Loggo
Laporan
Hasil
Penelitian Tindakan Kelas
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
DECISION MAKING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
DECISION MAKING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN SKI MATERI PERISTIWA
FATHU
MAKKAH SISWA KELAS V MIS ......................
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan ....... ke .......
Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Oleh
....................................
NIP. ……………………………
MIS
......................
Alamat : Jl. ………………………… Kecamatan ……………………..
Kabupaten ……………….Kode Pos ……………….
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Pembelajaran
SKI Materi Peristiwa Fathu Makkah Siswa Kelas V MIS ......................
Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019
b.
Bidang Ilmu : SKI
c.
Kategori Penelitian : Strategi Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ...............................................
b.
NIP : ………………………………..
c. Pangkat / Golongan : ………………………………..
d. Jabatan :
Guru Mata pelajaran
e. Instansi :
MIS ......................
f.
Tempat Penelitian : MIS ......................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan Agustus 2018 sampai dengan Bulan
Oktober 2018)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
Mengetahui .................,
……………….
Kepala Madrasah Peneliti
……………………… ...................................
NIP. …………….. NIP. ………………
Mengetahui/Mengesahkan
Pengawas Sekolah
………………………..
NIP. ………………………………
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
DECISION MAKING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
DECISION MAKING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN SKI MATERI PERISTIWA
FATHU
MAKKAH SISWA KELAS V MIS ......................
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan
hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI Materi Peristiwa Fathu Makkah Kelas V MIS ......................
Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making. Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 2 kali pertemuan
pada setiap siklusnya di mana pada setiap siklusnya terdapat 4 tahapan yaitu
perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3)
pengamatan (observation), (5) refeksi (reflection). Subyek penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa kelas V MIS ...................... tahun pembelajaran 2018/2019 dengan
jumlah siswa 11 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan teknik tes. Dalam penelitian ini
validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dan metode. Teknik
analisa data diolah dengan analisis deskriptif. Berhasilnya penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making pada
mata pelajaran SKI, diketahui adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa
dari sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II. Peningkatan minat siswa
menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 3 siswa atau 27,27%, naik menjadi 8
siswa atau 72,73% pada siklus pertama,
100% pada siklus kedua. Adapun hasil dan ketuntasan belajar siswa pada
studi awal hanya 54,55, naik menjadi
63,64 pada siklus pertama, dan 75,45 pada siklus kedua, dengan tingkat
ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa
(18,18%) pada studi awal, 54,55% atau 6
siswa pada siklus pertama, dan pada
siklus terakhir menjadi 90,91%, atau 10 siswa, dan masih ada satu siswa (9,09%) yang belum tuntas, sehingga
semua kriteria ketuntasan telah tercapai pada siklus kedua. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Decision Making dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran SKI siswa kelas V MIS ...................... Semester 1 Tahun
Pelajaran 2018/2019 .
Kata kunci : Decision Making, minat, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat dan karunia-NYA sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar SKI
Materi Peristiwa Fathu Makkah Kelas
V MIS ......................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarah
dari berbagai pihak, maka selayaknya peneliti haturkan rasa syukur atas
bantuan, bimbingan dan pengarahnya. Sungguh ingin rasanya peneliti mencari
kata-kata yang sekiranya layak untuk diucapkan, akan tetapi hanya kata terima kasihlah
yang terlontar dari peneliti. Tapi tidaklah cukup hanya dengan kata terima kasih
saja, di samping itu peneliti panjatkan doa semoga segala pengorbanan semua
pihak mendapat balasan yang setimpal di kemudian hari, terutama peneliti
haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Peneliti menyadari akan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki sehingga laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak. Terakhir penyusun berharap semoga laporan ini dapat menjadi
berkah dan manfaat bagi kami khususnya dan kepada siapa saja yang membacanya.
Semoga Allah mengabulkan dan memberi kemudahan pada kita semua. Aamiin.
................., Oktober
2018
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ............................................................. 6
C.
Rumusan Masalah ................................................................. 6
D.
Tujuan Penelitian................................................................... 6
E.
Manfaat Penelitian................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori .......................................................................... 8
B.
Kerangka Berfikir ................................................................. 27
C.
Hipotesis Penelitian .............................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian.................................................................. 30
B. Metode dan Rancangan Penelitian ...................................... 30
C. Subjek Penelitian................................................................... 31
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .................................... 31
E. Validasi Data........................................................................ 32
F.
Analisis
Data......................................................................... 32
G. Prosedur Penelitian .............................................................. 34
H. Indikator Keberhasilan ......................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Data....................................................................... 39
B. Hasil
Penelitian..................................................................... 52
C. Pembahasan........................................................................... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
.............................................................................. 60
B. Saran
.................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making............ 24
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran SKI pada Kondisi Awal 41
Tabel 4.2 Rekapitulasi
Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI pada
Kondisi Awal 41
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran SKI pada Siklus Pertama 45
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan
Minat Siswa Pembelajaran SKI Siklus Pertama 46
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran SKI Materi Peristiwa Fathu Makkah pada Siklus
Kedua ......................................................................................... 51
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI Materi Peristiwa
Fathu Makkah pada Siklus Kedua ............................................................................... 51
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran SKI pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.................................................................................................. 52
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Minat Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka
Berpikir Penelitian Tindakan Kelas....................... 29
Gambar
3.1 Penelitian
Tindakan Kelas (Arikunto, (2009:17-19).............. 31
Gambar
4.1 Diagram
Peningkatan Nilai Rerata Hasil Belajar, dan Ketuntasan Belajar Siswa 53
Gambar
4.2 Diagram
Batang Peningkatan Minat Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ............................................................................................... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1................................................................................................ Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2................................................................................................ Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 3................................................................................................ Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4................................................................................................ Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5................................................................................................ Instrumem
Pengumpulan Data
Lampiran 6................................................................................................ Analisis
Data Hasil Penelitian
Lampiran 7................................................................................................ Daftar
Hadir
a. Daftar Hadir Siswa (Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II)
b. Daftar Hadir Peneliti dan
Observer (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran 8................................................................................................ Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 9 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian (Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran 10 Berkas Pelaksanaan Seminar Penelitian
Tindakan Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Pendidikan pada
dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/ potensi individu sehingga bisa
hidup optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan kurikulum 2006 dalam buku kerangka dasar, peningkatan mutu
pendidikan harus dilakukan secarah menyeluruh yang mencakup pengembangan
dimensi manusian Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi
pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatn, keterampilan dan seni.
Pengembangan
aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup
yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan
hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Dengan demikian, peserta
didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan
melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai
bekal untuk bertahan hidup dan menjadi warga Negara yang baik, yang bertanggung
jawab baik secara pribadi, sosial/masyarakat, bangsa dan Negara bahkan sebagai
warga dunia.
Pendidikan juga
tidak terlepas dari guru sebagai pengantar dan pendidik. Itulah sebabnya setiap
adanya inovasi pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan
dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. hal ini menunjukkan
bahwa betapa eksinya peran guru dalam dunia pendidikan. Guru memiliki peran
penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang
menciptakannya guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa belajar.
Kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan
sebagai mediumnya. Semua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi kepentingan
siswa, demi keberhasilan belajar siswa (Djamarah, 2010:39).
Guru adalah tenaga
pendidik yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan tersebut, tentunya
dunia pendidikan harus mempunyai tenaga pendidik yang handal dan ahli dibidang
pembelajaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya
dimulai dari pembenahan kemampuan guru. salah satu kemampuan yang harus
dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi yang sesuai dengan
tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan
bisa dicapai oleh satu strategi tertentu (Sanjaya, 2009:14).
Aktivitas-aktivitas
yang dilakukan guru dapat lebih terarah dan hasil belajar siswa meningkat terutama
pada mata pelajaran SKI, dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar
yang sering kali atau pada umumnya terjadi pada kebanyakan siswa dalam berbagai
bentuk aktivitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran SKI, maka akan akan
lebih baik bila mana guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah
belajar dan penerapan model pembelajaran yang tepat.
Upaya menumbuhkan minat dan meningkatkan
hasil belajar siswa perlu dilakukan pembelajaran yang efektif. Suatu proses
pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan
materi dengan baik dan siswa dapat menguasai substansi tersebut sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dalam menciptakan pembelajaran yang efektif guru dapat menggunakan model dan metode
pembelajaran yang bervariasi. Kurangnya minat belajar siswa menurut pengamatan
peneliti ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya, perhatian yang
kurang dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui perhatian akan mengarahkan pada
hal-hal yang disenangi, hal-hal tersebut sesuai dengan minat, pengalaman dan
kebutuhan (Slameto, 2010: 107). Selain itu, penggunaan metode yang tepat juga
akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar.
Penggunaan metode yang bervariasi akan membuat siswa tidak bosan tetapi
menambah ketertarikan dalam kegiatan belajar mengajar (Aswan Zain dan Syaiful
Bahri Djamarah, 2010: 46). Berdasarkan pemaparan masalah tersebut beserta
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, maka peneliti
mempunyai gagasan untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Pemilihan metode
yang tepat dapat dijadikan salah satu cara yang dapat meningkatkan minat
belajar siswa. Dalam pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan harus
memperhatikan tujuan dan fungsi pembelajaran, karakteristik anak didik.
Model pembelajaran SKI yang terdapat
dalam buku pelajaran
SKI perlu diperkaya dengan model-model lain yang memberi nuansa baru,
sehingga dapat meningkatkan kompetensi komunikasi siswa. Selama ini model
pembelajaran kurang menantang siswa, terutama gaya belajar yang monoton
sehingga tidak memancing kreativitas siswa, masalah yang paling menonjol
dikalangan siswa khususnya pelajaran SKI, yang terasa sulit untuk
dimengerti yakni menyangkut penguasaan materi SKI tentang konsep
konsep terdapat di dalam ilmu SKI. Kenyataan ini menunjukkan adanya
suatu komponen belajar mengajar yang belum mampu memberikan hasil
yang memuaskan sesuai dengan pencapaian susunan itu sendiri.
Kenyataan di atas mengharuskan pembelajaran SKI dilakukan
secara intensif. Namun ada kesan yang berkembang di masyarakat bahwa mata
pelajaran SKI merupakan mata pelajaran yang sangat susah dan momok
bagi siswa sehingga hasil belajar siswa terhadap pelajaran SKI tergolong
rendah. Dalam hal ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pembelajaran
SKI.
SKI perlu diperkaya dengan model-model lain yang memberi nuansa baru,
sehingga dapat meningkatkan kompetensi komunikasi siswa. Selama ini model
pembelajaran kurang menantang siswa, terutama gaya belajar yang monoton
sehingga tidak memancing kreativitas siswa, masalah yang paling menonjol
dikalangan siswa khususnya pelajaran SKI, yang terasa sulit untuk
dimengerti yakni menyangkut penguasaan materi SKI tentang konsep
konsep terdapat di dalam ilmu SKI. Kenyataan ini menunjukkan adanya
suatu komponen belajar mengajar yang belum mampu memberikan hasil
yang memuaskan sesuai dengan pencapaian susunan itu sendiri.
Kenyataan di atas mengharuskan pembelajaran SKI dilakukan
secara intensif. Namun ada kesan yang berkembang di masyarakat bahwa mata
pelajaran SKI merupakan mata pelajaran yang sangat susah dan momok
bagi siswa sehingga hasil belajar siswa terhadap pelajaran SKI tergolong
rendah. Dalam hal ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pembelajaran
SKI.
Sebagai mata pelajaran dan bidang ilmu
yang baru diberikan di tingkat SMA, secara umum membuat banyak peserta didik
yang kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep-konsep SKI dengan baik.
Peserta didik menganggap SKI sebagai mata pelajaran hafalan yang berisikan
banyak konsep abstrak yang sulit untuk dihafal dan dimengerti. Berdasarkan
kajian dialogis dengan peserta didik, kesulitan dalam menghafal dan mengerti
materi pelajaran SKI ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) konsep-konsep
dalam pelajaran merupakan konsep-konsep yang baru mereka kenal, (2) konsep
konsep dalam pelajaran SKI terlalu luas dan abstrak sehingga peserta didik
kesulitan dalam menghubungkannya dalam satu rangkaian berpikir yang runtut, (3)
peserta didik kesulitan menterjemahkan konsep-konsep SKI ke dalam kenyataan
yang ada di masyarakat,(4) peserta didik beranggapan guru kurang menarik dalam
menyampaikan materi SKI sehingga motivasi belajar peserta didik menjadi rendah
dalam mengikuti pelajaran SKI yang bermuara pada rendahnya hasil belajar SKI.
Dari hasil kegiatan
prasiklus yang dilaksanakan diperoleh hasil bahwa ketuntasan klasikal hasil
belajar SKI siswa pada materi Peristiwa Fathu Makkahsiswakelas V MIS ......................yaitu 17,65%
atau hanya 3 siswa dari jumlah seluruh siswa sebanyak 17 siswa, sedangkan hasil
yang diharapkan adalah 85% dari jumlah siswa dengan perolehan nilai rata-rata
hasil belajar secara klasikal sebesar 54,12 dari batasan KKM=69.
Berdasarkan
kenyataan di atas, hasil belajar SKI siswa kelas V MIS ......................masih
tergolong rendah dan perlu adanya perbaikan pembelajaran untuk materi
selanjutnya. Untuk itu penulis merasa perlu mencari solusi dengan harapan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa agar dapat mencapai ketuntasan baik individual
maupun klasikal pada mata pelajaran SKIkhususnya pada materi Peristiwa Fathu Makkah.
Salah satu usaha
guru sebagai tenaga pengajar yang profesional adalah guru harus mampu
menggunakan berbagai strategi pembelajaran agar proses pembelajaran lebih
menarik perhatian siswa dan dapat merangsang siswa sehingga berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran SKI. Guru telah
berusaha meningkatkan hasil belajar siswa, seperti mengulangi materi yang belum
dimengerti, memberikan tambahan soal latihan, memberikan ulangan perbaikan dan
lain sebagainya, namun usaha guru mengadakan perbaikan pembelajaran dikatakan
kurang berhasil dikarenakan siswa tidak dibiasakan untuk mengemukakan ide atau
gagasannya, terlebih lagi usaha tersebut belum mampu mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan hasil belajar SKI. Hal itu dapat dilihat dari
hasil belajar siswa yang belum mencapai target. Sedangkan target Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ingin dicapai adalah sebesar 69, namun hal itu
belum tampak terwujud dalam pembelajaran SKI.
Peneliti ingin
mencoba menerapkan model pembelajaran yang tepat yang mengaktifkan siswa
bertanya tentang materi yang sedang dipelajari, bersemangat untuk mengerjakan
latihan serta mempunyai rasa tanggung jawab dengan tugas yang dikerjakan
bersama kelompok dengan penerapan pembelajaran Decision Making.Decision
Making (Pengambilan keputusan) yang efektif membutuhkan keterampilan
mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berfikir kritis dan kreatif.
Decision Making adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok
dan saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah, berani
mengeluarkan pendapat serta tanggap dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Decision Making adalah
pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok dan saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan. Selain
itu dalam pembelajaran ini siswa juga dituntut untuk berfikir kritis, kreatif
serta berani menyampaikan pendapat mereka sehingga dapat memotivasi siswa untuk
aktif dalam belajar. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar akan berdampak
pada meningkatnya hasil belajar siswa. Decision making memungkinkan
siswa dapat menggali informasi lebih luas sehingga mendapatkan pengetahuan yang
lebih besar.
Beberapa keunggulan
pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making, yaitu: dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan pengetahuan lebih besar, dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar, karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individual lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan, dan mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat menumbuhkan kekompakkan dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Making, yaitu: dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan pengetahuan lebih besar, dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar, karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individual lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan, dan mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat menumbuhkan kekompakkan dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat permasalahan
dan keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Decision Making di atas,
peneliti tertarik membuat sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeDecision Making untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Pembelajaran SKI Materi Peristiwa Fathu Makkah Siswa Kelas V MIS ...................... Semester 1
Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan
latar belakang di atas, dapat dilihat
gejala-gejala kesulitan pembelajaran yang dialami oleh siswa ketika belajar SKI
khususnya pada materi Peristiwa Fathu Makkah, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya minat belajar siswa yang disebabkan oleh perhatian yang kurang dari siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar
2. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa bosan dan mengurangi minat dan ketertarikan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
3. Rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan Kurangnya minat
belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaranSKI
materi Peristiwa Fathu Makkah siswa kelas VMIS ......................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?
2.
Bagaimana
peningkatan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making siswa kelas VMIS ......................Semester
1 Tahun Pelajaran 2018/2019?
3.
Bagaimana
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making siswa kelas VMIS ......................Semester
1 Tahun Pelajaran 2018/2019?
D. Tujuan Penelitian
Selaras dengan
rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini adalah
1.
MendeskrSKIikan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada
pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah siswa kelas VMIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.
Mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI
materi Peristiwa Fathu Makkah
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making siswa kelas VMIS ......................
Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
3.
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making siswa kelas V MIS ......................
Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
E. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian
ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:
a. Bagi Siswa
1. Membantu siswa meningkatkan hasil belajar SKI melalui melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making.
2. Memberi kesempatan pada siswa untuk mendapatkan variasi model dan
metode pembelajaran,
b. Bagi Guru
1.
Penelitian
ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengrtahuan dan keterampilan mengajar
yang bervariasi sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dijumpai
dikelas.
2.
Dapat
menambah wawasan dan mengembangkan profesionalitas, untuk meningkatkan model
dan strategi mengajar yang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar pada
proses belajar mengajar nantinya.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini akan
sangat bermanfaat bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan aktivitas dan keterampilan guru dalam mengelola kelas.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Minat Belajar
Untuk
memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka dalam pembahasan ini terlebih
dahulu akan diuraikan menjadi minat dan belajar. Secara bahasa minat berarti
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Depdikbud, 1990:58). Minat
merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali
pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan
sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang
dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay
attention to end enjoy some activity and content (1991:57).
Sardiman
A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (1988:6). Sedangkan
menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai “suatu motif yang
menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya
(1983:52). Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat adalah
“kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang
(1995:133).
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:114),
minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sama halnya dengan yang diungkapkan
oleh Slameto (2010: 180), minat merupakan rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan sendirinya minat
timbul tanpa ada siapa yang menyuruhnya. Kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu dinamakan dengan minat
(Muhibbin Syah, 2010: 133).
Disisi lain, minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu di luar diri
(Djaali, 2006: 121) Crow & Crow (dalam Djaali, 2006: 121), mendefinisikan
minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi
atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal untuk
mencapai tujuan yang diminati itu (Dalyono, 2009: 56).
Berdasarkan pengertian minat yang telah
dipaparkan di atas, maka minat dapat diartikan sebagai daya dorongan yang
dimiliki seseorang untuk mencapai sesuatu yang diminati. Dalam kegiatan belajar
mengajar, minat sangatlah diperlukan. Kondisi kegiatan belajar mengajar
dikatakan efektif adalah jika adanya minat dan perhatian dalam belajar mengajar
(Moh. Uzer Usman dalam Yuni Farchanah, 2010: 14-15).
Siswa yang memiliki minat belajar ketika
kegiatan belajar mengajar seperti yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah
(2011: 166- 167), biasanya diekspresikan melalui:
a. Pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu
daripada yang lainnya.
b. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan.
c. Perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati tanpa
menghiraukan yang lain.
Sependapat dengan itu, Slameto (2010:
180) mengutarakan bahwa siswa yang berminat mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Ada rasa suka dan senang pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.
b. Diekspresikan melalui suatu pernyataan.
c. Lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.
d. Dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
e. Cenderung untuk memberikan perhatian lebih besar terhadap subjek
tersebut.
Indikator untuk
menentukan minat belajar seseorang dapat dilihat pada lima aspek yaitu:
a.
Rajin dalam belajar,
b.
Tekun dalam belajar,
c.
Rajin dalam mengerjakan tugas,
d.
Memiliki jadwal belajar, dan
e. Disiplin dalam
belajar.
Dari pemaparan di atas, dapat dirumuskan
pada dasarnya minat belajar siswa dapat dibagi menjadi tiga indikator yaitu:
a. Perhatian dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Perasaan senang terhadap kegiatan belajar mengajar.
d. Rajin dalam belajar,
e. Tekun dalam belajar,
f. Rajin dalam mengerjakan tugas,
g. Memiliki jadwal belajar, dan
h. Disiplin dalam belajar
Kedelapan indikator minat belajar
tersebut digunakan peneliti untuk menyusun kisi-kisi pada lembar observasi
minat belajar siswa.
Minat dalam kegiatan belajar mengajar
sangatlah berpengaruh terhadap proses penerimaan ilmu maupun hasil belajar
siswa. Seperti halnya yang diutarakan oleh Muhibbin Syah (2010: 134), minat
dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
studi tertentu. Misalnya, siswa yang memiliki minat di bidang olahraga, maka
ketika pelajaran olahraga perhatian siswa tersebut akan terlihat jelas dan
berbeda dengan teman-temannya. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar
bila disertai dengan minat siswa. Perlu diketahui bahwa minat sebagai alat
motivasi yang utama yang dapat menggairahkan belajar siswa dalam rentang waktu
tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 167).
Dengan adanya minat belajar siswa yang
besar ketika mengikuti pelajaran, akan berdampak terhadap pemusatan perhatian
terhadap guru (Muhibbin Syah, 2010: 134). Oleh karena itu, guru agar berusaha
dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya (Slameto, 2010: 180).
Adapun cara guru dalam meningkatkan dan
mengembangkan minat belajar siswa menurut Slameto (2010: 180-181), antara lain
sebagai berikut.
a. Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada
Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada subyek
baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang sudah ada.
b. Membentuk minat-minat baru pada diri siswa
Dengan membentuk minat-minat baru pada diri siswa, berarti
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara materi pelajaran yang
akan disampaikan dengan materi pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya
bagi siswa di masa mendatang.
c. Memberikan insentif
Insentif disini merupakan alat yang dipakai untuk membujuk
seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak
dilakukannya dengan baik.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2011: 167), guru dapat membangkitkan minat belajar siswa dengan cara:
a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa, sehingga dia
belajar tanpa paksaaan.
b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan
pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah menerima bahan pelajaran.
c. Memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang
baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam
konteks perbedaan individual siswa.
Berdasarkan pemaparan teori-teori di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan siswa
dalam memusatkan perhatian ketika kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
kegiatan belajar mengajar yang efektif.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa- belajar dan mengajar merupakan
konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk kepada apa
yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar
mengajar yang dilakukan
oleh siswa dan
guru terpadu dalam satu
kegiatan. Diantara keduanya
itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki
siswa dari proses
belajar mengajar saja harus
bisa mendapatkan hasil
bisa juga melalui
kreativitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai
pengaja.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seorang siswa setelah
ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
(Sudjana, 2004:22). Sedangkan
menurut Howart Kingsley dalam
bukunya Sudjana membagi
tiga macam hasil
belajar mengajar yaitu, (1)
keterampilan dan kebiasaan,
(2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita.
(Sudjana, 2004:22).
Dari
pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan
keterampilan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh
siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga
dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Gagne mengungkapkan ada
lima kategori hasil
belajar, yakni : informasi
verbal, kecakapan intelektual,
strategi kognitif, sikap
dan keterampilan. Sementara Bloom
mengungkapkan tiga tujuan
pengajaran yang merupakan emempuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana,
2000:22).
Hasil
belajar yang dicapai
siswa menurut Sudjana
(1990:56), melalui proses belajar
mengajar yang optimal
ditunjukan dengan ciri-ciri
sebagai berikut .
1) Kepuasan
dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada
diri siswa. Siswa
tidak mengeluh dengan
prestasi yang rendah dan
ia akan berjuang
lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya
mempertahankan apa yang telah dicapai. Menambah keyakinan dan kemampuan
dirinya, artinya ia
tahu kemampuan dirinya
dan percaya bahwa ia
mempunyai potensi yang
tidak kalah dari
orang lain apabila
ia berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna
bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat
bagi aspek lain,kemauan
dan kemampuan untuk
belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
2) Hasil belajar
yang diperoleh secara
menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif (pengetahuan
atau wawasan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan atau
perilaku).
3) Kemampuan
siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama
dalam menilai hasil
yang dicapainya maupun
menilai dan mengendalikan proses
dan usaha belajarnya.
b. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan
teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam
rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah
antara lain kognitif,
afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut :
1) Ranah
kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian.
2) Ranah
afektif
Berkenaan
dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif
meliputi lima jenjang kemampuan
yaitu menerima, menjawab,
atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah
psikomotor
Meliputi
keterampilan motorik, manipulasi
benda-benda, dan koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati). Tipe hasil
belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih
menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian
dari hasil penilaian
dalam proses pembelajaran
di sekolah.
Berdasarkan
pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari
proses dan pengenalan
yang telah dilakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama atau
bahkan tidak akan
hilang selama-lamanya karena
hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu
mencapai hasil yang lebih baik
sehingga akan merubah
cara berfikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Keberhasilan pembelajaran
dapat dilihat dari
segi hasil, asumsi
dasar adalah proses pengajaran
yang optimal memungkinkan
hasil belajar yang optimal
pula, dimana adanya
korelasi antara proses
pembelajaran dengan hasil yang
dicapai (Tindrayani, 2007:14)
3. Model Pembelajaran
Model secara harfiah berarti “bentuk”,
dalam pemakaian
secara umum model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45), model diartikan
sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu.
secara umum model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45), model diartikan
sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu.
Pengertian menurut Syaiful Sagala
(2005: 175) sebagaimana
dikutip oleh Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), menge
mukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran
ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
dikutip oleh Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), menge
mukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran
ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Dari beberapa pengertian tersebut di
atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
Guru sebagai perancang pembelajaran
harus mampu
mendisain seperti apa pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Model pembelajaran merupakan disain pembelajaran yang akan
dilaksanakan guru di dalam kelas. Dengan melihat beberapa ciri
khusus dan karakteristik model pembelajaran tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa sebelum mengajar, guru harus menentukan
model pembelajaran yang akan digunakan. Dengan model
pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan hasil
belajar yang direncanakan. Dengan demikian proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik dan tepat sesuai dengan mata
pelajarannya.
mendisain seperti apa pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Model pembelajaran merupakan disain pembelajaran yang akan
dilaksanakan guru di dalam kelas. Dengan melihat beberapa ciri
khusus dan karakteristik model pembelajaran tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa sebelum mengajar, guru harus menentukan
model pembelajaran yang akan digunakan. Dengan model
pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan hasil
belajar yang direncanakan. Dengan demikian proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik dan tepat sesuai dengan mata
pelajarannya.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a.
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pola
pembelajaran yang mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam
belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas
belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh kelompok dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik (Nur Asma 2006:12).
Pembelajaran kooperatif menekankan pada
kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran
siswa bahwa akan lebih mudah untuk memahami suatu materi jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Dalam pembentukan anggota kelompok diusahakan
bersifat heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan
ras atau suku.
b.
Landasan
Pembelajaran Kooperatif
Ide pembelajaran kooperatif bermula dari
pandangan filosofis terhadap konsep belajar. John Dewey (Nur Asma 2006: 31)
menulis sebuah buku yang berjudul “Democracy of Education”. Dalam buku
itu, Dewey menggagas konsep pendidikan bahwa kelas seharusnya merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan
nyata. Dewey menganjurkan agar dalam lingkungan belajar guru menciptakan
lingkungan sosial yang bercirikan demokratis dan proses ilmiah. Tanggungjawab
seorang guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan
memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran. Di samping upaya
pemecahan masalah di dalam kelompok kooperatif, dari hari ke hari siswa belajar
prinsip demokrasi melalui interaksi antar teman sebaya dan masyarakat (Nur
Asma, 2006: 31).
c.
Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif menurut
Nur Asma (2006: 12-14) adalah:
(a)
Untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik (pencapaian hasil belajar),
(b) Penerimaan yang luas terhadap orang-orang yang berbeda menurut
ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan dan ketidakmampuan,
(c)
Mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Tujuan pembelajaran kooperatif dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik (pencapaian hasil belajar) yaitu agar hasil belajar
khususnya pelajaran matematika dapat mencapai KKM yang telah ditentukan dan
dapat meningkatkan rasa sosial diantara siswa.
d.
Prinsip
Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar
pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2011: 246-247) adalah:
(a)
Prinsip ketergantungan
positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kooperatif,
keberhasilan suatu penyelesaian tugas tergantung kepada usaha yang dilakukan
setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota
kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian semua anggota dalam kelompok akan
merasa saling ketergantungan. Jadi, hakikat ketergantungan positif, artinya
tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak
bisa menyelesaikan tugasnya dan semua itu memerlukan kerjasama yang baik dari
masing-masing anggota kelompok dan semua itu memerlukan kerjasama yang baik
dari masing-masing anggota kelompok.
(b) Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Keberhasilan kelompok tergantung pada
setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab
sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk
keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai itu guru perlu memberikan penilaian
terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan
tetapi penilaian kelompok harus sama.
(c)
Interaksi tatap muka (face
to face promotion interaction)
Interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama,
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing masing anggota dan
mengisi kekurangan masing-masing.
(d) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa
agar dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikatif. Sebelum melakukan
pembelajaran dengan berkomunikasi. Misalnya cara menyatakan ketidaksetujuan
atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara
menyampaikan gagasan ide yang dianggapnya baik dan berguna.
e.
Tipe
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur Asma (2006: 51 -81) model
pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam tipe yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran antara lain:
(a)
Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
(b) Teams-Games-Tournaments (TGT)
(c)
Team-Assisted
Individualization (TAI)
(d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
(e)
Group Investigation
(GI)
(f)
Jigsaw
(g) Model Co-op Co-op
(h) Decision Making
Model pembelajaran
kooperatif yang akan diterapkan di kelas VMIS ....................pada mata
pelajaran SKI adalah model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making
a. Pengertian Pembelajaran
Kooperatif Tipe Decision Making
Pembelajaran kooperatif sebagai salah
satu basis pembelajaran CTL berusaha mengoptimalkan keseluruhan anggota kelas
sebagai salah satu tim yang maju bersama. Disinilah siswa belajar untuk
membangun pengetahuanya sekaligus perasaan yang diwujudkan dalam perilaku
belajar dan peduli terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making(pengambilan keputusan) secara umum adalah teknik pendekatan yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan
sebagai cara pemecahan masalah. Decision
Making adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok dan saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah, berani mengeluarkan
pendapat serta tanggap dalam mengambil keputusan. Menurut Ralf C. Davis,
keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga
harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik,
serta harus mendekati tujuan yang telah di tetapkan (Suprijono, 2009:7).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making adalah suatu teknik pendekatan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah untuk
mendapatkan solusi alternatif terbaik dari permasalahan yang ada. Selain itu dalam
pembelajaran ini siswa juga dituntut untuk berfikir kritis serta berani
menyampaikan pendapat mereka sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam
belajar. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar akan berdampak pada
meningkatnya hasil belajar siswa. Decision
Making memungkinkan siswa dapat menggali informasi lebih luas sehingga
mendapatkan pengetahuan yang lebih besar.
Adapun langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making
adalah sebagai berikut :
1) Informasikan tujuan dan perumusan masalah.
2) Secara klasikal tayangkan gambar, wacana, atau kasus permasalahan
yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
3) Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai
dengan gambar, wacana, atau kasus yang disajikan.
4) Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasikan
permasalahan dan membuat alternative pemecahannya.
5) Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasikan
permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi
yang dibahas dan cara pemecahannya.
6) Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan
mereka memilih alternative tersebut.
7) Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab
terjadinya masalah tersebut.
8) Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan
untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. (Kunandar, 2007:359)
Beberapa keunggulan pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making, yaitu :
1) Dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan pengetahuan lebih
besar.
2) Dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan
yang lebih lebar.
3) Dalam penilaian alternative, kelompok lebih dapat menerima risiko
dibanding pembuat keputusan individu
4) Karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para
anggota kelompok secara individual lebih termotivasi untuk melaksanakan
keputusan.
5) Mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat menumbuhkan kekompakkan
dalam belajar, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
Selain keunggulan, pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making juga
memiliki kelemahan, yaitu :
1) Keputusan kelompok dapat menciptakan situasi dimana tidak
seorangpun merasa bertanggung jawab.
2) Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai sumber daya
organisasi, keputusan kelompok memakan waktu.
3) Pembuatan keputusan kelompok sangat tidak efisien bila keputusan
harus dibuat dengan cepat.
4) Bila atasan terlibat atau salah satu anggota berkarakter dominan,
maka keputusan yang dibuat nyatanya bukan keputusan kelompok.
Dewey (dalam Depdiknas, 2004:12)
pengambilan keputusan (Decision Making) tidak jarang disamakan dengan
berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir
selektif.
1) Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai
suatu kesimpulan diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta
nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan itu.
2) Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai
pada kesimpulan diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan
bagaimana masalah itu dapat diselesaikan/dipecahkan.
3) Berpikir logis (logical thinking) untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai identifikasi,
menganalisis fakta dan opini serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya
bermuara pada pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu pilihan yang
kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan. Sementara itu menurut Mulyono
(2008:1) pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia sebagai suatu cara dalam pemecahan
masalah. Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata
bertujuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan tetapi juga dilandasi
oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta tindakan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan
keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir kritis
dan kreatif.
Cara menentukan kelompok Model Cooperative
Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) adalah:
1) Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
2) Pengelompokan siswa hendaknya heterogen.
3) Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik.
4) Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu. (Depdiknas, 2004:7)
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making
Menurut
Fatimah et. al. (2008:17), langkah-langkah Model CooperativeLearning Tipe
Pengambilan Keputusan (Decision Making) sebagai berikut:
1) Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah.
2) Secara klasikal tayangan gambar, wacana atau kasus permasalahan
yang sesuai dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
3) Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai
dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
4) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan
membuat alternatif pemecahannya.
5) Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan
materi yang dibahas dan cara pemecahannya.
6) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka
memilih alternatif tersebut.
7) Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya
masalah tersebut.
8) Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Sementara
itu menurut Cooke et. al. (1991:3), menjelaskan sembilan tahap yang dilalui
individu dalam mengambil keputusan yaitu:
1) Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru
atau kurang sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang
sedang terjadi dilingkungannya untuk memberikan informasi, tujuan dan rumusan
masalah.
2) Mengenali masalah, setelah mengetahui informasi, tujuan dan ru
musan masalah, maka individu semakin menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan
sesuatu menjadi semakin nyata.
3) Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu
yang telah diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan.
4) Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk
memahami secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa suatu permasalahan dan
mengidentifikasi serta membuat alternatif pemecahannya.
5) Menentukan pilihan-pilhan, jika batas-batas telah diidentifikasi
dengan lebih sempit maka, pilihan-pilhan dengan sendirinya lebih mudah
tersedia.
6) Mengevaluasi pilihan-pilihan, melibatkan penentuan yang lebih luas
mengenai ketepatan masing-masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan
berdasarkan pada wacana, gambar atau kasus yang disajikan.
7) Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan mengemukakannya.
8) Menerapkan, efektivitas penerapan bergantung pada keterampilan dan
kemampuan individu mencari penyebab terjadinya permasalahan.
9) Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya
untuk melihat efektivitas dalam memecahkan masalah mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya permasalahan.
Alasan
rasional menggunakan model pembelajaran Decision Makingadalah suatu
model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat menjalin
kerja sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah. Sehingga
siswa merasa dapat menyelesaikan pemecahan masalah dengan baik. Dapat
disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran Decision Makingtersaji
pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making
6. Hakikat Pembelajaran SKI
a. Pengertian Sejarah
Kebudayaan Islam
Kata sejarah
berasal dari bahasa arab, yaitu kata syajarah dan syajara. Syajarah berarti
pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan
buah. Pengertian etimologi ini mempengaruhi seseorang untuk melihat sejarah
secara figuratif sebagai pohon yang mempunyai akar yang berfungsi untuk
memperkuat berdirinya batang pohon dan sekaligus untuk menyerap air dan makanan
yang dibutuhkan demi keberlangsungan pertumbuhan pohon tersebut (Hanafi. 2011:114)
Kata kebudayaan
berasal dari kata "budi" dan "daya". kemudian digabungkan
menjadi "budidaya" yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan
mengembangkan sessuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi
hidup dan kehidupan. Kemudian di imbuhkan awalan "ke" dan akhiran
"an", sehingga menjadi "kebudidayaan "lalu di singkat
menjadi "kebudayaan". jadi, kebudayaan artinya segala upaya yang di
lakukan oleh umat manusia untuk menghasilkan dan mengembakan sesuatu, baik yang
sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Secara bahasa,
islam artinya penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan. namun menurut istilah,
islam adalah agama yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw.
khususnya dan kepada para nabi lain pada umumnya untuk membimbing umat manusia
meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak. Jika ketiga kata di atas
"Sejarah, Kebudayaan, dan Islam" digabungkan, maka menjadi
"Sejarah Kebudayaan Islam" berangkat dari beberapa definisi di atas
dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan "Sejarah Kebudayaan
Islam" adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh
umat islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia (Azyumardi, 2008:42).
Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari
masa kemasa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi
oleh akidah.21 Jadi Sejarah Kebudayaan Islam adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mengkaji perkembangan hasil karya manusia berdogma Islam di kalangan
masyarakat .
b.
Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam
Sejarah Kebudayaan
Islam merupakan mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,
peranaan kebudayaan/peradaban islam dan para tokoh yang berprestasi dalam
sejarah islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat islam pada
masa Nabi Muhammad hingga islam di Nusantara (Azyumardi,
2008:81).
Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,
dan kepribadian peserta didik (Hanafi. 2011:92).
Mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
kemampuan sebagai berikut:
1)
Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dalam
rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.
2)
Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan
sebuah proses di masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3)
.Melatih
daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar.
4)
Menumbuhkan
apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peningalan sejarah islam
sebagai bukti peradaban umat islam di masa lampau.
5)
Mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah, meneladani tokoh-tokoh berprestasi.
c.
Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan mempelajari
Sejarah Kebudayaan Islam diantaranya adalah:
1)
Untuk
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai asal-usul khazanah budaya dan
kekayaan di bidang lainnya yang pernah diraih oleh umat islam di masa lampau
dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.
2)
Untuk
membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga
dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
3)
Agar
peserta didik dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah yang perlu
dikembangkan dan mana yang tidak perlu. Mengambil pelajaran yang baik dari
suatu umat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
4)
Agar
peserta didik mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang
masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan,
perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan
datang (Azyumardi, 2008:58-61).
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran SKI merupakan suatu proses
atau kegiatan guru dalam mengajarkan berbagai aktivitas sosial yang berkaitan
dengan masalah sosial yang terjadi di daerahnya kepada para siswanya, yang di
dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan masyarakat berfikir secara kritis
dan bertindak demokratis, dan kebutuhan siswa tentang yang amat beragam agar
tejadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa dalam mempelajari SKI tersebut.
Dengan demikian setiap guru harus bisa
memahami dan mengerti keadaan anak didiknya agar dapat memilih model dan media
pembelajaran yang lebih membuat siswa berfikir secara kritis dan bertindak
demokratis, bekerja sama untuk memecahkan masalah, berani mengeluarkan pendapat
serta tanggap dalam mengambil keputusan, sehingga tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan tercapai dan prestasi belajar yang diperoleh siswa akan lebih
baik.
Tapi pada kenyataannya kemampuan
memahami materi masalah sosial di kelas VMIS ....................masih rendah.
Terbukti masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Guru telah
memvariasikan metode pengajaran dari ceramah hingga tanya jawab. Namun
sepertinya usaha tersebut belum sepenuhnya berhasil. Hal ini disebabkan materi
pelajaran tersebut lebih banyak menghafal. Selain itu, guru juga kurang melatih
siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara bermakna, autentik,
dan aktif sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam hal mengingat setiap informasi
khususnya yang berkaitan dengan pelajaran. model pembelajaran juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa. Adapun
model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran koooeratif
tipe Decision Making. Model ini merupakan model pembelajaran yang dapat
melatih siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara bermakna, autentik,
dan aktif sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.Melalui
penggunaan model kooperatif tipeDecision Making ini dalam pembelajaran
diharapkan dapat menimbulkan suasana kelas aktif dan menyenangkan bagi siswa
sehingga minat dan hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai dengan harapan.
Penjelasan secara ringkas dalam bentuk
bagan tentang pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model
kooperatif tipe Decision Makingpada
pembelajaran SKI di kelas VMIS ....................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019
sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian teori
di atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Decision Making dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah siswa kelas V MIS .................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil
lokasi di MIS .................. pada mata pelajaran SKI pada tahun pembelajaran
2018/2019. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja
pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu
yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 sebanyak 2 siklus, sedangkan penjelasan kegiatan per siklusnya dapat dilihat
secara rinci pada bagian lampiran 2 PTK ini.
3. Jenis
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan (action
research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan
yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan (classroom action
research) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral (a
spiral of steps) yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis dan Tagart dalam
Wiraatmadja, 2006: 66)..
B. Metode dan Rancangan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini telah dilaksanakan dalam dua siklus sampai mencapai siklus
keberhasilan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning),
(2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (5)
refeksi (reflection), Arikunto (2009: 9).
Keseluruhan
langkah di atas dapat dibuat gambarannya pada bagan 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,
(2009:17-19)
C. Subjek Penelitian
Subjek
pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah
siswa kelas V MIS .................. pada mata pelajaran SKI pada semester 1 tahun
pembelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 11 orang yang terdiri dari
laki-laki … siswa dan perempuan …. siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi
Observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara mengamti atau mengobervasi secara
langsung proses pembelajaran
SKI . Observasi ini difokuskan pada minat siswa
yang muncul selama
proses pembalajaran berlangsung.
2. Lembar
Evaluasi
Lembar Evaluasi
berisi soal-soal pada
setiap akhir siklus
dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran yang
telah dibelajarkan. Evaluasi
diakhir setiap siklus dilaksanakan secara individual.
3. Dokumentasi
Pengambilan data
melalui dokumentasi foto ini dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Peneliti meminta bantuan rekan untuk mengambil gambar, sehingga
siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku siswa pada saat pengambilan
gambar. Adapun gambar yang diambil adalah saat guru memberikan apersepsi,
menyampaikan materi, siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan pada saat siswa pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Dokumentasi ini akan memperkuat analisis hasil
penelitian pada setiap siklus. Selain itu, melalui dokumentasi foto dapat
memperjelas data yang lain yang hanya dideskrSKI ikan melalui observasi. Hasil
dokumentasi ini, kemudian dideskrSKI ikan sesuai dengan keadaan yang ada dan
dipadukan dengan data yang lainnya
E. Validitas Data
Dalam penelitian ini validasi data
dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk
mengecek kebenaran data yang diperoleh dan membandingkannya dengan data yang
diperoleh dari sumber lain. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek
kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode
dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk
mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip atau
dokumen dan tes hasil belajar siswa.
F. Teknik Analisa Data
Setelah data yang
diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Adapun analisis data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Analisis hasil
pengamatan
Analisis hasil pengamatan
digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa selama pelaksanaan tindakan pada
setiap siklus. Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi oleh
pengamat terhadap minat siswa dengan menggunakan 8 indikator. Dari hasil
observasi siswa secara individu kemudian dihitung dengan menjumlahkan indikator
yang muncul, dan untuk setiap minat tersebut dilihat rata-ratanya, dengan rumus
sebagai berikut :
a.
Ketuntasan individu
Seorang
siswa disebut tuntas belajar apabila skor yang diperoleh ≥69 dengan rumus :
b.
Ketuntasan klasikal
Suatu kelas
disebut telah tuntas belajar apabila telah mencapai
persentase ≥85% . Untuk menentukan ketuntasan digunakan rumus :
persentase ≥85% . Untuk menentukan ketuntasan digunakan rumus :
Jika ketuntasan
belajar belum tercapai pada siklus I, maka proses pembelajaran akan dilanjutkan
pada siklus II. Guru merencanakan perbaikan pembelajaran dengan memilih
strategi yang tepat sampai ketuntasan dalam belajar terpenuhi.
2.
Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar
digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa selama pelaksanaan tindakan pada setiap siklus. Dari hasil tes yang
dilaksanakan setiap akhir siklus siswa secara individu dengan rumus sebagai
berikut :
a.
Ketuntasan individu
Seorang
siswa disebut tuntas belajar apabila skor yang diperoleh ≥70 dengan rumus :
b.
Ketuntasan klasikal
Suatu
kelas disebut telah tuntas belajar apabila telah mencapai
persentase ≥85% . Untuk menentukan ketuntasan digunakan rumus :
persentase ≥85% . Untuk menentukan ketuntasan digunakan rumus :
G. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan
jenisnya penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, siklus penelitian
tindakan kelas yang dilakukan adalah model siklus yang dikembangkan oleh
Arikunto. Menurut Arikunto (2009:16) menjelaskan bahwa lamanya satu siklus
berlangsung atau beberapa kali pertemuan, peneliti dapat mengadakan refleksi
terhadap satu siklus yang kurang tepat, karena jangka waktu pelaksanaan
pembelajaran sifatnya relatif. Jangka waktu untuk satu siklus tergantung dari
materi yang dilaksanakan dengan cara tertentu. Refleksi dapat dilakukan apabila
peneliti merasa sudah mendapat pengalaman, dalam arti sudah memperoleh
informasi yang perlu untuk meningkatkan pada siklus berikutnya.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, tiap
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus penelitian ini mempedomani siklus
penelitian yang dirancang oleh Suharsimi Arikunto sebagaimana dijelaskan di
bawah ini.
1.
Siklus Pertama
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahapan ini
kegiatan yang dilakukan adalah penerapan tindakan yang dilakukan adalah
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making pada pembelajaran SKI materi peristiwa
Fathu Makkah dengan tahapan sebagai berikut:
1) Menganalisis kurikulum.
2) Membuat silabus
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada
pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah .
4) Merancang pembelajaran kelompok
5) Membentuk kolabolasi dengan teman sejawat
sebagai patner penelitian.
6) Menyiapkan lembar observasi siswa.
7) Menyiapkan soal-soal evaluasi dan kunci jawaban.
b. Pelaksanaan
Kegiatan ini
dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat. Pada saat kegiatan dimulai, maka dilakukan
observasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang ditujukan
pada minat siswa untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making
pada pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah adalah sebagai berikut:
1) Guru menginformasikan tujuan dan perumusan
masalah
2) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok karena
jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 2 kelompok beranggotakan 3 dan 1
kelompok beranggotakan 2 anak.
3) Guru menayangkan gambar peristiwa Fathu Makkah dan meminta siswa membaca wacana, atau kasus
permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus permasalahan.
4) Guru mengajukan sebuah pertanyaan terkait gambar
yang disajikan agar siswa mampu merumuskan masalah sesuai dengan gambar.
5) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan peristiwa Fathu
Makkah.
6) Secara kelompok siswa diminta mencari penyebab
terjadinya masalah tersebut.
7) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi
aspek negatif dari masalah tersebut.
8) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi
cara mengatasi atau upaya untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
9) Secara kelompok siswa diminta mengemukakan
alasannya memilih cara tersebut.
c. Observasi (Observation)
Pada pelaksanaan
tiap siklus dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamat memberi tanda (√)
penilaian terhadap aspek yang diamati dibantu indikatornya. Pada akhir
pelaksanaan siklus I sampai siklus II akan diadakan tes selama 15 menit untuk
mengukur hasil belajar siswa.
d. Refeksi
Pada tahap ini
dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penelitian baik yang menyangkut minat
pembelajaran (hasil observasi siswa) maupun hasil belajar (data tes, penilaian
afektif dan psikomotor). Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk
merefeksi dan hasil refeksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana
pembelajaran siklus berikutnya.
2.
Siklus II
Pelaksanaan siklus
II adalah tindak lanjut dari pembelajaran siklus I, urutan kegiatannya adalah
sebagai berikut:
a.
Perencanaan
(Planning)
Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah penerapan tindakan yang dilakukan adalah
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making, yakni dengan tahapan sebagai berikut:
1)
Menganalisis
kurikulum.
2)
Membuat
silabus.
3)
Menyusun
rencana pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making pada pembelajaran SKI materi peristiwa
Fathu Makkah .
4)
Menyiapkan media.
5)
Merancang
pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar.
6)
Membentuk
kolabolasi dengan teman sejawat sebagai patner penelitian.
7)
Menyiapkan
lembar observasi dan lembar kerja siswa.
8)
Menyiapkan
soal-soal evaluasi akhir siklus yang dilengkapi dengan kunci jawaban.
b. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan untuk melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telas dibuat.
Pada saat kegiatan dimulai, maka dilakukan observasi terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung yang ditujukan pada minat siswa untuk
mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan. Langkah-langkah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Decision Making adalah sebagai berikut:
1)
Guru
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar kepada siswa,
dan mengabsen siswa.
2)
Guru
melakukan apersepsi
3)
Guru
menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dengan jelas,runtun dan menarik.
4)
Guru
membagi siswa menjadi 4 kelompok karena jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat
3 kelompok beranggotakan 3 dan 1 kelompok beranggotakan 2 anak orang dengan
anggota berbeda dari pertemuan sebelumnya.
5)
Guru
menyampaikan permasalahan melalui ceramah singkat dengan jelas, runtun, mudah
dimengerti dan menarik bagi siswa.
6)
Guru
menayangkan gambar peristiwa Fathu Makkah
dan meminta siswa membaca wacana, atau
kasus permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus permasalahan.
7)
Guru
mengajukan sebuah pertanyaan terkait gambar yang disajikan agar siswa mampu
merumuskan masalah sesuai dengan gambar.
8)
Secara
kelompok siswa diminta mengidentifikasi masalah sosial yang terjadi dilingkungan
sekitar siswa.
9)
Secara
kelompok siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
10) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi
aspek negative dari masalah tersebut.
11) Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi
cara mengatasi atau upaya untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
12) Secara kelompok siswa diminta mengemukakan
alasannya memilih cara tersebut
13) Guru memberikan evaluasi berdasarkan materi yang
telah dipelajari.
14) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan
kepada siswa perasaannya belajar hari ini.
15) Guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari
pelajaran selanjutnya di rumah.
c.
Observasi
Pada pelaksanaan
tiap siklus dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamat memberi tanda (√)
penilaian terhadap aspek yang diamati dibantu indikatornya. Pada akhir
pelaksanaan siklus I sampai siklus II akan diadakan tes selama 15 menit untuk
mengukur hasil belajar siswa.
d.
Refleksi
Tahap keempat
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengemukakan kembali tentang tindakkan
yang telah dilaksanakan pada siklus II. Tahap ini dilakukan analisis terhadap
hasil observasi dan evaluasi. Berdasarkan hasil analisis data diketahui apa
yang telah dicapai atau belum dicapai pada siklus ini, hasil analisis tersebut
digunakan sebagai rekomendasi bagi peneliti ini.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan kinerja dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut.
1. Siswa dimaksud tuntas apabila mendapat
nilai miminal sama dengan KKM=69
dan 85% dari jumlah siswa tuntas belajar.
2. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan
berhasil apabila 85% dari jumlah siswa meningkat minat belajarnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
Keberhasilan
dalam proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh kemampuan
guru dalam menggunakan
strategi, metode dan teknik
belajar serta kurang
variatif dan kreatifnya
guru dalam menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang
akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Metode yang biasa
digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah yaitu pentransferan
pengetahuan dari guru ke siswa. Kegiatan siswa hanya mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru, bertanya dan menjawab pertanyaan jika guru
mengajukan pertanyaan, serta mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
Guru juga belum pernah menerapkan model pembelajaran lain yang bersifat
inovatif, kreatif dan lebih menarik, jadi kegiatan siswa di dalam kelas bersifat
pasif. Selama ini siswa belajar hanya melalui pentransferan ilmu dari guru
dengan metode ceramah tanpa melibatkan siswa untuk memecahkan masalah dan
mencari tahu sendiri, sehingga siswa belum mencapai pemahaman yang maksimal.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SKI yang berlangsung di MIS
...................... masih bersifat teacher-centered,
sehingga siswa berperan pasif dan tidak banyak melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran.
Penelitian ini
berlangsung selama dua siklus.
Pada setiap siklus,
penulis melaksanakan
beberapa tahap penelitian
yaitu membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang telah
dilaksanakan sebelumnya, menyiapkan materi serta media pembelajaran yang
akan digunakan, lalu melaksanakan penelitian. Pada saat
penelitian berlangsung, dilaksanakan
observasi terhadap minat belajar siswa untuk
melihat respon siswa
ketika mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran SKI dengan penerapan
model pembelajaran Decision Making meliputi
beberapa tahap diantaranya
perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Oleh karena
penelitian tindakan kelas ini
difokuskan kepada tiga hal yang berkenaan dengan pembelajaran
tersebut, untuk memberikan
gambaran secara menyeluruh
hasil penelitian tindakan
kelas ini, maka paparan
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
sebagai bentuk pelaksanaan
tindakan, hasil pembelajaran,
dan refleksinya.
Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas V MIS ...................... pada pembelajaran SKI materi
peristiwa Fathu Makkah melalui dua siklus dengan penerapan model
pembelajaran Decision Making
menunjukkan hasil yang signifikan pada setiap siklusnya. Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
1.
Kondisi Awal
Dalam pembelajaran SKI para
siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang
dimiliki dan tidak
dimiliki dari sekumpulan
obyek (abstraksi). Dengan pengamatan contoh-contoh dan bukan
contoh-contoh khusus (generalisasi). Dalam
proses penalarannya dikembangkan
pola pikir induktif maupun deduktif.
Berdasarkan
informasi dari guru kelas V MIS ......................, menjelaskan masih banyak
siswanya yang belum
bisa memahami peristiwa Fathu
Makkah dengan benar. Hal ini,
ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar SKI siswa pada peristiwa Fathu Makkah dengan benar
yang rendah. Banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal pada pokok
bahasan peristiwa Fathu Makkah dengan benar.
Kenyataan ini menunjukan
bahwa pembelajaran SKI di kelas V
khususnya pada materi peristiwa Fathu Makkah perlu ditingkatkan
sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang ada di
sekolah dasar.
Hasil
kegiatan awal penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dibantu oleh guru
rekan atau observer menunjukkan hasil-hasil sebagaimana dijelaskan di bawah
ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI pada
Kondisi Awal
Nilai
|
Jumlah Siswa
|
Capaian
|
Tuntas
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|||
40
|
3
|
120
|
|
|
√
|
27,27
|
50
|
2
|
100
|
|
|
√
|
18,18
|
60
|
4
|
240
|
|
|
√
|
36,36
|
70
|
2
|
140
|
√
|
18,18
|
|
|
80
|
0
|
0
|
√
|
0,00
|
|
|
90
|
0
|
0
|
|
|
|
|
100
|
0
|
0
|
|
|
|
|
Jumlah
|
11
|
600
|
-
|
18,18
|
-
|
81,82
|
Nilai >=
KKM
|
18,18
|
|||||
Nilai Rata-2
|
54,55
|
Penjelasan mengenai minat belajar yang diamati adalah perhatian dalam kegiatan belajar mengajar, partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, perasaan senang terhadap kegiatan belajar mengajar, rajin dalam belajar, tekun
dalam belajar, rajin dalam mengerjakan tugas,
memiliki jadwal belajar, disiplin dalam belajar. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format
observasi yang telah dipersiapkan.
Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran pada kondisi awal sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Rekapitulasi
Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI pada Kondisi Awal
No
|
Kriteria Aspek
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
Sangat Baik
|
0
|
0,00
|
|
2
|
Baik
|
3
|
27,27
|
|
3
|
Cukup
|
3
|
27,27
|
|
4
|
Kurang
|
5
|
45,45
|
|
Berdasarkan hasil
pengamatan kondisi awal
siswa terhadap pembelajaran SKI serta berbagai
hambatan-hambatan yang
muncul, maka peneliti
bersama guru kelas
yang diteliti, melakukan
kolaborasi untuk mengatasi
hambatan dan kesulitan
yang ditemukan, peneliti
bersama guru kelas
yang bertindak sebagai obsever,
menyusun dan melaksanakan serangkaian perencanaan tindakan guna mengatasi hambatan-hambatan
tersebut, yang diakhiri pada sebuah
kegiatan analisis atau refleksi.
Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah
dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan
tindakan penelitian kelas
ini menekankan pada penerapan
model pembelajaran Decision Making untuk
meningkatkan minat dan prestasi
hasil belajar siswa yang
diupayakan dan dikondisikan berdasarkan
tahapan-tahapan yang telah
dipersiapkan sebelumnya dalam
tahap perencanaan dengan
mengimplementasikan rencana tersebut
yang telah dirumuskan oleh peneliti
2.
Siklus I
a.
Data Hasil Perencanaan
Pada tahap
perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran
yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk
pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa
(LKS).
b.
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan
tindakan ini guru dalam menyampaikan pembelajaran SKI sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
di buat. Rencana pembelajaran yang disususn oleh peneliti sesuai dengan
indikator mata pelajaran SKI pada
semester 1, yaitu peristiwa Fathu Makkah .
1) Pertemuan I
Pada pertemuan yang pertama, kegiatan awal dimulai dengan berdoa,
setelah itu sebagai awal pembelajaran guru mengadakan tanya jawab materi peristiwa
Fathu Makkah yang pernah diajarkan
sebelumnya. Guru
menyiapkan sarana pembelajaran dan dilanjutkan
memberikan
informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan
oleh peserta didik. Langkah selanjutnya guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok kecil (4 kelompok karena
jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 2 kelompok beranggotakan 3 dan 1
kelompok beranggotakan 2 anak) dan menunjuk seorang ketua dan seorang sekretaris. Guru secara klasikal menayangkan gambar, wacana, atau kasus
permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang
diharapkan, yaitu peristiwa Fathu
Makkah. Setelah dirasa cukup, guru menyampaikan beberapa
pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar,
wacana, atau kasus yang disajikan. Selanjutnya
guru
memberikan LKS yang sesuai dengan indikator kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan
jawaban soal-soal tersebut dan secara kelompok siswa
diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternatif pemecahan. Kegiatan selanjutnya secara kelompok atau individu siswa diminta
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang
sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka
mengapa memilih alternatif tersebut. Secara kelompok atau
individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya
masalah tersebut. Secara kelompok atau
individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi
aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru
bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas, Tindak lanjut, memberi
penguatan (kalian telah belajar peristiwa Fathu
Makkah, semoga kalian dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari),
menginformasikan pembelajaran yang akan datang, pemberian PR.
2) Pertemuan 2
Pertemuan yang ke-2 ini kegiatan awal dimulai dengan berdoa,
dilanjutkan dengan persensi siswa. Agar siswa lebih mengingat materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya maka diadakan tanya jawab. Guru meminta siswa berkelompok sebagaimana
pada pertemuan pertama. Guru memberikan LKS yang sesuai dengan indikator yaitu menemutunjukkan
peristiwa Fathu Makkah kepada masing-masing kelompok. Guru
memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal-soal
tersebut. Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat
alternatif pemecahan. Secara kelompok atau individu
siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar
siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara
kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih
alternatif tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari
penyebab terjadinya masalah tersebut. Secara
kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah
terjadinya masalah tersebut. Guru
memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru
menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk
menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas. Bersama-sama dengan siswa
membuat kesimpulan akhir pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3) Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga
merupakan lanjutan dari pertemuan kedua, yaitu melaksanakan kegiatan tes
formatif akhir siklus pertama. Pembelajaran
dimulai dengan pembukaan
yaitu mengucapkan salam, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
berdoa dan mengecek
daftar hadir siswa, kemudian
mengondisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Sementara itu, observer
melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah ditetapkan dan setelah selesai
dengan penguatan materi,
guru melanjutkan dengan mengevaluasi siswa menggunakan soal
evaluasi yang telah disusun, dan seluruh siswa antusias pada saat mengerjakan
soal evaluasi. Pada kegiatan akhir siswa menulis kesimpulan materi,
ditindaklanjuti dengan pemberian penguatan kepada yang berhasil maupun yang
belum berhasil, menginformasikan materi pembelajaran yang akan datang dan
pemberian tugas PR.
Data hasil pelaksanaan
tindakan pada pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah penerapan model
pembelajaran Decision Making
sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI pada
Siklus Pertama
Nilai
|
Jumlah Siswa
|
Capaian
|
Tuntas
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|||
40
|
0
|
0
|
|
|
|
|
50
|
3
|
150
|
|
|
√
|
27,27
|
60
|
2
|
120
|
|
|
√
|
18,18
|
70
|
5
|
350
|
√
|
45,45
|
|
|
80
|
1
|
80
|
√
|
9,09
|
|
|
90
|
0
|
0
|
|
|
|
|
100
|
0
|
0
|
|
|
|
|
Jumlah
|
11
|
700
|
-
|
54,55
|
-
|
45,45
|
Nilai >=
KKM
|
54,55
|
|||||
Nilai Rata-2
|
63,64
|
Dari tabel di
atas tentang rekapitulasi nilai tes formatif pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah di
atas dapat diterangkan bahwa pada setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan
menjadi 63,64. dan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 6 siswa (54,55%). Dari penjelasan di atas,
peneliti bersama observer sepakat bahwa pelaksanaan pembelajaran perlu
dilanjutkan pada siklus II, karena prestasi belajar siswa belum mencapai
perolehan di atas KKM sebesar 69 dengan
tingkat ketuntasan belajar mencapai angka di atas 85%.
2)
Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan
mengenai prestasi siswa pada pembelajaran SKI materi peristiwa
Fathu Makkah di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi
Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI
Siklus Pertama
No
|
Kriteria Aspek
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
Sangat Baik
|
0
|
0,00
|
Tuntas
|
2
|
Baik
|
8
|
75,45
|
Tuntas
|
3
|
Cukup
|
3
|
27,27
|
Belum Tuntas
|
4
|
Kurang
|
0
|
0,00
|
Belum Tuntas
|
Dari data
pada tabel di atas dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan
minat siswa sebanyak 8
siswa atau 75,45% pada siklus ke I yang terdiri dari 8 siswa dalam kategori baik,
siswa yang belum meningkat minat belajarnya
sebanyak
3 siswa atau 27,27% dalam kategori cukup.
Melihat
hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melanjutkan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II minat belajar
siswa dapat mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan indikator dan kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan
4) Data
Hasil Refleksi
a) Penjelasan yang diberikan masih bersifat
abstrak sehingga siswa masih kesulitan memahami penjelasan yang diberikan guru
tentang materi pembelajaran peristiwa Fathu Makkah dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making.
b) Sebagian besar siswa masih kurang memahami
sepenuhnya terhadap materi pembelajaran yang diberikan, terutama pada saat penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making
c) Pemahaman siswa terhadap penyajian gambar
masih kurang, hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa yang belum
bisa memahami materi pembelajaran tentang Peristiwa Fathu Makkah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
d) kegiatan tanya jawab yang berlangsung
antara siswa dan guru mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Decision Making masih kurang berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil tes formatif dan observasi
selama proses pembelajaran oleh observer didapat kesimpulan bahwa proses
pembelajaran belum berjalan dengan baik. Pada siklus pertama proses
belajar siswa sedikit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik daripada
sebelumnya (studi awal).
Dari tiga kali pertemuan pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dianggap belum berhasil.
Oleh karena itu, peneliti dan observer mendiskusikan tentang hasil observasi
dan mewawancarai yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan hasil tes formatif,
maka proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua perlu dilakukan dengan
memperbanyak latihan-latihan soal dengan pengintensifan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making dilanjutkan diskusi kelas untuk pembahasan hasil tes formatif.
3.
Siklus II
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada
siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making, hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut
sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a.
Data Hasil Perencanaan
Pada tahap
perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran
yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk
pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa
(LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar pelaksanaan pembelajaran.
b.
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rancangan
perbaikan pembelajaran siklus II, maka pembelajaran dilaksanakan 3 (tiga) kali
pertemuan.
1)
Pertemuan I:
Guru mengawali pembelajaran
dengan mengadakan tanya jawab tentang peristiwa Fathu Makkah. Siswa dibimbing guru menceritakan peristiwa Fathu
Makkah. Bagi siswa yang dapat menjawab
benar diberikan hadiah dengan pujian “bagus” atau dengan acungan jempol.
Memasuki materi pembelajaran, Guru menyiapkan sarana pembelajaran
dan dilanjutkan memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas
yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.
Langkah selanjutnya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (4 kelompok karena jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 3
kelompok beranggotakan 3 dan 1 kelompok beranggotakan 2 anak orang dengan
anggota berbeda dari pertemuan sebelumnya) dan menunjuk seorang ketua dan seorang sekretaris. Guru secara klasikal menayangkan gambar, wacana, atau kasus
permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang
diharapkan, yaitu peristiwa Fathu
Makkah. Setelah dirasa cukup, guru menyampaikan beberapa
pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar,
wacana, atau kasus yang disajikan. Selanjutnya
guru
memberikan LKS yang sesuai dengan indikator yaitu mengidentifikasi peristiwa
Fathu Makkah
kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan
jawaban soal-soal tersebut dan secara kelompok siswa
diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternative pemecahan. Kegiatan selanjutnya secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi
yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara kelompok atau
individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih alternative
tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan
untuk mencegah terjadinya masalah
tersebut. Guru memastikan setiap anggota
kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap
anggota kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya
dalam forum kelas, Tindak lanjut, memberi penguatan (kalian telah belajar peristiwa
Fathu Makkah, semoga kalian dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari), menginformasikan pembelajaran yang
akan datang, pemberian PR).
2) Pertemuan 2:
Pada kegiatan awal, guru
menyuruh siswa membuka tugas rumah (PR). Guru bersama siswa membahas PR.
Dilanjutkan dengan tanya jawab yang berhubungan dengan peristiwa Fathu
Makkah Guru meminta siswa berkelompok sebagaimana pada pertemuan
pertama. Guru memberikan LKS yang sesuai dengan indikator yaitu Menemutunjukkan peristiwa
Fathu Makkah
kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok
untuk mendiskusikan jawaban soal-soal tersebut. Secara kelompok siswa diminta
mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternatif pemecahan. Secara kelompok
atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang
terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan
cara pemecahannya. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan
alasan mereka mengapa memilih alternatif tersebut. Secara kelompok atau
individu siswa diminta mencari penyebab
terjadinya masalah tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta
mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya
masalah tersebut. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi
aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru
bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas.
3) Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga
merupakan lanjutan dari pertemuan kedua, yaitu melaksanakan kegiatan tes
formatif akhir siklus pertama. Pembelajaran
dimulai dengan pembukaan
yaitu mengucapkan salam, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
berdoa dan mengecek
daftar hadir siswa, kemudian
mengondisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Sementara itu, observer
melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah ditetapkan dan setelah selesai
dengan penguatan materi,
guru melanjutkan dengan mengevaluasi siswa menggunakan soal
evaluasi yang telah disusun, dan seluruh siswa antusias pada saat mengerjakan
soal evaluasi.
Pada kegiatan akhir Sebelum proses pembelajaran pada hari ini diakhiri guru
memberikan ulasan keterangan penguatan materi secara umum yang terkait dengan
proses pembelajaran dan siswa menulis
kesimpulan materi, mengerjakan evaluasi, ditindaklanjuti dengan pemberian
penguatan kepada yang berhasil maupun yang belum berhasil, menginformasikan
materi pembelajaran yang akan datang dan pemberian tugas PR. .
Data hasil pelaksanaan
tindakan pada pembelajaran SKI materi peristiwa
Fathu Makkah penerapan model pembelajaran Decision Making sebagaimana dijelaskan
tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI peristiwa
Fathu Makkah pada Siklus Kedua
Nilai
|
Jumlah Siswa
|
Capaian
|
Tuntas
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|||
40
|
0
|
0
|
|
|
|
|
50
|
0
|
0
|
|
|
|
|
60
|
1
|
60
|
|
|
√
|
9,09
|
70
|
4
|
280
|
√
|
36,36
|
|
|
80
|
5
|
400
|
√
|
45,45
|
|
|
90
|
1
|
90
|
√
|
9,09
|
|
|
100
|
0
|
0
|
|
|
|
|
Jumlah
|
11
|
830
|
-
|
90,91
|
-
|
9,09
|
Nilai >=
KKM
|
90,91
|
|||||
Nilai Rata-2
|
75,45
|
Melihat
hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan hasil 75,45. Hal ini menunjukkan
bahwa tes prestasi belajar sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena berada
di atas angka kriteria minimal ketuntasan (KKM) sebesar 69, dengan jumlah siswa yang telah tuntas
belajarnya sebanyak 10 siswa
atau 90,91% dan telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar
85%.
c.
Data Hasil Pengamatan
Pada tahap
pengamatan mengenai minat belajar siswa pada pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah di atas
dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI
materi peristiwa Fathu Makkah pada Siklus
Kedua
No
|
Kriteria Aspek
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
Sangat Baik
|
8
|
72,73
|
Tuntas
|
2
|
Baik
|
3
|
27,27
|
Tuntas
|
3
|
Cukup
|
0
|
0,00
|
Belum Tuntas
|
4
|
Kurang
|
0
|
0,00
|
Belum Tuntas
|
Dari data
pada tabel 4.6 di
atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut pada siklus ke II, siswa yang
menunjukkan peningkatan minat belajar
sebanyak 11
siswa atau 100%, pada siklus ke II,
tidak ada siswa yang belum meningkat minat belajarnya.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama
dengan observer menyimpulkan bahwa minat belajar mencapai angka 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa minat belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar
85% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus II
d.
Data Hasil Refleksi
Pada siklus kedua proses
belajar siswa sedikit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik daripada
sebelumnya (siklus pertama). Demikian pun dengan hasil belajar siswa mengalami
perbaikan ke arah peningkatan yang diharapkan. Melihat hasil pelaksanaan penelitian sebagaimana dijelaskan di atas dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran belum tuntas dan yang akan menjadi fokus perhatian pada pelaksanaan
siklus kedua. Dari hasil diskusi dengan kepala sekolah dan observer kelemahan pada siklus kedua ini akan
ditanggulangi dengan lebih
mengintensifkan penerapan model pembelajaran Decision Making.
B. Hasil
Penelitian
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Decision Making pada
pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah menunjukkan peningkatan yang signifikan
terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran SKI pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
No
|
Pembelajaran
|
Hasil Belajar Siswa
|
||||
Nilai Rata-Rata
|
Tuntas
|
%
|
Belum
|
%
|
||
1.
|
Studi awal
|
54,55
|
2
|
18,18
|
9
|
81,82
|
2.
|
Siklus I
|
63,64
|
6
|
54,55
|
5
|
45,45
|
3.
|
Siklus II
|
75,45
|
10
|
90,91
|
1
|
9,09
|
Dari penjelasan pada tabel di atas,
diperoleh keterangan sebagai
berikut pada siklus I, angka
peningkatan ketuntasan belajar naik menjadi 63,64% (bertambah 4 siswa
dari studi awal), pada siklus II, angka peningkatan ketuntasan belajar naik
menjadi 90,91% (bertambah 4 siswa dari siklus I), pada siklus I, nilai
rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan menjadi 63,64, dan pada siklus II
menjadi 75,45 dari kondisi awal sebesar 54,55. Untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa dan nilai rata-rata
hasil belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Gambar 4.1 Diagram
Peningkatan Nilai Rerata Hasil Belajar,
dan Ketuntasan Belajar Siswa
b. Minat
Belajar
Dari
hasil analisis peningkatan minat belajar siswa pada setiap siklus perbaikan
pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Minat Belajar pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No
|
Pembelajaran
|
Ketuntasan
|
|||
Tuntas
|
%
|
Belum
|
%
|
||
1.
|
Studi
awal
|
3
|
27,27
|
8
|
72,73
|
2.
|
Siklus
I
|
8
|
72,73
|
3
|
27,27
|
3.
|
Siklus
II
|
11
|
100,00
|
0
|
0,00
|
Untuk
lebih jelasnya peningkatan minat belajar
dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Gambar 4.2 Diagram
Batang Peningkatan Minat Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran
C. Pembahasan
Pada
pembahasan dalam penelitian ini merupakan pembahasan yang
mengarah pada hasil observasi terhadap minat dan hasil belajar siswa selama penelitian. Dimana penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk kemudian dilakukan refleksi secara keseluruhan pada tiap-tiap siklusnya. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila terdapat
interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran guru
harus dapat menentukan metode-metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran, yang disesuaikan dengan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
mengarah pada hasil observasi terhadap minat dan hasil belajar siswa selama penelitian. Dimana penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk kemudian dilakukan refleksi secara keseluruhan pada tiap-tiap siklusnya. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila terdapat
interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran guru
harus dapat menentukan metode-metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran, yang disesuaikan dengan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Proses
pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila terdapat interaksi antara siswa dan
guru dalam proses pembelajaran yang nantinya berdampak pada hasil belajar siswa
yang tinggi sehingga proses pembelajaran dapat berkualitas, baik dari segi
kognitif maupun minat belajar siswa. Tercapainya tujuan pengajaran, maka dapat
dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan
belajar mengajar diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item
soal. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari
daya serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang dapat diketahui melalui hasil belajar siswa.
Sebelum
penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan observasi awal untuk
mengidentifikasikan permasalahan. Guru juga mempersiapkan
rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar pengamatan minat belajar siswa untuk menunjang proses jalannya pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada penelitian tindakan kelas ini berdasarkan
pada hasil observasi awal yang menunjukan bahwa kegiatan belum optimal,
metode pembelajaran belum sesuai, masih dengan ceramah, ditandai
dengan hasil belajar yang belum sesuai dengan target, sebagai bentuk
pemecahan dari permasalahan itu, maka digunakanlah pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada siswa kelas V MIS ....................... Selama pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada materi peristiwa Fathu Makkah, dari siklus satu ke siklus berikutnya terjadi perubahan dalam proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Perubahan ini dilihat dari hasil ketuntasan hasil belajar sebelum diterapkannya metode kooperatif tipe Decision Making dengan hasil ketuntasan hasil belajar setelah menggunakan metode kooperatif tipe Decision Making. Nilai awal yang diperoleh dari hasil pretes dijadikan dasar ukuran perhitungan ketuntasan hasil belajar tiap siklus. Materi tiap-tiap siklus merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya dan bukan pengulangan. Jadi materi antar siklus bersifat independen atau tidak saling mempengaruhi. Begitu juga nilai dari masing masing siklus tidak saling mempengaruhi sebagai kelanjutan dari materi. Hasil observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi hasil observasi minat belajar siswa siswa, pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan ini diukur berdasarkan nilai tes awal masing-masing siswa.
rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar pengamatan minat belajar siswa untuk menunjang proses jalannya pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada penelitian tindakan kelas ini berdasarkan
pada hasil observasi awal yang menunjukan bahwa kegiatan belum optimal,
metode pembelajaran belum sesuai, masih dengan ceramah, ditandai
dengan hasil belajar yang belum sesuai dengan target, sebagai bentuk
pemecahan dari permasalahan itu, maka digunakanlah pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada siswa kelas V MIS ....................... Selama pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada materi peristiwa Fathu Makkah, dari siklus satu ke siklus berikutnya terjadi perubahan dalam proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Perubahan ini dilihat dari hasil ketuntasan hasil belajar sebelum diterapkannya metode kooperatif tipe Decision Making dengan hasil ketuntasan hasil belajar setelah menggunakan metode kooperatif tipe Decision Making. Nilai awal yang diperoleh dari hasil pretes dijadikan dasar ukuran perhitungan ketuntasan hasil belajar tiap siklus. Materi tiap-tiap siklus merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya dan bukan pengulangan. Jadi materi antar siklus bersifat independen atau tidak saling mempengaruhi. Begitu juga nilai dari masing masing siklus tidak saling mempengaruhi sebagai kelanjutan dari materi. Hasil observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi hasil observasi minat belajar siswa siswa, pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan ini diukur berdasarkan nilai tes awal masing-masing siswa.
Hasil
observasi pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa minat belajar siswa siswa
dalam pembelajaran siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
sebelum tindakan kelas dilaksanakan. Sebelum tindakan kelas dilaksanakan,
banyak siswa yang pasif, tidak bertanya, mengantuk, dan melaksanakan kegiatan
yang tidak mendukung proses pembelajaran. Pada siklus I, siswa sudah mulai
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, walaupun belum optimal.
Hasil
analisis terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada kondisi awal nilai rata-rata sebesar 54,55 dengan ketuntasan klasikal sebesar 18,18% atau 2 siswa, pada siklus I, rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa sebesar 63,64 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 54,55% atau 6 siswa. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 75,45 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,91% atau 10 siswa. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi atau konsep yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making yang telah dilaksanakan siswa. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut dengan memperoleh nilai 69 atau mencapai ketuntasan 85% Hasil ketuntasan berdasarkan penilaian minat belajar siswa baik secara individual maupuan klasikal menunjukkan, pada kondisi awal 3 siswa atau 27,27%, siklus I sebanyak 8 siswa yang tuntas atau 72,73%, dan 11 siswa atau 100% pada siklus II. Adapun jumlah siswa belum tuntas dari 8 siswa atau 72,73%, menjadi 3 atau 27,27% dan tidak ada siswa yang tidak tuntas atau 0% pada siklus kedua.
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada kondisi awal nilai rata-rata sebesar 54,55 dengan ketuntasan klasikal sebesar 18,18% atau 2 siswa, pada siklus I, rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa sebesar 63,64 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 54,55% atau 6 siswa. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 75,45 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,91% atau 10 siswa. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi atau konsep yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making yang telah dilaksanakan siswa. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut dengan memperoleh nilai 69 atau mencapai ketuntasan 85% Hasil ketuntasan berdasarkan penilaian minat belajar siswa baik secara individual maupuan klasikal menunjukkan, pada kondisi awal 3 siswa atau 27,27%, siklus I sebanyak 8 siswa yang tuntas atau 72,73%, dan 11 siswa atau 100% pada siklus II. Adapun jumlah siswa belum tuntas dari 8 siswa atau 72,73%, menjadi 3 atau 27,27% dan tidak ada siswa yang tidak tuntas atau 0% pada siklus kedua.
Siswa
yang tidak tuntas belajarnya pada siklus I diduga karena melakukan minat
belajar yang kurang mendukung pada saat proses pembelajaran berlangsung,
seperti ramai, diam, mengganggu kerja teman, sehingga informasi tidak dapat
diterima dengan baik yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Kinerja
guru dalam menyampaikan materi juga mengalami kenaikan
dibanding dari sebalum diterapkannya metode pembelajaran Decision Making. Guru berusaha memberi motivasi kepada siswa dan mencoba mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga tercipta suasana belajar dengan baik. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru membimbing siswa mengorganisasikan kegiatan dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Sedangkan dalam lembar kerja siswa, guru memberikan arahan dan bimbingan, memantau jalannya kegitan belajar mengajar. Guru berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya dalam proses pembelajaran, dari cara memberi motivasi, penyampaian materi, pengaplikasian materi, pemberian tugas dan membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.
dibanding dari sebalum diterapkannya metode pembelajaran Decision Making. Guru berusaha memberi motivasi kepada siswa dan mencoba mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga tercipta suasana belajar dengan baik. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru membimbing siswa mengorganisasikan kegiatan dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Sedangkan dalam lembar kerja siswa, guru memberikan arahan dan bimbingan, memantau jalannya kegitan belajar mengajar. Guru berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya dalam proses pembelajaran, dari cara memberi motivasi, penyampaian materi, pengaplikasian materi, pemberian tugas dan membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.
Para
proses pembelajaran, guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dari satu siklus ke
siklus-siklus berikutnya, menunjukkan bahwa kinerja guru sudah baik. Pada siklus
I, guru
sudah melaksanakan seluruh langkah–langkah pembelajaran yang telah
di susun, namun belum secara optimal karena masih ada beberapa langkah
yang belum dilakukan secara baik. Pada siklus II, kinerja guru semakin baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan sudah dilakukanya langkah–langkah
pembelajaran secara optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Decision Making dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa secara kognitif dan minat belajar siswa belajar siswa.
sudah melaksanakan seluruh langkah–langkah pembelajaran yang telah
di susun, namun belum secara optimal karena masih ada beberapa langkah
yang belum dilakukan secara baik. Pada siklus II, kinerja guru semakin baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan sudah dilakukanya langkah–langkah
pembelajaran secara optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Decision Making dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa secara kognitif dan minat belajar siswa belajar siswa.
Indikator
dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan tolak ukur dari
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Belum tercapainya indikator dalam
penelitian ini disebabkan masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada siklus 1 yaitu:
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Belum tercapainya indikator dalam
penelitian ini disebabkan masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada siklus 1 yaitu:
1.
Suasana kelas belum
terkendali, karena masih banyaknya siswa yang
berbicara sendiri.
berbicara sendiri.
2.
Siswa dan guru
mengalami kendala dalam melaksanakan pembelajaran
timbal-balik, karena belum terbiasa.
timbal-balik, karena belum terbiasa.
3.
Kurangnya kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa masih kurang berani dalam menjawab
pertanyaan maupun menyampaikan
pendapat.
pendapat.
Namun
hal ini dapat diatasi dengan baik karena adanya kerja sama yang
cukup baik antara guru dengan siswa, sehingga pembelajaran tetap dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Kemudian pelaksanaan pada siklus II, guru berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari kesalahan
yang terjadi dari siklus I. Upaya-upaya yang telah dilakukan guru pada
kegiatan siklus II untuk lebih mengoptimalkan lagi proses
pembelajaran yaitu:
cukup baik antara guru dengan siswa, sehingga pembelajaran tetap dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Kemudian pelaksanaan pada siklus II, guru berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari kesalahan
yang terjadi dari siklus I. Upaya-upaya yang telah dilakukan guru pada
kegiatan siklus II untuk lebih mengoptimalkan lagi proses
pembelajaran yaitu:
1.
Mempersiapkan serta
merencanakan rencana pembelajaran dengan sebaik mungkin
2.
Guru memberikan
bimbingan serta arahan dan penguatan pada siswa, agar siswa lebih antusias
dalam proses pembelajaran
3.
Guru memotivasi siswa
untuk lebih berperan aktif dalam proses belajar
mengajar
mengajar
4.
Guru melatih siswa
untuk dapat berfikir secara kritis
5.
Guru berusaha
menumbuhkan keberanian siswa untuk berani menjawab pertanyaan dan menyampaikan
pendapat.
Proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making pada materi peristiwa Fathu Makkah merupakan suatu pembelajaran yang mengarah pada strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam bentuk kelompok. Dimana pembelajaran yang dilakukan guru dengan sedemikian rupa diharapkan dapat membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan minat belajar siswa serta pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat menjadi lebih baik dan diperoleh secara optimal.
kooperatif tipe Decision Making pada materi peristiwa Fathu Makkah merupakan suatu pembelajaran yang mengarah pada strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam bentuk kelompok. Dimana pembelajaran yang dilakukan guru dengan sedemikian rupa diharapkan dapat membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan minat belajar siswa serta pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat menjadi lebih baik dan diperoleh secara optimal.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nasution, S (1982: 36) menyebutkan bahwa mastery learning atau belajar tuntas,
artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa
mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan prestasi
belajar yang baik pada materi tersebut.
Dari
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran SKI materi
peristiwa Fathu Makkah dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making terbukti
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas V MIS ......................
Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
|
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis
data dan temuan hasil
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang diperoleh pada kondisi awal,
siklus I dan II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making dapat meningkatkan proses
pembelajaran. Siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut nampak
dari antusiasnya siswa dalam mengajukan pertanyaan
kepada guru atau teman, mengemukakan pendapat atau gagasan saat diskusi kelompok
atau presentasi kelompok, menanggapi pendapat orang lain, memperhatikan atau
mendengarkan penjelasan materi dari guru dan teman lain, membuat catatan,
melakukan diskusi dalam kelompok, mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh
guru, dan kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making terbukti dapat
meningkatkan minat siswa menunjukkan perolehan
pada studi awal hanya 3 siswa atau 27,27%, naik menjadi 8 siswa atau 72,73%
pada siklus pertama, 100% atau dapat dinyatakan bahwa semua siswa pada
siklus kedua dinyatakan mengalami peningkatan minat belajar selama mengikuti
kegiatan pembelajaran.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making terbukti dapat
meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa, peningkatan hasil belajar
siswa, di mana nilai hasil belajar siswa dari
rata-rata pada studi awal hanya 54,55,
naik menjadi 63,64 pada siklus pertama, dan 75,45 pada siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa
(18,18%) pada studi awal, 54,55% atau 6
siswa pada siklus pertama, dan pada
siklus terakhir menjadi 90,91%, atau 10 siswa, dan masih ada satu siswa (9,09%) yang belum tuntas, sehingga
semua kriteria ketuntasan telah tercapai pada siklus kedua.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Saran untuk Siswa
a.
Suatu
keberhasilan dalam bentukan prestasi belajar tidak bergantung pada orang lain
tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa harus
terlibat secara penuh baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar
mengajar, hal ini akan mempermudah tercapainya tujuan belajar.
b.
Bagi siswa
yang dikenakan tindakan kiranya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
sarana untuk lebih memacu prestasi utamanya pada pelajaran SKI .
2.
Saran untuk Guru
a.
Guru
hendaknya lebih cermat dalam memilih penggunaan variasi penerapan model
pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya
b.
Guru
diharapkan lebih kreatif dalam memancing siswa untuk berpikir kritis sehingga
dapat memicu siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
c.
Penelitian
Tindakan Kelas sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, oleh karena itu
diharapkan guru mampu memberikan waktu yang cukup untuk penelitian demi peningkatan
mutu pembelajaran.
3. Saran untuk Sekolah
Penelitian tindakan kelas
hendaknya digunakan oleh sekolah sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan
permasalahan terutama yang berkaitan dengan masalah motivasi dan hasil belajar.
Penelitiaan tindakan kelas mampu mengidentifikasi dan menindaklanjuti suatu
permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas. Selain itu
penelitian tindakan kelas juga dapat digunakan sebagai alat kontrol kinerja
guru dalam mengajar sehingga kompetensi guru akan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Mulyono.
2008. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan. Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Agus
Suprijono. 2009. Cooperative Learning:
Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yagyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arni
Fajar 2011., Portofolio dalam Pelajaran
IPS, Bandung: PT. Remaja Karya
Asma, Nur.
2006. Model Pembelajaran Kooperatif.
Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta
Dalyono.
2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darajat,
Zakiyah. 1995, Membina Nilai-nilai Moral. Jakarta: Bulan Bintang.
Depdikbud. 1990.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Djaali.
2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djojo
Suradisastra. 1991/1992. Pendidikan IPS III. Jakarta: Depdikbud.
Elizabeth
B. Hurlock.
1978. Perkembangan Anak: Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Etin
Solihatin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fatimah,
2008, Metode Linguistik, Bandung:
Eresco.
Hidayati. (2002).
Pendidikan Ilmu Pengetahuan di Sekolah
Dasar.Yogyakarta : FIP. UNY.
Iim
Wasliman (2007), Problematika Pendidikan Dasar, Modul Pembelajaran
Mahasiswa Pasca Sarajana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Kunandar.2007.
Guru Profesional Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
M.
Numan Somantri (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Muhibbin
Syah 2010, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Mulyono Tjokrodikaryo dan R. Soetjipto. (1980). Metodologi
Ilmu Pengetahuan Sosial . Jakarta
Timur: New Aqua Press.
Nana
Sudjana 2004, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Oemar
Hamalik. 2011. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito.
Pasaribu,
IL dan Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Sardiman
A.M 1988, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, Edisi Revisi.
Slameto
1991, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta.
Slameto.
2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, Nana. 1990. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran.
Bandung: Fakultas. Ekonomi UI
Sudjana.
2000. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugianto. 2010. Model-model pembelajaran inovatif.
Surakarta: Yuma. Pustaka.
Supardi. 2011.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Syaiful
Bahri Djamarah dkk, 2011. Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Syaiful Bahri
Djarmarah & Aswan Zais. 2010. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tindrayani,
E. 2007. Model Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Bandug: PT.
Remaja Rosda Karya
Waney, Max Helly. (1989). Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdikbud
Wina
Sanjaya 2009. Strategi Pembelajaran,
Bandung: Kencana
Wina
Sanjaya. 2011. Strtegi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Wiraatmadja,
Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Yuni
Farchanah. 2010. Upaya Meningkatkan Minat
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan LKS Lembar Kerja Siswa Kreatif. Skripsi: UNY Yogyakarta.
Azyumardi Azra dkk. 2008. Ensiklopedi Islam. PT
Ichtiar Baru Van Hoeve:
Jakarta
Jakarta
A. Hanafi. 2011. Pengantar Theology Islam. Al Husna
Zihra: Jakarta
Untuk mendapatkan file lengkap............... (RPP 2 siklus, Lembar Kerja Siswa 2 Siklus, Tes Formatif 2 Siklus, Analisis Data ....................) silahkan klik disini