Tuesday, 22 December 2015

PTK KENAIKAN PANGKAT GURU SMP MATA PELAJARAN IPS SMK













PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL INDEX CARD MATCH PADA SISWA
KELAS X SMK PERSIAPAN NEGERI ...............
TAHUN PELAJARAN 2012/2013




Disusun sebagai salah satu syarat
Kenaikan Pangkat Golongan …………………….
……………………………….
……………………….






Oleh

………………………………..
NIP. ……………….








SMK PERSIAPAN NEGERI ...............
Jl. ………………………………….
……………..


HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM ACTION RESEARCH)



1.   a.  Judul Penelitian         :    Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Index Card Match pada Siswa Kelas X SMK Persiapan Negeri ............... Tahun Pelajaran 2012/2013
       b. Kategori Penelitian     :    Penelitian Tindakan Kelas
2.    Identitas Peneliti
            a.                                 Nama Lengkap            :           …………………………………
            b.                                 NIP      :           ……………………………
            c.                                 Pangkat / Golongan     :          
            d.                                Jabatan             :          
            e.                                 Sekolah            :          
3.     Jumlah peneliti               :    1 orang
4.     Lokasi                             :    Kelas X  SMK Persiapan Negeri ...............
5.     Jangka waktu                 :    3 (tiga) bulan


                                                                        …………….,…………………….
                Petugas Perpustakaan                                           Peneliti





                ……………………..                               ………………………
            NIP. ……………………..                       NIP. ……………………..           


Mengetahui/Mengesahkan

Kepala Sekolah
                                  



………………….
NIP.……………………..

 



PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL INDEX CARD MATCH PADA SISWA
KELAS X SMK PERSIAPAN NEGERI ...............
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

………………………………..
NIP. ……………….


ABSTRAK

Kualitas pembelajaran IPS di kelas X SMK Persiapan Negeri ............... tergolong rendah. Pembelajaran masih bersifat konvensional, sehingga menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa. Materi IPS yang kompleks membuat siswa tidak menyukai pelajaran ini. Selain itu, siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi hasil daya serap siswa pada mata pelajaran IPS menjadi rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran index card match. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui penerapan model pembelajaran index card match. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... sebanyak 19 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,  tes dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan hambatan yang terjadi selama pembelajaran. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh hasil aktivitas belajar yang terus meningkat pada setiap siklusnya.  Pada temuan awal hanya 6 siswa atau 31,58%, naik menjadi 10 siswa atau 56,63% pada siklus pertama, dan 100% atau 19 siswa pada siklus kedua, dan hasil belajar siswa dari rata-rata pada temuan awal hanya 57,37 naik menjadi 62,63 pada siklus pertama, dan  73,16 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa (21,05%) pada studi awal,  41,11% atau 8 siswa pada siklus pertama,  17 siswa atau 89,47% pada siklus kedua. Meningkatnya aktivititas belajar siswa dan hasil belajar tidak terlepas dari meningkatnya performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran index card match, sehingga kualitas kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik.

Kata Kunci: index card match, aktivitas dan hasil belajar



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat hidayah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat salam tercurah kepada junjunan kita nabi Muhammad SAW, panutan dan blueprint seorang mukmin sejati. Semoga kita dapat menjadi ummat beliau yang sebenarnya.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.      Kepala Dinas ………….. yang telah memberi pengesahan terhadap laporan PTK ini.
2.      Pengawas SMP/MTs UPT Dinas …………….. yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
3.      Kepala Sekolah X SMK Persiapan Negeri ............... yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.      Bapak dan Ibu Guru X SMK Persiapan Negeri ............... yang telah membimbing dan memotifasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas  ini dapat terselesaikan dengan lancar.
5.      Siswa-siswa SMK Persiapan Negeri ............... khususnya siswa kelas X.
Akhirnya, penyusun berdoa. Semoga semua bantuan yang diberikan, mendapat imbalan yang luar biasa dari Allah SWT. Tiada manusia yang sempurna. Kami butuh kritik dan saran. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

………………………………………

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.............................................................................................       i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................      ii
ABSTRAK.........................................................................................................     iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................     iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................      v
DAFTAR TABEL..............................................................................................     vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................    vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................   viii

BAB      I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.......................................................................       
B.      Rumusan Masalah ..................................................................       
C.      Tujuan Penelitian ...................................................................       
D.      Manfaat Penelitian .................................................................       
BAB      II     TINJAUAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori ...........................................................................       
B.   Kerangka Berpikir .................................................................       
C.   Hipotesis Tindakan ................................................................       
BAB     III    METODE PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian ......................................................................       
B.      Setting Penelitian dan Sumber Data ......................................       
C.      Tempat dan Waktu Penelitian................................................       
D.      Subjek dan Objek Penelitian .................................................       
E.       Instrumen Penelitian ..............................................................       
F.       Teknik Pengumpulan Data ....................................................       
G.      Teknik Analisis Data .............................................................       
H.      Prosedur Pelaksanaan Tindakan ............................................       
I.         Indikator Keberhasilan...........................................................       

BAB     IV    HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Tindakan .......................................................................
B.   Pembahasan............................................................................       

BAB      V     PENUTUP
A.      Kesimpulan ............................................................................       
B.      Saran.......................................................................................       

DAFTAR PUSTAKA           
LAMPIRAN-LAMPIRAN







DAFTAR TABEL

TABEL                                                                                                       Halaman

Tabel   3.1 Kriteria Penilaian Hasil Belajar......................................................         
Tabel   4.1 Hasil Tes Formatif Kondisi Awal Pembelajaran IPS pada  Kondisi Awal                    
Tabel   4.2  Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada  Kondisi Awal............         
Tabel   4.3 Hasil Tes Formatif Kondisi Awal Pembelajaran IPS pada  Siklus Pertama                   
Tabel   4.4  Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada  Siklus I.         
Tabel   4.5 Hasil Tes Formatif Kondisi Awal Pembelajaran IPS pada  Siklus Kedua                     
Tabel   4.6  Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada  Siklus II         
Tabel   4.7 Nilai Hasil Tes Formatif dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Temuan Awal,  Siklus I dan Siklus II       ................................................................................................
Tabel   4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II       ................................................................................................














DAFTAR GAMBAR

GAMBAR                                                                                                  Halaman

Gambar    2.1 Kerangka Berpikir.....................................................................         

Gambar    4.1 Grafik Peningkatan Hasil Tes Formatif dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Temuan Awal,  Siklus I dan Siklus II................................................................         

Gambar    4.2  Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa  Pada Siklus I dan II                   

Gambar    4.3 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II          ..................................................................................................





























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran   1     Surat Ijin Penelitian
Lampiran   2     Surat Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran   3     Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran   4     Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Lampiran   5     Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Lampiran   6     Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran   7     Lembar Observasi Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran   8     Daftar Hadir Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran   9     Daftar Hadir Peneliti dan Observer
Lampiran   10   Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran   11   Dokumentasi  Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya merupakan aktivitas atau proses sosial yang essensial yang memungkinkan generasi muda hidup eksis dalam kompleksitas sosial, modernisasi ekonomi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa “pendidikan merupakan agen peradaban dan pemberadaban manusia” (Danim 2010: 6).
Mengingat begitu pentingnya makna pendidikan, maka untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan program pendidikan di Indonesia pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 ayat 1 yang menyebutkan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berbicara tentang peradaban manusia terkait dengan pendidikan, maka akan membahas tentang laju perkembangan zaman atau yang saat ini populer dengan istilah era globalisasi. Dalam era globalisasi inilah terjadi berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Hal yang paling sering menjadi sorotan yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi erat kaitannya dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan kemajuan teknologi, aktivitas manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya menjadi lebih mudah.
Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang di dalamnya memuat kajian tentang manusia dan kompleksitas sosialnya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini sejalan dengan pendapat Jarolimek (1967) dalam Astuti et al. (2009: 2) yang menyatakan bahwa “IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungan lingkungan sosial dan fisiknya”. IPS mengkaji keseluruhan tentang manusia. Melalui pembelajaran IPS, manusia memperoleh wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat.
Terkait dengan pentingnya IPS dalam pendidikan, seharusnya IPS menjadi pelajaran yang menarik bagi para siswa. Penting bagi guru untuk menyajikan pembelajaran IPS yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa jenuh dengan berbagai materi IPS yang begitu kompleks. Namun, fakta yang ada di lapangan mengindikasikan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran masih jauh dari harapan.
 Berdasarkan hasil observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas X SMK Persiapan Negeri ..............., peneliti menemukan berbagai permasalahan yang harus di atasi.  Beberapa permasalahan tersebut di antaranya yaitu proses pembelajaran yang masih bersifat satu arah yaitu mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar utama di dalam kelas, sehingga siswa hanya bertindak sebagai pendengar. Masalah berikutnya yaitu siswa terlihat pasif dalam pembelajaran, Hal ini terjadi karena siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru tentang materi yang disampaikan. Keberanian siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami atau menyampaikan pendapat masih rendah sehingga terlihat sekali siswa sangat pasif. Dari hasil tes formatif pada kondisi awal sebelum pelaksanaan kegiatan penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata klasikal hanya mencapai angka 57,37 dengan tingkat ketuntasan belajar hanya 4 siswa atau 21,05%.
Berdasarkan data tersebut, perlunya suatu model pembelajaran yang menerapkan prinsip pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi. Model index card match dikenal juga dengan istilah “mencari pasangan kartu”. Model ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam model pembelajaran ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan. Hal ini dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Index Card Match pada Siswa Kelas X SMK Persiapan Negeri ............... Tahun Pelajaran 2012/2013”
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    “Bagaimana peningkatan performansi guru dalam pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match?”
2.    “Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match?”
3.    “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match?”
C.  Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di X SMK Persiapan Negeri ................
2.    Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
a.    Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match.
b.    Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match.
D.  Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a.    Mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan model index card
match dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ................
b.    Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2.    Manfaat Praktis
a.    Manfaat bagi siswa
1)   Mempermudah siswa menerima materi pelajaran IPS yang diajarkan.
2)   Meningkatnya kemampuan berpikir siswa dalam belajar IPS.
3)   Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
b.    Manfaat bagi guru
1)   Guru mampu menciptakan situasi pembelajaran PAIKEM.
2)   Meningkatnya profesionalisme guru.
c.    Manfaat bagi sekolah
1)   Menambah khasanah bacaan tentang model index card match yang bisa diterapkan untuk mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar.
2)   Sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitasnya berkaitan dengan perbaikan pembelajaran di sekolah.
3)   Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori
Pada bagian ini, akan diuraikan teori-teori yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, yang meliputi antara lain: (1) Belajar; (2) Model pembelajaran; (3) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1.    Belajar
a.    Hakikat Belajar
Ada beberapa pandangan tentang definisi belajar. Menurut Berguis (1964) dalam Slameto (2010: 8), “belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain”. Melalui proses belajar, diharapkan individu mampu mentransfer prinsip untuk menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain. Selanjutnya Slameto (2010: 2) juga berpendapat bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari kedua pendapat tentang pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan–keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan.
b.    Prinsip-prinsip Belajar
Terkait dengan belajar yang merupakan pilar pendidikan, maka dalam proses pelaksanaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara optimal. Untuk menunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang optimal, maka harus berpegang pada beberapa prinsip belajar. Gagne (1977) dalam Rifai dan Anni (2009: 95) menyebutkan bahwa prinsip prinsip belajar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)        Kondisi Eksternal.
Beberapa prinsip belajar yang tergolong dalam kondisi eksternal di antaranya:
a)    Keterdekatan, yaitu situasi stimulus yang hendak direspons oleh siswa harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respons yang diinginkan;
b)   Pengulangan, yaitu situasi stimulus dan respons dari guru ke siswa perlu diulang untuk meningkatkan retensi belajar; dan
c)    Penguatan, yaitu pemberian konsekuensi yang menyenangkan yang dapat memperkuat perilaku dan konsekuensi yang tidak menyenangkan yang akan memperlemah sesuatu.
2)        Kondisi Internal.
Beberapa prinsip belajar yang tergolong dalam kondisi internal di antaranya:
a)    Informasi faktual, yang dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu: dikomunikasikan kepada siswa, dipelajari oleh guru sebelum memulai belajar baru, dan dilacak dari memori karena informasi itu telah dipelajari dan disimpan di dalam memori, selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu;
b)   Kemahiran intelektual, yaitu kemampuan atau wawasan luas yang harus dimiliki guru untuk mengerjakan sesuatu; dan
c)    Strategi, yaitu penerapan berbagai model, teknik, metode, serta pendekatan pembelajaran oleh guru di dalam proses pembelajaran yang dapat menghadirkan stimulus yang kompleks. penerapan strategi berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran. Strategi yang menarik akan meningkatkan aktivitas pembelajaran.
2.    Aktivitas Belajar
1)    Pengertian Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Poerwadarminta (2003) dalam Abadi (2011), “aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar”. Kegiatan kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja untuk menunjang keberhasilan. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang menjadi faktor penting penunjang keberhasilan suatu pembelajaran.
2)    Jenis Aktivitas Belajar Siswa
Paul D. Dierich (1979) dalam Hamalik (2011: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut:
a)    Kegiatan-kegiatan visual, yang mencakup kegiatan membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, dan bermain.
b)   Kegiatan-kegiatan lisan, yang meliputi kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c)    Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang mencakup kegiatan mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.
d)   Kegiatan-kegiatan menulis, yang mencakup kegiatan menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e)    Kegiatan-kegiatan menggambar, yang mencakup kegiatan menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
f)    Kegiatan-kegiatan metrik, yang mencakup kegiatan melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
g)   Kegiatan-kegiatan mental, yang mencakup kegiatan merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan hubungan, dan membuat keputusan.
h)   Kegiatan-kegiatan emosional, yang mencakup minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Dalam pelaksanakan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan oleh guru, siswa dituntut untuk memiliki perubahan-perubahan tingkah laku dalam berbagai aspek, yaitu motivasi, kemampuan untuk mengikuti pembelajaran, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk bekerjasama dengan kelompok, serta kemampuan mentaati peraturan dalam kelas.
3.    Hasil Belajar
a)    Pengertian
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), “bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa”. Perubahan mental yang terjadi tersebut merupakan suatu bentuk hasil belajar siswa.
Gagne (1985) dalam Rifai dan Anni (2009: 193) menyatakan bahwa “hasil belajar itu memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai penampilan”. Sementara menurut Suprijono (2012: 5), “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”.
Selanjutnya Hamalik (2001: 30) berpendapat bahwa “hasil dan bukti belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Bukti bahwa seseorang telah belajar yaitu dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek itu di antaranya: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis, dan sikap. Jadi secara umum definisi hasil belajar siswa adalah bukti keberhasilan siswa dari segala aspek (kognitif, afektif, psikomotorik) setelah melalui usaha belajar.
b)   Faktor–faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010: 54-74), “kegiatan belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern”. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1)   Faktor intern, yang meliputi antara lain:
(a)      Jasmani, terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, ia harus menjaga kesehatan badannya. Keadaan cacat tubuh juga dapat mempengaruhi belajar;
(b)     Psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Intelegensi atau kecakapan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi belajar. Begitu pula dengan perhatian dan minat, jika siswa tidak memiliki perhatian dan minat pada bahan pelajaran, ia bisa merasa bosan dan tidak suka terhadap apa yang dipelajarinya; dan
(c)      Kelelahan, terdiri dari kelelahan jasmani dan rohani. Keduanya dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari kelelahan.
2)   Faktor ekstern, yang meliputi antara lain:
(a)      Keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi rumah tangga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan;
(b)     Sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi kegiatan belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; dan
(c)      Masyarakat, adapun hal yang mempengaruhi siswa dalam masyarakat yaitu kegiatan siswa, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
4.    Model Pembelajaran
a.    Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Josua (2013), “model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru”. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model dan proses pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran berlangsung. Sagala (2009) dalam Josua (2013) berpendapat bahwa “model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan”. Sementara menurut Suprijono (2012: 46), “model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
b.    Model Pembelajaran Konvensional
1)   Pengertian
Menurut Nugros (2010), “pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah”. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu, bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.
Menurut Sanjaya (2011), model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan pola kegiatan proses belajar mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Dalam model pembelajaran konvensional, guru di sekolah umumnya memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa tanpa memperhatikan prakonsepsi (prior knowledge) siswa atau gagasan-gagasan yang telah ada dalam diri siswa sebelum mereka belajar secara formal di sekolah. Selanjutnya menurut Rumapea (2013), model pembelajaran konvensional adalah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada penceramah dan komunikasi yang searah. Hal ini karena penceramah atau guru dianggap sebagai orang yang mengetahui segala sesuatu. Pada model pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa Dari kedua pendapat tentang pengertian model pembelajaran konvensional di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan sebuah sistem pengajaran yang biasa dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.
2)   Ciri-ciri Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Rumapea (2013), ciri-ciri model pembelajaran konvensional yaitu sebagai berikut: (1) Siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Siswa hanya menerima informasi yang disampaikan guru, tanpa adanya tuntutan hubungan timbal balik. (2) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. Materi disampaikan guru secara mutlak, tanpa adanya jembatan pengaitan materi dengan pengetahuan awal siswa. (3) Perilaku dibangun atas proses kebiasaan. (4) Kemampuan diperoleh dari latihan. (5) Tujuan akhir model pembelajaran konvensional yaitu penguasaan materi pembelajaran. (6) Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu/siswa tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman. (7) Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. (8) Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes. (9) Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran. (10) Guru merupakan penentu jalannya proses pembelajaran.
Sementara menurut Kholik (2011), ciri-ciri pembelajaran konvensional secara umum yaitu: (1) Siswa merupakan penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. (2) Belajar secara individual. (3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. (4) Perilaku dibangun atas kebiasaan. (5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. (6) Guru merupakan penentu jalannya proses pembelajaran. (7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. (8) Interaksi di antara siswa kurang. (9) Guru membimbing kegiatan kelompok.
3)   Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Nugros (2010), pengajaran model konvensional mempunyai kelebihan, di antaranya: (1) Mendapat informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. (2) Menyampaikan informasi dengan cepat. (3) Membangkitkan minat akan informasi. (4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. (5) Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.  
Namun demikian model pembelajaran konvensional tersebut mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. (2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. (3) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. (4) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi. (5) Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). (6) Pemantauan melalui konservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. (7) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. (8) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. (9) Daya serapnya rendah dan cepat hilang, karena bersifat menghafal.
5.    Model Pembelajaran Cooperative Learning
Untuk menunjang proses pembelajaran, guru perlu mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menerapkan prinsip PAIKEM. Ketika hendak menerapkan pembelajaran berprinsip PAIKEM, guru harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Means (1994) dalam Cubukcu (2012: 52) bahwa: Student centered learning environments are set up in such a way that they give students the chance to take the responsibility for organizing, analyzing, and synthesizing knowledge, and consequently play a more active role in their own learning”. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa agar dapat memberi kesempatan pada siswa bertanggung jawab untuk mengorganisasi, menganalisa, dan mensintesis pengetahuan, dan mereka dapat berperan aktif dalam pembelajaran mereka, maka lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa perlu dirancang sebaik-baik. Salah satu bentuk pembelajaran berprinsip PAIKEM yaitu model pembelajaran cooperative learning.
Menurut Tekpen (2012), “cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yamg tingkat kemampuannya berbeda”. Melalui kelompok, siswa dituntut untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Hal ini dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Selanjutnya menurut Siegel (2005), pembelajaran kooperatif dinyatakan sebagai berikut:,Cooperative learning involves groups of students working to complete a common task. It is a rich educational strategy because it affords elaborate student interactions. That richness makes
cooperative learning a complex construct to study. Given its
complexity, researchers have attempted to specify its methods and to
control its implementation.
Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pendidikan yang dapat membangun berbagai interaksi siswa. Dimana dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Meskipun demikian, pembelajaran kooperatif tergolong rumit untuk belajar karena terdiri dari berbagai macam metode. Karena kerumitannya, peneliti telah berusaha untuk mengkhususkan metodenya dan mengimplementasikannya.
Pembelajaran kooperatif dianggap dapat meningkatkan keaktifan siswa. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk bekerjasama satu sama lain. Lingkungan belajar yang tercipta berpusat pada siswa, sehingga dapat meningkatkan interaksi siswa di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran index card match yang menerapkan unsur permainan berkelompok dalam proses pembelajaran. Siswa bekerjasama menyelesaikan suatu tugas yang diberikan guru dalam bentuk permainan yang mengandung unsur kompetisi. Hal ini dapat memicu rasa kebersamaan dalam diri siswa.
6.    Model Pembelajaran Index Card Match
Menurut Silbermen (2009: 240), model index card match dikenal juga dengan istilah “mencari pasangan kartu”. Model pembelajaran ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam model pembelajaran ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan. Tentu saja penjelasan aturan permainan perlu diberikan kepada siswa agar model ini menj lebih efektif.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model ini yaitu sebagai berikut:
a.         Guru mempersiapkan potongan-potongan kertas yang akan dibuat sebagai kartu index sebanyak separuh siswa dalam kelas yang akan diajar.
b.        Potongan-potongan kertas tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yang sama.
c.         Pada separuh bagian ditulis pertanyaan tentang materi yang diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d.        Pada separuh bagian yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
e.         Kemudian potongan-potongan tersebut dicampur aduk secara acak, sehingga soal dan jawaban tercampur.
f.         Kertas-kertas tersebut kemudian dibagikan kepada setiap siswa, satu siswa mendapatkan satu kertas. Diterangkan aturan main bahwa siswa yang mendapat soal harus mencari temannya yang mendapat jawaban dari soal yang diperolehnya, demikian pula sebaliknya.
g.        Setelah menemukan pasangannya, siswa disuruh untuk duduk sesuai dengan pasangan yang diperolehnya. Pasangan satu dengan yang lain disuruh untuk tidak memberitahukan materi yang diperolehnya.
h.        Setelah semua siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap pasangan disuruh untuk membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras secara bergantian agar didengar oleh teman-teman yang lain, kemudian pasangannya membacakan jawabannya, juga dengan suara keras.
i.          Setelah semua pasangan telah membaca soal dan jawaban yang diperoleh, kemudian guru membuat klarifikasi. Bersama-sama siswa, guru membuat simpulan hasil belajar yang telah dilakukan.
Model ini cukup menarik untuk diterapkan, selain ada unsur permainan, juga kebersamaan dan membangun keakraban di antara siswa. Model ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan guru. Siswa yang belum begitu menguasai materi yang telah diajarkan tentunya akan mengalami kesulitan dalam mencari pasangannya.
Penggunaan model index card match tentunya juga memerlukan manajemen waktu yang tepat khususnya saat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak yakni lebih dari 40 anak. Guru juga harus siap dengan soal yang bervariatif. Pembacaan soal dan jawaban yang dilakukan oleh tiap-tiap pasangan dengan jumlah siswa yang banyak akan memakan waktu, di samping itu berpotensi mengakibatkan kebosanan pada siswa. Model ini terkendala dilakukan, jika jumlah siswa tidak genap. Namun demikian, dengan memodifikasi dan menyesuaikan dengan kondisi siswa dan materi pelajaran yang ada, model ini tetap menarik untuk dicoba. Guru dapat memodifikasi banyaknya macam kartu. Kartu tidak hanya dapat berisi pertanyaan maupun jawaban. Namun, juga dapat berupa gambar ataupun skema yang masih acak.
7.    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a.    Hakikat IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial yang juga dikenal dengan nama social studies mengkaji manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat (Astuti et al. 2009: 1). IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang dihadapi manusia salah satunya disebabkan oleh semakin berkembangnya jaman yang ditandai dengan adanya berbagai macam perubahan dan perkembangan dalam setiap aspek kehidupan manusia, salah satunya yaitu di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut. Sebutan IPS sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara kita, secara historis muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun 1975. IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional, bahkan cross-diciplinary. Karakteristik ini terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang cakupan materinya semakin meluas. Dinamika cakupan semacam itu dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan.
Definisi IPS (social studies) menurut Bailey, Shaw, dan Hollifield (2006: 18) yaitu sebagai berikut: Social studies is the integrated study of social science and
humanities to promote civic competence. The primary purpose of
social studies is to help young people develop the ability to make
informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a
culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa IPS merupakan studi yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Tujuan utama dari ilmu sosial yaitu untuk membantu mengembangkan generasi muda. Kemampuan untuk membuat informasi dan keputusan beralasan untuk kebaikan masyarakat sebagai masyarakat yang demokratis dengan kebudayaan yang beragam di dunia yang saling tergantung.
B.  Kerangka Berpikir
IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. Berbicara tentang manusia, maka akan membahas tentang peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini berarti semakin berkembangnya zaman dan peradaban manusia, maka akan semakin berkembang pula permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia. Kompleksitas permasalahan yang dikaji dalam IPS inilah yang membuat kebanyakan siswa merasa IPS merupakan pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, guru diharapkan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran berprinsip PAIKEM yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran index card match. Model pembelajaran index card match diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi Perkembangan Teknologi Produksi. Berikut ini yaitu kerangka berpikir peningkatan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi melalui model index card match pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ...............  yang disajikan dalam bentuk bagan:



















Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

C.  Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: ”penerapan model pembelajaran index card match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... Tahun Pelajaran 2012/2013”



Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini