LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS VIII-2
SMPN 7 ....................
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
NIP.
……………..
UPT
………………………………….
SMPN 7 ....................
Jl.
............................................................
2011
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM
ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012
b. Kategori
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a.
Nama
Lengkap : …………………………………
b.
NIP : ……………………………
c.
Pangkat /
Golongan :
d.
Jabatan :
e.
Sekolah :
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi :
IX-3 SMPN 7 ....................
5. Jangka waktu : 3 (tiga)
bulan
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat
Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat selesai dengan baik.
Dalam PTK ini peneliti menentukan judul yaitu Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe STAD
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penelitian ini diajukan untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari
golongan ………. Ke golongan …...
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.
Kepala
Dinas
Pendidikan Kabupaten …………….. ..
2.
Pengawas SMP/MTS Dinas ………………. yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan PTK ini.
3.
Kepala
SMPN 7 .................... yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama
kegiatan berlangsung.
4.
Bapak
dan Ibu Guru SMPN 7 .................... yang telah memotivasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan Program
Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
Serta
kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan
untuk itu, saya berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik
yang membangun. Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
…………………..
Penulis
ABSTRAK
Rendahnya
hasil belajar dan minat belajar
IPS dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran
pada dasarnya sangat kompleks dan
bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang paling mendasar dan menentukan terhadap
keberhasilan pembelajaran diantaranya sarana dan
prasarana yang memadai,
situasi dan kondisi
yang kondusif, faktor guru, faktor siswa, termasuk pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran. Upaya perbaikan dengan penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan dengan dua siklus. sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .................... dengan jumlah siswa
sebanyak 25 orang. Teknik yang
digunakan penulis dalam
penelitian tindakan kelas
ini adalah observasi, penilaian atau
tes, dan dokumentasi. Analisis data adalah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data
dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif pada setiap akhir siklus
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning STAD menunjukan
adanya peningkatan hal ini terbukti dari hasil tes formatif dan observasi
secara individu dari tiap siklus. Adapun hasil rata-rata tes formatif secara
individu adalah sebagai berikut : pra
siklus adalah 68,80, siklus I menjadi
75,60, siklus II
adalah 81,60, dan penilaian hasil observasi aktivitas belajar
yang juga meningkat di mana pada kondisi awal sebesar 28% atau 7 siswa, siklus
I sebesar 72% atau 18 siswa, meningkat menjadi 100% atau 25 siswa. Sedangkan
aktivitas guru dari nilai 37,50 dalam kategori (C) menjadi 61,25 dalam kategori
(B) dan 86,25 dalam kategori (SB). Kesimpulannya
adalah penerapan penerapan model cooperative
learning tipe STAD dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di kelas VIII-2 SMPN 7 .....................
Kata
Kunci : cooperative learning, aktivitas, hasil, belajar
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
C. Analisis Masalah ....................................................................
D. Pembatasan Masalah ..............................................................
E. Rumusan Masalah ..................................................................
F. Tujuan Penelitian....................................................................
G. Manfaat Penelitian..................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian ...................................................................
B.
Subyek Penelitian ..................................................................
C.
Data dan Sumber Data...........................................................
D.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data.......................................
E.
Validitas Data.........................................................................
F.
Teknik Analisa Data ..............................................................
G.
Prosedur Penelitian ................................................................
H.
Kriteria Keberhasilan..............................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran dan Tindak Lanjut........................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Guru......................................
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar
Siswa.........
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Hasil Belajar....................................................
Tabel 4.1 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Aktivitas Guru pada Kondisi Awal
Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal
Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada
Kondisi Awal ......
Tabel 4.4 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Aktivitas Guru pada Siklus Pertama
Tabel 4.5 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Aktivitas Siswa pada Siklus Pertama
Tabel 4.6 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada
Siklus Pertama ....
Tabel 4.7 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Aktivitas Guru pada Siklus Kedua
Tabel 4.8 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Aktivitas Siswa pada Siklus Kedua
Tabel 4.9 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada
Siklus Kedua........
Tabel 4.10 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas
Guru pada Kondisi Awal, Siklus Pertama
dan Siklus Kedua ............................................................................
Tabel 4.11 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas
Siswa Kondisi Awal, Siklus Pertama dan
Siklus Kedua .......................................................................................
Tabel 4.12 Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada
Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Siklus
Kedua
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas.........................
Gambar 4.1 Peningkatan Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan
Siklus Kedua .....................................................................................
Gambar 4.2 Peningkatan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan
Siklus Kedua........................................................................................
Gambar 4.3 Peningkatan Tes Hasil Belajar, Ketuntasan dan
Daya Serap Siswa pada Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Siklus Kedua........................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 Daftar
Hadir Siswa Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar
Hadir Peneliti Dan Observer
Lampiran 8 Hasil Nilai Tes
Formatif Siklus I
Lampiran 9
Hasil Nilai Tes
Formatif Siklus II
Lampiran 10
Data Hasil
Observasi Siklus I
Lampiran 11
Data Hasil
Observasi Siklus II
Lampiran 12 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 13
Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra siklus,
Siklus I dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada pasal
3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses
pembelajaran agar peserta
didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara.
Yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tuntutan karakteristik
pendidikan IPS sebagaimana
oleh KTSP masih
jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi
KTSP lebih terfokus
pada pembenahan jenis-jenis
administrasi pembelajaran, sedangkan dalam
pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan
yang sangat berarti.
Hal ini disebabkan
antara lain, pemberlakukan
KTSP belum disertai
dengan pelatihan bagi
guru-guru bagaimana
mengelola pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Selain itu,
fasilitas pembelajaran IPS
seperti media dan
alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu
jauh dari memadai.
Hasil penelitian awal yang telah
peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang
terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Proklamasi
Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan RI. Harapan yang
demikian itu nyata belum bisa dipenuhi oleh seluruh siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ....................
Hal ini dibuktikan dengan hanya lima siswa yang
mencapai nilai standar KKM (80) ke atas dari 25 siswa atau 20%%, dengan minat belajar siswa yang
hanya mencapai angka 28% atau
hanya 7 siswa dari 25 siswa
serta perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 68,80. Rendahnya
hasil belajar dan minat belajar
IPS dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran
pada dasarnya sangat kompleks dan
bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang paling mendasar dan menentukan terhadap
keberhasilan pembelajaran diantaranya sarana dan
prasarana yang memadai,
situasi dan kondisi
yang kondusif, faktor guru, faktor siswa, termasuk pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran.
Di antara
berbagai model pembelajaran,
satu diantaranya adalah
model cooperative learning tipe STAD, yaitu pembelajaran berkelompok
dimana siswa dapat saling membantu dalam
proses pembelajaran sehingga siswa yang kurang dapat dibantu oleh
teman kelompoknya selain
oleh guru sebagai
pembimbing. Model ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar
secara bersama-sama atau gotong royong
sehingga makna kebersamaan
sangat dominan. Selain
itu, model ini
dapat mengaktifkan siswa
dalam belajar karena
siswa didorong untuk mengemukakan pendapat atau menyanggah
berbagai masalah yang diajukan oleh rekan sekelompoknya.
B. Identifikasi Masalah
Upaya untuk mengatasi hal
sebagaimana uraian di atas, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala
sekolah, rekan sejawat. Dari hasil diskusi dapat teridentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
a.
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
guru tidak kondusif, dalam arti tidak memberikan kesan menyenangkan siswa saat
dibelajari materi pembelajaran.
b.
Pemilihan metode pembelajaran yang
kurang tepat adalah yang menjadi pemicu perilaku guru saat mempelajari siswa
hingga tidak banyak berbuat sesuatu demi keberhasilannya.
c.
Kreativitas siswa untuk menanyakan
sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
d.
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan
pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan mereka
tidak tuntas belajar karena kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran
e.
Penjelasan materi terlalu cepat,
sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
f.
Ketidakaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlansung.
C. Analisis Masalah
Melalui refleksi diri, kaji literatur, dan diskusi dengan
supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat dapat diketahui bahwa faktor
penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan
rendahnya hasil belajar serta minat belajar siswa adalah :
a.
Model pembelajaran yang diambil tidak
tepat sehingga guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif
dan kreatif.
b.
Guru tidak melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
c.
Guru tidak mampu membaca situasi dan
kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
d.
Guru dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang lebih aktif.
e.
Metode penyajian materi yang digunakan
guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa.
f.
Guru kurang mampu mengelola kelas dan
ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil
Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka
peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat
tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan dan
Proses Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan RI.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan
proses pembelajaran adalah :
a.
Memperbaiki proses pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara
RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI dengan menggunakan
strategi Cooperative Learning tipe STAD.
b.
Meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
Atas dasar itu peneliti merasa terpanggil untuk
melakukan upaya perbaikan, karena jika hal tersebut dibiarkan maka tidak
menutup kemungkinan akan menjadi sumber utama penyebab turunnya hasil dan motivasi
belajar siswa saat mempelajari materi pembelajaran selanjutnya. Seiring dengan
menurunnya motivasi belajar siswa berarti pula pada menurunnya kualitas
belajar. Sebelum hal ini terjadi pada siswa, akan lebih baiknya jika diupayakan segera solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan menggunakan strategi Cooperative
Learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya
Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI dengan
harapan dapat meningkatkan hasil dan
motivasi belajar siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ....................
D. Pembatasan Masalah
Untuk mengefektifkan proses penelitian, peneliti memberikan
batasan pengkajian sebagai berikut.
1. Penelitian
ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan dan
Proses Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan RI dengan menerapkan model cooperative
leraning tipe STAD yang terangkum dalam suatu penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research) siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ..................... Tahun Pelajaran ……/…..
2. Target penelitian diarahkan pada
siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun
Pelajaran …../……
E. Rumusan Masalah
1. Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe
STAD dapat
meningkatkan minat siswa kelas VIII.A SMP .............. Kecamatan ................ Kabupaten
............. mata pelajaran IPS materi Proklamasi
Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan RI?
2. Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe
STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.A SMP
.............. Kecamatan
................ Kabupaten ............. mata pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan dan Proses
Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
RI?
F. Tujuan Penelitian
Upaya melakukan penelitian perbaikan
pembelajaran ini tidak lepas dari tujuan yang diharapkan, yaitu sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa mata kelas VIII.A SMP
.............. Kecamatan
................ Kabupaten ............. pelajaran
IPS materi Proklamasi
Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan RI setelah menggunakan strategi Cooperative Learning tipe
STAD
2.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII.A SMP
.............. Kecamatan
................ Kabupaten ............. mata
pelajaran IPS materi Proklamasi
Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan RI setelah menggunakan strategi Cooperative Learning tipe
STAD.
G. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis :
- Manfaat Teoritis
Melalui
kegiatan penelitian ini
diperoleh alat dan
teknik penunjang yang lebih realistis dan aplikatif untuk
keperluan optimalisasi penggunaan model Cooperative
Learning tipe STAD pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
- Manfaat Praktis
a.
Siswa dapat
meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik
daripada sebelumnya, serta menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap
aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar yang telah diperolehnya.
b.
Guru dapat
memperbaiki kinerjanya secara profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan
meningkat dan ikut serta berperan aktif dalam rangka mengembangkan inovasi
pembelajaran khususnya untuk bidang studi IPS.
c.
Membantu
sekolah untuk terus berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri
guru dan siswa yang menunjukkan lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun
kualitas dari sekolah lain.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPS
a.
Pengertian Pembelajaran IPS
Pendidikan
adalah usaha manusia
untuk mendewasakan anak
sesuai dengan cita-cita masyarakat.
Usaha pendidikan itu
sendiri dilaksanakan dalam bentuk
proses pengajaran di
sekolah-sekolah dasar sebagai
suatu intitusi sosial yang
diharapkan mampu mendidik
anak dalam rangka
mencapai cita-cita tersebut.
Ilmu
pengetahuan sosial merupakan
suatu bidang studi
yang didalamnya merupakan kombinasi
atau hasil perpaduan
dari sejumlah mata
pelajaran seperti geografi, sejarah, ekonomi-politik, sosiologi,
antropologi, dan tata Negara. Hal ini sesuai dengan pendapat tentang pengertian
IPS, yang menyatakan bahwa : Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) ialah :
suatu program Pendidikan
yang merupakan suatu keseluruhan
yang pada pokoknya
mempersoalkan manusia dalam lingkungan
fisik maupun dalam
lingkungan sosialnya. Bahan
ajarnya diambil dari berbagai
ilmu sosial seperti
geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata
Negara (Nasution, 1975). Sedangkan menurut
Berhard G. Killer
(1992:6) pada garis
besar menyatakan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah studi yang
memberikan pemahaman/pengertian-pengertian tentang
cara-cara manusia hidup,
tentang kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia, tentang kegiatan-kegiatan dalam
usaha memenuhi kebutuhan
itu dan tentang
lembaga-lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal-hal tersebut.
Menurut Hasan (1996:5), menyatakan bahwa : Pendidikan IPS
dapat diartikan sebagai pendidikan
memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu
sosial.”
Pendidikan
IPS merupakan perwujudan
dari suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu-ilmu
sosial, Pendidikan IPS
merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi,
antropologi dan sebagainya yang disajikan secara psikologis
untuk kepentingan pendidikan. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Ischak SU (1997:130) adalah : Bidang
studi yang mempelajari,
menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial
dimasyarakat dengan meninjau
dari berbagai aspek
kehidupan atau satu perpaduan berkenaan
dengan gejala dan
masalah kehidupan masyarakat
bukan pada teori
dan keilmuannya, melainkan
pada kenyataan hidup
bermasyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
Sesuai dengan
uraian di atas jelaslah
bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial erat kaitannya
dengan manusia sebagai
anggota masyarakat dan
interaksinya dengan dunia
sekitarnya. Selain itu
, perhatian ditujukan
pula pada cita-cita
hidup dan bekerja
sama memperhatikan lingkungan
untuk memperoleh dan
memenuhi kebutuhan manusia,
adat istiadat, nilai-nilai
hidup, situasi hidup
dan kebudayaan yang dinamis untuk mencapai suatu kehidupan
sosial bermasyarakat yang serasi, selaras dan seimbang.
b.
Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran
IPS
Pendidikan
IPS harus berperan
bagi anak dalam
mengembangkan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Peranan
dalam pendidikan IPS meliputi :
1)
Sosialisasi, membantu anak didik menjadi
anggota masyarakat yang berguna.
2)
Pengambilan Keputusan,
membantu anak didik
mengembangkan keterampilan
berfikir dan keterampilan akademis.
3)
Sikap
dan nilai, membantu
anak didik menandai,
mengembangkan keterampilan, dan
nilai diri sendiri
dalam hubungannya dalam
dengan kehidupan masyarakat
sekitar.
4)
Kewargaan Negara, membantu anak didik
menjadi warga Negara yang baik.
5)
Pengetahuan, tanggap
dan peka terhadap
perkembangan pengetahuan dan teknologi,
serta dapat mengambil manfaatnya.
Tujuan umum pembelajaran
IPS di sekolah
dasar adalah agar
siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan
dasar yang berguna
bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Pendidikan
IPS pada umumnya
berlaku secara universal
(Jarolimek, 1982) yang
menggambarkan bahwa pendidikan
IPS merupakan bentuk pengetahuan,
keterampilan, nilai dan
sikap yang memungkinkan
anak berpartisipasi dalam
kelompoknya, kelompok utama dalam keluarga dan sekolah, selanjutnya
dalam masyarakat yang
lebih luas dalam
kelompok bangsa dan negaranya dan
akhirnya masyarakat dunia.
Brucee Joyce (1979)
terdapat tiga tujuan pendidikan IPS, yaitu : 1) Pendidikan humanistic sebagai tujuan utama, 2) Pendidikan kewarganegaraan, dan 3) Pendidikan Intelektual.
Sedangkan Gross (1978) dua tujuan utama Pendidikan IPS,
yaitu : 1) Mempersiapkan siswa
agar dapat berfungsi
sebagai warga Negara
yang baik di dalam masyarakat
yang demokratis, dan 2) Menolong siswa
membuat banyak kemungkinan
keputusan yang rasional
di masyarakat.
Dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
2) Memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial,
3) Memiliki komitnen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan,
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
kerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional dan global (Depdiknas, 2006 : 575).
Sesuai dengan uraian di atas, jelaslah bahwa pembelajaran
IPS mempunyai peranan dan
tujuan yang sagat
penting bagi kehidupan
manusia baik dalam kedudukannya
sebagai mahluk pribadi maupun mahluk sosial.
c.
Karakteristik Pembelajaran IPS
Djahiri dalam Sapriya, Dkk (2008:8) mengungkapkan
pembelajaran IPS memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1)
IPS
berusaha mempertautkan teori
ilmu dan fakta
atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2)
Penelaahan dan
pembahasan IPS tidak
hanya dari satu
bidang disiplin ilmu
saja, melainkan bersifat
kompehernsif (meluas/dari berbagai
ilmu sosial dan
lainnya, sehingga berbagai
konsep ilmu secara terintegrasi terpadu)
digunakan untuk menelaah
satu masalah/tema/topik.
3)
Mengutamakan peran
aktif siswa melalui
proses belajar inkuiri
agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.
4)
Program
pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan
dari berbagai disiplin
ilmu sosial dan lainnya
dengan kehidupan nyata
di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan
memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik /
alam maupun budayanya.
5)
IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan
sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran
adalah terjadinya proses internalisasi
secara mantap dan
aktif pada diri
siswa agar siswa memiliki
kebiasaan dan kemahiran
untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
6)
IPS mengutamakan hal-hal, arti dan
penghayatan hubungan antara manusia yang
bersifat manusiawi.
7)
Pembelajaran tidak
hanya mengutamakan pengetahuan
semata, tetapi juga nilai dan
keterampilnya.
8)
Berusaha
memuaskan setiap siswa
yang berbeda melalui
program maupun pembelajarannya dalam
arti memperhatikan minat
siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat
dengan kehidupannya.
9)
Dalam
pengembangan program pembelajaran
senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik
(sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri
IPS itu sendiri.
2. Pengertian Belajar
Menurut
Herman Hudoyo (1995:7) belajar adalah
suatu proses mendapat
pengetahuan atau pengalaman
sehingga mengubah tingkah
laku. Melalui proses belajar
maka seseorang akan
mengalami perubahan yang kompleks. Perubahan
dapat terjadi pada
tingkah laku, penambahan pengetahuan, sikap, keterampilan,
serta kecakapan.
Menurut
Piaget (dalam Asrori, 2008: 49-50) manusia
tumbuh, beradaptasi dan
berubah melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional dan perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa
jauh anak memanipulasi
dan aktif dalam berinteraksi sebagian besar dengan
lingkungannya.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa
pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata,
1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Belajar
sangat ditentukan oleh
kondisi dan lingkungan,
namun paling besar ditentukan
oleh lingkungan individu itu sendiri yang mencakup rumah, letak geografis
dan fisik sekolah
serta berbagi lingkungan
social lainnya. Selain itu
proses belajar ditandai
dengan perubahan tingkah
laku secara keseluruhan, dari
yang paling sederhana
yang bersifat reflektif
sampai ke yang paling kompleks
yang bersifat pemecahan masalah.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan
disekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini
berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar
yang dialami oleh
siswa sebagai anak
didik (Slameto.
2003:45). Belajar itu
sendiri adalah suatu perubahan
dalam perilaku, keterangan,
pengetahuan, pemahaman, sikap,
keterampilan atau kemampuan
yang dapat dipertahankan
dan tidak dapat
dianggap berasal dari
pertumbuhan jasmaniah atau
pengembangan polapola perilaku
yang terwariskan.
3. Minat Belajar
Lingkungan
sebagai sumber belajar
adalah system kondisional
yang mempengaruhi tingkah
laku individu yang
dapat membangkitkan minat
siswa dalam belajarnya. Adapun
pengertian mengenai minat antara lain : Minat adalah
kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia
1989). Pendapat lain menurut Sudjana
(1991: 24) “ minat berasal dari
pengalaman yang dilakukan
sesuatu yang menarik
akan mendatangkan kesenangan
yang sangat besar
pengaruhnya pada diri
sendiri sehinga timbul keingintahuan yang mendalam”.
Menurut Hilgard (1997 :19) memberi rumusan pengertian
tentang minat sebagai berikut: “Interest
is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”
yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan.
Menurut Slameto (2003 : 57) minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan
diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka
dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk
tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi Suryabrata,
1988 :109). Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang
terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih
memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk
memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar
apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan.
Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip,
psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada
di lingkungan secara berkelompok.
Dalam hal ini
minat dalam belajar
berarti siswa merasa
tertarik untuk dapat
mempelajari bahan pelajaran
, dia akan
bersungguh-sungguh perhatian terhadap
apa yang diberikan
oleh guru, rasa
ingin tahunya tinggi,
merasa penasaran dengan
apa yang dipelajari
dan dilihatnya. Minat
akan menjadikan suatu tujuan
belajar yang diharapkan
akan tercapai. Menurut
Purwanto (1990:6) “menaruh
minat dari pengalaman
yang dilakukan, timbul/berkembang minat mendatangkan
kesenangan/keputusan. Minat sangat besar pengaruhnya dalam
kegiatan proses belajar
mengajar, karena kalau
pelajaran tidak menaruh minat siswa, maka tidak akan terjadi proses
belajar dengan baik”. Agar siswa
menaruh minat terhadap
proses belajar mengajar
maka guru harus
berusaha menumbuhkan minat
dan kiinginan yang
kuat agar siswa
dapat mengikuti proses
belajar mengajar dengan
baik. Sehingga apabila
siswa telah menaruh minatnya
maka akan terlihat
keseriusan dari cara siswa mengikuti kegiatan proses belajar mengajar dan akan
memudahkan siswa dalam memahami pelajaran.
Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta
didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang
berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa
yang kurang berminat.
Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar,
karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa
tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas
belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran
yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan
prestasi belajar.
Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki
untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan
membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada
dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2003 :180) proses ini berarti
menunjukkan pada siswa bagaimana penetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat
untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil
dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih
berminat untuk mempelajarinya.
Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam
belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta
berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap
subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan
minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah
ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai
dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu
bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat
dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita
sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari:
adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya
perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan
pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran.
Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan untuk
menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui
bahan belajar, memehami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.
4. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar
merupakan konsep yang
tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada
apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar, sedangkan
mengajar marujuk pada apa yang seharusnya
dilakukan seorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep
belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa
dan guru terpadu
dalam satu kegiatan.
Diantara keduannya itu
terjadi interaksi dengan
guru. Kemampuan yang
dimiliki siswa dari
proses belajar mengajar saja
harus bisa mendapatkan
hasil bisa juga
melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang
lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu
hasil belajar yang
dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa
setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana,
2004 : 22).
Sedangkan menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan
kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan keterampilan,
sikap dan keterampilan
yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang
diberikan oleh guru
sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan
yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh Clark (1981
: 21) menyatakan
bahwa hasil belajar
siswa disekolah 70 % dipengaruhi
oleh kemampuan siswa
dan 30 %
dipengaruhi oleh lingkungan.
Demikian juga faktor
dari luar diri
siswa yakni lingkungan yang
paling dominan berupa
kualitas pembelajaran (Sudjana,
2002 : 39).
"Belajar
adalah suatu perubahan
perilaku, akibat interaksi
dengan lingkungannya" (Ali
Muhammad, 2004 :
14). Perubahan perilaku
dalam proses belajar terjadi
akibat dari interaksi
dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung
secara sengaja. Dengan
demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan
dalam diri individu
maka belajar tidak
dikatakan berhasil.
Abin Syamsudin (2003:23) mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar
merupakan
perubahan-perubahan yang diharapkan
terjadi pada perilaku
dan pribadi siswa setelah mengalami dan melalui proses
belajar’. Ada juga yang mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar merupakan
kemampuan melakukan sesuatu secara permanent, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama’. Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki
peserta didik sebagai akibat dari proses belajar
yang ditempuhnya dan berupa
suatu konsep yang
bersifat umum didalamnya tercakup prestasi. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan
kognitif, afektif dan
pisikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk
nilai hasil belajar IPS. Dalam pembelajaran IPS,
hasil proses pembelajaran
yang penting yakni
sesuai dengan tujuan/sasaran hasil pembelajaran atau
standar kompetensi dan
kompetensi dasar tertuang
dalam silabus
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang terjabarkan
pada silabus tersebut
dan guru pun menyusun beberapa
indikator yang dapat menjelaskan dan menunjukan jenis-jenis tingkah
laku yang perlu
dimiliki oleh siswa
setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan tercapai tidaknya indikator tersebut baru
dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian tes.
Hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh kamampuan
siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran
yang dimaksud adalah profesional
yang dimiliki oleh
guru. Artinya kemampuan
dasar guru baik di
bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat
di atas, maka
hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal
(internal) dan faktor
dari luar diri
siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh
siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan
dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupa sehingga
nampak pada diri
indivdu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan
dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.
5. Model Pembelajaran
Model
pembelajaran merupakan suatu
perencanaan atau suatu
pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalam buku- buku ,
film, computer, kurikulum dan lain-lain
(Joyce, 1992:4 ).
Selanjutnya Joyce menyatakan
bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati,2000: 20)
mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematik.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut antara lain ialah :
1)
Rasional teoritik logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangannya.
2)
Landasan
pemikiran tentang apa
dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
3)
Tingkah
laku mengajar yang
diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4)
Lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur , 2000 : 9 )
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu
model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh. Model-model pembelajaran
dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, sintaks
(pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh
pengklasifikasian
berdasarkan tujuan adalah
pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran
yang baik untuk
membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar seperti
tabel perkalian atau
topik-topik yang banyak
berkaitan dengan penggunaan alat.
Tiap-tiap
model pembelajaran membutuhkan
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda.
Misalnya, model pembelajaran
kooperatif memerlukan lingkungan
belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang mudah
dipindahkan. Pada model
pembelajaran diskusi para
siswa duduk di
bangku yang di
susun secara melingkar
atau seperti tapal
kuda. Sedangkan model pembelajaran
langsung siswa duduk secara berhadap hadapan dengan guru.
6. Model Cooperative Learning
a.
Pengertian Coopertive Learning
Model Coopertive Learning atau
model pembelajaran gotong
royong ini didasari
oleh falsafah homo
homoni socius, yang
menekankan manusia adalah makhluk
sosial. Ini mengandung
arti, kerja sama
merupakan kebutuhan sangat penting
bagi kelangsungan hidup
manusia. Model Coopertive
Learning menekankan pada
pemberian kesempatan belajar
yang lebih luas
dan suasana yang
kondusif kepada siswa
untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan-keterampilan
sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya
di masyarakat.
Coopertive
Learning ini dianggap
perlu dalam pendidikan, karena
tidak setiap orang
bisa dan mampu
bekerja sama. Tidak
ada seorang pun
yang sejak lahir
mempunyai kemampuan untuk
bekerja sama dengan
baik. Kemampuan itu harus dipelajari.
Ini termasuk yang
disebut dengan social-skill
atau kecakapan hidup
bermasyarakat. Melalui belajar
bekerja sama akan
muncul berbagai sikap sosial yang
positif, di antaranya
saling menghargai dan
menghormati, toleransi, tenggang rasa, kemampuan mengendalikan emosi,
kesediaan untuk saling berbagi (take and
give).
Terdapat beberapa definisi pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan sebagai berikut :
1)
Davidson dan Korl (Sutardi dkk, 2007:
57), mendefinisikan bahwa “Pembelajaran kooperatif
(Coopertive Learning) ialah
kegiatan yang berlangsung
di lingkungan belajar
siswa dalam kelompok
kecil yang saling berbagi
ide-ide dan bekerja
secara kolaboratif untuk
memecahkan masalah- masalah yang ada
dalam tugas mereka ”.
2)
Karli dan Margaretha (2004: 47)
menjelaskan bahwa “Model belajar kooperatif
adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok yang terdiri atas
dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah ”.
3)
Sedangkan menurut Sanjaya (2006:
240) “Pembelajaran kooperatif
(Coopertive Learning) merupakan
model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan
tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang
yang mempunyai latar
belakang akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda”. Melalui beberapa
pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud
dengan model Coopertive
Learning adalah cara
belajar bersama sama dalam
sebuah kelompok heterogen
yang terdiri atas
dua orang atau
lebih yang saling
membantu antar satu
dengan yang lainnya
untuk membahas dan menyelesaikan
tugas atau memecahkan masalah.
b.
Prinsip Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif
atau Cooperative Learning
setidaknya memiliki lima prinsip yaitu:
1)
Belajar siswa aktif ( student active
learning )
Proses
pembelajaran berpusat pada
siswa, aktivitas belajar
lebih dominan oleh
siswa, pengetahuan yang
dibangun dan ditemukan
adalah belajar bersama-sama
dengan anggota kelompok
sampai masing-masing siswa
memahami materi pembelajaran dan diakhiri dengan membuat
laporan kelompok dan individual.
2)
Belajar bekerjasama (Cooperative Learning)
Proses
pembelajaran dilalui dengan
bekerjasama dalam kelompok
untuk membangun pengetahuan
yang tengah dipelajari.
Prinsip pembelajaran inilah yang
melandasi keberhasilan penerapan model Coopertive Learning. Seluruh siswa
terlibat secara aktif
dalam kelompok untuk
melakukan diskusi, memecahkan
masalah dan mengujinya
secara bersama. Pengetahuan
yang diperoleh hasil kerjasama
diyakini lebih bernilai permanen.
3)
Pembelajaran Parsipatorik (Participatoric learning)
Melaui model pembelajaran ini, siswa belajar dengan
melakukan sesuatu atau learning by
doing secara bersama-sama
untuk menemukan dan
membangun pengetahuan yang
menjadi tujuan pembelajaran.
4)
Mengajar Reaktif (Reactive teaching)
Motivasi
siswa dapat dibangkitkan
jika guru mampu
menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan
menarik serta dapat
meyakinkan siswanya akan manfaat
pelajaran untuk masa depan mereka.
5)
Pembelajaran yang menyenangkan ( Joyfull leraning)
Pembelajaran yang menyenangkan harus dimulai dari sikap
dan perilaku guru di luar mapun di dalam
kelas.
c.
Tujuan Cooperative Learning
Model Cooperative
Learning berbeda dengan pengajaran langsung atau direct learning.
Model ini disamping
dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar akademik juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial di sekolah dasar serta mengajarkan
kepada siswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
ini sangat penting
untuk membekali siswa
kelak untuk hidup di
masyarakat yang
banyak berhubungan dengan
orang dewasa dan
dalam kegiatan berorganisasi yang penuh saling ketergantungan
satu sama lain, apalagi mengingat keragaman
budaya yang semakin cepat berkembang.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak
– tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.
Efek penting yang pertama
pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik.
Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini
unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep
yang sulit.
Di samping mengubah
norma yang berhubungan
dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik
pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok
atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Siswa kelompok
atas akan menjadi
totur bagi siswa kelompok bawah,
jadi memperoleh bantuan
khusus dari teman
sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
d.
Unsur-unsur dan Karakteristik Cooperative Learning
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1)
Siswa dalam kelompoknya harus merasakan
bahwa mereka sama.
2)
Siswa
bertanggung jawab atas
segala sesuatu di
dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3)
Siswa
harus melihat bahwa
semua anggota di
dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4)
Siswa
harus membagi tugas
dan tanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya.
5)
Siswa
akan dievaluasi atau
diberikan penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6)
Siswa
berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7)
Siswa akan diminta mempertangung
jawabkan secara individu materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif, antara lain :
1)
Individual Acountability atau
tanggung jawab individu
yaitu : bahwa setiap individu
dan dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab
untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi kelompok
secara tuntas, sehingga
keberhasilan kelompok sangat
ditentukan oleh tanggung
jawab setiap anggota.
2)
Social
Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan
mendidik siswa untuk menumbuhkan
pengekangan diri demi kepentingan kelompok.
3)
Positve Interdependence yaitu
sifat yang menunjukan
saling ketergantungan satu
terhadap yang lainnya
didalam kelompok secara positif.
4)
Group Processing, proses
perolehan jawaban permasalahan
dikerjakan oleh kelompok secara
bersama-sama. (Karli dan Margaretha, 2004: 49).
7. Cooperative
Learning Teknik STAD
Salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah
model Student Team Achievement Divisions
(STAD). STAD adalah
salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang
sederhana. Model pembelajaran
Coopertive Learning Tipe STAD adalah
model pembelajaran dengan
strategi kelompok belajar
yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang heterogen dari
kemampuan belajarnya, ada siswa yang kemampuan
belajarnya tinggi, sedang maupun rendah.
Dalam
kelompok tersebut ada
tanggung jawab bersama,
jadi setiap anggota aling
membantu untuk menutupi
kekurangan temannya. Ada
proses diskusi, saling bertukar
pendapat, menghargai pendapat,pembelajaran teman
sebaya. kepemimpinan dalam mengatur
pembelajaran di kelompoknya
sehingga yang terjalin
adalah hubungan positif.
Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa
diberi kuis tentang
materi itu dengan
catatan saat kuis
mereka tidak boleh
saling membantu. Tipe
pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS.
Keunggulan
dari metode pembelajaran
kooperatif teknik STAD
adalah adanya kerja
sama dalam kelompok
dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung
keberhasilan individu, sehingga
setiap anggota kelompok tidak
bisa menggantungkan pada
anggota yang lain.
Pembelajaran kooperatif teknik STAD menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling
membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang
maksimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1)
Guru memberikan penjelasan
Jelasnya
guru menerangkan (ekspositori)
materi baru, memberi
contoh cara mengerjakan soal baru, meragakan keterampilan
baru dsb.
2)
Murid belajar dalam tim atau kelompok
Dalam tim atau kelompok itu murid-murid secara bersama
memperdalam atau memperluas materi
pelajaran, atau “menderes”
(mengulang menghapalkan) materi
pelajaran), atau berlatih
bersama-sama (bekerja sama)
mengerjakan soal-soal (“quiz
latihan,” LKS, dsb.). Jadi, untuk tahap kedua STAD itu (kerja tim)
guru harus menyediakan
tugas yang harus
dikerjakan oleh semua kelompok. Misalnya
murid bersama-sama berlatih
menghitung luas segi
tiga dengan ukuran yang
berbeda-beda yang sudah disediakan guru.
3)
Tes akhir sesi
Pada akhir “sesi,”
bisa akhir satu
pertemuan, dua pertemuan,
atau tiga pertemuan,
tergantung pada isi
pokok bahasan atau
materi pelajaran, dan perkiraan siswa
dapat menangkap atau
menguasai pelajaran, diadakanlah
tes individual, dengan “quiz
tes,” misalnya. Dalam tes ini tentu tidak ada lagi kerja sama.
4)
Penilaian dan pemberian
penghargaan.
Tes
akhir sesi dikoreksi
(dinilai) guru untuk
nantinya diberitahukan kepada
seluruh siswa. Ada
pemberian bonus atau
penghargaan (tidak harus
selalu berupa materi) kepada tim
terbaik. Model Coopertive Learning teknik
STAD menitikberatkan pada
kerjasama dalam satu kelompok
untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.
8. Strategi Cooperative Learning Teknik STAD dalam Pelaksanaan
Pembelajaran IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan dan Proses
Terbentuknya Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
RI
Penerapan strategi Learning Community pada pembelajaran IPS dimulai dengan melakukan kolaborasi
dengan pihak-pihak yang berkompeten. Guru
hendaknya bersedia membuka kelas untuk diamati yaitu: proses pembelajaran yang
dilakukan diamati oleh guru lain, bahkan oleh orang tua siswa dan masyarakat.
Kolaborasi itu dilaksanakan sejak melaksanakan perencanaan (plan) yaitu menyusun rencana
pembelajaran (RP), melakukan pembelajaran (do)
yang diamati oleh pengamat (see) dan
diakhiri dengan melakukan refleksi untuk mendapatkan masukan dalam rangka
peningkatan pembelajaran lebih lanjut. Kegiatan plan, do, see dan refleksi
ini dikenal sebagai Lesson Study.
Siswa-siswa sebelumnya sudah mencari
informasi tentang tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, dan berdasarkan
informasi yang dia dapat mereka berdiskusi dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi para siswa diharapkan dapat
memecahkan masalah tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, yang sebelumnya
tidak mereka pahami menjadi lebih mereka pahami. Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan diskusi, dengan pelaksanaan diskusi para siswa diahrapkan dapat menghargai
pendapat/kemampuan teman sehingga terjadi hubungan antar teman yang saling
menghargai, dan pada akhir kegiatan para siswa diharapkan dapat menemukan sendiri masalah baru dan berusaha memecahkan
masalah baru tentang tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan.
Guru membuat siswa berkelompok agar siswa
dapat meneliti diri sendiri, dan guru harus mengamati/mengikuti proses berfikir
setiap siswa, misalnya siswa sedang dalam tahapan seperti apa, apa kesulitan
siswa.. Guru harus mempunyai kemampuan untuk menangkap hal yang tak terungkapkan
siswa, yang terpenting guru tidak
menggurui tetapi harus mampu menghubungkan proses pembelajaran setiap siswa
agar saling belajar. Jadi keahlian seorang guru bukan terletak pada
kemampuan untuk mengajar sesuatu, tetapi pada kemampuan mendorong setiap siswa
agar dapat belajar dengan siswa lain.
B. Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil
belajar dan minat belajar IPS pada materi Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya
Negara RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya
sangat kompleks dan bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang paling mendasar dan menentukan terhadap
keberhasilan pembelajaran diantaranya sarana dan prasarana yang
memadai, situasi dan
kondisi yang kondusif,
faktor guru, faktor siswa,
termasuk pemilihan dan penggunaan model pembelajaran.
Hasil
penelitian awal yang telah peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara
harapan dengan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial materi Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara
RI dan Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI. Harapannya selain siswa dapat mengalami proses belajar yang benar juga berhasil
mencapai suatu kompetensi yang menjadi target pembelajaran.
Sebagai upaya perbaikan maka perlu pemilihan
dan penggunaan model pembelajaran yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
Di antara berbagai
model pembelajaran, satu
diantaranya adalah model cooperative learning tipe STAD, yaitu
pembelajaran berkelompok dimana siswa dapat saling membantu dalam proses pembelajaran sehingga
siswa yang kurang dapat dibantu oleh teman
kelompoknya selain oleh
guru sebagai pembimbing.
Model ini memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara
bersama-sama atau gotong
royong sehingga makna
kebersamaan sangat dominan.
Selain itu, model ini dapat
mengaktifkan siswa dalam
belajar karena siswa didorong untuk mengemukakan pendapat atau menyanggah
berbagai masalah yang diajukan oleh rekan sekelompoknya. Dalam kelompok
tersebut ada tanggung
jawab bersama, jadi
setiap anggota aling membantu
untuk menutupi kekurangan
temannya. Ada proses
diskusi, saling bertukar pendapat,
menghargai
pendapat,pembelajaran teman sebaya. kepemimpinan dalam
mengatur pembelajaran di
kelompoknya sehingga yang terjalin adalah
hubungan positif. Guru
menyajikan pelajaran kemudian
siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya seluruh
siswa diberi kuis
tentang materi itu
dengan catatan saat
kuis mereka tidak
boleh saling membantu.
Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan dua siklus, dan
tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi
yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya. Pengamat
melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sebagai bahan untuk tujuan perbaikan. Kondisi akhir yang diharapkan sebagai
hasil dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative
learning tipe STAD adalah dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun
Pelajaran ……/……. Adapun bagan kerangka berpikir
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada
uraian di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan, yaitu sebagai
berikut.
a.
Penggunaan model Cooperative
Learning Tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan minat
belajar siswa VIII-2 SMPN 7 .....................
b.
Penggunaan model Cooperative
Learning Tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan hasil dan
ketuntasan belajar siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .....................
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini