Loggo Daerah
LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE DISCOVERY
DI SMPN 3 .................
KECAMATAN ……………
KABUPATEN ………………………….
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari ..... ke .....
Oleh
.........................................
NIP. .................
SMPN 3 .................
.............................................
.............................
20...
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
|
Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Melalui Metode discovery
di SMPN 3 ................. Kecamatan …………… Kabupaten …………. Tahun
Pelajaran 2014/2015
|
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat, Golongan, NIP
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor
f. Alamat Rumah
|
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
.............................................
Telp/HP. ..............................
|
3. Lama Penelitian
4. Sumber Biaya
|
3 bulan / dari bulan ............ sampai dengan bulan ..................
20....
Swadana
|
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisana laporan
berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPS Melalui Metode discovery di SMPN 3 .................
Kecamatan …………… Kabupaten …………. Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat
terselesaikan. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ….. ke …….
Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan karya tulis ini,
tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, melalui tulisan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1.
………………….., Kepala Dinas ……………. yang telah mengijinkan dan mendukung dilakukannya
Penelitia Tindakan Kelas ini.
2. …………..,
Pengawas SMP/MTs pada Dinas ……………. yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan pada penulisan karya tulis ini.
3.
………………….. serta teman-teman guru SMPN 3 ................. yang senantiasa memberi semangat dan
dorongan selama penelitian dan penulisan karya tulis ini berlangsung.
4.
Siswa-siswa kami kelas IX, yang telah ikut terlibat
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Penelitipun
menyadari, bahwa penulisan karya tulis
ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati.
Akhirnya peneliti
berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
…………………… …….
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE DISCOVERY
DI SMPN 3 .................
KECAMATAN ……………
KABUPATEN ………………………….
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
……………………………..
NIP. ……………………
ABSTRAK
Permasalahan
dalam penelitian adalah apakah melalui metode discovery dapat meningkatkan
keaktidan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IX SMPN 3 .................
Tahun Pelajaran 2014/2015? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui metode IX SMPN
3 ................. Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IX dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa. Data yang dikumpulkan dari
penelitian ini berupa observasi selama proses pembelajaran berlangsung, hasil
observasi aktivitas siswa, hasil evaluasi siswa serta dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode discovery dapat
meningkatkan keaktifan siswa
menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 12 siswa atau 36,36%, naik menjadi
18 siswa atau 54,55% pada siklus pertama, dan 93,94% atau 31 siswa pada siklus kedua. Hal tersebut didukung pula oleh kenaikan hasil
belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya 56,67 naik menjadi 63,33 pada siklus pertama,
dan 71,21 pada siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (18,18%) pada studi awal, 42,42% atau 14 siswa pada siklus pertama, 29 siswa atau 87,88% pada siklus dan masih
terdapat 4 siswa (12,12%) yang belum tuntas belajarnya. Dengan adanya peningkatan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS di kelas IX SMPN 3 .................
Tahun Pelajaran 2014/2015
Kata Kunci: keaktifan,
hasil belajar, metode discovey.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.............................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ........................................................
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
C.
Rumusan Masalah ..................................................................
D.
Tujuan Penelitian ...................................................................
E.
Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Tempat Penelitian...................................................................
B.
Subjek Penelitian ...................................................................
C.
Data Penelitian ......................................................................
D.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
E.
Teknik analisis Data ...............................................................
F.
Pelaksanaan tindakan ............................................................
G.
Deskripsi Persiklus .................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Keadaan Awal ...........................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi
Siswa Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Pra siklus
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Pertama ..................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi
Siswa Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Siklus Pertama
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Kedua.....................
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi
Siswa Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Siklus Kedua
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Materi Mendeskripsikan Perubahan Sosial-Budaya pada Masyarakat pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.........................................................................................
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi Mendeskripsikan Perubahan Sosial-Budaya pada
Masyarakat pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Diagram Alur Kerangka Pikir...................................................
Gambar 3.1 Bagan siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas (Aqib 2007:22)
Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata
Hasil dan Ketuntasan Belajar Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ......................................
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Siswa pada
Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 : Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat
Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 : Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 : Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 5 : Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 6 : Daftar
Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar
Hadir Peneliti dan Observer Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Data
Hasil Tes Formatif Pembelajaran IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 : Lembar
Observasi Peningkatan Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran IPA Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Lembar
Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
Lampiran 11 : Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 12 : Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
PENINGKATAN
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMAHAMI TEKS DAN CERITA ANAK YANG
DIBACAKAN MELALUI MEDIA GAMBAR
DI KELAS VI SD
NEGERI GEDUNG TENGAH
KABUPATEN BENER MERIAH
TAHUN ………..
Oleh
.........................................
NIP. .................
ABSTRAK
Pokok permasalahan
yang akan diteliti adalah apakah dengan penggunaan media gambar pada
pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar mengidentifikasi unsur cerita
(tokoh, tema, latar, amanat) dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil siswa? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa setelah
menggunaan media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi
dasar mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Prosedur yang
dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga siklus dan
setiap siklusnya terdapat dua pertemuan dengan menggunakan media gambar.
Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil keaktifan belajar dari 28,57% atau 2 siswa pada studi awal menjadi, 71,43% atau 5 siswa, meningkat menjadi 100% atau 7 siswa,
dan kenaikan nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 57,14 pada studi awal menjadi 67,14 pada siklus pertama, meningkat
menjadi 77,14 dan tingkat
ketuntasan belajar juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 1 orang siswa (14,29%) pada studi awal, menjadi 57,14% atau 4 siswa, pada siklus terakhir menjadi 100% atau 7 siswa dari 7 siswa yang mengikuti pelaksanaan perbaikan
pembelajaran sehingga secara
keseluruhan semua kriteria keberhasilan pembelajaran telah tercapai pada siklus
kedua. Kesimpulannya adalah
penggunaan alat peraga gambar keaktifan
dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada materi mengidentifikasi unsur cerita (tokoh,
tema, latar, amanat) sehingga diharapkan dapat diterapkan pada
pembelajaran-pembelajaran lainnya.
Kata Kunci : keaktifan, hasil belajar, cerita,
gambar seri
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata
telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah
dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu
pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka
dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan
tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode
dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi murid-murid.
Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahawa pembaharuan dalam sistem
pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan
barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan belajar
mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam
proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru
bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat
dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Oleh karena itu, peran
guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya
adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran
agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa. Misalnya dengan membimbing
siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih
menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini
memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak
mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan
dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari
kesulitan belajar.
Salah satu permasalahan pendidikan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasardan menengah.Rendahnya
mutu pendidikan tersebut menyangkut rendahnya kompetensi guru dalam menyajikan
pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu mata
pelajaran yang memiliki nilai rendah adalah pelajaran IPS disamping mata
pelajaran lainnya.
Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui
mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab serta dapat mengembangkan
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan yang dinamis. Guru
adalah salah satu komponen pendidikan yang memiliki andil besar terhadap
keberhasilan pengajaran. Berkaitan dengan hal tersebut guru dituntut mampu
menguasainya dan mampu memilih untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang sesuai dan Guru harus memiliki strategi untuk menyampaikan ilmu kepada
peserta didik, sehingga peserta didik benar-benar memahami apa yang disampaikan
guru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di
SMPN 3 ................., menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada materi IPS
masih rendah, siswa kurang aktif dan kurang perhatian dalam pembelajaran,
persentase hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS rendah. Hanya sekitar 18,18%
(6 orang) dari jumlah 33 siswa yang diajar yang paham dan tuntas pada materi
yang diajarkan. Selain itu, pembelajaran juga lebih banyak berpusat pada
guru.Pengajaran IPS selama ini belum mampu membina keterampilan hubungan sosial
para siswanya. Untuk itu program pengajaran harus mampu menyajikan masalah
lingkungan kehidupan anak.
Pembelajaran IPS khususnya pada kompetensi
dasar mendeskripsikan perubahan sosial-budaya pada masyarakat yang disajikan
tidak akan tercapai apabila siswa mempunyai aktivitas belajar yang kurang baik.
Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya pada masyarakat sebagai bagian dari
materi pelajaran IPS akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran
IPS yakni mengembangkan konsep kehidupan sosial dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, berbagai kesulitan
siswa dalam pembelajaran IPS khususnya pada kompetensi dasar mendeskripsikan
perubahan sosial-budaya pada masyarakat harus diatasi oleh guru yakni mampu
mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan materi IPS, salah satunya
adalah penggunaan metode discovery. Discovery merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta
didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis
sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku (Hanafiah dan Suhana, 2012: 77).
Metode Discovery menurut Rohani
(2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik
sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Pendekatan discovery dalam pembelajaran
dapat lebih membiasakan kepada anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi
pelajaran yang sudah dipelajari dan dengan menggunakan metode discovery ini,
pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat
diaplikasikan secara motorik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
peneliti melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Melalui Metode discovery
di SMPN 3 ................. Kecamatan …………… Kabupaten …………. Tahun Pelajaran
2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman siswa pada materi IPS masih rendah,
2. Siswa kurang aktif dan kurang perhatian dalam pembelajaran,
3. Persentase hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS rendah,
sekitar 18,18% (6 siswa) dari jumlah siswa yang diajar yang memahami dan
tuntas.
4. Pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru.
5. Pengajaran IPS selama ini belum mampu membina hubungan sosial
antar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang
telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah
apakah melalui metode
discovery dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 3 ................. Kecamatan …………… Kabupaten …………. Tahun Pelajaran 2014/2015?
discovery dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 3 ................. Kecamatan …………… Kabupaten …………. Tahun Pelajaran 2014/2015?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
melalui metode discovery di SMPN 3 ................. Kecamatan ……………
Kabupaten …………. Tahun Pelajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas ini
adalah
a. Bagi Siswa untuk meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar
mereka pada pembelajaran IPS melalui metode discovery.
b. Bagi Guru Untuk meningkatkan ketuntasan siswa dan juga untuk
mengembangkan pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah Sebagai bahan tambah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah,
d. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman.
BAB II
KAJIAN
TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian Teoritis
1. Hakekat Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Secara umum hasil adalah segala sesuatu
yang diperoleh setelah melakukan suatu tindakan. Hasil belajar adalah prilaku
yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan aspek-aspek
prilaku tersebut tergantung dari apa yang dipelajari oleh pembelajar. Jika
siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perilaku yang dihasilkan
berupa penguasaan konsep. Hasil belajar siswa dapat berupa aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
Menurut Rifa’I (dalam Saputra (2011:17)
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik/siswa
setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangakan menurut Handayani (dalam
Saputra (2011:17) hasil belajar terdiri dari tiga aspek penting yakni aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif berupa pemahaman siswa
terhadap materi. Hasil belajar afektif berupa perubahan tingkah laku dan sikap.
Hasil belajar psikomotor berupa keterampilan yang diperoleh siswa setelah
mengalami proses belajar. Hasil belajar merupakan hasil akhir (umumnya dinyatakan
dalam bentuk nilai belajar) yang diperoleh siswa terhadap serangkaian kegiatan
evaluasi yang dilakukan guru baik ulangan harian, ujian tengah semester, dan
ujian semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan
siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil yang diperoleh dapat dikategorikan
sangat baik, baik, cukup atau kurang, sesuai dengan standar penilaian yang ditetapkan
oleh sekolah tersebut.
Menurut Kingsley (dalam Sudjana, 2009:
65) bahwa hasil belajar dapat dibedakan atas tiga macam, yakni: (1) Keterampilan dan kebiasaan (2) Pengetahuan dan pengertian dan (3) Sikap dan cita-cita
Sedangkan menurut Gagne (dalam Dahar,
2011:118) hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni:
1) Verbal information.
Informasi verbal disebut pengetahuan
verbal; menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan
proporsi-proporsi (Gagne dalam Dahar, 2011:123). Nama lain dari pengetahuan
verbal ini adalah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil
belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, membaca dari
radio, televise, dan media lainnya.
2) Intellectual skill.
Keterampilan intelektual memungkinkan
seseorang seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan penggunaan
symbol-simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan ini sudah
dimulai sejak tingkat pertama sekolah dasar (sekolah taman kanak-kanak) dan
dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual siswa.
3) Cognitive strategy.
Suatu macam keterampilan intelektual
khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir disebut
sebagai strategi
kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi modern merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi modern merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
4)
Attitude.
Sikap merupakan pembawaan yang dapat
dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda,
kejadian-kejadian, atau mahluk hidup lainnya.
5)
Motor skill.
Keterampilan motorik tidak hanya
mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dangan
keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah
instrument music, atau dalam pelajaran sains, menggunakan berbagai macam alat
seperti mikroskop, berbagai alat-alat listrik, dan lain-lain.
Hasil belajar adalah keadaan individu
yang dapat menguasai hubungan antara bagian informasi dengan yang telah
diperolehnya mengenai proses belajar. Harus selalu kita ingat bahwa hasil
belajar bukan hanya dilihat pada satu aspek saja, namun hasil belajar merupakan
gabungan seluruh aspek yang dirangkaikan dalam suatu rangkaian yang saling
berhubungan secara komprehensif. Proses penagajaran merupakan sebuah aktivitas
sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa
pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses
belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.
Menurut Purwanto (2013: 44) hasil
belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan. Oleh karena itu, tes hasil belajar
sebagai alat untuk mengukur hasil belajar. Dari berbagai penjelasan di atas,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar di kelas. Hasil tersebut dapat
berupa penguasaan konsep/pengetahuan, perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik, dan peningkatan keterampilan.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Rifa’I (dalam Saputra (2011:20)
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum terdiri atas dua
bagian penting yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal meliputi kondisi fisik, seperti kesehatan tubuh,
kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial, seperti
kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan.
2) Faktor eksternal meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi
belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana belajar, dan budaya
belajar masyarakat. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa
(Daryanto, 2010:55).
Dari pendapat ini faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti
hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang
paling dominan berupa kualitas pembelajaran.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud
adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik
di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku
(psikomotorik). Dari pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal)
dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu
yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana
hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak tentang diri
indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak tentang diri
individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
2. Hakikat Metode Discovery
a. Pengertian Metode Discovery
Illahi (2012: 29) menjelaskan apabila
ditinjau dari katanya, discover berarti menemukan, sedangkan discovery
adalah penemuan. Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) juga menyatakan bahwa discovery
adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual
para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga
menemukansuatu konsep atau generalisasi yang dapat ditetapkan di lapangan.
Badan Pengembangan SDM menjelaskan bahwa
metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi
sendiri. Sagala (2012: 196) mengemukakan bahwa metode discovery bertolak
dari pandangan bahwa siswa sebagai suatu subjek dan objek dalam belajar,
mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang
dimilikinya.
Hanafiah dan Suhana (2012: 77) juga
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan discovery merupakan suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didikuntuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. membimbing siswa untuk menemukan hal-hal yang
baru bagi siswa berupa konsep, rumus, pola, dan sejenisnya (Jamila, dkk, 2011:
82). Discovery Learning dari Bruner (dalam Hasugian, 2013: 4) merupakan
model pengajaran yang melambangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang
pemnbelajaran dalam prinsip konsruksitivis dan discovery learning siswa
didorong untuk belajar sendiri secara mandiri.
Pengertian Metode Discovery Menurut
Sund (dalam Hasugian, 2013: 4) adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Menurut
Joolingen (dalam Rohim, dkk, 2012: 2) menjelaskan bahwa discovery learning adalah
suatu tipe pembelajaran dimana
siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan
dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi
seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi
student oriented. Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimasud
dengan metode discovery pada pelajaran IPS adalah suatu metode
pembelajaran yang system pembelajarannya lebih berpusat pada siswa dalam rangka
untuk menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat
menemukan sendiri pengetahuan dan sikap.
b. Macam-macam Metode Discovery
Hanafiah dan Suhana (2012: 77)
mengemukakan pembagian metode discovery sebagai berikut.
1) Discovery terpimpin, yaitu
pelaksanaan discovery dilakukan atas petunjuk dari guru. Mulai dari
pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan
tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapakn.
Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang
dikemukakannya.
2) Discovery bebas, yaitu peserta
didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan, antara lain
masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan
diperoleh sendiri.
3) Discovery bebas yang
dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dIPShami
peserta didik. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan
kebenarannya.
4)
Berdasarkan pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode discovery terdiri atas tiga
yaitu discovery terpimpin, discovery bebas dan Discovery
bebas yang dimodifikasi.
c. Fungsi Metode Discovery
Ada beberapa fungsi metode discovery,
yaitu sebagai berikut: Hanafiah dan Suhana (2012: 78).
1) Membangun komitmen (commitment bulding) di kalangan peserta
didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan
loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.
2) Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses
pmbelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
3) Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka
(openness) terhadap hasil temuannya.
d. Langkah-langkah Metode Discovery
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan pendekatan discovery yakni: (Sagala, 2012: 197)
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa,
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis,
3) Siswa mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan/ hipotesis,
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi,
5) Mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru.
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery
Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan
Kebudayaan mengemukakan kelebihan dan kelemahan metode discovery yaitu:
1) Kelebihan:
a)
Membantu siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses
kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.
b)
Pengetahuan yang diperoleh
melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,
ingatan dan transfer.
c)
Menimbulkan rasa senang pada
siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d)
Metode ini memungkinkan
siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
e)
Menyebabkan siswa
mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
f)
Metode ini dapat membantu
siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
g)
Berpusat pada siswa dan guru
berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h)
Membantu siswa menghilangkan
skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan
tertentu atau pasti.
i)
Siswa akan mengerti konsep
dasar dan ide-ide lebih baik;
j)
Membantu dan mengembangkan
ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
k)
Mendorong siswa berfikir dan
bekerja atas inisiatif sendiri;
l)
Mendorong siswa berfikir
intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m)
Memberikan keputusan yang
bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
n)
Proses belajar meliputi
sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
o)
Meningkatkan tingkat
penghargaan pada siswa;
p)
Kemungkinan siswa belajar
dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
q)
Dapat mengembangkan bakat
dan kecakapan individu.
2) Kelemahan Metode Discovery
a)
Metode ini menimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsepkonsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
b)
Metode ini tidak efisien
untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama
untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c)
Harapan-harapan yang
terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d)
Pengajaran discovery lebih
cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e)
Pada beberapa disiplin ilmu,
misalnya IPS kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para
siswa
f)
Tidak menyediakan
kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena
telah dipilih terlebih dahulu oleh guru
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teoritik yang telah
diuraikan sebelumnya diperoleh alur kerangka berpikir bahwa kondisi awal di
SMPN 3 ................. pembelajaran IPS di kelas IX lebih banyak berpusat
pada guru, guru lebih banyak berceramah. Siswa hanya sebagai pendengar, kondisi
seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan enggan belajar IPS. Akibatnya
prestasi belajar IPS siswa rendah. Dengan kondisi awal seperti ini kemudian
peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan
menerapkan metode pembelajaran guided inquiry - discovery dalam proses
pembelajaran IPS. Peneliti akan memberi motivasi pada siswa dengan memberi
penguatan agar siswa merasa senang. Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti,
diharapkan mencapai kondisi akhir, yaitu keaktifan dan prestasi hasil belajar
IPS siswa kelas SMPN 3 ................. dapat meningkat, dan diswa lebih
senang dan tertarik untuk belajar IPS. Berdasarkan uraian di atas dapat
digambarkan kerangka pemikiran (gambar 2) sebagai berikut :
Kondisi
Awal
|
Tindakan
|
Kondisi
Akhir
|
1. Pembelajaran
lebih berpusat pada guru
2. Adanya
kebosanan dan keengganan siswa belajar IPS
3. Keaktifan
dan hasil belajar siswa rendah
|
1. Penerapan
metode discovery
2. Pemberian
motivasi belajar kepada siswa
|
1. Siswa
tertarik belajar IPS
2. Peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa rendah
|
Gambar 2.1 Diagram Alur Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis pada penelitian tindakan kelas
ini adalah “Jika digunakan metode discovery, maka hasil belajar siswa
pada mata pembelajaran IPS di kelas IX SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran
2014/2015 akan mengalami peningkatan”
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini