Wednesday 26 June 2019

PTK Mata Pelajaran SKI SD/MI Kurikulum 2013


Loggo






Laporan Hasil
 Penelitian Tindakan Kelas


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
DECISION MAKING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN SKI  MATERI PERISTIWA
FATHU MAKKAH  SISWA KELAS V MIS ......................  
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019



Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan ....... ke .......
Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)








Oleh

....................................
NIP.  ……………………………






MIS ......................
Alamat : Jl. ………………………… Kecamatan ……………………..
Kabupaten ……………….Kode Pos ……………….
2018



HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1.   a.   Judul Penelitian                    :  Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Pembelajaran SKI  Materi Peristiwa Fathu Makkah  Siswa Kelas V MIS ......................  Semester 1  Tahun Pelajaran 2018/2019
      b.   Bidang Ilmu                         : SKI
      c.   Kategori Penelitian              :  Strategi  Pembelajaran
      d.   Jenis Penelitian                     : Penelitian Tindakan Kelas
2.   Ketua Peneliti
      a.   Nama Lengkap dan Gelar    : ...............................................
      b.   NIP                                      :  ………………………………..
      c.   Pangkat / Golongan             : ………………………………..
      d.   Jabatan                                 : Guru Mata pelajaran
      e.   Instansi                                 : MIS ......................
      f.    Tempat Penelitian                :  MIS ......................
3.   Lama Penelitian                         : 3 bulan (Bulan Agustus 2018 sampai dengan Bulan Oktober 2018)
4.   Sumber Biaya                             : Swadaya


                        Mengetahui                                   ................., ……………….
                   Kepala Madrasah                                              Peneliti




               ………………………                               ...................................
                  NIP. ……………..                                  NIP. ………………


Mengetahui/Mengesahkan
Pengawas Sekolah



………………………..
NIP. ………………………………



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
DECISION MAKING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN SKI  MATERI PERISTIWA
FATHU MAKKAH  SISWA KELAS V MIS ......................  
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019



ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI Materi Peristiwa Fathu Makkah  Kelas V MIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya di mana pada setiap siklusnya terdapat 4 tahapan yaitu perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (5) refeksi (reflection). Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V MIS ...................... tahun pembelajaran 2018/2019  dengan jumlah siswa 11 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan teknik tes. Dalam penelitian ini validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dan metode. Teknik analisa data diolah dengan analisis deskriptif.  Berhasilnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada mata pelajaran SKI, diketahui adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa dari sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II. Peningkatan minat siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 3 siswa atau 27,27%, naik menjadi 8 siswa atau 72,73% pada siklus pertama,  100% pada siklus kedua. Adapun hasil dan ketuntasan belajar siswa pada studi awal hanya  54,55, naik menjadi 63,64 pada siklus pertama, dan 75,45 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak  2 siswa (18,18%) pada studi awal,  54,55% atau 6 siswa pada siklus pertama,  dan pada siklus terakhir menjadi 90,91%, atau 10 siswa, dan masih ada satu  siswa (9,09%) yang belum tuntas, sehingga semua kriteria ketuntasan telah tercapai pada siklus kedua. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI siswa kelas V MIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 .

Kata kunci : Decision Making, minat, hasil belajar






KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-NYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar SKI Materi Peristiwa Fathu Makkah  Kelas V MIS ......................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarah dari berbagai pihak, maka selayaknya peneliti haturkan rasa syukur atas bantuan, bimbingan dan pengarahnya. Sungguh ingin rasanya peneliti mencari kata-kata yang sekiranya layak untuk diucapkan, akan tetapi hanya kata terima kasihlah yang terlontar dari peneliti. Tapi tidaklah cukup hanya dengan kata terima kasih saja, di samping itu peneliti panjatkan doa semoga segala pengorbanan semua pihak mendapat balasan yang setimpal di kemudian hari, terutama peneliti haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Peneliti menyadari akan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki sehingga laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Terakhir penyusun berharap semoga laporan ini dapat menjadi berkah dan manfaat bagi kami khususnya dan kepada siapa saja yang membacanya. Semoga Allah mengabulkan dan memberi kemudahan pada kita semua. Aamiin.


.................,     Oktober 2018
Peneliti






DAFTAR ISI
                                               
HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................     ii
ABSTRAK..........................................................................................................    iii
KATA PENGANTAR........................................................................................    iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................     v
DAFTAR TABEL...............................................................................................    vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................   vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii

BAB       I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah .......................................................     1
B.     Identifikasi Masalah .............................................................     6
C.     Rumusan Masalah .................................................................     6
D.    Tujuan Penelitian...................................................................     6
E.     Manfaat Penelitian.................................................................     7

BAB       II      KAJIAN TEORI
A.    Kajian Teori ..........................................................................     8
B.     Kerangka Berfikir .................................................................   27
C.     Hipotesis Penelitian ..............................................................   29

BAB       III     METODE PENELITIAN   
A.      Setting Penelitian..................................................................   30
B.       Metode dan Rancangan Penelitian ......................................   30
C.       Subjek Penelitian...................................................................   31
D.      Teknik dan Alat Pengumpulan Data ....................................   31
E.       Validasi Data........................................................................   32
F.        Analisis Data.........................................................................   32
G.      Prosedur Penelitian ..............................................................   34
H.      Indikator Keberhasilan .........................................................   38

BAB       IV     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Data.......................................................................   39
B.  Hasil Penelitian.....................................................................   52
C.  Pembahasan...........................................................................   54

BAB       V      SIMPULAN DAN SARAN            
A.  Simpulan ..............................................................................   60
B.  Saran ....................................................................................   61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                           Halaman

Tabel   2.1   Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making............      24
Tabel   4.1    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI   pada Kondisi Awal                     41
Tabel   4.2    Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI   pada Kondisi Awal                     41
Tabel   4.3    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI   pada Siklus Pertama                    45
Tabel   4.4    Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI   Siklus Pertama                 46
Tabel   4.5    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI   Materi Peristiwa Fathu Makkah  pada Siklus Kedua .........................................................................................      51
Tabel   4.6    Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI   Materi Peristiwa Fathu Makkah  pada Siklus Kedua ...............................................................................      51
Tabel   4.7    Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran SKI   pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II..................................................................................................      52
Tabel   4.8    Rekapitulasi Peningkatan Minat Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II                53










DAFTAR GAMBAR


Gambar     2.1    Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas.......................      29
Gambar     3.1    Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, (2009:17-19)..............      31
Gambar     4.1    Diagram Peningkatan Nilai Rerata Hasil Belajar, dan Ketuntasan  Belajar Siswa              53
Gambar     4.2    Diagram Batang Peningkatan Minat Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ............................................................................................... 54
























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran         1................................................................................................ Surat Ijin Penelitian
Lampiran         2................................................................................................ Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran         3................................................................................................ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran         4................................................................................................ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran         5................................................................................................ Instrumem Pengumpulan Data
Lampiran         6................................................................................................ Analisis Data Hasil Penelitian
Lampiran         7................................................................................................ Daftar Hadir
a.    Daftar Hadir Siswa (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
b.   Daftar Hadir Peneliti dan Observer (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran         8................................................................................................ Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 9      Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran 10    Berkas Pelaksanaan Seminar Penelitian Tindakan Sekolah







BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar BelakangMasalah
Pendidikan pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/ potensi individu sehingga bisa hidup optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan kurikulum 2006 dalam buku kerangka dasar, peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secarah menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusian Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatn, keterampilan dan seni.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk bertahan hidup dan menjadi warga Negara yang baik, yang bertanggung jawab baik secara pribadi, sosial/masyarakat, bangsa dan Negara bahkan sebagai warga dunia.
Pendidikan juga tidak terlepas dari guru sebagai pengantar dan pendidik. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. hal ini menunjukkan bahwa betapa eksinya peran guru dalam dunia pendidikan. Guru memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa belajar. Kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Semua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi kepentingan siswa, demi keberhasilan belajar siswa (Djamarah, 2010:39).
Guru adalah tenaga pendidik yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan tersebut, tentunya dunia pendidikan harus mempunyai tenaga pendidik yang handal dan ahli dibidang pembelajaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh satu strategi tertentu (Sanjaya, 2009:14).
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan guru dapat lebih terarah dan hasil belajar siswa meningkat terutama pada mata pelajaran SKI, dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang sering kali atau pada umumnya terjadi pada kebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran SKI, maka akan akan lebih baik bila mana guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar dan penerapan model pembelajaran yang tepat.
Upaya menumbuhkan minat dan meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan pembelajaran yang efektif. Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan materi dengan baik dan siswa dapat menguasai substansi tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam menciptakan pembelajaran yang efektif  guru dapat menggunakan model dan metode pembelajaran yang bervariasi. Kurangnya minat belajar siswa menurut pengamatan peneliti ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya, perhatian yang kurang dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui perhatian akan mengarahkan pada hal-hal yang disenangi, hal-hal tersebut sesuai dengan minat, pengalaman dan kebutuhan (Slameto, 2010: 107). Selain itu, penggunaan metode yang tepat juga akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar.  Penggunaan metode yang bervariasi akan membuat siswa tidak bosan tetapi menambah ketertarikan dalam kegiatan belajar mengajar (Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 46). Berdasarkan pemaparan masalah tersebut beserta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, maka peneliti mempunyai gagasan untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Pemilihan metode yang tepat dapat dijadikan salah satu cara yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dalam pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan harus memperhatikan tujuan dan fungsi pembelajaran, karakteristik anak didik.
Model pembelajaran SKI yang terdapat dalam buku pelajaran
SKI perlu diperkaya dengan model-model lain yang memberi nuansa baru,
sehingga dapat meningkatkan kompetensi komunikasi siswa. Selama ini model
pembelajaran kurang menantang siswa, terutama gaya belajar yang monoton
sehingga tidak memancing kreativitas siswa, masalah yang paling menonjol
dikalangan siswa khususnya pelajaran SKI, yang terasa sulit untuk
dimengerti yakni menyangkut penguasaan materi SKI tentang konsep
konsep terdapat di dalam ilmu SKI. Kenyataan ini menunjukkan adanya
suatu komponen belajar mengajar yang belum mampu memberikan hasil
yang memuaskan sesuai dengan pencapaian susunan itu sendiri.
Kenyataan di atas mengharuskan pembelajaran SKI dilakukan
secara intensif. Namun ada kesan yang berkembang di masyarakat bahwa mata
pelajaran SKI merupakan mata pelajaran yang sangat susah dan momok
bagi siswa sehingga hasil belajar siswa terhadap pelajaran SKI tergolong
rendah. Dalam hal ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pembelajaran
SKI.
Sebagai mata pelajaran dan bidang ilmu yang baru diberikan di tingkat SMA, secara umum membuat banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep-konsep SKI dengan baik. Peserta didik menganggap SKI sebagai mata pelajaran hafalan yang berisikan banyak konsep abstrak yang sulit untuk dihafal dan dimengerti. Berdasarkan kajian dialogis dengan peserta didik, kesulitan dalam menghafal dan mengerti materi pelajaran SKI ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) konsep-konsep dalam pelajaran merupakan konsep-konsep yang baru mereka kenal, (2) konsep konsep dalam pelajaran SKI terlalu luas dan abstrak sehingga peserta didik kesulitan dalam menghubungkannya dalam satu rangkaian berpikir yang runtut, (3) peserta didik kesulitan menterjemahkan konsep-konsep SKI ke dalam kenyataan yang ada di masyarakat,(4) peserta didik beranggapan guru kurang menarik dalam menyampaikan materi SKI sehingga motivasi belajar peserta didik menjadi rendah dalam mengikuti pelajaran SKI yang bermuara pada rendahnya hasil belajar SKI.
Dari hasil kegiatan prasiklus yang dilaksanakan diperoleh hasil bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar SKI siswa pada materi Peristiwa Fathu Makkahsiswakelas V MIS ......................yaitu 17,65% atau hanya 3 siswa dari jumlah seluruh siswa sebanyak 17 siswa, sedangkan hasil yang diharapkan adalah 85% dari jumlah siswa dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 54,12 dari batasan KKM=69.
Berdasarkan kenyataan di atas, hasil belajar SKI siswa kelas V MIS ......................masih tergolong rendah dan perlu adanya perbaikan pembelajaran untuk materi selanjutnya. Untuk itu penulis merasa perlu mencari solusi dengan harapan mampu meningkatkan hasil belajar siswa agar dapat mencapai ketuntasan baik individual maupun klasikal pada mata pelajaran SKIkhususnya pada materi Peristiwa Fathu Makkah.
Salah satu usaha guru sebagai tenaga pengajar yang profesional adalah guru harus mampu menggunakan berbagai strategi pembelajaran agar proses pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan dapat merangsang siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran SKI. Guru telah berusaha meningkatkan hasil belajar siswa, seperti mengulangi materi yang belum dimengerti, memberikan tambahan soal latihan, memberikan ulangan perbaikan dan lain sebagainya, namun usaha guru mengadakan perbaikan pembelajaran dikatakan kurang berhasil dikarenakan siswa tidak dibiasakan untuk mengemukakan ide atau gagasannya, terlebih lagi usaha tersebut belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan hasil belajar SKI. Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang belum mencapai target. Sedangkan target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ingin dicapai adalah sebesar 69, namun hal itu belum tampak terwujud dalam pembelajaran SKI.
Peneliti ingin mencoba menerapkan model pembelajaran yang tepat yang mengaktifkan siswa bertanya tentang materi yang sedang dipelajari, bersemangat untuk mengerjakan latihan serta mempunyai rasa tanggung jawab dengan tugas yang dikerjakan bersama kelompok dengan penerapan pembelajaran Decision Making.Decision Making (Pengambilan keputusan) yang efektif membutuhkan keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berfikir kritis dan kreatif. Decision Making adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok dan saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah, berani mengeluarkan pendapat serta tanggap dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Decision Making adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok dan saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan. Selain itu dalam pembelajaran ini siswa juga dituntut untuk berfikir kritis, kreatif serta berani menyampaikan pendapat mereka sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Decision making memungkinkan siswa dapat menggali informasi lebih luas sehingga mendapatkan pengetahuan yang lebih besar.
Beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Decision
Making, yaitu: dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan pengetahuan lebih besar, dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar, karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individual lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan, dan mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat menumbuhkan kekompakkan dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat permasalahan dan keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Decision Making di atas, peneliti tertarik membuat sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeDecision Making untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Pembelajaran SKI  Materi Peristiwa Fathu Makkah Siswa Kelas V MIS ......................  Semester 1  Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B.  Identifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas,  dapat dilihat gejala-gejala kesulitan pembelajaran yang dialami oleh siswa ketika belajar SKI khususnya pada materi Peristiwa Fathu Makkah, yaitu sebagai berikut:
1.    Kurangnya minat belajar siswa yang disebabkan oleh  perhatian yang kurang dari siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
2.    Penggunaan metode pembelajaran yang  monoton sehingga membuat siswa  bosan dan mengurangi minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
3.    Rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaranSKI materi Peristiwa Fathu Makkah siswa kelas VMIS ......................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?
2.    Bagaimana peningkatan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making  siswa kelas VMIS ......................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?
3.    Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making  siswa kelas VMIS ......................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?
D.  Tujuan Penelitian
Selaras dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah
1.    MendeskrSKIikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah siswa kelas VMIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.    Mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making  siswa kelas VMIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
3.    Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making  siswa kelas V MIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
E.  Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:
a.       Bagi Siswa
1.    Membantu siswa meningkatkan hasil belajar SKI melalui melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
2.    Memberi kesempatan pada siswa untuk mendapatkan variasi model dan metode pembelajaran,
b.      Bagi Guru
1.    Penelitian ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengrtahuan dan keterampilan mengajar yang bervariasi sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dijumpai dikelas.
2.    Dapat menambah wawasan dan mengembangkan profesionalitas, untuk meningkatkan model dan strategi mengajar yang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar pada proses belajar mengajar nantinya.
c.       Bagi Sekolah
Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan keterampilan guru dalam mengelola kelas.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori
1.    Minat Belajar
Untuk memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan menjadi minat dan belajar. Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Depdikbud, 1990:58). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content (1991:57).
Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (1988:6). Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai “suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (1983:52). Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat adalah “kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang (1995:133).
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:114), minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 180), minat merupakan rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan sendirinya minat timbul tanpa ada siapa yang menyuruhnya. Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu dinamakan dengan minat (Muhibbin Syah, 2010: 133).
Disisi lain, minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu di luar diri (Djaali, 2006: 121) Crow & Crow (dalam Djaali, 2006: 121), mendefinisikan minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal untuk mencapai tujuan yang diminati itu (Dalyono, 2009: 56).
Berdasarkan pengertian minat yang telah dipaparkan di atas, maka minat dapat diartikan sebagai daya dorongan yang dimiliki seseorang untuk mencapai sesuatu yang diminati. Dalam kegiatan belajar mengajar, minat sangatlah diperlukan. Kondisi kegiatan belajar mengajar dikatakan efektif adalah jika adanya minat dan perhatian dalam belajar mengajar (Moh. Uzer Usman dalam Yuni Farchanah, 2010: 14-15).
Siswa yang memiliki minat belajar ketika kegiatan belajar mengajar seperti yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2011: 166- 167), biasanya diekspresikan melalui:
a.     Pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.
b.     Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan.
c.     Perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati tanpa menghiraukan yang lain.
Sependapat dengan itu, Slameto (2010: 180) mengutarakan bahwa siswa yang berminat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Ada rasa suka dan senang pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.
b.    Diekspresikan melalui suatu pernyataan.
c.    Lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.
d.   Dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
e.    Cenderung untuk memberikan perhatian lebih besar terhadap subjek tersebut.
Indikator untuk menentukan minat belajar seseorang dapat dilihat pada lima aspek yaitu:
a.    Rajin dalam belajar,
b.    Tekun dalam belajar,
c.    Rajin dalam mengerjakan tugas,
d.   Memiliki jadwal belajar, dan
e.    Disiplin dalam belajar.
Dari pemaparan di atas, dapat dirumuskan pada dasarnya minat belajar siswa dapat dibagi menjadi tiga indikator yaitu:
a.    Perhatian dalam kegiatan belajar mengajar.
b.    Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
c.    Perasaan senang terhadap kegiatan belajar mengajar.
d.   Rajin dalam belajar,
e.    Tekun dalam belajar,
f.     Rajin dalam mengerjakan tugas,
g.    Memiliki jadwal belajar, dan
h.    Disiplin dalam belajar
Kedelapan indikator minat belajar tersebut digunakan peneliti untuk menyusun kisi-kisi pada lembar observasi minat belajar siswa.
Minat dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah berpengaruh terhadap proses penerimaan ilmu maupun hasil belajar siswa. Seperti halnya yang diutarakan oleh Muhibbin Syah (2010: 134), minat dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, siswa yang memiliki minat di bidang olahraga, maka ketika pelajaran olahraga perhatian siswa tersebut akan terlihat jelas dan berbeda dengan teman-temannya. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar bila disertai dengan minat siswa. Perlu diketahui bahwa minat sebagai alat motivasi yang utama yang dapat menggairahkan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 167).
Dengan adanya minat belajar siswa yang besar ketika mengikuti pelajaran, akan berdampak terhadap pemusatan perhatian terhadap guru (Muhibbin Syah, 2010: 134). Oleh karena itu, guru agar berusaha dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya (Slameto, 2010: 180).
Adapun cara guru dalam meningkatkan dan mengembangkan minat belajar siswa menurut Slameto (2010: 180-181), antara lain sebagai berikut.
a.    Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada
Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada subyek baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang sudah ada.
b.    Membentuk minat-minat baru pada diri siswa
Dengan membentuk minat-minat baru pada diri siswa, berarti memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara materi pelajaran yang akan disampaikan dengan materi pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa mendatang.
c.    Memberikan insentif
Insentif disini merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 167), guru dapat membangkitkan minat belajar siswa dengan cara:
a.    Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa, sehingga dia belajar tanpa paksaaan.
b.    Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah menerima bahan pelajaran.
c.    Memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
d.   Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual siswa.
Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan siswa dalam memusatkan perhatian ketika kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang efektif.
2.    Hasil Belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa- belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa  dipisahkan.  Belajar  merujuk  kepada  apa  yang  harus  dilakukan seseorang  sebagai  subyek  dalam  belajar.  Sedangkan  mengajar  merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.  Dua  konsep  belajar  mengajar  yang  dilakukan  oleh  siswa    dan  guru terpadu  dalam  satu  kegiatan.  Diantara  keduanya  itu  terjadi  interaksi dengan  guru.  Kemampuan  yang  dimiliki  siswa  dari  proses  belajar mengajar  saja  harus  bisa  mendapatkan  hasil  bisa  juga  melalui  kreativitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengaja. 
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  seorang  siswa  setelah  ia  menerima  perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah  kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  menerima pengalaman  belajarnya  (Sudjana,  2004:22).    Sedangkan  menurut  Howart Kingsley  dalam  bukunya  Sudjana  membagi  tiga  macam  hasil  belajar mengajar  yaitu,  (1)  keterampilan  dan  kebiasaan,  (2)  pengetahuan  dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita. (Sudjana, 2004:22). 
Dari  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  hasil  belajar  adalah kemampuan  keterampilan,  sikap  dan  keterampilan  yang  diperoleh  siswa setelah  ia  menerima  perlakuan  yang  diberikan  oleh  guru  sehingga  dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Gagne  mengungkapkan  ada  lima  kategori  hasil  belajar,    yakni  : informasi  verbal,  kecakapan  intelektual,  strategi  kognitif,  sikap  dan keterampilan.  Sementara  Bloom  mengungkapkan  tiga  tujuan  pengajaran yang merupakan emempuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2000:22).
Hasil  belajar  yang  dicapai  siswa  menurut  Sudjana  (1990:56),  melalui proses  belajar  mengajar  yang  optimal  ditunjukan  dengan  ciri-ciri  sebagai berikut .
1)   Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik  pada  diri  siswa.  Siswa  tidak  mengeluh  dengan  prestasi  yang rendah  dan  ia  akan  berjuang  lebih  keras  untuk  memperbaikinya  atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. Menambah keyakinan dan  kemampuan  dirinya,  artinya  ia  tahu  kemampuan  dirinya  dan  percaya bahwa  ia  mempunyai  potensi  yang  tidak  kalah  dari  orang  lain  apabila  ia berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya,  seperti  akan  tahan  lama  diingat,  membentuk  perilaku, bermanfaat bagi  aspek  lain,kemauan  dan  kemampuan  untuk  belajar  sendiri  dan mengembangkan kreativitasnya.
2)   Hasil  belajar  yang  diperoleh  secara  menyeluruh  (komprehensif),  yakni mencakup ranah kognitif (pengetahuan atau wawasan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan atau perilaku).
3)   Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri  terutama  dalam  menilai  hasil  yang  dicapainya  maupun  menilai  dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
b.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan  teori  Taksonomi  Bloom  hasil  belajar  dalam  rangka  studi dicapai  melalui  tiga  kategori  ranah  antara  lain  kognitif,  afektif,  dan psikomotor.  Perinciannya adalah sebagai berikut :
1)      Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu  pengetahuan,  pemahaman,  penerapan,  analisis,  sintesis,  dan penilaian.
2)      Ranah afektif
Berkenaan  dengan  sikap  dan  nilai.  Ranah  afektif  meliputi  lima jenjang  kemampuan  yaitu  menerima,  menjawab,  atau  reaksi,  menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3)      Ranah psikomotor
Meliputi  keterampilan  motorik,  manipulasi  benda-benda,  dan koordinasi  neuromuscular  (menghubungkan,  mengamati).  Tipe  hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi  bagian  dari  hasil  penilaian  dalam  proses  pembelajaran  di sekolah.
Berdasarkan  pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  hasil  belajar adalah  suatu  penilaian  akhir  dari  proses  dan  pengenalan  yang  telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama  atau  bahkan  tidak  akan  hilang  selama-lamanya  karena  hasil  belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu  yang selalu mencapai hasil yang  lebih  baik  sehingga  akan  merubah  cara  berfikir  serta  menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Keberhasilan  pembelajaran  dapat  dilihat  dari  segi  hasil,  asumsi  dasar adalah  proses  pengajaran  yang  optimal  memungkinkan  hasil  belajar  yang optimal  pula,  dimana  adanya  korelasi  antara  proses  pembelajaran  dengan hasil yang dicapai (Tindrayani, 2007:14) 
3.    Model Pembelajaran
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian
secara umum model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45), model diartikan
sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu.
Pengertian menurut Syaiful Sagala (2005: 175) sebagaimana
dikutip oleh Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), menge
mukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran
ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
Guru sebagai perancang pembelajaran harus mampu
mendisain seperti apa pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Model pembelajaran merupakan disain pembelajaran yang akan
dilaksanakan guru di dalam kelas. Dengan melihat beberapa ciri
khusus dan karakteristik model pembelajaran tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa sebelum mengajar, guru harus menentukan
model pembelajaran yang akan digunakan. Dengan model
pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan hasil
belajar yang direncanakan. Dengan demikian proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik dan tepat sesuai dengan mata
pelajarannya.

4.    Model Pembelajaran Kooperatif
a.    Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pola pembelajaran yang mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik (Nur Asma 2006:12).
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran siswa bahwa akan lebih mudah untuk memahami suatu materi jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Dalam pembentukan anggota kelompok diusahakan bersifat heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau suku.
b.    Landasan Pembelajaran Kooperatif
Ide pembelajaran kooperatif bermula dari pandangan filosofis terhadap konsep belajar. John Dewey (Nur Asma 2006: 31) menulis sebuah buku yang berjudul “Democracy of Education”. Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Dewey menganjurkan agar dalam lingkungan belajar guru menciptakan lingkungan sosial yang bercirikan demokratis dan proses ilmiah. Tanggungjawab seorang guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran. Di samping upaya pemecahan masalah di dalam kelompok kooperatif, dari hari ke hari siswa belajar prinsip demokrasi melalui interaksi antar teman sebaya dan masyarakat (Nur Asma, 2006: 31).
c.    Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma (2006: 12-14) adalah:
(a)      Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik (pencapaian hasil belajar),
(b)     Penerimaan yang luas terhadap orang-orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan dan ketidakmampuan,
(c)      Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Tujuan pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik (pencapaian hasil belajar) yaitu agar hasil belajar khususnya pelajaran matematika dapat mencapai KKM yang telah ditentukan dan dapat meningkatkan rasa sosial diantara siswa.
d.   Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2011: 246-247) adalah:
(a)      Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu penyelesaian tugas tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. Jadi, hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua itu memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok dan semua itu memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.


(b)     Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai itu guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
(c)      Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.
(d)     Partisipasi dan komunikasi (participation communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa agar dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikatif. Sebelum melakukan pembelajaran dengan berkomunikasi. Misalnya cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan ide yang dianggapnya baik dan berguna.
e.    Tipe Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur Asma (2006: 51 -81) model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam tipe yang dapat diterapkan dalam pembelajaran antara lain:
(a)      Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
(b)     Teams-Games-Tournaments (TGT)
(c)      Team-Assisted Individualization (TAI)
(d)     Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
(e)      Group Investigation (GI)
(f)      Jigsaw
(g)     Model Co-op Co-op
(h)     Decision Making
Model pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan di kelas VMIS ....................pada mata pelajaran SKI adalah model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
5.    Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making
a.    Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Decision Making
Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu basis pembelajaran CTL berusaha mengoptimalkan keseluruhan anggota kelas sebagai salah satu tim yang maju bersama. Disinilah siswa belajar untuk membangun pengetahuanya sekaligus perasaan yang diwujudkan dalam perilaku belajar dan peduli terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe Decision Making(pengambilan keputusan) secara umum adalah teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Decision Making adalah pembelajaran dimana siswa belajar secara kelompok dan saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah, berani mengeluarkan pendapat serta tanggap dalam mengambil keputusan. Menurut Ralf C. Davis, keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah di tetapkan (Suprijono, 2009:7).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Decision Making adalah suatu teknik pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah untuk mendapatkan solusi alternatif terbaik dari permasalahan yang ada. Selain itu dalam pembelajaran ini siswa juga dituntut untuk berfikir kritis serta berani menyampaikan pendapat mereka sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Decision Making memungkinkan siswa dapat menggali informasi lebih luas sehingga mendapatkan pengetahuan yang lebih besar.
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Decision Making adalah sebagai berikut :
1)   Informasikan tujuan dan perumusan masalah.
2)   Secara klasikal tayangkan gambar, wacana, atau kasus permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
3)   Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus yang disajikan.
4)   Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat alternative pemecahannya.
5)   Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya.
6)   Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka memilih alternative tersebut.
7)   Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
8)   Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. (Kunandar, 2007:359)
Beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Decision Making, yaitu :
1)   Dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan pengetahuan lebih besar.
2)   Dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
3)   Dalam penilaian alternative, kelompok lebih dapat menerima risiko dibanding pembuat keputusan individu
4)   Karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individual lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan.
5)   Mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat menumbuhkan kekompakkan dalam belajar, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
Selain keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Decision Making juga memiliki kelemahan, yaitu :
1)   Keputusan kelompok dapat menciptakan situasi dimana tidak seorangpun merasa bertanggung jawab.
2)   Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai sumber daya organisasi, keputusan kelompok memakan waktu.
3)   Pembuatan keputusan kelompok sangat tidak efisien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
4)   Bila atasan terlibat atau salah satu anggota berkarakter dominan, maka keputusan yang dibuat nyatanya bukan keputusan kelompok.
Dewey (dalam Depdiknas, 2004:12) pengambilan keputusan (Decision Making) tidak jarang disamakan dengan berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir selektif.
1)   Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu kesimpulan diawali dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya ada dalam pertanyaan itu.
2)   Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada kesimpulan diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah itu dapat diselesaikan/dipecahkan.
3)   Berpikir logis (logical thinking) untuk sampai pada suatu kesimpulan yang diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai identifikasi, menganalisis fakta dan opini serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya bermuara pada pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu pilihan yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan. Sementara itu menurut Mulyono (2008:1) pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah. Dengan demikian dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan tetapi juga dilandasi oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta tindakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu permasalahan, berpikir kritis dan kreatif.
Cara menentukan kelompok Model Cooperative Learning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) adalah:
1)   Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
2)   Pengelompokan siswa hendaknya heterogen.
3)   Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik.
4)   Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. (Depdiknas, 2004:7)
b.    Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making
Menurut Fatimah et. al. (2008:17), langkah-langkah Model CooperativeLearning Tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) sebagai berikut:
1)   Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah.
2)   Secara klasikal tayangan gambar, wacana atau kasus permasalahan yang sesuai dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
3)   Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
4)   Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat alternatif pemecahannya.
5)   Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya.
6)   Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka memilih alternatif tersebut.
7)   Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
8)   Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
Sementara itu menurut Cooke et. al. (1991:3), menjelaskan sembilan tahap yang dilalui individu dalam mengambil keputusan yaitu:
1)   Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru atau kurang sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang sedang terjadi dilingkungannya untuk memberikan informasi, tujuan dan rumusan masalah.
2)   Mengenali masalah, setelah mengetahui informasi, tujuan dan ru musan masalah, maka individu semakin menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan sesuatu menjadi semakin nyata.
3)   Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang telah diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan.
4)   Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa suatu permasalahan dan mengidentifikasi serta membuat alternatif pemecahannya.
5)   Menentukan pilihan-pilhan, jika batas-batas telah diidentifikasi dengan lebih sempit maka, pilihan-pilhan dengan sendirinya lebih mudah tersedia.
6)   Mengevaluasi pilihan-pilihan, melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai ketepatan masing-masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan berdasarkan pada wacana, gambar atau kasus yang disajikan.
7)   Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan mengemukakannya.
8)   Menerapkan, efektivitas penerapan bergantung pada keterampilan dan kemampuan individu mencari penyebab terjadinya permasalahan.
9)   Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya untuk melihat efektivitas dalam memecahkan masalah mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya permasalahan.
Alasan rasional menggunakan model pembelajaran Decision Makingadalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat menjalin kerja sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah. Sehingga siswa merasa dapat menyelesaikan pemecahan masalah dengan baik. Dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran Decision Makingtersaji pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Decision Making















6.    Hakikat Pembelajaran SKI
a.       Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Kata sejarah berasal dari bahasa arab, yaitu kata syajarah dan syajara. Syajarah berarti pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah. Pengertian etimologi ini mempengaruhi seseorang untuk melihat sejarah secara figuratif sebagai pohon yang mempunyai akar yang berfungsi untuk memperkuat berdirinya batang pohon dan sekaligus untuk menyerap air dan makanan yang dibutuhkan demi keberlangsungan pertumbuhan pohon tersebut (Hanafi. 2011:114)
Kata kebudayaan berasal dari kata "budi" dan "daya". kemudian digabungkan menjadi "budidaya" yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sessuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan. Kemudian di imbuhkan awalan "ke" dan akhiran "an", sehingga menjadi "kebudidayaan "lalu di singkat menjadi "kebudayaan". jadi, kebudayaan artinya segala upaya yang di lakukan oleh umat manusia untuk menghasilkan dan mengembakan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Secara bahasa, islam artinya penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan. namun menurut istilah, islam adalah agama yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya dan kepada para nabi lain pada umumnya untuk membimbing umat manusia meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak. Jika ketiga kata di atas "Sejarah, Kebudayaan, dan Islam" digabungkan, maka menjadi "Sejarah Kebudayaan Islam" berangkat dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan "Sejarah Kebudayaan Islam" adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia (Azyumardi, 2008:42).
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.21 Jadi Sejarah Kebudayaan Islam adalah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji perkembangan hasil karya manusia berdogma Islam di kalangan masyarakat .
b.      Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranaan kebudayaan/peradaban islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat islam pada masa Nabi Muhammad hingga islam di Nusantara (Azyumardi, 2008:81).  Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik (Hanafi. 2011:92).
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan kemampuan sebagai berikut:
1)   Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.
2)   Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses di masa lampau, masa kini, dan masa depan.
3)   .Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar.
4)   Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peningalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam di masa lampau.
5)   Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani tokoh-tokoh berprestasi.
c.       Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam diantaranya adalah:
1)   Untuk mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai asal-usul khazanah budaya dan kekayaan di bidang lainnya yang pernah diraih oleh umat islam di masa lampau dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.
2)   Untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
3)   Agar peserta didik dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu. Mengambil pelajaran yang baik dari suatu umat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
4)   Agar peserta didik mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang (Azyumardi, 2008:58-61).
B.  Kerangka Pikir
Pembelajaran SKI merupakan suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan berbagai aktivitas sosial yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di daerahnya kepada para siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan masyarakat berfikir secara kritis dan bertindak demokratis, dan kebutuhan siswa tentang yang amat beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari SKI tersebut.
Dengan demikian setiap guru harus bisa memahami dan mengerti keadaan anak didiknya agar dapat memilih model dan media pembelajaran yang lebih membuat siswa berfikir secara kritis dan bertindak demokratis, bekerja sama untuk memecahkan masalah, berani mengeluarkan pendapat serta tanggap dalam mengambil keputusan, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dan prestasi belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik.
Tapi pada kenyataannya kemampuan memahami materi masalah sosial di kelas VMIS ....................masih rendah. Terbukti masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Guru telah memvariasikan metode pengajaran dari ceramah hingga tanya jawab. Namun sepertinya usaha tersebut belum sepenuhnya berhasil. Hal ini disebabkan materi pelajaran tersebut lebih banyak menghafal. Selain itu, guru juga kurang melatih siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara bermakna, autentik, dan aktif sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam hal mengingat setiap informasi khususnya yang berkaitan dengan pelajaran. model pembelajaran juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran koooeratif tipe Decision Making. Model ini merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara bermakna, autentik, dan aktif sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.Melalui penggunaan model kooperatif tipeDecision Making ini dalam pembelajaran diharapkan dapat menimbulkan suasana kelas aktif dan menyenangkan bagi siswa sehingga minat dan hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai dengan harapan.
Penjelasan secara ringkas dalam bentuk bagan tentang pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model kooperatif tipe Decision Makingpada pembelajaran SKI di kelas VMIS ....................Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.































Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas

C.  Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian teori di atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pembelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah siswa kelas V MIS .................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
 




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian

1.   Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di MIS .................. pada mata pelajaran SKI pada tahun pembelajaran 2018/2019. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2.   Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 sebanyak 2 siklus, sedangkan penjelasan kegiatan per siklusnya dapat dilihat secara rinci pada bagian lampiran 2 PTK ini.
3.   Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan (classroom action research) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral (a spiral of steps) yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis dan Tagart dalam Wiraatmadja, 2006: 66)..

B.     Metode dan Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan dalam dua siklus sampai mencapai siklus keberhasilan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (5) refeksi (reflection), Arikunto (2009: 9).
Keseluruhan langkah di atas dapat dibuat gambarannya pada bagan 3.1 berikut ini.


















Gambar  3.1 Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, (2009:17-19)

C.    Subjek Penelitian

Subjek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V MIS .................. pada mata pelajaran SKI pada semester 1 tahun pembelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 11 orang yang terdiri dari laki-laki  … siswa dan perempuan …. siswa.

D.    Teknik Pengumpulan Data

1.  Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamti atau mengobervasi  secara  langsung  proses  pembelajaran  SKI .  Observasi  ini difokuskan  pada  minat  siswa  yang  muncul  selama  proses pembalajaran berlangsung.
2.   Lembar Evaluasi
Lembar  Evaluasi  berisi  soal-soal  pada  setiap  akhir  siklus  dengan  tujuan untuk  mengetahui  sejauh  mana  pemahaman  siswa  terhadap  materi pembelajaran  yang  telah  dibelajarkan.  Evaluasi  diakhir  setiap  siklus dilaksanakan secara individual.

3.   Dokumentasi
Pengambilan data melalui dokumentasi foto ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta bantuan rekan untuk mengambil gambar, sehingga siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku siswa pada saat pengambilan gambar. Adapun gambar yang diambil adalah saat guru memberikan apersepsi, menyampaikan materi, siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan pada saat siswa pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dokumentasi ini akan memperkuat analisis hasil penelitian pada setiap siklus. Selain itu, melalui dokumentasi foto dapat memperjelas data yang lain yang hanya dideskrSKI ikan melalui observasi. Hasil dokumentasi ini, kemudian dideskrSKI ikan sesuai dengan keadaan yang ada dan dipadukan dengan data yang lainnya

E.     Validitas Data

Dalam penelitian ini validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip atau dokumen dan tes hasil belajar siswa.


F.     Teknik Analisa Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Analisis hasil pengamatan
Analisis hasil pengamatan digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa selama pelaksanaan tindakan pada setiap siklus. Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi oleh pengamat terhadap minat siswa dengan menggunakan 8 indikator. Dari hasil observasi siswa secara individu kemudian dihitung dengan menjumlahkan indikator yang muncul, dan untuk setiap minat tersebut dilihat rata-ratanya, dengan rumus sebagai berikut :
a.    Ketuntasan individu
Seorang siswa disebut tuntas belajar apabila skor yang diperoleh ≥69 dengan rumus :


b.    Ketuntasan klasikal
Suatu kelas disebut telah tuntas belajar apabila telah mencapai
persentase ≥85% . Untuk menentukan ketuntasan digunakan rumus :


Jika ketuntasan belajar belum tercapai pada siklus I, maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus II. Guru merencanakan perbaikan pembelajaran dengan memilih strategi yang tepat sampai ketuntasan dalam belajar terpenuhi.
2.    Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar digunakan untuk mengetahui  hasil belajar siswa selama pelaksanaan tindakan pada setiap siklus. Dari hasil tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus siswa secara individu dengan rumus sebagai berikut :
a.    Ketuntasan individu
Seorang siswa disebut tuntas belajar apabila skor yang diperoleh ≥70 dengan rumus :


b.    Ketuntasan klasikal
Suatu kelas disebut telah tuntas belajar apabila telah mencapai
persentase ≥85% . Untuk menentukan ketuntasan digunakan rumus :



G.    Prosedur Penelitian

Sesuai dengan jenisnya penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, siklus penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah model siklus yang dikembangkan oleh Arikunto. Menurut Arikunto (2009:16) menjelaskan bahwa lamanya satu siklus berlangsung atau beberapa kali pertemuan, peneliti dapat mengadakan refleksi terhadap satu siklus yang kurang tepat, karena jangka waktu pelaksanaan pembelajaran sifatnya relatif. Jangka waktu untuk satu siklus tergantung dari materi yang dilaksanakan dengan cara tertentu. Refleksi dapat dilakukan apabila peneliti merasa sudah mendapat pengalaman, dalam arti sudah memperoleh informasi yang perlu untuk meningkatkan pada siklus berikutnya.
 Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus penelitian ini mempedomani siklus penelitian yang dirancang oleh Suharsimi Arikunto sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
1.      Siklus Pertama
a.    Perencanaan (Planning)
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah penerapan tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaran SKI  materi peristiwa Fathu Makkah  dengan tahapan sebagai berikut:
1)   Menganalisis kurikulum.
2)   Membuat silabus
3)   Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaran SKI  materi peristiwa Fathu Makkah .
4)   Merancang pembelajaran kelompok
5)   Membentuk kolabolasi dengan teman sejawat sebagai patner penelitian.
6)   Menyiapkan lembar observasi siswa.
7)   Menyiapkan soal-soal evaluasi dan kunci jawaban.

b.    Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pada saat kegiatan dimulai, maka dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang ditujukan pada minat siswa untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaran SKI  materi peristiwa Fathu Makkah  adalah sebagai berikut:
1)   Guru menginformasikan tujuan dan perumusan masalah
2)   Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok karena jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 2 kelompok beranggotakan 3 dan 1 kelompok beranggotakan 2 anak.
3)   Guru menayangkan gambar peristiwa Fathu Makkah  dan meminta siswa membaca wacana, atau kasus permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus permasalahan.
4)   Guru mengajukan sebuah pertanyaan terkait gambar yang disajikan agar siswa mampu merumuskan masalah sesuai dengan gambar.
5)   Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan peristiwa Fathu Makkah.
6)   Secara kelompok siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
7)   Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi aspek negatif dari masalah tersebut.
8)   Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi cara mengatasi atau upaya untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
9)   Secara kelompok siswa diminta mengemukakan alasannya memilih cara tersebut.
c.    Observasi (Observation)
Pada pelaksanaan tiap siklus dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamat memberi tanda (√) penilaian terhadap aspek yang diamati dibantu indikatornya. Pada akhir pelaksanaan siklus I sampai siklus II akan diadakan tes selama 15 menit untuk mengukur hasil belajar siswa.
d.   Refeksi
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penelitian baik yang menyangkut minat pembelajaran (hasil observasi siswa) maupun hasil belajar (data tes, penilaian afektif dan psikomotor). Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk merefeksi dan hasil refeksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pembelajaran siklus berikutnya.
2.      Siklus II
Pelaksanaan siklus II adalah tindak lanjut dari pembelajaran siklus I, urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:
a.    Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penerapan tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making, yakni dengan tahapan sebagai berikut:
1)        Menganalisis kurikulum.
2)        Membuat silabus.
3)        Menyusun rencana pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada pembelajaran SKI  materi peristiwa Fathu Makkah .
4)        Menyiapkan media.
5)        Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar.
6)        Membentuk kolabolasi dengan teman sejawat sebagai patner penelitian.
7)        Menyiapkan lembar  observasi dan lembar kerja siswa.
8)        Menyiapkan soal-soal evaluasi akhir siklus yang dilengkapi dengan kunci jawaban.
b.   Pelaksanaan
 Kegiatan ini dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telas dibuat. Pada saat kegiatan dimulai, maka dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang ditujukan pada minat siswa untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making  adalah sebagai berikut:
1)        Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar kepada siswa, dan mengabsen siswa.
2)        Guru melakukan apersepsi
3)        Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dengan jelas,runtun dan menarik.
4)        Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok karena jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 3 kelompok beranggotakan 3 dan 1 kelompok beranggotakan 2 anak orang dengan anggota berbeda dari pertemuan sebelumnya.
5)        Guru menyampaikan permasalahan melalui ceramah singkat dengan jelas, runtun, mudah dimengerti dan menarik bagi siswa.
6)        Guru menayangkan gambar peristiwa Fathu Makkah  dan meminta siswa membaca wacana, atau kasus permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus permasalahan.
7)        Guru mengajukan sebuah pertanyaan terkait gambar yang disajikan agar siswa mampu merumuskan masalah sesuai dengan gambar.
8)        Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi masalah sosial yang terjadi dilingkungan sekitar siswa.
9)        Secara kelompok siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah tersebut.
10)    Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi aspek negative dari masalah tersebut.
11)    Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi cara mengatasi atau upaya untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
12)    Secara kelompok siswa diminta mengemukakan alasannya memilih cara tersebut
13)    Guru memberikan evaluasi berdasarkan materi yang telah dipelajari.
14)    Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa perasaannya belajar hari ini.
15)    Guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari pelajaran selanjutnya di rumah.
c.    Observasi
Pada pelaksanaan tiap siklus dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamat memberi tanda (√) penilaian terhadap aspek yang diamati dibantu indikatornya. Pada akhir pelaksanaan siklus I sampai siklus II akan diadakan tes selama 15 menit untuk mengukur hasil belajar siswa.
d.   Refleksi
Tahap keempat merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengemukakan kembali tentang tindakkan yang telah dilaksanakan pada siklus II. Tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi. Berdasarkan hasil analisis data diketahui apa yang telah dicapai atau belum dicapai pada siklus ini, hasil analisis tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi peneliti ini.

H.    Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut.
1.      Siswa dimaksud tuntas apabila mendapat nilai miminal sama dengan KKM=69 dan  85% dari jumlah siswa tuntas belajar.
2.      Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa meningkat minat belajarnya.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.     Deskripsi  Data
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar  dipengaruhi  oleh  kemampuan  guru  dalam  menggunakan  strategi, metode  dan  teknik  belajar  serta  kurang  variatif  dan  kreatifnya  guru  dalam menggunakan  metode  pembelajaran  yang  sesuai  dengan    materi  yang  akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar mengajar berlangsung. 
Metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah yaitu pentransferan pengetahuan dari guru ke siswa. Kegiatan siswa hanya mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, bertanya dan menjawab pertanyaan jika guru mengajukan pertanyaan, serta mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru. Guru juga belum pernah menerapkan model pembelajaran lain yang bersifat inovatif, kreatif dan lebih menarik, jadi kegiatan siswa di dalam kelas bersifat pasif. Selama ini siswa belajar hanya melalui pentransferan ilmu dari guru dengan metode ceramah tanpa melibatkan siswa untuk memecahkan masalah dan mencari tahu sendiri, sehingga siswa belum mencapai pemahaman yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SKI yang berlangsung di MIS ...................... masih bersifat teacher-centered, sehingga siswa berperan pasif dan tidak banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Penelitian  ini  berlangsung  selama dua  siklus.  Pada  setiap  siklus,  penulis melaksanakan  beberapa  tahap  penelitian  yaitu  membuat  rencana  pelaksanaan pembelajaran  berdasarkan  hasil  studi  pendahuluan  yang  telah  dilaksanakan sebelumnya, menyiapkan materi serta media pembelajaran yang akan digunakan, lalu melaksanakan penelitian. Pada  saat  penelitian  berlangsung,  dilaksanakan  observasi  terhadap  minat belajar siswa  untuk  melihat  respon  siswa  ketika  mengikuti  pembelajaran. 
Pembelajaran SKI dengan  penerapan model pembelajaran Decision Making  meliputi  beberapa  tahap  diantaranya  perencanaan,  pelaksanaan,  dan  evaluasi.  Oleh  karena  penelitian  tindakan kelas ini difokuskan kepada tiga hal yang berkenaan dengan pembelajaran tersebut,  untuk  memberikan  gambaran  secara  menyeluruh  hasil  penelitian  tindakan  kelas  ini,  maka  paparan diawali dengan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan sebagai  bentuk  pelaksanaan  tindakan,  hasil  pembelajaran,  dan  refleksinya. 
Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas V MIS ...................... pada pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah  melalui dua siklus dengan penerapan model pembelajaran Decision Making menunjukkan hasil yang signifikan pada setiap siklusnya.  Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci hasil  penelitian  yang telah dilakukan oleh peneliti. 
1.    Kondisi Awal
Dalam  pembelajaran  SKI para  siswa  dibiasakan  untuk  memperoleh  pemahaman  melalui  pengalaman tentang  sifat-sifat  yang  dimiliki  dan  tidak  dimiliki  dari  sekumpulan  obyek (abstraksi).  Dengan pengamatan contoh-contoh dan bukan contoh-contoh khusus (generalisasi).  Dalam  proses  penalarannya  dikembangkan  pola  pikir  induktif maupun  deduktif. 
Berdasarkan informasi dari guru kelas V MIS ......................,  menjelaskan masih  banyak  siswanya  yang  belum  bisa memahami peristiwa Fathu Makkah  dengan benar. Hal ini, ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar SKI  siswa pada peristiwa Fathu Makkah  dengan benar yang rendah. Banyak siswa  yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pada pokok  bahasan  peristiwa Fathu Makkah  dengan benar.  Kenyataan  ini  menunjukan  bahwa pembelajaran  SKI di  kelas V  khususnya  pada  materi peristiwa Fathu Makkah  perlu  ditingkatkan  sesuai  dengan  tuntutan  kurikulum  yang  ada  di sekolah dasar.
Hasil kegiatan awal penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dibantu oleh guru rekan atau observer menunjukkan hasil-hasil sebagaimana dijelaskan di bawah ini.


Tabel 4.1  Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI     pada Kondisi Awal

Nilai
Jumlah Siswa
Capaian
Tuntas
Ya
%
Tidak
%
40
3
120


27,27
50
2
100


18,18
60
4
240


36,36
70
2
140
18,18


80
0
0
0,00


90
0
0




100
0
0




Jumlah
11
600
-
18,18
-
81,82
Nilai >= KKM
18,18
Nilai Rata-2
54,55

Penjelasan mengenai minat belajar yang diamati adalah perhatian dalam kegiatan belajar mengajar, partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, perasaan senang terhadap kegiatan belajar mengajar, rajin dalam belajar, tekun dalam belajar, rajin dalam mengerjakan tugas, memiliki jadwal belajar, disiplin dalam belajar. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format observasi yang telah dipersiapkan.
Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada kondisi awal sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI  pada Kondisi Awal

No
Kriteria Aspek
Jumlah Siswa
Persentase
Keterangan
1
Sangat Baik
0
0,00

2
Baik
3
27,27

3
Cukup
3
27,27

4
Kurang
5
45,45


Berdasarkan  hasil  pengamatan  kondisi  awal  siswa  terhadap  pembelajaran SKI serta  berbagai  hambatan-hambatan  yang  muncul,  maka  peneliti  bersama  guru  kelas  yang  diteliti,  melakukan  kolaborasi  untuk  mengatasi  hambatan  dan  kesulitan  yang  ditemukan,  peneliti  bersama  guru  kelas  yang  bertindak sebagai obsever, menyusun dan melaksanakan serangkaian perencanaan  tindakan guna mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yang diakhiri pada sebuah  kegiatan analisis atau refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran  yang telah  dirumuskan  sebelumnya.  Pelaksanaan  tindakan  penelitian  kelas  ini  menekankan  pada  penerapan model pembelajaran Decision Making  untuk  meningkatkan  minat dan prestasi hasil belajar  siswa  yang  diupayakan  dan dikondisikan  berdasarkan  tahapan-tahapan  yang  telah  dipersiapkan  sebelumnya  dalam  tahap  perencanaan  dengan  mengimplementasikan  rencana  tersebut  yang  telah  dirumuskan oleh peneliti
2.    Siklus I
a.    Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).
b.    Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru dalam menyampaikan pembelajaran SKI     sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di buat. Rencana pembelajaran yang disususn oleh peneliti sesuai dengan indikator mata pelajaran SKI     pada semester 1, yaitu peristiwa Fathu Makkah .
1)   Pertemuan I
Pada pertemuan yang pertama, kegiatan awal dimulai dengan berdoa, setelah itu sebagai awal pembelajaran guru mengadakan tanya jawab materi peristiwa Fathu Makkah yang pernah diajarkan sebelumnya. Guru menyiapkan sarana pembelajaran dan dilanjutkan memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Langkah selanjutnya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (4 kelompok karena jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 2 kelompok beranggotakan 3 dan 1 kelompok beranggotakan 2 anak) dan menunjuk seorang ketua dan seorang sekretaris. Guru secara klasikal menayangkan gambar, wacana, atau kasus permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan, yaitu  peristiwa Fathu Makkah.  Setelah dirasa cukup, guru menyampaikan beberapa pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus yang disajikan. Selanjutnya guru memberikan LKS yang sesuai dengan indikator kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal-soal tersebut dan secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternatif pemecahan. Kegiatan selanjutnya secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih alternatif tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab  terjadinya masalah tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya  masalah tersebut. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas, Tindak lanjut, memberi penguatan (kalian telah belajar peristiwa Fathu Makkah, semoga kalian dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari), menginformasikan pembelajaran yang akan datang, pemberian PR.
2)   Pertemuan 2
Pertemuan yang ke-2 ini kegiatan awal dimulai dengan berdoa, dilanjutkan dengan persensi siswa. Agar siswa lebih mengingat materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya maka diadakan tanya jawab.  Guru meminta siswa berkelompok sebagaimana pada pertemuan pertama. Guru memberikan LKS yang sesuai dengan indikator yaitu menemutunjukkan peristiwa Fathu Makkah kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal-soal tersebut. Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternatif pemecahan. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih alternatif tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab  terjadinya masalah tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya  masalah tersebut. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas. Bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan akhir pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3)   Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua, yaitu melaksanakan kegiatan tes formatif akhir siklus pertama. Pembelajaran  dimulai  dengan  pembukaan  yaitu  mengucapkan  salam, memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  berdoa  dan  mengecek  daftar  hadir siswa, kemudian mengondisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Sementara itu, observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi  yang telah ditetapkan dan setelah  selesai  dengan  penguatan  materi,  guru  melanjutkan  dengan mengevaluasi siswa menggunakan soal evaluasi yang telah disusun, dan seluruh siswa antusias pada saat mengerjakan soal evaluasi. Pada kegiatan akhir siswa menulis kesimpulan materi, ditindaklanjuti dengan pemberian penguatan kepada yang berhasil maupun yang belum berhasil, menginformasikan materi pembelajaran yang akan datang dan pemberian tugas PR.
Data hasil pelaksanaan tindakan pada  pembelajaran SKI     materi peristiwa Fathu Makkah  penerapan model pembelajaran Decision Making sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini :

Tabel 4.3  Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI     pada Siklus Pertama



Nilai
Jumlah Siswa
Capaian
Tuntas
Ya
%
Tidak
%
40
0
0




50
3
150


27,27
60
2
120


18,18
70
5
350
45,45


80
1
80
9,09


90
0
0




100
0
0




Jumlah
11
700
-
54,55
-
45,45
Nilai >= KKM
54,55
Nilai Rata-2
63,64

Dari tabel di atas tentang rekapitulasi nilai tes formatif pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah   di atas dapat diterangkan bahwa pada setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 63,64. dan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 6 siswa (54,55%). Dari penjelasan di atas, peneliti bersama observer sepakat bahwa pelaksanaan pembelajaran perlu dilanjutkan pada siklus II, karena prestasi belajar siswa belum mencapai perolehan di atas KKM sebesar 69 dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka di atas 85%.
2)      Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai prestasi siswa pada pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah   di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.4    Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI     Siklus Pertama

No
Kriteria Aspek
Jumlah Siswa
Persentase
Keterangan
1
Sangat Baik
0
0,00
Tuntas
2
Baik
8
75,45
Tuntas
3
Cukup
3
27,27
Belum Tuntas
4
Kurang
0
0,00
Belum Tuntas

Dari  data pada tabel  di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan minat  siswa sebanyak 8 siswa atau 75,45% pada siklus ke I yang terdiri dari 8 siswa dalam kategori baik, siswa yang belum meningkat minat belajarnya  sebanyak 3 siswa atau 27,27% dalam kategori cukup.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melanjutkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II  dengan harapan pada siklus II minat belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
4)   Data Hasil Refleksi
a)      Penjelasan yang diberikan masih bersifat abstrak sehingga siswa masih kesulitan memahami penjelasan yang diberikan guru tentang materi pembelajaran peristiwa Fathu Makkah  dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
b)      Sebagian besar siswa masih kurang memahami sepenuhnya terhadap materi pembelajaran yang diberikan, terutama pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making
c)      Pemahaman siswa terhadap penyajian gambar masih kurang, hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa yang belum bisa memahami materi pembelajaran tentang Peristiwa Fathu Makkah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making.
d)     kegiatan tanya jawab yang berlangsung antara siswa dan guru mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making masih kurang berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil tes formatif dan observasi selama proses pembelajaran oleh observer didapat kesimpulan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Pada siklus pertama proses belajar siswa sedikit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya (studi awal).
Dari tiga kali pertemuan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dianggap belum berhasil. Oleh karena itu, peneliti dan observer mendiskusikan tentang hasil observasi dan mewawancarai yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua perlu dilakukan dengan memperbanyak latihan-latihan soal dengan pengintensifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dilanjutkan diskusi kelas untuk pembahasan hasil tes formatif.
3.    Siklus II
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making, hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a.    Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar pelaksanaan pembelajaran.
b.    Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rancangan perbaikan pembelajaran siklus II, maka pembelajaran dilaksanakan 3 (tiga) kali pertemuan.
1)   Pertemuan I:
Guru mengawali pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab tentang peristiwa Fathu Makkah. Siswa dibimbing guru menceritakan peristiwa Fathu Makkah. Bagi siswa yang dapat menjawab benar diberikan hadiah dengan pujian “bagus” atau dengan acungan jempol. Memasuki materi pembelajaran, Guru menyiapkan sarana pembelajaran dan dilanjutkan memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Langkah selanjutnya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (4 kelompok karena jumlah siswa sebanyak 11 maka terdapat 3 kelompok beranggotakan 3 dan 1 kelompok beranggotakan 2 anak orang dengan anggota berbeda dari pertemuan sebelumnya) dan menunjuk seorang ketua dan seorang sekretaris. Guru secara klasikal menayangkan gambar, wacana, atau kasus permasalahan yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi yang diharapkan, yaitu  peristiwa Fathu Makkah.  Setelah dirasa cukup, guru menyampaikan beberapa pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan gambar, wacana, atau kasus yang disajikan. Selanjutnya guru memberikan LKS yang sesuai dengan indikator yaitu mengidentifikasi peristiwa Fathu Makkah  kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal-soal tersebut dan secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternative pemecahan. Kegiatan selanjutnya secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih alternative tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab  terjadinya masalah tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya  masalah tersebut. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas, Tindak lanjut, memberi penguatan (kalian telah belajar peristiwa Fathu Makkah, semoga kalian dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari), menginformasikan pembelajaran yang akan datang, pemberian PR).
2)   Pertemuan 2:
Pada kegiatan awal, guru menyuruh siswa membuka tugas rumah (PR). Guru bersama siswa membahas PR. Dilanjutkan dengan tanya jawab yang berhubungan dengan peristiwa Fathu Makkah  Guru meminta siswa berkelompok sebagaimana pada pertemuan pertama. Guru memberikan LKS yang sesuai dengan indikator yaitu Menemutunjukkan peristiwa Fathu Makkah kepada masing-masing kelompok. Guru memberi instruksi kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal-soal tersebut. Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasi permasalahan dan membuat alternatif pemecahan. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan cara pemecahannya. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka mengapa memilih alternatif tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mencari penyebab  terjadinya masalah tersebut. Secara kelompok atau individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk mencegah terjadinya  masalah tersebut. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru menginstruksikan setiap anggota kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menjadikan hasil diskusinya dalam forum kelas.
3)   Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua, yaitu melaksanakan kegiatan tes formatif akhir siklus pertama. Pembelajaran  dimulai  dengan  pembukaan  yaitu  mengucapkan  salam, memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  berdoa  dan  mengecek  daftar  hadir siswa, kemudian mengondisikan siswa agar siap menerima pelajaran. Sementara itu, observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi  yang telah ditetapkan dan setelah  selesai  dengan  penguatan  materi,  guru  melanjutkan  dengan mengevaluasi siswa menggunakan soal evaluasi yang telah disusun, dan seluruh siswa antusias pada saat mengerjakan soal evaluasi.
Pada kegiatan akhir Sebelum proses pembelajaran pada hari ini diakhiri guru memberikan ulasan keterangan penguatan materi secara umum yang terkait dengan proses pembelajaran dan siswa menulis kesimpulan materi, mengerjakan evaluasi, ditindaklanjuti dengan pemberian penguatan kepada yang berhasil maupun yang belum berhasil, menginformasikan materi pembelajaran yang akan datang dan pemberian tugas PR.  .
Data hasil pelaksanaan tindakan pada  pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah  penerapan model pembelajaran Decision Making sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini :


Tabel 4.5    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran SKI     peristiwa Fathu Makkah  pada Siklus Kedua


Nilai
Jumlah Siswa
Capaian
Tuntas
Ya
%
Tidak
%
40
0
0




50
0
0




60
1
60


9,09
70
4
280
36,36


80
5
400
45,45


90
1
90
9,09


100
0
0




Jumlah
11
830
-
90,91
-
9,09
Nilai >= KKM
90,91
Nilai Rata-2
75,45

Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan hasil 75,45. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena berada di atas angka kriteria minimal ketuntasan (KKM) sebesar 69, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 10 siswa atau 90,91% dan telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85%.
c.    Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai minat belajar siswa pada pembelajaran SKI     materi peristiwa Fathu Makkah   di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.6     Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran SKI     materi peristiwa Fathu Makkah  pada Siklus Kedua


No
Kriteria Aspek
Jumlah Siswa
Persentase
Keterangan
1
Sangat Baik
8
72,73
Tuntas
2
Baik
3
27,27
Tuntas
3
Cukup
0
0,00
Belum Tuntas
4
Kurang
0
0,00
Belum Tuntas

Dari  data pada tabel 4.6 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan peningkatan minat belajar  sebanyak  11 siswa atau  100%, pada siklus ke II, tidak ada siswa yang belum meningkat minat belajarnya.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa minat belajar mencapai angka 100%. Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan  perbaikan pembelajaran pada siklus II
d.    Data Hasil Refleksi
Pada siklus kedua proses belajar siswa sedikit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya (siklus pertama). Demikian pun dengan hasil belajar siswa mengalami perbaikan ke arah peningkatan yang diharapkan. Melihat hasil pelaksanaan penelitian sebagaimana dijelaskan di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran belum tuntas dan yang akan menjadi fokus perhatian pada pelaksanaan siklus kedua. Dari hasil diskusi dengan kepala sekolah dan observer kelemahan pada siklus kedua ini akan ditanggulangi dengan  lebih mengintensifkan penerapan model pembelajaran Decision Making.
B.   Hasil Penelitian
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Decision Making pada pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah  menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel       4.7    Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran SKI  pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Nilai Rata-Rata
Tuntas
%
Belum
%
1.
Studi awal
54,55
2
18,18
9
81,82
2.
Siklus I
63,64
6
54,55
5
45,45
3.
Siklus II
75,45
10
90,91
1
9,09
Dari penjelasan pada tabel di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut pada siklus I, angka peningkatan ketuntasan belajar naik menjadi 63,64% (bertambah 4 siswa dari studi awal), pada siklus II, angka peningkatan ketuntasan belajar naik menjadi 90,91% (bertambah 4 siswa dari siklus I), pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan menjadi 63,64, dan pada siklus II menjadi 75,45 dari kondisi awal sebesar 54,55. Untuk lebih jelasnya  peningkatan hasil belajar siswa dan nilai rata-rata hasil belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :







Gambar     4.1     Diagram Peningkatan Nilai Rerata Hasil Belajar, dan Ketuntasan  Belajar Siswa

b.   Minat Belajar 
Dari hasil analisis peningkatan minat belajar siswa pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


Tabel 4.8    Rekapitulasi Peningkatan Minat Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Pembelajaran
Ketuntasan
Tuntas
%
Belum
%
1.
Studi awal
3
27,27
8
72,73
2.
Siklus I
8
72,73
3
27,27
3.
Siklus II
11
100,00
0
0,00

Untuk lebih jelasnya  peningkatan minat belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :

 












Gambar 4.2   Diagram Batang Peningkatan Minat Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran


C. Pembahasan                                                                                           
Pada pembahasan dalam penelitian ini merupakan pembahasan yang
mengarah pada hasil observasi terhadap minat dan hasil belajar siswa selama penelitian. Dimana penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk kemudian dilakukan refleksi secara keseluruhan pada tiap-tiap siklusnya. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila terdapat
interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran guru
harus dapat menentukan metode-metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran, yang disesuaikan dengan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Proses pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila terdapat interaksi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang nantinya berdampak pada hasil belajar siswa yang tinggi sehingga proses pembelajaran dapat berkualitas, baik dari segi kognitif maupun minat belajar siswa. Tercapainya tujuan pengajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dapat diketahui melalui hasil belajar siswa.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan permasalahan. Guru juga mempersiapkan
rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar pengamatan minat belajar siswa untuk menunjang proses jalannya pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada penelitian tindakan kelas ini berdasarkan
pada hasil observasi awal yang menunjukan bahwa kegiatan belum optimal,
metode pembelajaran belum sesuai, masih dengan ceramah, ditandai
dengan hasil belajar yang belum sesuai dengan target, sebagai bentuk
pemecahan dari permasalahan itu, maka digunakanlah pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada siswa kelas V MIS ....................... Selama pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making pada materi peristiwa Fathu Makkah, dari siklus satu ke siklus berikutnya terjadi perubahan dalam proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Perubahan ini dilihat dari hasil ketuntasan hasil belajar sebelum diterapkannya metode kooperatif tipe Decision Making dengan hasil ketuntasan hasil belajar setelah menggunakan metode kooperatif tipe Decision Making. Nilai awal yang diperoleh dari hasil pretes dijadikan dasar ukuran perhitungan ketuntasan hasil belajar tiap siklus. Materi tiap-tiap siklus merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya dan bukan pengulangan. Jadi materi antar siklus bersifat independen atau tidak saling mempengaruhi. Begitu juga nilai dari masing masing siklus tidak saling mempengaruhi sebagai kelanjutan dari materi. Hasil observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi hasil observasi minat belajar siswa siswa, pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan.  Peningkatan ini diukur berdasarkan nilai tes awal masing-masing siswa.
Hasil observasi pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa minat belajar siswa siswa dalam pembelajaran siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum tindakan kelas dilaksanakan. Sebelum tindakan kelas dilaksanakan, banyak siswa yang pasif, tidak bertanya, mengantuk, dan melaksanakan kegiatan yang tidak mendukung proses pembelajaran. Pada siklus I, siswa sudah mulai aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, walaupun belum optimal.
Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada kondisi awal nilai rata-rata sebesar 54,55 dengan ketuntasan klasikal sebesar 18,18% atau 2 siswa, pada siklus I, rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa sebesar 63,64 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 54,55% atau 6 siswa. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 75,45 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,91% atau 10 siswa. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi atau konsep yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making yang telah dilaksanakan siswa.  Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut dengan memperoleh nilai 69 atau mencapai ketuntasan 85% Hasil ketuntasan berdasarkan penilaian minat belajar siswa baik secara individual  maupuan klasikal menunjukkan, pada kondisi awal 3 siswa atau 27,27%, siklus I sebanyak 8 siswa yang tuntas atau 72,73%, dan 11 siswa atau 100% pada siklus II. Adapun jumlah siswa belum tuntas dari 8 siswa atau 72,73%, menjadi 3 atau 27,27% dan tidak ada siswa yang tidak tuntas  atau 0% pada siklus kedua.  
Siswa yang tidak tuntas belajarnya pada siklus I diduga karena melakukan minat belajar yang kurang mendukung pada saat proses pembelajaran berlangsung, seperti ramai, diam, mengganggu kerja teman, sehingga informasi tidak dapat diterima dengan baik yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Kinerja guru dalam menyampaikan materi juga mengalami kenaikan
dibanding dari sebalum diterapkannya metode pembelajaran Decision Making. Guru berusaha memberi motivasi kepada siswa dan mencoba mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga tercipta suasana belajar dengan baik. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru membimbing siswa mengorganisasikan kegiatan dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Sedangkan dalam lembar kerja siswa, guru memberikan arahan dan bimbingan, memantau jalannya kegitan belajar mengajar. Guru berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya dalam proses pembelajaran, dari cara memberi motivasi, penyampaian materi, pengaplikasian materi, pemberian tugas dan membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.
Para proses pembelajaran, guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dari satu siklus ke siklus-siklus berikutnya, menunjukkan bahwa kinerja guru sudah baik. Pada siklus I, guru
sudah melaksanakan seluruh langkah–langkah pembelajaran yang telah
di susun, namun belum secara optimal karena masih ada beberapa langkah
yang belum dilakukan secara baik. Pada siklus II, kinerja guru semakin baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan sudah dilakukanya langkah–langkah
pembelajaran secara optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Decision Making dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa secara kognitif dan minat belajar siswa belajar siswa.
Indikator dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan tolak ukur dari
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Belum tercapainya indikator dalam
penelitian ini disebabkan masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada siklus 1 yaitu:
1.    Suasana kelas belum terkendali, karena masih banyaknya siswa yang
berbicara sendiri.
2.    Siswa dan guru mengalami kendala dalam melaksanakan pembelajaran
timbal-balik, karena belum terbiasa.
3.    Kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa masih kurang berani dalam menjawab pertanyaan maupun menyampaikan
pendapat.
Namun hal ini dapat diatasi dengan baik karena adanya kerja sama yang
cukup baik antara guru dengan siswa, sehingga pembelajaran tetap dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Kemudian pelaksanaan pada siklus II, guru berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari kesalahan
yang terjadi dari siklus I. Upaya-upaya yang telah dilakukan guru pada
kegiatan siklus II untuk lebih mengoptimalkan lagi proses
pembelajaran yaitu:
1.    Mempersiapkan serta merencanakan rencana pembelajaran dengan sebaik mungkin
2.    Guru memberikan bimbingan serta arahan dan penguatan pada siswa, agar siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran
3.    Guru memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses belajar
mengajar
4.    Guru melatih siswa untuk dapat berfikir secara kritis
5.    Guru berusaha menumbuhkan keberanian siswa untuk berani menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Decision Making pada materi peristiwa Fathu Makkah  merupakan suatu pembelajaran yang mengarah pada strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam bentuk kelompok. Dimana pembelajaran yang dilakukan guru dengan sedemikian rupa diharapkan dapat membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan minat belajar siswa serta pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat menjadi lebih baik dan diperoleh secara optimal.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan  Nasution, S (1982: 36) menyebutkan bahwa mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan prestasi belajar yang baik pada materi tersebut.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran SKI materi peristiwa Fathu Makkah  dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Decision Making terbukti dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas V MIS ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.





BAB V


 
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data  dan temuan  hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang diperoleh pada kondisi awal, siklus I dan II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making dapat meningkatkan proses pembelajaran. Siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut nampak dari antusiasnya siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman, mengemukakan pendapat atau gagasan saat diskusi kelompok atau presentasi kelompok, menanggapi pendapat orang lain, memperhatikan atau mendengarkan penjelasan materi dari guru dan teman lain, membuat catatan, melakukan diskusi dalam kelompok, mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru, dan kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok.
2.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making terbukti dapat meningkatkan minat siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 3 siswa atau 27,27%, naik menjadi 8 siswa atau 72,73% pada siklus pertama,  100%  atau dapat dinyatakan bahwa semua siswa pada siklus kedua dinyatakan mengalami peningkatan minat belajar selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Decision Making terbukti dapat meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa, peningkatan hasil belajar siswa, di mana nilai hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya  54,55, naik menjadi 63,64 pada siklus pertama, dan 75,45 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak  2 siswa (18,18%) pada studi awal,  54,55% atau 6 siswa pada siklus pertama,  dan pada siklus terakhir menjadi 90,91%, atau 10 siswa, dan masih ada satu  siswa (9,09%) yang belum tuntas, sehingga semua kriteria ketuntasan telah tercapai pada siklus kedua.

B.  Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.    Saran untuk Siswa
a.         Suatu keberhasilan dalam bentukan prestasi belajar tidak bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa harus terlibat secara penuh baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar, hal ini akan mempermudah tercapainya tujuan belajar.
b.        Bagi siswa yang dikenakan tindakan kiranya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai sarana untuk lebih memacu prestasi utamanya pada pelajaran SKI .
2.    Saran untuk Guru
a.       Guru hendaknya lebih cermat dalam memilih penggunaan variasi penerapan model pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya
b.      Guru diharapkan lebih kreatif dalam memancing siswa untuk berpikir kritis sehingga dapat memicu siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
c.       Penelitian Tindakan Kelas sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, oleh karena itu diharapkan guru mampu memberikan waktu yang cukup untuk penelitian demi peningkatan mutu pembelajaran.

3.    Saran untuk Sekolah
Penelitian tindakan kelas hendaknya digunakan oleh sekolah sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan terutama yang berkaitan dengan masalah motivasi dan hasil belajar. Penelitiaan tindakan kelas mampu mengidentifikasi dan menindaklanjuti suatu permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas. Selain itu penelitian tindakan kelas juga dapat digunakan sebagai alat kontrol kinerja guru dalam mengajar sehingga kompetensi guru akan semakin baik.




DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono. 2008. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan. Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yagyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arni Fajar 2011., Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Karya
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta
Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darajat, Zakiyah. 1995, Membina Nilai-nilai Moral. Jakarta: Bulan Bintang.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djojo Suradisastra. 1991/1992. Pendidikan IPS III. Jakarta: Depdikbud.
Elizabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak: Jakarta: Penerbit Erlangga.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fatimah, 2008, Metode Linguistik, Bandung: Eresco.
Hidayati. (2002). Pendidikan Ilmu Pengetahuan di Sekolah Dasar.Yogyakarta : FIP. UNY.
Iim Wasliman (2007), Problematika Pendidikan Dasar, Modul Pembelajaran Mahasiswa Pasca Sarajana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Kunandar.2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
M. Numan Somantri (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Muhibbin Syah 2010, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Mulyono Tjokrodikaryo dan R. Soetjipto. (1980).  Metodologi Ilmu Pengetahuan  Sosial . Jakarta Timur: New Aqua Press.
Nana Sudjana 2004, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Oemar Hamalik. 2011. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Pasaribu, IL dan Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Sardiman A.M 1988, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi.
Slameto 1991, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1990. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Bandung: Fakultas. Ekonomi UI
Sudjana. 2000. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugianto. 2010. Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.
Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Syaiful Bahri Djamarah dkk, 2011. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djarmarah & Aswan Zais. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tindrayani, E. 2007. Model Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Bandug: PT. Remaja Rosda Karya
Waney, Max Helly. (1989). Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdikbud
Wina Sanjaya 2009. Strategi Pembelajaran, Bandung: Kencana
Wina Sanjaya. 2011. Strtegi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wiraatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Yuni Farchanah. 2010. Upaya Meningkatkan Minat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan LKS Lembar Kerja Siswa Kreatif. Skripsi: UNY Yogyakarta.
Azyumardi Azra dkk. 2008. Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Baru Van Hoeve:
Jakarta
A. Hanafi. 2011. Pengantar Theology Islam. Al Husna Zihra: Jakarta



Untuk mendapatkan file lengkap............... (RPP 2 siklus, Lembar Kerja Siswa 2 Siklus, Tes Formatif 2 Siklus, Analisis Data ....................)  silahkan klik disini