berikut:
1)
Ketika siswa
tidak memiliki minat
atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba.
2)
Keberhasilan strategi
pembelajaran problem solving
Memerlukan alokasi waktu yang
cukup untuk persiapan.
3)
tanpa pemahaman
mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan
belajar apa yang
mereka ingin pelajari.
f.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Metode Problem Solving
Banyak ahli
yang menjelaskan bentuk
penerapan metode problem solving (Wina Sanjaya,
2006,217). John Dewey
seorang ahli pendidikan
berkebangsaan Amerika
menjelaskan enam langkah
dalam pembelajaran problem solving
atau pemecahan masalah yaitu :
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2) Menganalisis masalah,
yaitu langkah siswa
meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
3) Merumuskan hipotesis,
yaitu langkah siswa
merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Mengumpulkan data,
yaitu langkah siswa
mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5) Pengujian hipotesis,
yaitu langkah siswa
mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
6)
Merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah, yaitu
langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan
sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
David Johnson & Johnson
(2001:45-46) mengemukakan ada lima
langkah dalam metode Problem Solving
melalui kegiatan kelompok :
1)
Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa
tertentu yang mengandung isu konflik hingga siswa menjadi jelas masalah apa
yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan
siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2)
Mendiagnosis masalah,
yaitu menentukan sebab-sebab
terjadinya masalah serta menganalisis
berbagai faktor-faktor yang
bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian maslah.
3)
Merumuskan alternatif
strategi, yaitu menguji
setiap tindakan yang
telah dirumuskan melalui diskusi
kelas. Pada tahapan
ini siswa didorong
untuk berpikir mengemukakan pendapat
dan argumentasi tentang
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4)
Menentukan dan menerapkan
strategi pilihan, yaitu pengambilan
keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5)
Melakukan evaluasi
baik evaluasi terhadap
seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan sedangkan
evaluasi hasil adalah
evaluasi terhadap akibat
dari penerapan strategi yang diterapkan.
B. Kerangka Berpikir
Rendahnya motivasi dan hasil belajar
siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran memperbaiki peralatan
listrik rumah tangga menjadi salah satu
permasalahan yang harus segera diselesaikan untuk mewujudkan keberhasilan
proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan karena sebagaian besar siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
meminta bantuan kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu
mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil
diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu kreativitas siswa untuk menanyakan sesuatu
kepada guru sama sekali tidak muncul dan ketidakaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlansung.
Upaya yang
dilakukan sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa adalah melaksanakan perbaikan kegiatan pembelajaran memperbaiki
peralatan listrik rumah tangga melalui metode Problem Solving untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat dan ketuntasan belajar dapat tercapai
Tujuan
akhir dari pelaksanaan pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal
terhadap peningkatan hasil proses pembelajaran, dan siswa dapat memperoleh
pengalaman nyata tentang pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah
tangga secara nyata melalui penggunaan metode Problem Solving sehingga motivasi dan hasil belajar siswa
meningkat sesuai dengan kriteria keberhasilan proses pembaikan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
C. Hipotesis Tindakan
Dengan
pertimbangan dan merujuk kepada beberapa pendapat pakar di atas, disusunlah
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga.
2. Penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga .
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta:
Depdikbud.
BSNP.
(2008). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Depdiknas Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Catharina, Tri Anni. 2002. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press
Conny Semiawan, 1992, Konsep
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PCP PGSM, Dirjen-Dikti
Depdiknas.
2003. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dikmenun, 1997. Menjadi Guru Yang Terampil. Jakarta : Direktorat
Menengah Umum. Ditjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Direktorat Pendidikan
Dasar dan Kepala
Bidang Dikdas. (1994). Didaktik/Metodik
Umum. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar.
Djaluli,
Achmad. (1994). Penyelenggaraan Pendidikan
di SD. Jakarta:
Dikdasmen Depdikbud.
Djamarah, Drs.
Syaiful Bahri. Zain, Drs. Aswan. 1999. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Gagne,
R.M (1985). The Conditions
of Learning Theory
of instruction (4th Edition). New York : Holt, Rinehart and Winston.
Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara.
Handoko, Martin. 2001. Asesmen Proses dan Hasil
Belajar. Bandung : Rosda Karya
Havighurt. Robert. J. 1995. Critical Thinking: An
Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta,
GA: Valdosta
State University
Kasbolah,
Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud.
Mikarsa.H.L, Taufik A dan Prianto P.L.2002. Pendidikan Anak di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
Muhammad, M. Saleh, Munajat, Ade. 2008. IPS VI. Jakarta : Depdiknas.
Nashar, Drs. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Nasution Noehi. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka, 2004
NK Roetiyah. 1998. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta
Nugroho, Arif Julianto Sri. 2009. IPS VI SD/MI. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nurhadi. 2009. Mengenal
Lingkungan Sekitar Ilmu Pengetahuan Sosial 6 : untuk Kelas IV Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nursa’ban, Muhammad,
Rusmawan. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial VI. Jakarta : Depdiknas.
Pujiati, Retno Heny. 2010. Cerdas Pengetahuan Sosial VI : untuk kelas VI SD/MI kelas VI. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Purwanto,
Ngalim. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Rajiman, 2009. Ilmu
Pengetahuan Sosial 6. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sadiman, Irawan Sadad. 2009. IPS VI untuk SD/MI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Sanjaya,
Wina. (2008). Strategi Pembelajaran.
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sanusi, 1998. Portofolio
dalam Pembelajaran IPS, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Sapriya, Siti Masyitoh
I. dan Sundawa,
D. (2006). Pembelajaran dan
Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung:
UPI Press.
Sapriya. (2008). Pendidikan
IPS. Bandung:
Laboratorium PKn UPI.
Sardiman.
(2004). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Gradindo Persada.
Sukirman,
D dan Jumhana,
N. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
UPI Press.
Sumaatmaja, Nursid.
1980. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Sunarso, Kusuma, Anis.
2008. Ilmu Pengetahuan
Sosial 6. Jakarta :
Depdiknas.
Suranto, Tri Jaya. 2010. IPS Jilid 6 untuk SD/M Kelas VI. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Susilana,
Rudi. (2006). Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.
Sutoyo. 2009. IPS 6 : untuk SD / MI Kelas 6. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Syamsuddin
Makmun, Abin. (2003).
Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syamsuddin, A.R.
(1999). Studi Wacana: Kajian
Linguistik Komprehensif. Bandung: IKIP Bandung.
Wardani, I.G.A.K, Juaeha,S dan Marsinah, Ng. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan).
Jakarta : Universitas Terbuka.
Winataputra, H. Udin S., 1997, Strategi
Belajar Mengajar , Jakarta: Universitas Terbuka
Yamin, Martinis. 2007. Desain Penelitian Berbasis KTSP 2006. Jakarta : GP Press.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta:
Depdikbud.
BSNP.
(2008). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Depdiknas Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Catharina, Tri Anni. 2002. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press
Conny Semiawan, 1992, Konsep
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PCP PGSM, Dirjen-Dikti
Depdiknas.
2003. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dikmenun, 1997. Menjadi Guru Yang Terampil. Jakarta : Direktorat
Menengah Umum. Ditjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Direktorat Pendidikan
Dasar dan Kepala
Bidang Dikdas. (1994). Didaktik/Metodik
Umum. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar.
Djaluli,
Achmad. (1994). Penyelenggaraan Pendidikan
di SD. Jakarta:
Dikdasmen Depdikbud.
Djamarah, Drs.
Syaiful Bahri. Zain, Drs. Aswan. 1999. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Gagne,
R.M (1985). The Conditions
of Learning Theory
of instruction (4th Edition). New York : Holt, Rinehart and Winston.
Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara.
Handoko, Martin. 2001. Asesmen Proses dan Hasil
Belajar. Bandung : Rosda Karya
Havighurt. Robert. J. 1995. Critical Thinking: An
Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta,
GA: Valdosta
State University
Kasbolah,
Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud.
Mikarsa.H.L, Taufik A dan Prianto P.L.2002. Pendidikan Anak di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
Muhammad, M. Saleh, Munajat, Ade. 2008. IPS VI. Jakarta : Depdiknas.
Nashar, Drs. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Nasution Noehi. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka, 2004
NK Roetiyah. 1998. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta
Nugroho, Arif Julianto Sri. 2009. IPS VI SD/MI. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nurhadi. 2009. Mengenal
Lingkungan Sekitar Ilmu Pengetahuan Sosial 6 : untuk Kelas IV Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nursa’ban, Muhammad,
Rusmawan. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial VI. Jakarta : Depdiknas.
Pujiati, Retno Heny. 2010. Cerdas Pengetahuan Sosial VI : untuk kelas VI SD/MI kelas VI. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Purwanto,
Ngalim. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Rajiman, 2009. Ilmu
Pengetahuan Sosial 6. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sadiman, Irawan Sadad. 2009. IPS VI untuk SD/MI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Sanjaya,
Wina. (2008). Strategi Pembelajaran.
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sanusi, 1998. Portofolio
dalam Pembelajaran IPS, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Sapriya, Siti Masyitoh
I. dan Sundawa,
D. (2006). Pembelajaran dan
Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung:
UPI Press.
Sapriya. (2008). Pendidikan
IPS. Bandung:
Laboratorium PKn UPI.
Sardiman.
(2004). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Gradindo Persada.
Sukirman,
D dan Jumhana,
N. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
UPI Press.
Sumaatmaja, Nursid.
1980. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Sunarso, Kusuma, Anis.
2008. Ilmu Pengetahuan
Sosial 6. Jakarta :
Depdiknas.
Suranto, Tri Jaya. 2010. IPS Jilid 6 untuk SD/M Kelas VI. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Susilana,
Rudi. (2006). Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.
Sutoyo. 2009. IPS 6 : untuk SD / MI Kelas 6. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Syamsuddin
Makmun, Abin. (2003).
Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syamsuddin, A.R.
(1999). Studi Wacana: Kajian
Linguistik Komprehensif. Bandung: IKIP Bandung.
Wardani, I.G.A.K, Juaeha,S dan Marsinah, Ng. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan).
Jakarta : Universitas Terbuka.
Winataputra, H. Udin S., 1997, Strategi
Belajar Mengajar , Jakarta: Universitas Terbuka
Yamin, Martinis. 2007. Desain Penelitian Berbasis KTSP 2006. Jakarta : GP Press.
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini