PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS
MENGGUNAKAN MODEL INDEX CARD MATCH PADA SISWA
KELAS X SMK PERSIAPAN NEGERI ...............
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Disusun sebagai salah satu syarat
Kenaikan Pangkat Golongan …………………….
……………………………….
……………………….
Oleh
………………………………..
NIP. ……………….
SMK PERSIAPAN
NEGERI ...............
Jl. ………………………………….
……………..
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM
ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : Peningkatan Aktivitas
dan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Index Card Match pada Siswa
Kelas X SMK Persiapan Negeri ............... Tahun Pelajaran 2012/2013
b. Kategori
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a.
Nama
Lengkap : …………………………………
b.
NIP : ……………………………
c.
Pangkat /
Golongan :
d.
Jabatan :
e.
Sekolah :
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi :
Kelas X SMK Persiapan Negeri ...............
5. Jangka waktu : 3 (tiga)
bulan
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS
MENGGUNAKAN MODEL INDEX CARD MATCH PADA SISWA
KELAS X SMK PERSIAPAN NEGERI ...............
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
………………………………..
NIP. ……………….
ABSTRAK
Kualitas pembelajaran IPS di kelas X SMK Persiapan Negeri ............... tergolong rendah. Pembelajaran masih bersifat konvensional, sehingga menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa. Materi IPS yang kompleks membuat siswa tidak menyukai pelajaran ini. Selain itu, siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi hasil daya serap siswa pada mata pelajaran IPS menjadi rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran index card match. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... melalui penerapan model pembelajaran index card match. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ............... sebanyak 19 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan hambatan yang terjadi selama pembelajaran. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh hasil aktivitas belajar yang terus meningkat pada setiap siklusnya. Pada temuan awal hanya 6 siswa atau 31,58%, naik menjadi 10 siswa atau 56,63% pada siklus pertama, dan 100% atau 19 siswa pada siklus kedua, dan hasil belajar siswa dari rata-rata pada temuan awal hanya 57,37 naik menjadi 62,63 pada siklus pertama, dan 73,16 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa (21,05%) pada studi awal, 41,11% atau 8 siswa pada siklus pertama, 17 siswa atau 89,47% pada siklus kedua. Meningkatnya aktivititas belajar siswa dan hasil belajar tidak terlepas dari meningkatnya performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran index card match, sehingga kualitas kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik.
Kata Kunci: index
card match, aktivitas dan hasil belajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat
hidayah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Shalawat salam tercurah kepada junjunan kita nabi Muhammad SAW, panutan dan
blueprint seorang mukmin sejati. Semoga kita dapat menjadi ummat beliau yang
sebenarnya.
Pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Kepala Dinas ………….. yang telah
memberi pengesahan terhadap laporan PTK ini.
2. Pengawas
SMP/MTs UPT Dinas …………….. yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
3. Kepala Sekolah X SMK
Persiapan Negeri ............... yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama
kegiatan berlangsung.
4. Bapak dan Ibu Guru X SMK Persiapan Negeri ............... yang telah membimbing dan
memotifasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan Program Penelitian Tindakan
Kelas ini dapat terselesaikan dengan
lancar.
5. Siswa-siswa
SMK Persiapan Negeri ............... khususnya
siswa kelas X.
Akhirnya, penyusun berdoa. Semoga semua bantuan yang diberikan, mendapat
imbalan yang luar biasa dari Allah SWT. Tiada manusia yang sempurna. Kami butuh
kritik dan saran. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
………………………………………
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.......................................................................
B.
Rumusan Masalah ..................................................................
C.
Tujuan Penelitian ...................................................................
D.
Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ......................................................................
B.
Setting Penelitian dan Sumber
Data ......................................
C.
Tempat dan Waktu Penelitian................................................
D.
Subjek dan Objek Penelitian .................................................
E.
Instrumen Penelitian ..............................................................
F.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
G.
Teknik Analisis Data .............................................................
H.
Prosedur Pelaksanaan Tindakan ............................................
I.
Indikator Keberhasilan...........................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tindakan .......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................
B.
Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria
Penilaian Hasil Belajar......................................................
Tabel 4.1 Hasil
Tes Formatif Kondisi Awal Pembelajaran IPS pada
Kondisi Awal
Tabel 4.2 Rekapitulasi
Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi
Awal............
Tabel 4.3 Hasil
Tes Formatif Kondisi Awal Pembelajaran IPS pada
Siklus Pertama
Tabel 4.4 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada
Siklus I.
Tabel 4.5 Hasil
Tes Formatif Kondisi Awal Pembelajaran IPS pada
Siklus Kedua
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada
Siklus II
Tabel 4.7 Nilai
Hasil Tes Formatif dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II ................................................................................................
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus
II ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar
2.1 Kerangka
Berpikir.....................................................................
Gambar 4.1 Grafik
Peningkatan Hasil Tes Formatif dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Temuan
Awal, Siklus I dan Siklus II................................................................
Gambar 4.2 Grafik
Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
Gambar 4.3 Grafik
Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II ..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 5 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 6 Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 7 Lembar
Observasi Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 8 Daftar
Hadir Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 9 Daftar
Hadir Peneliti dan Observer
Lampiran 10 Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 11 Dokumentasi
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya merupakan
aktivitas atau proses sosial yang essensial yang memungkinkan generasi muda
hidup eksis dalam kompleksitas sosial, modernisasi ekonomi, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa “pendidikan
merupakan agen peradaban dan pemberadaban manusia” (Danim 2010: 6).
Mengingat begitu pentingnya makna
pendidikan, maka untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan program pendidikan di
Indonesia pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan secara
menyeluruh sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 ayat 1 yang menyebutkan Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berbicara tentang peradaban manusia
terkait dengan pendidikan, maka akan membahas tentang laju perkembangan zaman
atau yang saat ini populer dengan istilah era globalisasi. Dalam era
globalisasi inilah terjadi berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan manusia. Hal yang paling sering menjadi sorotan yaitu
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu pesat. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi erat kaitannya dengan usaha pemenuhan kebutuhan
manusia. Dengan kemajuan teknologi, aktivitas manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya menjadi lebih mudah.
Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
di dalamnya memuat kajian tentang manusia dan kompleksitas sosialnya yaitu Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini sejalan dengan pendapat Jarolimek (1967)
dalam Astuti et al. (2009: 2) yang menyatakan bahwa “IPS adalah mengkaji
manusia dalam hubungan lingkungan sosial dan fisiknya”. IPS mengkaji
keseluruhan tentang manusia. Melalui pembelajaran IPS, manusia memperoleh
wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora yang akan sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat.
Terkait dengan pentingnya IPS dalam
pendidikan, seharusnya IPS menjadi pelajaran yang menarik bagi para siswa.
Penting bagi guru untuk menyajikan pembelajaran IPS yang menyenangkan. Hal ini
dimaksudkan agar siswa tidak merasa jenuh dengan berbagai materi IPS yang
begitu kompleks. Namun, fakta yang ada di lapangan mengindikasikan bahwa
pencapaian tujuan pembelajaran masih jauh dari harapan.
Berdasarkan hasil observasi awal terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas X SMK Persiapan Negeri ...............,
peneliti menemukan berbagai permasalahan yang harus di atasi. Beberapa permasalahan tersebut di antaranya
yaitu proses pembelajaran yang masih bersifat satu arah yaitu mengandalkan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar utama di dalam kelas, sehingga siswa hanya
bertindak sebagai pendengar. Masalah berikutnya yaitu siswa terlihat pasif
dalam pembelajaran, Hal ini terjadi karena siswa hanya mendengarkan ceramah
dari guru tentang materi yang disampaikan. Keberanian siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami atau menyampaikan pendapat masih rendah
sehingga terlihat sekali siswa sangat pasif. Dari hasil tes formatif pada
kondisi awal sebelum pelaksanaan kegiatan penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata klasikal hanya mencapai angka 57,37 dengan tingkat ketuntasan belajar
hanya 4 siswa atau 21,05%.
Berdasarkan data tersebut, perlunya
suatu model pembelajaran yang menerapkan prinsip pembelajaran yang Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi. Model
index card match dikenal juga dengan istilah “mencari pasangan kartu”.
Model ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung
dalam model pembelajaran ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan.
Hal ini dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Index
Card Match pada Siswa Kelas X SMK Persiapan Negeri ............... Tahun
Pelajaran 2012/2013”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. “Bagaimana peningkatan performansi guru dalam pembelajaran IPS
materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK
Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match?”
2. “Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK
Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match?”
3. “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK
Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di X SMK Persiapan Negeri ................
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
a. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS
materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK
Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match.
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK
Persiapan Negeri ............... melalui model pembelajaran index card match.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan model index card
match dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ................
match dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X SMK Persiapan Negeri ................
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Mempermudah siswa menerima materi pelajaran IPS yang diajarkan.
2) Meningkatnya kemampuan berpikir siswa dalam belajar IPS.
3) Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
b. Manfaat bagi guru
1) Guru mampu menciptakan situasi pembelajaran PAIKEM.
2) Meningkatnya profesionalisme guru.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Menambah khasanah bacaan tentang model index card match yang
bisa diterapkan untuk mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar.
2) Sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitasnya
berkaitan dengan perbaikan pembelajaran di sekolah.
3) Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
Pada bagian ini, akan diuraikan
teori-teori yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, yang
meliputi antara lain: (1) Belajar; (2) Model pembelajaran; (3) Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS)
1. Belajar
a. Hakikat Belajar
Ada beberapa pandangan tentang definisi
belajar. Menurut Berguis (1964) dalam Slameto (2010: 8), “belajar adalah
mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke
situasi lain”. Melalui proses belajar, diharapkan individu mampu mentransfer
prinsip untuk menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
Selanjutnya Slameto (2010: 2) juga berpendapat bahwa “belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Dari kedua pendapat tentang pengertian belajar
di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak disebabkan
oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan–keadaan sesaat seseorang, namun terjadi
sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan.
b. Prinsip-prinsip
Belajar
Terkait dengan belajar yang merupakan
pilar pendidikan, maka dalam proses pelaksanaan pembelajaran hendaknya
dilakukan secara optimal. Untuk menunjang terselenggaranya proses pembelajaran
yang optimal, maka harus berpegang pada beberapa prinsip belajar. Gagne (1977)
dalam Rifai dan Anni (2009: 95) menyebutkan bahwa prinsip prinsip belajar
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Kondisi Eksternal.
Beberapa prinsip belajar yang tergolong dalam kondisi eksternal di
antaranya:
a) Keterdekatan, yaitu situasi stimulus yang hendak direspons oleh
siswa harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respons yang
diinginkan;
b) Pengulangan, yaitu situasi stimulus dan respons dari guru ke siswa
perlu diulang untuk meningkatkan retensi belajar; dan
c) Penguatan, yaitu pemberian konsekuensi yang menyenangkan yang
dapat memperkuat perilaku dan konsekuensi yang tidak menyenangkan yang akan
memperlemah sesuatu.
2)
Kondisi Internal.
Beberapa prinsip belajar yang tergolong dalam kondisi internal di
antaranya:
a) Informasi faktual, yang dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu:
dikomunikasikan kepada siswa, dipelajari oleh guru sebelum memulai belajar
baru, dan dilacak dari memori karena informasi itu telah dipelajari dan
disimpan di dalam memori, selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu;
b) Kemahiran intelektual, yaitu kemampuan atau wawasan luas yang
harus dimiliki guru untuk mengerjakan sesuatu; dan
c) Strategi, yaitu penerapan berbagai model, teknik, metode, serta
pendekatan pembelajaran oleh guru di dalam proses pembelajaran yang dapat
menghadirkan stimulus yang kompleks. penerapan strategi berpengaruh pada
keberhasilan pembelajaran. Strategi yang menarik akan meningkatkan aktivitas
pembelajaran.
2. Aktivitas Belajar
1) Pengertian Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Poerwadarminta (2003) dalam
Abadi (2011), “aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang
keberhasilan belajar”. Kegiatan kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk
menghasilkan perubahan pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada
siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja untuk menunjang
keberhasilan. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang menjadi faktor penting
penunjang keberhasilan suatu pembelajaran.
2) Jenis Aktivitas Belajar Siswa
Paul D. Dierich (1979) dalam Hamalik
(2011: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar dalam 8 kelompok sebagai
berikut:
a) Kegiatan-kegiatan visual, yang mencakup kegiatan membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain
bekerja, dan bermain.
b) Kegiatan-kegiatan lisan, yang meliputi kegiatan mengemukakan suatu
fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang mencakup kegiatan
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.
d) Kegiatan-kegiatan menulis, yang mencakup kegiatan menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e) Kegiatan-kegiatan menggambar, yang mencakup kegiatan menggambar,
membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
f) Kegiatan-kegiatan metrik, yang mencakup kegiatan melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari, dan berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan mental, yang mencakup kegiatan merenung,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan
hubungan, dan membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional, yang mencakup minat, membedakan,
berani, tenang dan lain-lain.
Dalam pelaksanakan kegiatan belajar
mengajar yang diterapkan oleh guru, siswa dituntut untuk memiliki
perubahan-perubahan tingkah laku dalam berbagai aspek, yaitu motivasi,
kemampuan untuk mengikuti pembelajaran, kemampuan untuk berkomunikasi,
kemampuan untuk bekerjasama dengan kelompok, serta kemampuan mentaati peraturan
dalam kelas.
3. Hasil Belajar
a) Pengertian
Hasil belajar diperoleh pada akhir
proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau
memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:
3), “bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa”.
Perubahan mental yang terjadi tersebut merupakan suatu bentuk hasil belajar
siswa.
Gagne (1985) dalam Rifai dan Anni (2009:
193) menyatakan bahwa “hasil belajar itu memberikan kemampuan kepada peserta
didik untuk melakukan berbagai penampilan”. Sementara menurut Suprijono (2012:
5), “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”.
Selanjutnya Hamalik (2001: 30)
berpendapat bahwa “hasil dan bukti belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku. Bukti bahwa seseorang telah belajar yaitu dengan terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Tingkah laku manusia terdiri dari
sejumlah aspek.
Hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek itu di antaranya: pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis, dan sikap. Jadi secara umum definisi hasil belajar siswa adalah
bukti keberhasilan siswa dari segala aspek (kognitif, afektif, psikomotorik)
setelah melalui usaha belajar.
b) Faktor–faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010: 54-74), “kegiatan
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor intern, yang meliputi antara lain:
(a)
Jasmani, terdiri dari
kesehatan dan cacat tubuh. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, ia harus
menjaga kesehatan badannya. Keadaan cacat tubuh juga dapat mempengaruhi
belajar;
(b) Psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan. Intelegensi atau kecakapan yang dimiliki
seseorang dapat mempengaruhi belajar. Begitu pula dengan perhatian dan minat,
jika siswa tidak memiliki perhatian dan minat pada bahan pelajaran, ia bisa
merasa bosan dan tidak suka terhadap apa yang dipelajarinya; dan
(c)
Kelelahan, terdiri dari
kelelahan jasmani dan rohani. Keduanya dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik haruslah menghindari kelelahan.
2) Faktor ekstern, yang meliputi antara lain:
(a)
Keluarga, siswa yang belajar
akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi rumah tangga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan;
(b) Sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi kegiatan belajar
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah; dan
(c)
Masyarakat, adapun hal yang
mempengaruhi siswa dalam masyarakat yaitu kegiatan siswa, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
4. Model Pembelajaran
a. Pengertian
Model Pembelajaran
Menurut Josua (2013), “model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru”. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Model dan proses pembelajaran akan menjelaskan
makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran
berlangsung. Sagala (2009) dalam Josua (2013) berpendapat bahwa “model
pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan”. Sementara menurut Suprijono (2012: 46),
“model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas”. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola
yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk
kepada guru di kelas.
b. Model
Pembelajaran Konvensional
1) Pengertian
Menurut Nugros (2010), “pembelajaran
konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada
metode pembelajaran ceramah”. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan
untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan
materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Pembelajaran
konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang
konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu,
bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa
lebih banyak mendengarkan.
Menurut Sanjaya (2011), model
pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
dalam proses belajar mengajar di kelas dengan pola kegiatan proses belajar
mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Dalam
model pembelajaran konvensional, guru di sekolah umumnya memfokuskan diri pada
upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa tanpa memperhatikan prakonsepsi (prior
knowledge) siswa atau gagasan-gagasan yang telah ada dalam diri siswa
sebelum mereka belajar secara formal di sekolah. Selanjutnya menurut Rumapea
(2013), model pembelajaran konvensional adalah kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada penceramah dan komunikasi yang searah. Hal ini karena penceramah
atau guru dianggap sebagai orang yang mengetahui segala sesuatu. Pada model
pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan
guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan
soal-soal kepada siswa Dari kedua pendapat tentang pengertian model
pembelajaran konvensional di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
konvensional merupakan sebuah sistem pengajaran yang biasa dilakukan dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi.
2) Ciri-ciri Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Rumapea (2013), ciri-ciri model
pembelajaran konvensional yaitu sebagai berikut: (1) Siswa ditempatkan sebagai
objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Siswa
hanya menerima informasi yang disampaikan guru, tanpa adanya tuntutan hubungan
timbal balik. (2) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. Materi disampaikan
guru secara mutlak, tanpa adanya jembatan pengaitan materi dengan pengetahuan
awal siswa. (3) Perilaku dibangun atas proses kebiasaan. (4) Kemampuan
diperoleh dari latihan. (5) Tujuan akhir model pembelajaran konvensional yaitu
penguasaan materi pembelajaran. (6) Tindakan atau perilaku individu didasarkan
oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu/siswa tidak melakukan sesuatu
disebabkan takut hukuman. (7) Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan
final, karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. (8) Keberhasilan
pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes. (9) Siswa lebih banyak belajar
secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
(10) Guru merupakan penentu jalannya proses pembelajaran.
Sementara menurut Kholik (2011),
ciri-ciri pembelajaran konvensional secara umum yaitu: (1) Siswa merupakan
penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru
dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang
dimiliki sesuai dengan standar. (2) Belajar secara individual. (3) Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis. (4) Perilaku dibangun atas kebiasaan. (5)
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. (6) Guru merupakan
penentu jalannya proses pembelajaran. (7) Perilaku baik berdasarkan motivasi
ekstrinsik. (8) Interaksi di antara siswa kurang. (9) Guru membimbing kegiatan
kelompok.
3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Nugros (2010), pengajaran model
konvensional mempunyai kelebihan, di antaranya: (1) Mendapat informasi yang
tidak mudah ditemukan di tempat lain. (2) Menyampaikan informasi dengan cepat.
(3) Membangkitkan minat akan informasi. (4) Mengajari siswa yang cara belajar
terbaiknya dengan mendengarkan. (5) Mudah digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Namun demikian model pembelajaran
konvensional tersebut mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) Tidak
semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. (2) Sering
terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang
dipelajari. (3) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang
kritis. (4) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama
dan tidak bersifat pribadi. (5) Kurang menekankan pada pemberian keterampilan
proses (hands-on activities). (6) Pemantauan melalui konservasi
dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung. (7) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar
pada hari itu. (8) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. (9) Daya
serapnya rendah dan cepat hilang, karena bersifat menghafal.
5. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Untuk menunjang proses pembelajaran,
guru perlu mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menerapkan
prinsip PAIKEM. Ketika hendak menerapkan pembelajaran berprinsip PAIKEM, guru
harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Means (1994) dalam Cubukcu (2012: 52) bahwa: “Student
centered learning environments are set up in such a way that they give
students the chance to take the responsibility for organizing,
analyzing, and synthesizing knowledge, and consequently play a more
active role in their own learning”. Pernyataan tersebut mengandung
pengertian bahwa agar dapat memberi kesempatan pada siswa bertanggung jawab
untuk mengorganisasi, menganalisa, dan mensintesis pengetahuan, dan mereka
dapat berperan aktif dalam pembelajaran mereka, maka lingkungan pembelajaran
yang berpusat pada siswa perlu dirancang sebaik-baik. Salah satu bentuk
pembelajaran berprinsip PAIKEM yaitu model pembelajaran cooperative
learning.
Menurut Tekpen (2012), “cooperative
learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yamg tingkat kemampuannya berbeda”. Melalui kelompok,
siswa dituntut untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Hal ini dapat
meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Selanjutnya menurut
Siegel (2005), pembelajaran kooperatif dinyatakan sebagai berikut:,Cooperative
learning involves groups of students working to complete a common task.
It is a rich educational strategy because it affords elaborate student
interactions. That richness makes
cooperative learning a complex construct to study. Given its
complexity, researchers have attempted to specify its methods and to
control its implementation.
cooperative learning a complex construct to study. Given its
complexity, researchers have attempted to specify its methods and to
control its implementation.
Pernyataan di atas mengandung pengertian
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pendidikan yang dapat
membangun berbagai interaksi siswa. Dimana dalam pembelajaran kooperatif, siswa
dituntut untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Meskipun demikian,
pembelajaran kooperatif tergolong rumit untuk belajar karena terdiri dari
berbagai macam metode. Karena kerumitannya, peneliti telah berusaha untuk
mengkhususkan metodenya dan mengimplementasikannya.
Pembelajaran kooperatif dianggap dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa
dituntut untuk bekerjasama satu sama lain. Lingkungan belajar yang tercipta
berpusat pada siswa, sehingga dapat meningkatkan interaksi siswa di dalam
kelas. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian
ini yaitu model pembelajaran index card match yang menerapkan
unsur permainan berkelompok dalam proses pembelajaran. Siswa bekerjasama
menyelesaikan suatu tugas yang diberikan guru dalam bentuk permainan yang
mengandung unsur kompetisi. Hal ini dapat memicu rasa kebersamaan dalam diri
siswa.
6. Model Pembelajaran Index Card Match
Menurut Silbermen (2009: 240), model index
card match dikenal juga dengan istilah “mencari pasangan kartu”. Model
pembelajaran ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang
terkandung dalam model pembelajaran ini tentunya membuat pembelajaran tidak
membosankan. Tentu saja penjelasan aturan permainan perlu diberikan kepada
siswa agar model ini menj lebih efektif.
Adapun langkah-langkah pembelajaran
dengan model ini yaitu sebagai berikut:
a.
Guru mempersiapkan
potongan-potongan kertas yang akan dibuat sebagai kartu index sebanyak separuh
siswa dalam kelas yang akan diajar.
b.
Potongan-potongan kertas
tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yang sama.
c.
Pada separuh bagian ditulis
pertanyaan tentang materi yang diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d.
Pada separuh bagian yang
lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
e.
Kemudian potongan-potongan
tersebut dicampur aduk secara acak, sehingga soal dan jawaban tercampur.
f.
Kertas-kertas tersebut
kemudian dibagikan kepada setiap siswa, satu siswa mendapatkan satu kertas.
Diterangkan aturan main bahwa siswa yang mendapat soal harus mencari temannya
yang mendapat jawaban dari soal yang diperolehnya, demikian pula sebaliknya.
g.
Setelah menemukan
pasangannya, siswa disuruh untuk duduk sesuai dengan pasangan yang
diperolehnya. Pasangan satu dengan yang lain disuruh untuk tidak memberitahukan
materi yang diperolehnya.
h.
Setelah semua siswa
menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap pasangan disuruh untuk
membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras secara bergantian agar
didengar oleh teman-teman yang lain, kemudian pasangannya membacakan
jawabannya, juga dengan suara keras.
i.
Setelah semua pasangan telah
membaca soal dan jawaban yang diperoleh, kemudian guru membuat klarifikasi.
Bersama-sama siswa, guru membuat simpulan hasil belajar yang telah dilakukan.
Model ini cukup menarik untuk
diterapkan, selain ada unsur permainan, juga kebersamaan dan membangun
keakraban di antara siswa. Model ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan
guru. Siswa yang belum begitu menguasai materi yang telah diajarkan tentunya
akan mengalami kesulitan dalam mencari pasangannya.
Penggunaan model index card match tentunya
juga memerlukan manajemen waktu yang tepat khususnya saat digunakan pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak yakni lebih dari 40 anak. Guru juga harus
siap dengan soal yang bervariatif. Pembacaan soal dan jawaban yang dilakukan
oleh tiap-tiap pasangan dengan jumlah siswa yang banyak akan memakan waktu, di
samping itu berpotensi mengakibatkan kebosanan pada siswa. Model ini terkendala
dilakukan, jika jumlah siswa tidak genap. Namun demikian, dengan memodifikasi
dan menyesuaikan dengan kondisi siswa dan materi pelajaran yang ada, model ini
tetap menarik untuk dicoba. Guru dapat memodifikasi banyaknya macam kartu.
Kartu tidak hanya dapat berisi pertanyaan maupun jawaban. Namun, juga dapat
berupa gambar ataupun skema yang masih acak.
7. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Hakikat IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial yang juga
dikenal dengan nama social studies mengkaji manusia dengan segala
aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat (Astuti et al. 2009: 1). IPS
mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri,
dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia
bergerak dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang
keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang dihadapi manusia
salah satunya disebabkan oleh semakin berkembangnya jaman yang ditandai dengan
adanya berbagai macam perubahan dan perkembangan dalam setiap aspek kehidupan
manusia, salah satunya yaitu di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, IPS mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga
tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut. Sebutan IPS
sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara
kita, secara historis muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD,
SMP, dan SMA tahun 1975. IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata
pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat
terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional, bahkan cross-diciplinary.
Karakteristik ini terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di
sekolah yang cakupan materinya semakin meluas. Dinamika cakupan semacam itu
dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang
memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu
pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan.
Definisi IPS (social studies)
menurut Bailey, Shaw, dan Hollifield (2006: 18) yaitu sebagai berikut: Social
studies is the integrated study of social science and
humanities to promote civic competence. The primary purpose of
social studies is to help young people develop the ability to make
informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a
culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa IPS merupakan studi yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Tujuan utama dari ilmu sosial yaitu untuk membantu mengembangkan generasi muda. Kemampuan untuk membuat informasi dan keputusan beralasan untuk kebaikan masyarakat sebagai masyarakat yang demokratis dengan kebudayaan yang beragam di dunia yang saling tergantung.
humanities to promote civic competence. The primary purpose of
social studies is to help young people develop the ability to make
informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a
culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa IPS merupakan studi yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Tujuan utama dari ilmu sosial yaitu untuk membantu mengembangkan generasi muda. Kemampuan untuk membuat informasi dan keputusan beralasan untuk kebaikan masyarakat sebagai masyarakat yang demokratis dengan kebudayaan yang beragam di dunia yang saling tergantung.
B. Kerangka Berpikir
IPS yang juga dikenal dengan nama social
studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem
kehidupan bermasyarakat. Berbicara tentang manusia, maka akan membahas tentang
peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Hal ini berarti semakin berkembangnya zaman dan peradaban manusia, maka
akan semakin berkembang pula permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia.
Kompleksitas permasalahan yang dikaji dalam IPS inilah yang membuat kebanyakan
siswa merasa IPS merupakan pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, guru
diharapkan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Salah
satu model pembelajaran berprinsip PAIKEM yang dapat diterapkan yaitu model
pembelajaran index card match. Model pembelajaran index card match diharapkan
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi
Perkembangan Teknologi Produksi. Berikut ini yaitu kerangka berpikir
peningkatan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa materi membedakan
prinsip ekonomi dan motif ekonomi melalui model index card match pada siswa
kelas X SMK Persiapan Negeri ............... yang disajikan dalam bentuk bagan:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: ”penerapan model pembelajaran index
card match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar
siswa materi membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi pada siswa kelas X
SMK Persiapan Negeri ............... Tahun Pelajaran 2012/2013”
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini