Friday, 13 May 2016

PTK TEKNIK LISTRIK



LOGO DAERAH










LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENERAPAN  METODE  PROBLEM  SOLVING UNTUK  MENINGKATKAN  HASIL  BELAJAR  SISWA  DALAM  PEMBELAJARAN  MEMPERBAIKI PERALATAN
RUMAH TANGGA LISTRIK (MPRTL) 
DI  KELAS  XI SMK ...................
TAHUN PELAJARAN 2014/2015


Diajukan untuk Memenuhi  Persyaratan Kenaikan Pangkat
............................... dst disesuaikan







Oleh :

………………………………………..
NIP. ……………..

UPT ………………………………….





UPT DINAS……………………………..
KECAMATAN ............
............
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dapat selesai dengan baik.
Dalam PTS ini peneliti menentukan judul yaitu Penerapan  Metode  Problem  Solving untuk  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL)  di  kelas  XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diajukan untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. Ke golongan …...
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.    ……………….., selaku Kepala Dinas  ………………..
2.    ……………….., selaku Kepala UPT ……………
3.    ……………….., selaku Kepala Sekolah SMK ...................  
4.    Segenap warga SMK ...................  khususnya guru-guru Kelas X yang telah membantu penyelesaian karya ini.
Akhirnya penulis mohon saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positip terhadap perkembangan peningkatan sumber daya manusia.
............,     ............
Penulis








LEMBAR PENGESAHAN


1.
Judul Penelitian
Penerapan  Metode  Problem  Solving untuk  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL)  di  kelas  XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015.
2.
Identitas Peneliti
a.    Nama Lengkap
b.   NIP
c.    Pangkat. Golongan
d.   Tempat Tugas
e.    Kabupaten/Kota
f.    Provinsi
g.   Alamat Kantor
h.   Telepon

3.
Lama Penelitian

4.
Sumber Dana
Swadaya




Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi setempat











PENERAPAN  METODE  PROBLEM  SOLVING UNTUK  MENINGKATKAN  HASIL  BELAJAR  SISWA  DALAM  PEMBELAJARAN  MEMPERBAIKI PERALATAN
RUMAH TANGGA LISTRIK (MPRTL) 
DI  KELAS  XI SMK ...................
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh
…………………………………………
NIP. ………………..

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari ketidaktertarikan siswa dalam belajar memperbaiki peralatan rumah tangga listrik. Luasnya materi Pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan sedangkan  dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahan di atas adalah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving. Metode problem solving sendiri adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan sejalan melatih anak-anak (siswa) untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada masalah yang paling rumit. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMK ................... sebanyak 18 orang siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu  untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar  siswa setelah menerapkan metode problem solving serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode problem solving dalam pembelajaran. Tahapan dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Adapun hasil penelitian ini pada peningkatan 7 siswa atau 38,89% pada studi awal menjadi 12 siswa atau 66,67%  pada siklus pertama dan  18 siswa atau 100% pada siklus terakhir, hasil belajar dari 57,78 meningkat menjadi 65,00 pada siklus I dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 72,22 dan pada akhir siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar dari 4 siswa (22,22%), meningkat menjadi 9 siswa atau 50% dan pada siklus II menjadi 16 siswa atau 88,89%. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : pembelajaran, motivasi, hasil belajar, problem solving



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................      
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................      
KATA PENGANTAR........................................................................................      
DAFTAR ISI.......................................................................................................      
ABSTRAK..........................................................................................................      
DAFTAR TABEL...............................................................................................      
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................      
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................      

BAB    I     PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah............................................................      
B.       Identifikasi Masalah..................................................................      
C.       Rumusan Masalah .....................................................................      
D.      Tujuan Penelitian ......................................................................      
E.       Manfaat  Penelitian ...................................................................
BAB    II   KAJIAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori.................................................................................      
B.  Kerangka Pikir.............................................................................      
C.  Hipotesis Tindakan......................................................................      
BAB    III METODE PENELITIAN           
A.  Setting Penelitian ........................................................................
B.  Metode dan Rancangan Penelitian..............................................
C.  Subjek Penelitian .........................................................................
D.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...........................................
E.   Validasi Data...............................................................................
F.   Teknik Analisa Data ....................................................................
G.  Prosedur Penelitian .....................................................................
H.  Indikator Keberhasilan.................................................................
BAB    IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian............................................................................      
1.       Deskripsi Kondisi Awal.........................................................
2.       Deskripsi Siklus Pertama.......................................................
3.       Deskripsi Siklus kedua...........................................................
B.  Pembahasan.................................................................................      
BAB V    PENUTUP            
A.  Kesimpulan .................................................................................      
B.  Saran ...........................................................................................      

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                           Halaman
Tabel      3.1    Kriteria Penilaian Hasil Observasi..........................................            
Tabel      4.1    Hasil Ulangan Formatif Kondisi Awal..................................
Tabel      4.2    Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif pada  Siklus I..............
Tabel      4.3    Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus I     
Tabel      4.4    Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif pada  Siklus II.............
Tabel      4.5    Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus II    
Tabel      4.6    Nilai Hasil Ulangan Formatif Temuan Awal,  Siklus I dan Siklus II
Tabel      4.7    Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II............................................................................................


























DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                      Halaman
Gambar 3.1    Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas......................
Gambar  4.1    Grafik Peningkatan Hasil dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan II...............................................................................................
Gambar  4.2    Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi Siswa Pada Siklus I dan II          
              























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                                  
1.        Surat Ijin Penelitian
2.        Surat Kesediaan Menjadi Observer
3.        Jurnal Kegiatan Penelitian
4.        Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
5.        Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
6.        Berkas Instrumen Pengumpulan Data
7.        Lembar Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
8.        Daftar Hadir Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
9.        Daftar Hadir Peneliti Dan Observer
10.   Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
11.   Dokumentasi  Pelaksanaan Kegiatan Penelitian






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk mengatasi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di SMK mengisyaratkan bahwa siswa sudah terlatih dalam mengatasi problema yang dihadapi sehari-hari. Hal ini diwujudkan dalam hal pelaksanaan pembelajaran praktek yang bersifat individual. Dengan pelaksanaan praktek individual ini maka siswa secara tidak langsung belajar untuk mengatasi permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek baik dinilai proses maupun hasilnya sangat bergantung pada kreativitas siswa. Untuk itulah maka pembelajaran di SMK khususnya program produktif sangat menuntut tugas sebagai motivator dan inspirator bagi siswa. Dengan posisi ini, maka guru dituntut pula untuk melaksanakan proses pembelajaran secara variatif. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran secara monoton akan ditinggalkan oleh siswa. Karena proses pembelajaran seperti ini hanya akan membuat suasana pembelajaran menjadi membosankan. Oleh karenanya pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada pendekatan pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum SMK. Pendekatan pembelajaran yang dituntut di SMK adalah pembelajaran berbasis kompetensi.
Salah  satu  cara  untuk  meningkatkan  pendidikan  di  Indonesia  adalah dengan  cara  melakukan  perubahan  dan  peningkatan  dalam  proses pembelajaran,  maka  perlu  diadakan  upaya  dalam  perbaikan  pembelajaran. Tujuan  utama  pembelajaran  adalah  siswa  dapat  menguasai  materi  pelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pendidik  sudah  berupaya  dari  penyusunan  rencana  pembelajaran,  pemilihan metode pembelajaran sampai  pelaksanaan  evaluasi.  Namun  dalam kenyataannya setelah kegiatan belajar mengajar selesai, masih ada siswa yang tidak menguasai pembelajaran.
Begitu pula dengan pelajaran dengan SK Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga Listrik (MPRTL) yang sudah sering diterima oleh pelajar SMK Jurusan Elektro. Namun sangat disayangkan dalam penyerapan tentang konsep awal pelajaran tersebut sungguh sangat minim didapat, karena para siswa SMK, khususnya siswa kelas I, kebanyakan merupakan siswa SMP yang dalam kurikulum pembelajarannya tidak dicantumkan pelajaran tersebut, sehingga banyak siswa SMK yang dalam hal teori kurang memahaminya dengan baik.
Guru  merupakan  komponen  yang  sangat  penting,  sebab  keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh  karena  itu  upaya  peningkatan  kualitas  pendidikan  seharusnya  dimulai  dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi  yang  akan  dicapai,  karena  kita  yakin  tidak  semua  tujuan  bisa  dicapai oleh hanya satu strategi saja. 
Seperti halnya kegiatan pembelajaran di tempat peneliti bertugas yaitu di SMK ................... untuk mata pelajaran  memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) pada kelas XI, peneliti  menemukan hasil yang cukup rendah.  Dari  18 siswa di kelas XI hanya 4 siswa (22,22%)  saja yang mencapai tingkat penguasaan materi 85% ke atas atau yang mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM sebesar 70, sedangkan 14 orang siswa (77,78%) dinyatakan belum tuntas karena memperoleh nilai di bawah KKM, dengan perolehan rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 57,78.
Untuk  itu  guru  perlu  menggunakan  beragam  metode  yang  menyediakan beragam  pengalaman  belajar  melalui  contoh  dan  bukti  yang  kontekstual.  Untuk menciptakan  kegembiraan  dalam  proses  pembelajaran,  mengurangi  keabstrakan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis maka harus diterapkan metode  mengajar  yang  baik.  Siswa  akan  lebih  mudah  memahami  suatu  konsep jika  dalam  belajar  siswa  dapat  menggunakan  sebanyak  mungkin  indera  dan berinteraksi dengan isi pembelajaran. Apalagi pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) merupakan mata pelajaran  yang  sarat  materi  sehingga  siswa  dituntut  memiliki  pemahaman  yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.  
Metode  Pembelajaran  Problem  Solving  merupakan  salah  satu  pendekatan pembelajaran motivasional yang diyakini mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap berbagai persoalan  karena Pada  dasarnya  hidup  ini adalah  memecahkan  masalah.  Hal  ini  memerlukan  kemampuan  berpikir  kritis dan kreatif. Dengan  kata  lain  kemampuan memecahkan masalah merupakan tujuan utama pendidikan.  Menindaklanjuti  pembelajaran  yang  belum  maksimal/belum  dapat meningkatkan  hasil  belajar  membuat  peneliti  membuat  rencana  tindakan  kelas yang akan ditujukan untuk memperbaiki pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas yang  peneliti  uji  ini  menggunakan  penerapan  metode  Problem  Solving  dalam pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Melalui  pengamatan  selama  pembelajaran  diketahui  faktor  yang menyebabkan hasil belajar siswa yaitu kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan  oleh  guru  karena  pada  pembelajaran  sebelumnya  siswa  bersikap  pasif dan menunjukkan ketidaktertarikannya. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang  dapat  dikembangkan  adalah  pembelajaran  memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL)  dengan  menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving).
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  tersebut,  penulis  tertarik  mengadakan penelitian terhadap penerapan metode Problem Solving untuk meningkatkan hasil  belajar  siswa.  Maka  Penelitian  ini  berjudul  “Penerapan  Metode  Problem  Solving untuk  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL)  di  kelas  XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah, dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
  1. Rendahnya minat belajar siswa
  2. Rendahnya keaktifan siswa terhadap materi pembelajaran memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) yang berdampak hasil belajar rendah.
  3. Kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung sehingga tidak terjadi dialog yang efektif, aktif dan kreatif pada saat proses pembelajaran berlangsung.
  4. Rendahnya minat belajar siswa.
  5. Rendahnya hasil belajar siswa.

C.    Rumusan Masalah
 Berdasarkan  latar  belakang  masalah  yang  telah  dipaparkan,  permasalahan yang  akan diteliti adalah bagaimana penerapan metode problem solving terhadap motivasi dan  hasil  belajar  siswa.  Peneliti  akan  berusaha  menjawab  rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) dengan menerapkan metode  Problem  Solving  pada siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015?
2.   Bagaimana peningkatan  motivasi  belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui menerapkan metode  Problem  Solving ?
3.  Bagaimana peningkatan  hasil  belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui menerapkan metode  Problem  Solving?


D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran  yang dilaksanakan melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a.  Untuk menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran peralatan rumah tangga listrik (MPRTL) dengan menerapkan metode  Problem  Solving  pada siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015.
b.   Untuk  mengetahui peningkatan  motivasi  belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui menerapkan metode  Problem  Solving.
c.   Untuk  mengetahui peningkatan  hasil  belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui menerapkan metode  Problem  Solving.


E.     Manfaat  Penelitian
Dalam  penelitian  ini  diharapkan  mendatangkan  manfaat  bagi  semua  pihak, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.  Manfaat bagi siswa
a.   Menumbuhkan  kemampuan  memecahkan  masalah,  kemampuan  bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi serta mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
b.   Meningkatkan  motivasi  dalam  belajar  memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL)  sehingga  dapat  menumbuhkan minat  belajar  yang  pada  gilirannya  akan  membawa  pengaruh  yang  positif yaitu  terjadinya  peningkatan  hasil  belajar  yang  baik  serta  penguasaan konsep  dan  keterampilan  yang  lainnya.  Potensi  siswa  dapat  lebih ditumbuhkembangkan agar menjadi baik.
c.   Sebagai  tambahan  ilmu  mengenai  metode  dalam  pendidikan,  sehingga mereka  mengetahui  bahwa  dalam  pendidikan  mereka  bukan  hanya dijadikan  sebagai  obyek,  melainkan  perlu  juga  dijadikan  sebagai  subyek dan mereka mampu mengungkapkan pendapat dan tentu saja memperbaiki hasil belajar siswa.
 2.  Manfaat bagi guru
a.   Mendapat  pengalaman  langsung  melakukan  penelitian  tindakan  kelas (PTK)  untuk  meningkatkan  kualitas  pembelajaran  dan  mengembangkan profesi guru.
b.   Sebagai  alat  tolak  ukur  bagi  metode  yang  telah  disampaikan  oleh  guru dalam  kegiatan  belajar  mengajar  dikelas,  sehingga  guru  dapat menggunakan  metode  yang  lebih  baik  dalam  kegiatan  belajar  mengajar. guna mencapai berbagai tujuan yang diinginkan.
c.   Mengetahui  strategi  pembelajaran  yang  bervariasi  yang  dapat memperbaiki  dan  meningkatkan  sistem  pembelajaran  di  kelas,  sehingga dapat  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  dan  untuk  mengatasi  rasa kebosanan siswa dalam belajar memperbaiki peralatan rumah tangga listrik (MPRTL).
3.   Bagi Sekolah
Sebagai  penambah  sumber  keilmuan  yang  baru  bagi  sekolah,  sehingga sekolah tersebut lebih sering menggunakan metode problem solving sebagai upaya memperbaiki metode pembelajaran.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.       Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata dasar ”motif” yang berarti suatu keadaan yang dialami  oleh  makhluk  hidup  yang  mendorong  makhluk  tersebut  berbuat  sesuatu  ke arah suatu tujuan tertentu. Subana (1968: 47) mengemukakan bahwa motif merupakan dorongan  yang  berasal  dari  dalam  diri  seseorang  untuk  melakukan  suatu  tindakan yang mengarah pada tujuan yang diinginkan. Berawal dari kata ”motif” tersebut dapat diartikan bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang telah aktif. Sukmadinata  (2003:  61)  mendefinisikan  motivasi  merupakan  kekuatan  yang menjadi  pendorong  kegiatan  individu  yang  menunjukkan  suatu  kondisi  dalam  diri individu  yang  mendorong  atau  menggerakkan  individu  tersebut  malakukan  kegiatan mencapai  tujuan.  Hal  senada  dikemukakan  oleh  Surya  (2003:  99),  motivasi  adalah suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu.  Motivasi  suatu  individu  akan  muncul  terdorong  oleh  suatu  tujuan  yang  ingin dicapai. Individu termotivasi untuk melakukan suatu tindakan karena memiliki tujuan, tindakan  atau  perbuatan  yang  dilakukan  oleh  suatu  individu  dilakukan  berdasarkan motivasi yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Bila suatu individu memiliki motivasi dan tujuan yang tinggi maka akan semakin banyak yang dilakukan.
Mc.  Donald  dalam  Sardiman  (2001:  71)  menyatakan  bahwa  motivasi  adalah perubahan  energi  dalam  diri  seseorang  yang  ditandai  dengan  munculnya  feeling  dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian tersebutdapat  diartikan  bahwa  motivasi  menyebabkan  adanya  perubahan  energi  pada  diri seseorang yang ditandai dengan adanya rasa (feeling) yang dapat menentukan tingkah laku individu tersebut yang terdorong oleh adanya tujuan.
Setiap  proses  motivasi  dan  perilaku  akan  menghasilkan  peristiwa  yang beragam antara  individu  dan  individu  yang  lainnya.  Setiap  individu  selalu  terdorong untuk melakukan  tindakan  yang  mengarah  pada  pencapaian  tujuan  yang  diharapkan. Tercapainya tujuan yang diharapkan tersebut akan menimbulkan suatu kepuasan pada individu itu sendiri.
Pada  dasarnya  karakteristik  motivasi  ialah  sebagai  hasil  dari  kebutuhan, terarah  kepada  suatu  tujuan,  dan  penopang  perilaku.  Motivasi  suatu  individu  yang tinggi akan mengarahkan perilaku  yang baik dan sesuai dengan arah tujuan sehingga membawa  hasil  yang  baik.  Sebaliknya  jika  motivasi  yang  dimiliki  lemah  maka perilaku  atau  perbuatan  yang  dikerjakan  akan  tidak  sungguh-sungguh,  tidak  terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Dapat terlihat bahwa suatu tindakan atau perbuatan individu dipengaruhi oleh motivasi  yang  dimiliki.  Dalam  motivasi  terdapat  adanya  dorongan  yang menggerakkan  suatu  kegiatan  individu  untuk  mencapai  tujuan  yang  diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Purwanto berikut ini: ”Motivasi  adalah  kekuatan-kekuatan  yang  komplek,  dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan,  pertanyaan-pertanyaan  ketegasan  (tensen  states),  atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memiliki dan menjaga kegiatan-kegiatan yang  diinginkan  kearah  pencapian  tujuan-tujuan  personal  (Purwanto,  1997: 72).”
Berdasarkan  konsep-konsep  motivasi  di  atas  dapat  digambarkan  bahwa motivasi adalah kondisi dalam diri individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan  suatu  kegiatan  yang  sesuai  dengan  tujuan  yang  ingin  dicapai.  Motivasi tumbuh di dalam individu itu sendiri tetapi dapat ditingkatkan atau dikembangkan dari faktor luar individu tersebut.
Mc Donald dalam Sardiman (2008: 73) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan  energi  dalam  diri  seseorang  yang  ditandai  dengan  munculnya  feeling dan  didahului  dengan  tanggapan  terhadap  adanya  tujuan.  Dalam  definisi  ini terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu :
a)      Motivasi  dimulai  dari  adanya  perubahan  energi  dalam  pribadi.  Misalnya karena perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar.
b)      Motivasi  ditandai  dengan  timbulnya  perasaan,  yang  merupakan  ketegangan psikologis dan berubah menjadi suatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan  yang  bermotif.  Misalnya,  seseorang  merasa  memiliki  cukup  waktu tetapi  ia  kurang  baik  dalam  mengatur  waktu  belajarnya.  Waktu  belajar  yang  digunakannya tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, ia mengubah cara belajarnya. 
c)      Motivasi  ditandai  dengan  reaksi-reaksi  untuk  mencapai  tujuan.  Misalnya, seseorang  siswa  kelas  VI  SD  memiliki  keinginan  untuk  dapat  diterima  di SMP  yang  berstandar  internasional,  namun  siswa  tersebut  memperoleh  hasil belajar  yang  rendah  pada  mata  pelajaran  Bahasa  Inggris  dalam  ulangan harian.  Menyadari  hal  ini,  siswa  tersebut  mengambil  kursus  tambahan  dan belajar  lebih  giat  sehingga  pada  ulangan  berikutnya  hasil  belajarnya bertambah baik. Oleh karena itu, semangat belajarnya pun semakin tinggi.  Setiap  proses  motivasi  dan  perilaku  akan  menghasilkan  peristiwa  yang beragam antara individu satu dan individu lainnya. Masing-masing individu akan terdorong untuk melakukan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Tercapainya suatu tujuan tersebut  akan menimbulkan kepuasan pada diri individu itu sendiri.
Pada  dasarnya  karakteristik  motivasi  ialah  sebagai  hasil  dari  kebutuhan, terarah kepada tujuan, dan penopang perilaku. Motivasi individu yang tinggi akan mengarahkan  kepada  perilaku  yang  baik  dan  sesuai  dengan  arah  tujuan  sehingga membawa  hasil  yang  baik.  Sebaliknya  jika  motivasi  yang  dimiliki  individu  itu lemah,  maka  perilaku  yang  dikerjakannya  tidak  akan  sungguh-sungguh,  tidak terarah, bahkan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa motivasi adalah kondisi  dalam  diri  individu  yang  mendorong  individu  tersebut  untuk  melakukan suatu kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi tumbuh di dalam  diri  individu  tetapi  dapat  berkembang  karena  faktor  dari  luar  individu tersebut. Sedangkan pengertian belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang dihasilkan melalui pengalaman. Hermine Marshall menggambarkan motivasi belajar  sebagai  suatu  kebermaknaan,  nilai,  dan  keuntungan-keuntungan  kegiatan belajar sehingga siswa tertarik untuk melakukan kegiatan belajar.  Sardiman  (2008:  75)  mengemukakan  bahwa  dalam  kegiatan  belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang  menimbulkan  kegiatan  belajar,  yang  menjamin  kelangsungan  dari  kegiatan belajar  dan  yang  memberikan  arah  pada  kegiatan  belajar,  sehingga  tujuan  yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.  
Dari  uraian  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  motivasi  belajar  merupakan dorongan  dari  dalam  maupun  dari  luar  diri  seseorang  untuk  dapat  melakukan kegiatan  belajar  dan  menambah  keterampilan  serta  pengalaman.  Motivasi  dapatmendorong  dan  mengarahkan  minat  belajar  siswa  untuk  mencapai  suatu  tujuan, misalnya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.
2.       Hasil Belajar
Sebelum melakukan pembahasan tentang hasil belajar, maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang hakikat belajar itu sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan suatu kegiatan, dimana siswa membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Belajar menurut Winkel (2005:27) adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif denga lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilaisikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
 Pendapat diatas sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Hamalik (2009:33), bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Trianto (2009:72) mengemukakan pula bahwa belajar sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kura ng terampil menjadi lebih terampil, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru dan bermamfaat bagi lingkungan dan individu itu sendiri. Hal ini memberikan gambaran bahwa dengan belajar setiap invidu dapat mengalami perubahan dalam bentuk peningkatan kualitas hidup. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009) mengemukakan bahwa belajar dalam pandangan modern merupakan proses perubahan prilku, berat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor sedang yang dimaksud dengan lingkungan mencakup keluarga, sekolah dan masyarakat dimana peserta didik berada.
Menurut Slameto (2005:27) menemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keselurahan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian ini lebih menekankan kepada kemampuan individual dalam merespon berbagai pengalaman belajarnya. Menurut Iskandar (2009:42), belajar sebagai suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah melalui reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan bahwa karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan atau perubahan sementara dari oragnisasi. Hal ini mengandung makna bahwa proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku karena memperoleh sejumlah pengalaman baru.
Hergenhan dan Olson (2008:37) lebih menegaskan lagi bahwa belajar adalah sebuah proses yang memperatai perilaku. Belajar adalah sesuatu yang terjadi sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan mendahului perubahan perilaku. Pengertian ini mengandung makna bahwa belajar ditempatkan sebagai variabel pengintervensi atau variabel perantara yang diasumsikan sebagai proses teoritis yang terjadi diantara stimuli dan respon yang diamati. Variabel independen (variabel bebas) menyebabkan perubahan dalam variabel perantara (proses belajar), yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan dalam variabel dependen (variabel terikat) yaitu perubahan perilaku.
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:
a.    Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak trampil menjadi trampil.
b.    Perubahan perilaku, ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu tidak berubah-ubah.
c.    Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung.
d.   Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e.    Pengalaman atau latihan dapat itu dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.  Perubahan perilaku dapat berupa hasil belajar siswa yang diupayakan melalui proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal ini, Purwanto mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan.
 Menurut Sudjana (2009:81), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran Sehubungan dengan hakikat hasil belajar, Dimiyati dan Mudjono (2005:46) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggalan dan puncak proses belajar. Iskandar (2009:18) mengemukakan pula bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan perilaku siswa yaitu semakin bertambahnya pengetahuan dan keterampilannya. Pembelajaran efektif bukan membuat siswa pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. Hal ini berarti bahwa melalui kegiatan pembelajaran lebih mengarahkan dan memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Hasil belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Hasil belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
3.       Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara dan tindakan yang ditempuh seorang guru dalam pembelajaran agar berhasil dalam mencapai tujuan  pembelajaran/kompetensi yang diharapkan.  cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut  Witherington (dalam Martinis Yamin, 2006 : 18), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang  dimanifestasikan sebagai pola-pola  respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Metode merupakan sesuatu yang penting dalam proses belajar pembelajaran. Karena metode termasuk unsur pengajaran dan salah satu faktor yang ikut dalam menentukan tercapainya tujuan yang diinginkan.
4.       Model Problem Solving
a.      Pengertian
Problem  solving  atau  pemecahan  masalah  merupakan  bagian  dari kurikulum  memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  yang  sangat  penting  karena  dalam  proses  pembelajaran maupun  penyelesainya,  siswa  dimungkinkan  memperoleh  pengalaman mengunakan  pengetahuan  serta  keterampilan  yang  sudah  dimiliki  untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik sangat penting seperti penerapan aturan pada masalah  tidak  rutin,  penemuan  penggeneralisasian,  komunikasi  matematik,  dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukan  bahwa  kegiatan  pemecahan  masalah  dalam  proses  pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  belum  dijadikan  sebgai  kegiatan  utama.  Padahal,  di  negara-negara maju  seperti  Amerika  Serikat  dan  Jepang  kegiatan  tersebut  dapat  dikatakan merupakan kegiatan pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga di sekolah. Selain itu, Suryadi dkk. (dalam Suherman, 1999:143) dalam surveynya tentang ’current situation on matematics and science  education  in   Bandung  yang  disponsori  oleh  JICA,  antara  lain menemukan  bahwa  pemecahan  masalah  memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  merupakan  salah  satu kegiatan yang  dianggap  penting  baik  oleh  para  guru  maupun  oleh siswa  disemua  tingkat  mulai  dari  sekolah  dasar  sampai  SMU.  Akan  tetapi,  hal tersebut  masih  dianggap  sebagai  bahan  yang  paling  sulit  dalam  memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi dalam mengajarkanya.
Sebagaimana  tercantum  dalam  kurikulum  memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  sekolah  bahwa tujuan  diberikan  memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  antara  lain  agar  siswa  mampu  menghadapi perubahan keadaan dunia yang sedang berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar  pemikiran  logis,  rasional,  dan  kritis  cermat,  jujur,  dan  efektif.  Hal  ini, jelaslah  tuntutan  sangat  tinggi  yang  tidak  mungkin  bisa  dicapai  hanya  melalui hapalan,  latihan  pengerjaan  tugas,  serta  proses  pembelajaran  belajar  untuk menjawab tuntutan yang demikian tinggi, maka perlu dikembangkan materi serta proses pembelajaranya  yang sesuai.  Berdasarkan  teori belajar  yang dikemukakan
Gagne (Suryadi, 2006:25) bahwa keterampilan tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui  pemecahan  masalah.  Hal  ini  dapat  dipahami  sebab-sebab  pemecahan masalah  merupakan  paling  tinggi  dari  delapan  tipe  yang  dikemukakan  Gagne, yaitu  signal  learning,  stimulus  respone  learning,  chaining  ,  view  association, discrimination learning, concept learning, rule learning, dan Problem Solving. Problem Solving disebut  juga PBL (problem baesed learning) merupakan  pembelajaran  yang  berbasiskan  masalah.  Pembelajaran  dalam  problem  solving masalah  ditempatkan  diawal  pembelajaran  ketika  pembelaran  dimulai  guru memberipermasalahan kepada seluruh siswa, permasalahan dapat diajukan secara klasikal/individual  atau  kelompok.  (Windayana,  dkk  2006:24)    Jenis permasalahan  dapat  berupa  masalah  tranlasi,  masalah  aplikasi,  masalah  proses, atau  masalah  teka-teki,  tergantung  kompetensi  yang  ingin  dikembangkan  siswa. Ketika  permasalahan  diajukan,  guru  tidak  memberitahukan  strategi  atau  cara memecahkan  masalah  tersebut.  Kecuali  apabila  guru  ingin  memberi  kereampilan atau  strategi  pemecahan  masalah,  misalnya  strategi  pemecahan  masalah  dari Pyola.  Kebenaran  jawaban  tidak  menjadi  prioritas  utama  dalam  pendekatan belajar  ini,  tetapi  tujuan  utamanya  adalah  agar  siswa  dapat  mengembangkan kemampuan-kemampuan  menggunakan  berbagai  cara  atau  strategi  memecahkan masalah  ini  yang  akan  membuat  siswa  dapat  mengembangkan  potensi-potensi penting dalam dirinya.
Menurut  Polya  (Windayana,  2006:61  )  solusi  soal    pemecahan  masalah memperbaiki peralatan listrik rumah tangga memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan  penyelesaian,  meyelesaikan  masalah  sesuai  rencana,  dan melakukan  pengecekan  kembali  terhadap  semua  langkah  yang  telah  dikerjakan. Fase  pertama  adalah  memahami  masalah.  Tanpa  adanya  pemahaman  terhadap masalah  yang  diberikan,  siswa  tidak  mungkin  mampu  menyelesaikan  masalah tersebut  dengan  benar,  selanjutnya  mereka  harus  mampu  menyusun  rencana penyelesaian  masalah.  Kemampuan  melakukan  fase  ini  sangat  tergantung  pada pemahaman  siswa  dalam  menyelesaikan  masalah.  Pada  umumnya,  semakin bervariasi  pengalaman  mereka,  ada  kecenderungan  siswa  lebih  kreatif  dalam menyusun  rencana  penyelesaian  suatu  masalah.  Jika  rencana  penyelesaian  suatu masalah  telah  dibuat,  baik  secara  tertulis  atau  tidak,  selanjutnya  dilakukan penyelesaian  masalah  sesuai  dengan  rencana  yang  paling  tepat.  Dan  langkah terakhir  dari  proses  penyelesaian  masalah  menurut  Polya  adalah  melakukan pengecekan  atas  apa  yang  telah  dilakukan  mulai  dari  fase  pertama  sampai  pada fase  penyelesaian  ketiga.  Dengan  cara  seperti  ini  maka  berbagai  kesalahan  yang tidak  perlu  dapat  terkoreksi  kembali  sehingga  siswa  dapat  sampai  pada  jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Metode  problem  solving  (pemecahan  masalah)  atau  suatu  metode  dalam pendidikan  dan  pengajaran  dengan  sejalan  melatih  anak-anak  (siswa)  untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada masalah yang  paling  rumit  (Zuhairini,  1997  :  110).  Metode  ini  biasanya  dikombinasikan dengan  metode  proyek,  dimana  anak  dihadapkan  pada  masalah-masalah,  kemudian disuruh  memecahkan  sendiri  sampai  mendapatkan  pemecahannya  atau kesimpulannya (Roestiyah, 1986 : 82).  Hasbullah (Eka MR, 2008:15) berpendapat bahwa pemecahan masalah (Problem Solving)  sebagai  usaha  mencari  jalan  keluar  dari  suatu  kesulitan  mencapai  suatu tujuan yang tidak begitu saja segera dapat dicapai. Menurut Nasution masih dalam halaman  yang  sama  berpendapat  bahwa  pemecahan  masalah  merupakan  suatu proses  mental  dan  intelektual  dalam  menemukan  suatu  masalah  dan memecahkannya  berdasarkan  data  dan  informasi  yang  akurat  sehingga  dapat diambil kesimpulan yang tepat dan benar.
Metode  pemecahan  masalah  (problem  solving)  adalah  penggunaan  metode dalam  kegiatan  pembelajaran  dengan  jalan  melatih  siswa  menghadapi  berbagai masalah  baik  itu  masalah  pribadi  atau  perorangan  maupun  masalah  kelompok untuk  dipecahkan  sendiri  atau  secara  bersama-sama.  Orientasi  pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Problem  solving  didasarkan  pada  kesadaran  terhadap  fakta,  bahwa mengajar bukanlah  sekedar  berpidato  kepada  anak  didik  bukan  sekedar mengkomunikasikan  ilmu  pengetahuan,  bukan  pula  berarti  belajar  atau  mengikat fakta  semata-mata  yang  kurang  memasalahkan  bagaimana  kepentingan  fakta  itu. Akan  tetapi  mengajar  adalah  untuk  meneliti  dengan  seksama,  menemukan memikirkan, menganalisa, inquiry dan menyelidiki.
Problem  solving  dipandang  sebagai  proses  dimana  siswa  menemukan kombinasi  aturan-aturan  yang  telah  dipelajari  dahulu  yang  dilakukannya  untuk memecahkan  masalah  yang  baru.  Dari  setiap  kali  kita  pecahkan  masalah,  maka kita  mempelajari  hal  baru  karena  itu  memecahkan  masalah  merupakan  suatu bentuk belajar. 
Dalam Problem Solving seorang guru mempunyai tiga peranan, yaitu :
1)     Menciptakan lingkungan yang merangsang anak
2)     Memberanikan dan mendorong anak untuk selalu meneliti.
3)     Membantu  anak  untuk  merumuskan  generalisasi  yang  didasarkan  pada   pengalamannya. 
Ada  dua  pendekatan  utama  dalam  metode  ini  yang  pertama  adalah menciptakan  satu  lingkungan  yang  merangsang  sehingga  siswa  memperoleh motivasi  yang  kuat  untuk  menjawab  permasalahan  dan  kemudian  menemukan jawaban  yang  memadai  dibawah  bimbingan  guru  yang  kompeten.  Yang  kedua adalah  dengan  menghadapkan  siswa  kepada  masalah-masalah  untuk  kemudian mencari pemecahannya.
b.     Karakteristik Problem Solving
Metode  Problem  solving  memiliki  unsur-unsur  yang  harus  dipenuhi  karena dalam  kegiatan  pembelajarannya  yang  mengandung  aktifitas  siswa  yang  cukup tinggi. Unsur tersebut antara lain :
1)        Guru
a)     Harus terampil dalam membimbing siswa dalam merumuskan masalah
b)     Mampu  memimpin  kelas,  terutama  dalam  memotivasi  siswa  untuk  mau belajar mandiri.
c)     Mempunyai  wawasan  yang  luas  mengenai  berbagai  gejala,  data, permasalahan  yang berkenaan dengan konsep dan prinsip  yang terdapat pada materi yang diajarkan.
2)        Sarana dan Prasarana
a)     Sumber-sumber belajar yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah
b)     Kelas tidak terlalu besar
c)     Tersedia cukup waktu.

c.      Kriteria Bahan Ajar dalam Problem Solving
Hakikat  masalah  dalam  strategi  pembelajaran  berbasis  maslah  adalah kesenjangan  antara  situasi  nyata  dan  kondisi  yang  diharapkan  atau  antara kenyataan  yang  terjadi  dengan  apa  yang  diharapkan.  Ada  beberapa  kriteria pemilihan bahan pelajarannya yaitu sebagai berikut :
1)      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu  yang  mengandung konflik  yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainnya.
2)      Bahan  yang  dipilih  adalah  bahan  yang  bersifat  familiar  dengan  siswa sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3)      Bahan  yang  dipilih  merupakan  bahan  yang  berhubungan  dengan kepentingan orang (universal) banyak sehingga terasa manfaatnya.
4)      Bahan  yang  dipilih  merupakan  bahan  yang  mendukung  tujuan  atau kompetensi  yang  harus  dimiliki  oleh  siswa  sesuai  dengan  kurikulum  yang berlaku.
d.     Tujuan Penggunaan Metode Problem Solving
Adapun  tujuan  dari  penggunaan  metode  problem  solving  dalam  kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1)        Mengembangkan  kemampuan  berpikir,  terutama  dalam  mencari  sebab akibat dan tujuan dari suatu permasalahan.
2)        Memberikan  kepada  siswa  pengetahuan  dan  kecakapan  praktis  yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. 
3)        Belajar bagaimana dalam bertindak dalam suatu situasi baru.
4)        Belajar  bekerja secara sistematis  pada waktu memecahkan      suatu permasalahan. 
e.      Keunggulan dan Kelemahan Metode Problem Solving
Adapun keunggulan metode Problem Solving sebagai berikut:
1)     Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2)     Berpikir dan bertindak kreatif.
3)     Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4)     Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5)     Merangsang  perkembangan  kemajuan  berpikir  siswa  untuk  menyelesaikan  masalah yang  dihadapi dengan tepat.
6)     Dapat  membuat  pendidikan  sekolah  lebih  relevan  dengan  kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode Problem Solving sebagai berikut:
1)      Ketika  siswa  tidak  memiliki  minat  atau  tidak  mempunyai  kepercayaan bahwa  masalah  yang  dipelajari  sulit  untuk  dipecahkan,  maka  mereka  akan merasa enggan untuk mencoba.
2)      Keberhasilan  strategi  pembelajaran  problem  solving  Memerlukan  alokasi waktu yang cukup untuk persiapan. 
3)      tanpa  pemahaman  mengapa  mereka  berusaha  untuk  memecahkan  masalah yang  sedang  dipelajari,  maka  mereka  tidak  akan  belajar  apa  yang  mereka ingin pelajari.
f.      Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Problem Solving
Banyak    ahli  yang  menjelaskan  bentuk  penerapan  metode  problem  solving (Wina  Sanjaya,  2006,217).  John  Dewey  seorang  ahli  pendidikan  berkebangsaan Amerika  menjelaskan  enam  langkah  dalam  pembelajaran  problem  solving  atau pemecahan masalah yaitu :
1)     Merumuskan masalah,  yaitu langkah siswa menentukan masalah  yang akan dipecahkan.
2)     Menganalisis  masalah,  yaitu  langkah  siswa  meninjau  masalah  secara  kritis dari berbagai sudut pandang.
3)     Merumuskan  hipotesis,  yaitu  langkah  siswa  merumuskan  berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4)     Mengumpulkan  data,  yaitu  langkah  siswa  mencari  dan  menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5)     Pengujian  hipotesis,  yaitu  langkah  siswa  mengambil  atau  merumuskan kesimpulan  sesuai  dengan  penerimaan  dan  penolakan  hipotesis  yang diajukan.
6)     Merumuskan  rekomendasi  pemecahan  masalah,  yaitu  langkah  siswa menggambarkan  rekomendasi  yang  dapat  dilakukan  sesuai  rumusan  hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. 
David Johnson & Johnson (2001:45-46) mengemukakan ada lima langkah dalam metode Problem Solving melalui kegiatan kelompok :
1)     Mendefinisikan masalah,  yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2)     Mendiagnosis  masalah,  yaitu  menentukan  sebab-sebab  terjadinya  masalah serta  menganalisis  berbagai  faktor-faktor  yang  bisa  menghambat  maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian maslah. 
3)     Merumuskan  alternatif  strategi,  yaitu  menguji  setiap  tindakan  yang  telah dirumuskan  melalui  diskusi  kelas.  Pada  tahapan  ini  siswa  didorong  untuk berpikir  mengemukakan  pendapat  dan  argumentasi  tentang  kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4)     Menentukan dan menerapkan strategi pilihan,  yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5)     Melakukan  evaluasi  baik  evaluasi  terhadap  seluruh  kegiatan  pelaksanaan kegiatan  sedangkan  evaluasi  hasil  adalah  evaluasi  terhadap  akibat  dari penerapan strategi yang diterapkan.

B.     Kerangka Berpikir

Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015  dalam pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  menjadi salah satu permasalahan yang harus segera diselesaikan untuk mewujudkan keberhasilan proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan karena sebagaian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu kreativitas siswa untuk menanyakan sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul dan ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlansung.
Upaya yang dilakukan sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah melaksanakan perbaikan kegiatan pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  melalui metode  Problem  Solving untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga  hasil belajar siswa dapat meningkat dan ketuntasan belajar dapat tercapai
Tujuan akhir dari pelaksanaan pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal terhadap peningkatan hasil proses pembelajaran, dan siswa dapat memperoleh pengalaman nyata tentang pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga  secara nyata melalui penggunaan metode  Problem  Solving sehingga motivasi dan hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan kriteria keberhasilan proses pembaikan pembelajaran yang telah ditetapkan.

C.    Hipotesis Tindakan 

Dengan pertimbangan dan merujuk kepada beberapa pendapat pakar di atas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
1.      Penerapan metode  Problem  Solving dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015  pada pembelajaran memperbaiki peralatan listrik rumah tangga.
2.      Penerapan metode  Problem  Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pembelajaran  memperbaiki peralatan listrik rumah tangga .
 

DAFTAR PUSTAKA


Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta: Depdikbud.

BSNP.  (2008).  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP).  Jakarta: Depdiknas  Direktorat  Jenderal  Manajemen  Pendidikan  Dasar  dan Menengah.

Catharina, Tri Anni. 2002. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press

Conny Semiawan, 1992,  Konsep Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PCP PGSM, Dirjen-Dikti

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Dikmenun, 1997. Menjadi Guru Yang Terampil. Jakarta : Direktorat Menengah  Umum. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

 Direktorat  Pendidikan  Dasar  dan  Kepala  Bidang  Dikdas.  (1994). Didaktik/Metodik Umum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar.

Djaluli,  Achmad.  (1994).  Penyelenggaraan  Pendidikan  di  SD.  Jakarta: Dikdasmen Depdikbud.

Djamarah, Drs. Syaiful Bahri. Zain, Drs. Aswan. 1999.  Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Gagne,  R.M  (1985).  The  Conditions  of  Learning  Theory  of  instruction  (4th Edition). New York : Holt, Rinehart and Winston.

Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara.

Handoko, Martin. 2001. Asesmen Proses dan Hasil Belajar. Bandung : Rosda Karya

Havighurt. Robert. J. 1995. Critical Thinking: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University

Kasbolah,  Kasihani.  (1999).  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK).  Jakarta: Depdikbud.

Mikarsa.H.L, Taufik A dan Prianto P.L.2002. Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Muhammad, M. Saleh, Munajat, Ade. 2008. IPS VI. Jakarta : Depdiknas.

Nashar, Drs. 2004.  Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan  Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Nasution Noehi. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka, 2004

NK Roetiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta

Nugroho, Arif Julianto Sri. 2009. IPS VI SD/MI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Nurhadi. 2009. Mengenal Lingkungan Sekitar Ilmu Pengetahuan Sosial 6 : untuk Kelas IV Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Nursa’ban, Muhammad, Rusmawan. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial VI. Jakarta : Depdiknas.

Pujiati, Retno Heny. 2010. Cerdas Pengetahuan Sosial VI : untuk kelas VI SD/MI kelas VI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto,  Ngalim.  (1997).  Psikologi  Pendidikan.  Bandung:  PT  Remaja  Rosdakarya.

Rajiman, 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 6. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sadiman, Irawan Sadad. 2009. IPS VI untuk SD/MI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sanjaya,  Wina.  (2008).  Strategi  Pembelajaran.  Berorientasi  Standar  Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sanusi, 1998. Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Sapriya,  Siti  Masyitoh  I.  dan  Sundawa,  D.  (2006).  Pembelajaran  dan  Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Sardiman.  (2004).  Interaksi  dan  Motivasi  Belajar  Mengajar.  Jakarta:  PT  Raja Gradindo Persada.

Sukirman,  D  dan  Jumhana,  N.  (2008).  Perencanaan  Pembelajaran.  Bandung: UPI Press.

Sumaatmaja, Nursid. 1980.  Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan  Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Sunarso, Kusuma, Anis. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 6. Jakarta : Depdiknas.

Suranto, Tri Jaya. 2010.  IPS Jilid 6 untuk SD/M  Kelas VI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Susilana,  Rudi.  (2006).  Kurikulum  dan  Pembelajaran.  Bandung:  Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Sutoyo. 2009.  IPS 6 : untuk SD / MI Kelas 6. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Syamsuddin  Makmun,  Abin.  (2003).  Psikologi  Kependidikan.  Bandung:  PT Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, A.R. (1999). Studi Wacana: Kajian Linguistik Komprehensif. Bandung: IKIP Bandung.

Wardani, I.G.A.K, Juaeha,S dan Marsinah, Ng. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta :  Universitas Terbuka.

Winataputra, H. Udin S., 1997, Strategi Belajar Mengajar , Jakarta: Universitas Terbuka

Yamin, Martinis. 2007. Desain Penelitian Berbasis KTSP 2006. Jakarta : GP Press.


DAFTAR PUSTAKA


Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta: Depdikbud.

BSNP.  (2008).  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP).  Jakarta: Depdiknas  Direktorat  Jenderal  Manajemen  Pendidikan  Dasar  dan Menengah.

Catharina, Tri Anni. 2002. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press

Conny Semiawan, 1992,  Konsep Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PCP PGSM, Dirjen-Dikti

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Dikmenun, 1997. Menjadi Guru Yang Terampil. Jakarta : Direktorat Menengah  Umum. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

 Direktorat  Pendidikan  Dasar  dan  Kepala  Bidang  Dikdas.  (1994). Didaktik/Metodik Umum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar.

Djaluli,  Achmad.  (1994).  Penyelenggaraan  Pendidikan  di  SD.  Jakarta: Dikdasmen Depdikbud.

Djamarah, Drs. Syaiful Bahri. Zain, Drs. Aswan. 1999.  Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Gagne,  R.M  (1985).  The  Conditions  of  Learning  Theory  of  instruction  (4th Edition). New York : Holt, Rinehart and Winston.

Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara.

Handoko, Martin. 2001. Asesmen Proses dan Hasil Belajar. Bandung : Rosda Karya

Havighurt. Robert. J. 1995. Critical Thinking: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University

Kasbolah,  Kasihani.  (1999).  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK).  Jakarta: Depdikbud.

Mikarsa.H.L, Taufik A dan Prianto P.L.2002. Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Muhammad, M. Saleh, Munajat, Ade. 2008. IPS VI. Jakarta : Depdiknas.

Nashar, Drs. 2004.  Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan  Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Nasution Noehi. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka, 2004

NK Roetiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta

Nugroho, Arif Julianto Sri. 2009. IPS VI SD/MI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Nurhadi. 2009. Mengenal Lingkungan Sekitar Ilmu Pengetahuan Sosial 6 : untuk Kelas IV Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Nursa’ban, Muhammad, Rusmawan. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial VI. Jakarta : Depdiknas.

Pujiati, Retno Heny. 2010. Cerdas Pengetahuan Sosial VI : untuk kelas VI SD/MI kelas VI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto,  Ngalim.  (1997).  Psikologi  Pendidikan.  Bandung:  PT  Remaja  Rosdakarya.

Rajiman, 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 6. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sadiman, Irawan Sadad. 2009. IPS VI untuk SD/MI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sanjaya,  Wina.  (2008).  Strategi  Pembelajaran.  Berorientasi  Standar  Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sanusi, 1998. Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Sapriya,  Siti  Masyitoh  I.  dan  Sundawa,  D.  (2006).  Pembelajaran  dan  Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Sardiman.  (2004).  Interaksi  dan  Motivasi  Belajar  Mengajar.  Jakarta:  PT  Raja Gradindo Persada.

Sukirman,  D  dan  Jumhana,  N.  (2008).  Perencanaan  Pembelajaran.  Bandung: UPI Press.

Sumaatmaja, Nursid. 1980.  Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan  Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Sunarso, Kusuma, Anis. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 6. Jakarta : Depdiknas.

Suranto, Tri Jaya. 2010.  IPS Jilid 6 untuk SD/M  Kelas VI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Susilana,  Rudi.  (2006).  Kurikulum  dan  Pembelajaran.  Bandung:  Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Sutoyo. 2009.  IPS 6 : untuk SD / MI Kelas 6. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Syamsuddin  Makmun,  Abin.  (2003).  Psikologi  Kependidikan.  Bandung:  PT Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, A.R. (1999). Studi Wacana: Kajian Linguistik Komprehensif. Bandung: IKIP Bandung.

Wardani, I.G.A.K, Juaeha,S dan Marsinah, Ng. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta :  Universitas Terbuka.

Winataputra, H. Udin S., 1997, Strategi Belajar Mengajar , Jakarta: Universitas Terbuka

Yamin, Martinis. 2007. Desain Penelitian Berbasis KTSP 2006. Jakarta : GP Press.





Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini