LAPORAN
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN
IPS MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT
DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG PADA
DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG PADA
SISWA VIII-2 SMPN 7 ....................
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
…………………..
NIP . ……………..
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ……………
SMP ……………………………………
Jl. .....................................................................................
201.....
LEMBAR PENGESAHAN
1. a. Judul Penelitian : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran
IPS Melalui
Model Teams Games Tournament Dengan Media Teka-Teki Silang Pada Siswa VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012
c.
Kategori Penelitian : Teknik
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Sekolah
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ………………………………..
b.
NIP : ...........................
c. Pangkat / Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMPN 7 ....................
f.
Tempat Penelitian : SMPN 7 ....................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ………. sampai dengan Bulan …………)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA
PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Sekolah di SMP ............... dengan lancar.
Laporan Penelitian ini merupakan
salah satu syarat dalam rangka
memenuhi Diajukan pada penilaian angka
kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan ………. ke ……… yang telah saya laksanakan pada bulan ………….. sampai dengan akhir …………..
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Kepala Dinas ……… ............... yang telah memberi
pengesahan terhadap laporan PTK ini.
2. Pengawas
SMP/SMA …………………………..
3. Kepala SMP …………… yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK
selama kegiatan berlangsung.
4. Bapak dan Ibu Guru SMP …………… yang telah memberikan sumbangan
pemikiran dan memotivasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan
Program Penelitian Tindakan Sekolah ini
dapat terselesaikan dengan lancar.
Peneliti menyadari bahwa
laporan Penelitian ini
masih jauh dari
sempurna, ini disebabkan keterbatasan pengetahuan
penulis.Untuk itu kritik
dan saran dari
pembaca yang budiman
sangat penulis harapkan,
hingga nantinya dapat
penulis gunakan sebagai bahan
perbaikan dalam menyusun laporan penelitian yang akan datang.
…………………….
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
ABSTRAK/RINGKASAN
................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah........................................................
B.
Alternatif Pemecahan Masalah .............................................
C.
Perumusan Masalah...............................................................
D.
Tujuan Penelitian...................................................................
E.
Manfaat Penelitian ................................................................
II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian Teori ..........................................................................
B.
Kerangka Berpikir .................................................................
C.
Hipotesis Tindakan ...............................................................
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A.
Setting Penelitian...................................................................
B.
Sumber dan Jenis Data..........................................................
C.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data......................................
D.
Validitas Data........................................................................
E.
Prosedur Penelitian................................................................
F.
Teknik Analisa Data .............................................................
G.
Indikator Keberhasilan .........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian......................................................................
B.
Pembahasan ..........................................................................
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................
B.
Implikasi ...............................................................................
C.
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Ketuntasan Belajar Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Kondisi Awal.......................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Penilaian
Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal...
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil
Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran IPS pada Siklus I
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil
Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif pada Siklus II.......................
Tabel 4.7 Nilai Hasil Tes
Formatif Temuan Awal, Siklus I dan
Siklus
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil
Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka
Berpikir..................................................................
Gambar 3.1 Desain
PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto 2010:137)
Gambar 4.1 Grafik
Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal, Siswa Siklus I dan
II...............................................................................................
Gambar 4.2 Grafik
Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan II ...............................................................................................
Gambar 4.3 Grafik
Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas Siswa Pada Temuan Awal, Siklus I dan II.............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3 Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 6 Daftar
Hadir Siswa Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar
Hadir Peneliti Dan Observer
Lampiran 8 Hasil Nilai Tes
Formatif Siklus I
Lampiran 9
Hasil Nilai Tes
Formatif Siklus II
Lampiran 10
Data Hasil
Observasi Siklus I
Lampiran 11
Data Hasil
Observasi Siklus II
Lampiran 12 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 13
Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra siklus,
Siklus I dan Siklus II
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN
IPS MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT
DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG PADA
DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG PADA
SISWA VIII-2 SMPN 7 ....................
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
…………………..
NIP . ……………..
ABSTRAK
Permasalahan
yang timbul yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yang rendah, diantaranya
faktor guru, siswa, dan fasilitas belajar. Solusi dari masalah ini adalah
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas menggunakan model Teams Games Tournament dengan media
teka-teki silang. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah model
pembelajaran Teams Games Tournament dengan media teka-teki silang dapat meningkatkan
aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas III-2 SMPN 7 ....................
Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan media teka-teki
silang untuk meningkatkan aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran PKn di kelas III-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran
2011/2012. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus. Pada tiap siklus
dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini terdiri dari guru dan
siswa kelas III-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dokumentasi, dan catatan
lapangan. Teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini
adalah aktivitas belajar siswa dari 9 siswa atau 31,03%, naik menjadi 19 siswa
atau 65,52% pada siklus pertama, dan 100% atau 29 siswa pada siklus kedua. Hal
tersebut didukung pula oleh kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada
sebelum perbaikan hanya 56,90 pada studi awal, pada siklus I sebesar 65,17
dan pada siklus II rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 75,52
pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan
belajar sebanyak 7 siswa (24,14%) pada
sebelum perbaikan, 51,72% atau 15 siswa
pada siklus pertama, 29 siswa atau
96,55% pada siklus kedua, dan masih ada 1 siswa (3,45%) yang belum tuntas. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament dengan media
teka-teki silang dapat aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas kelas
III-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci : aktivitas, hasil belajar, TGT, teka-teki silang.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran
merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah.
Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses
pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu diperlukan
suatu metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan
sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang
dipahami dan monoton, sehingga siswa tidak teraktivitas untuk belajar.
Dalam suatu lembaga pendidikan
keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta
didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar
individu.
Permasalahan belajar seperti yang
diungkapkan tersebut terjadi pada siswa di SMPN 7 .................... di kelas
VIII-2. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial yang masih rendah. Menurut data pra siklus pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII-2, tujuh siswa atau 21,14% memperoleh
nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimum (KKM) pada materi pranata sosial dari jumlah siswa secara keseluruhan
sebanyak 29 siswa.
Berdasarkan fakta yang terjadi di kelas
tersebut maka penelitiberinisiatif untuk menerapkan metode pembelajaran yang
lebih menyenangkan dengan diberi unsur permainan, sehingga diharapkan siswa
kelas VIII-2 lebih teraktivitas dengan begitu hasil belajarnya dapat memenuhi
KKM. Untuk mengatasi permasalahan di kelas VIII-2 SMPN 7 ....................
peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif menetapkan alternatif tindakan
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PKn yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif Team Game Tournament (TGT) dengan media
teka-teki silang pada pada saat pembelajaran PKn. Model pembelajaran Kooperatif
Team Game Tournament adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement (Hamdani, 2011:92).
Pembelajaran Teams Games Tournament adalah
salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dalam model pembelajaran Teams Games Tournament, permainan tidak berupa kuis melainkan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Pembelajaran model Teams Games Tournament akan memanfaatkan game atau permainan akademik yang dimainkan dalam suatu turnamen. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka.
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dalam model pembelajaran Teams Games Tournament, permainan tidak berupa kuis melainkan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Pembelajaran model Teams Games Tournament akan memanfaatkan game atau permainan akademik yang dimainkan dalam suatu turnamen. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka.
Menurut Suarjana (dalam Istiqomah 2006),
kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament yaitu: 1) adanya
turnamen akan membuat aktivitas belajar siswa lebih tinggi karena model pembelajaran
yang berupa permainan memang lebih menarik bagi siswa; 2) guru akan lebih mudah
menguasai kelas secara menyeluruh karena guru sebagai fasilitator pada saat
turnamen berlangsung; 3) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan
siswa, adanya turnamen dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas karena siswa
akan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik; 4) mendidik siswa untuk
berlatih bersosialisasi dengan orang lain; 5) TGT meningkatkan kerjasama dengan
teman yang lain, dengan adanya tim yang mempunyai tingkat kemampuan
berbeda-beda memungkinkan siswa yang lebih pandai akan membantu siswa yang
kurang pada saat memahami materi; 6) semua siswa berpartisipasi penuh pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Rinaldi Munir (2005), Permainan
teka-teki silang atau crossword puzzle adalah suatu permainan
dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong berbentuk kotak-kotak dengan
huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan.
Petunjuk permainan biasanya dibagi kedalam kategori mendatar dan menurun
tergantung arah kata yang harus diisi. Permainan ini dapat disisipkan pada saat
tahap turnamen. Permainan teka-teki silang dapat digunakan sebagai variasi dalam
model pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament karena dapat menumbuhkan rasa kebersamaan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan kelebihan dari model
pembelajaran Teams Games Tournament yaitu dapat meningkatkan kerjasama
dengan teman yang lain.
Apabila permainan teka-teki silang
diterapkan pada pembelajaran PKn,
maka pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan bagi peserta didik sehingga anak akan teraktivitas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, serta keterampilan guru meningkat. Model pembelajaran Team Game Tournament dengan media permainan teka-teki silang dinilai sangat efektif untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran IPS di SMP ………., karena melalui model pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk bekerja secara berkelompok (team) untuk memahami materi yang diajarkan dan adanya permainan yang berupa turnamen. Dengan adanya turnamen (game tournament) akan menimbulkan persaingan sehingga aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Sedangkan variasi permainan teka-teki silang dalam model pembelajaran Teams Games Tournament bertujuan untuk mengasah kemampua anak berfikir cepat dalam memahami materi-materi dalam pembelajaran PKn, melatih konsentrasi para siswa, mengusir kebosanan dan merupakan jenis permainan yang tepat untuk mengingatkan kembali terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
maka pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan bagi peserta didik sehingga anak akan teraktivitas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, serta keterampilan guru meningkat. Model pembelajaran Team Game Tournament dengan media permainan teka-teki silang dinilai sangat efektif untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran IPS di SMP ………., karena melalui model pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk bekerja secara berkelompok (team) untuk memahami materi yang diajarkan dan adanya permainan yang berupa turnamen. Dengan adanya turnamen (game tournament) akan menimbulkan persaingan sehingga aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Sedangkan variasi permainan teka-teki silang dalam model pembelajaran Teams Games Tournament bertujuan untuk mengasah kemampua anak berfikir cepat dalam memahami materi-materi dalam pembelajaran PKn, melatih konsentrasi para siswa, mengusir kebosanan dan merupakan jenis permainan yang tepat untuk mengingatkan kembali terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Berdasarkan latar belakang yang
diungkapkan diatas maka penulis memilih judul : Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournaments) dengan Media
Teka-Teki Silang Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Terpadu pada Materi Pranata Sosial Siswa Kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.
Alternatif Pemecahan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut maka
alternatif tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn
pada Kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012 akan
dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan media teka teki silang. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournament menurut Slavin
(2010:163) yang telah divariasikan dengan permainan teka-teki silang adalah
sebagai berikut :
1. Guru mengadakan pre test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
tentang materi yang akan diajarkan
2. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan bantuan media
powerpoint.
3. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5
orang siswa secara heterogen yang dikelompokkan berdasarkan hasil pre test yang
diadakan sebelum pembelajaran. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok dimana
setiap anggota kelompok mendapat lembar diskusi secara individu.
4. Setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompok
5. Setiap anggota kelompok mewakili kelompoknya untuk bertanding
dengan
perwakilan dari kelompok lain dalam Tournament Teka Teki Silang
perwakilan dari kelompok lain dalam Tournament Teka Teki Silang
6. Setelah semua kolom teka-teki silang terisi semua, perwakilan
kelompok
yang bertanding kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian guru
menghitung perolehan nilai total yang diperoleh selama tournament. Tim yang mendapatkan skor tertinggi menjadi pemenang dalam tournament tersebut.
yang bertanding kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian guru
menghitung perolehan nilai total yang diperoleh selama tournament. Tim yang mendapatkan skor tertinggi menjadi pemenang dalam tournament tersebut.
7. Guru mengadakan evaluasi Pembelajaran.
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah diatas dirumuskan
permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa
kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media teka teki silang?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media teka teki silang?
D.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran
2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media
teka teki silang pada pembelajaran IPS.
2. Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMPN
7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media teka teki silang pada
pembelajaran IPS.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi siswa, guru dan lembaga (sekolah) .
1. Bagi
Siswa
a. Memberi suasana belajar yang bervariasi dan
praktis sehingga dapat membangkitkan semangat belajar siswa.
b. Memberi peluang siswa berpartisipasi secara
aktif dalam proses belajar.
c. Memberi peluang siswa menggunakan penalarannya
selama pembahasan materi.
d. Memberi peluang siswa memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.
2. Bagi
Guru
a. Memberikan alternatif pilihan bagi guru dalam
penyampaian mata pelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
b. Memberikan informasi tentang pembelajaran yang
efektif dan praktis sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
c. Memberikan informasi bagi guru untuk lebih
menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi
Sekolah
Untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari
kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Menurut Abdulhak
(dalam Rusman 2011:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan waktu shering proses antara peserta belajar, sehingga dapat diwujudkan pemahaman bersama di antara peserta pelajar itu sendiri.”
pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Menurut Abdulhak
(dalam Rusman 2011:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan waktu shering proses antara peserta belajar, sehingga dapat diwujudkan pemahaman bersama di antara peserta pelajar itu sendiri.”
Menurut Nurulhayati (dalam Rusman
2011:203) Pembelajaran kooperatif adalah sterategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Menurut
Slavin (dalam Rusman 2011:205) bahwa : (1) penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang
lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Menurut Slavin (dalam Robert E. Salvin
2009:8) Pembelajaran
Kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru. Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.
Kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru. Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.
b.
Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Isjoni,
2012: 27) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan
pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, pengembangan keterampilan sosial.
1) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun
mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-
tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep- konsep sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah
dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas- tugas Akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran
kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan
kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa, karena
kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah- masalah sosial yang
semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam
menghadapi persaingan global.
c.
Unsur-unsur
Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dalam pembelajaran
kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni 2012:13) sebagai berikut:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para
anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
ketrampilan bekerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Thompson, et al (dalam Isjoni, 2012:14)
mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut menambah unsuxr – unsur interaksi
sosial pada pembelajaran. Pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun
dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen.
Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pembelajaran koopertif yang diajarkan adalah keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pembelajaran koopertif yang diajarkan adalah keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
d.
Langkah- langkah Model
Pembelajaran Kooperatif
(Trianto, 2007: 28) Terdapat langkah
utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran
Kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase-1 Menyiapkan tujuan
dan memotivasi Peserta didik
|
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
peserta didik belajar
|
Fase-2 Menyajikan
informasi
|
Guru menyajikan informasi
kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase-3 Mengorganisasikan
Peserta didik ke dalam kelompok kooperatif
|
Guru menjelaskan kepada
peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan transaksi secara efisien
|
Fase-4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
|
Guru membimbing
kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
Fase-5 Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase-6 Memberikan penghargaan
|
Guru memberi cara-cara
untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelomp
|
e.
Kelebihan dan Kelemahan
Pembelajaran Kooperatif
Jarolelimek & Parker (dalam Isjoni,
2012:24) mengungkapkan tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif.
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif antra lain :
1) saling ketergantungan positif,
2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu,
3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas,
4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan,
5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan gurunya, dan
6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.
Kelemahan pembelajaran kooperatif
bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor
dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara
matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
2) Agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung,
ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh
seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
2.
Metode TGT (Teams Games Tournament)
Ada beberapa tipe pembelajaran
kooperatif dan salah satunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament). Metode pembelajaran Teams Games Tournament adalah
salah satu metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik
dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil mereka dengan anggota tim lain (Slavin, 2009:163). Dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT pembentukan tim sama dengan tipe STAD (Slavin,
2009:144) yaitu dibentuk kelompok-kelompok kecil yang mewakili seluruh bagian
kelas terdiri 4-5 siswa yang heterogen baik dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras dan etnisitas.
Ada lima komponen-komponen utama dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Slavin, 2009:166) yaitu:
a. Presentasi di kelas Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dalam presentasi kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
presentasi kelas ini, siswa harus benar benar memperhatikan dan memahami materi
yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat
kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor
kelompok.
b. Tim Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang
siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Permainan
(Game) Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari presentasi kelas dan pelaksanaan
kerja tim.
d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur dimana
game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,
setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar kegiatan.
e. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan.
Dari penjelasan di atas maka
pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat merangsang siswa sehingga
termotivasi untuk belajar IPS dan menjadikan materi IPS lebih diminati dan
asyik dipelajari oleh siswa SMP. Cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar menguasai materi IPS terutama dalam hal ini adalah IPS. Kesulitan
dalam belajar lebih disebabkan tingkat minat baca yang rendah, serta
ketergantungan siswa dalam belajar terhadap guru. Jika tidak ada guru atau guru
tidak hadir maka siswa yang kurang mandiri dan tidak terbiasa belajar secara
mandiri akan memilih menunggu atau bahkan bermain dan bercanda dengan rekan
sekelasnya. Prinsip belajar yang menyenangkan, bebas, kreatif, belajar sambil
bermain, dengan persentase keterlibatan siswa yang tinggi perlu diterapkan
didalam pembelajaran IPS.
Oleh karena itu dalam penelitian ini
penulis menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan TTS (Teka
Teki Silang). Teka Teki Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di
mana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan
huruf-huruf yang membentuk sebuah kata
berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya biasa dibagi ke dalam kategori
'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi kata kata yang harus diisi. Teka
Teki Silang juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengetahui dan
mengingat pengetahuan yang kita miliki untuk dituangkan dalam jawaban
pertanyaan yang ada baik dalam baris atau kolom. Teka Teki Silang yang
digunakan dalam metode TGT ini dimaksudkan bahwa selain ada unsur permainannya
dimana dengan mengisi Teka Teki Silang tersebut secara tidak sadar siswa
belajar IPS sehingga diharapkan selain kesenangan juga didapatkan pengetahuan
dan pemahaman materi pelajaran. Maka diharapkan dengan membuka, membaca, dan
mencari jawaban Teka Teki Silang tersebut, siswa dapat memahami dan mengerti
materi pelajaran IPS tersebut.
3. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas yang dilakukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Djamarah (2008: 38) aktivitas artinya
kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar.
Menurut Sagala (2011: 124) mempelajari
psikologi berarti mempelajari tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun
yang tidak teramati. Segenap tingkah laku manusia mempunyai latar belakang
psikologis, karena itu secara umum aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari
hukum psokologis yang mendasarinya.
Menurut Sardiman (2011: 22) belajar
adalah merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dapat
di jelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Berdasarkan pengertian tersebut yang
dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
siswa baik fisik maupun mental/non fisik dalam proses pembelajaran atau suatu
bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang menyangkut kognitif, afektik dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan
belajar. Aktivitas yang diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas yang
dilakukan oleh siswa.
4.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat pra-belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran (Dimyati
& Mudjiono, 1999:250). Tingkat perkembangan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes atau evaluasi. Sudjana
(2009:22) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Berdasarkan teori Taxonomy Bloom
(Darsono. Max, Sugandhi, Martensi, Rusda & Nugroho, 2000:32) belajar adalah
suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun
psikis, untuk mencapai suatu tujuan, dan dalam mencapai tujuan tersebut tiap
orang mengalami perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi pada 3
ranah yaitu :
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan sikap hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi. Keenam tujuan ini sifatnya hirarkis,
artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila kemampuan sebelumnya belum
dikuasai.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan
pola hidup.
c. Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar yang
terdiri dari enam aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
yang terbiasa, gerakan yang komplek dan kreatifitas.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek
penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor dalam yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu yang belajar. Faktor dalam ini meliputi:
1) Kondisi fisiologis, misalnya: keadaan jasmani,
kondisi panca indera, tidak cacat, dan lain-lain.
2) Kondisi psikologis, misalnya: kecerdasan,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.
b. Faktor luar yaitu faktor yang berasal dari
luar individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor luar yang
dimaksud adalah:
1) Faktor lingkungan,
yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial.
2) Faktor instrumental,
yaitu faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Faktor instrumental itu antara lain: kurikulum, program
pengajaran, sarana dan fasilitas, guru atau tenaga pengajar.
5. Permainan teka-teki silang (crossword
puzzle)
a. Pengertian Permainan
Pada dasarnya permainan bisa merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang dapat
memberikan informasi (menghasilkan pengertian), memberikan kesenangan, maupun
mengembangkan kemampuan berpikir otak (Hamdani: 2011: 120)
Melalui bermain, anak belajar tentang diri mereka sendiri, anak juga
belajar meyakini sudut pandangnya sendiri, yang membuat ia termotivasi untuk menguasai dan mengembangkan jati diri, kepercayaan diri, ketenangan diri dan harga diri (Hamdani, 2011: 124).
Melalui bermain, anak belajar tentang diri mereka sendiri, anak juga
belajar meyakini sudut pandangnya sendiri, yang membuat ia termotivasi untuk menguasai dan mengembangkan jati diri, kepercayaan diri, ketenangan diri dan harga diri (Hamdani, 2011: 124).
Adanya permainan dapat mengembangkan
kemampuan otak, membentuk imajinasi dan kepercayaan diri. Permainan dapat
membentuk disipilin anak, anak memahami dan mematuhi peraturan dan tata tertib
yang berlaku saat proses pembelajaran berlangsung. Manfaat bermain bagi anak
adalah dapat mengembangkan otot motorik kasar dan halusnya, meningkatkan penalaran,
memahami keberadaan di lingkungannya, membentuk imajinasi, mengikuti peraturan,
tertib dan disiplin.
b.
Pengertian Permainan
Teka-Teki Silang
Teka-teki silang (crossword puzzle) merupakan
permainan dengan mengisi kotak-kotak kosong dengan jawaban yang benar sesuai
dengan soal. Permainan teka-teki silang memiliki manfaat mengasah kemampuan
berpikir cepat dan memperluas kosakata yang dimiliki anak. Dalam permainan ini,
pemain harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak-kotak) dengan huruf-huruf
yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Biasanya,
petunjuk dibagi ke dalam kategori mendatar dan menurun, tergantung posisi
kata-kata yang harus diisi. Permainan teka-teki silang sangat bermanfaat
terutama bagi anak-anak untuk mengasah otak kiri dan memperluas kosakata yang
dimiliki anak.
c. Manfaat Permainan Teka-Teki Silang
Manfaat teka-teki silang menurut Ghannoe
(2010: 10) adalah :
1) Mengasah daya ingat.
Siswa akan menyisir semua
pengalaman-pengalamanya hingga waktu itu selanjutnya akan memilih-milih semua
pengalamannya yang sekiranya cocok untuk menjawab.
2) Mengembangkan kemampuan analisis.
Siswa akan mengulas semua pengalamanya
dan menganalisis pengalaman-pengalamanya itu. Mana yang sosok untuk menjawab,
dan mana yang cocok untuk berargumentasi terhadap Jawaban yang dipilihnya.
3) Menghibur.
Ketika siswa sedang mengerjakan
teka-teki silang (crossword puzzle) untuk dijawab, secara tidak
lansung siswa akan melupakan ingatan-ingatan tertentu misalnya kecemasan dan
kesibukan.
4) Merangsang kreatifitas.
Secara tidak langsung, anak juga akan
dibantu untuk menyalurkan potensi-potensi kreatif yang dimilikinya.
Zaini (2008:71) mengatakan teka-teki dapat
digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa
kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan strategi ini dapat
melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif sejak awal. Langkah-langkah dalam
penggunaan media teka-teki silang adalah :(a) guru menulis kata-kata kunci,
terminologi atau nama-nama yang berhubungan dengan materi. (b) guru membuat
kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih (seperti dalam
teka-teki silang) kemudian hitamkan bagian yang tidak diperlukan. (c) guru membuat
pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya adalah kata-kata yang telah di buat atau
dapat juga hanya membuat pertanyaan-pertanyaan mengarah kepada kata-kata
tersebut. (d) guru membagikan teka-teki ini kepada peserta didik (bisa individu
atau kelompok). (e) siswa mengerjakan dan batasi waktu pengerjaanya. (f) guru
memberikan hadiah kepada kelompok atau individu yang mengerjakan paling cepat
paling benar.
Pada dasarnya, permainan teka-teki
silang merupakan permainan mengingat, mencari dan mencocokan kata yang pas,
tidak hanya sesuai dengan jawabannya tetapi juga jumlah kotak yang disediakan.
Saat bermain pertama kali pemain akan membaca petunjuk dan melihat berapa
jumlah kata yang disediakan dalam kotak. Kemudian ia akan mengingat dan mencari
jawaban kata yang sesuai dengan petunjuknya. Kadang kala, pemain sudah
menemukan kata atau jawaban yang tepat namun tidak cocok dengan jumlah kotak
yang disediakan. Sehingga, otak pemain akan terus bekerja mencari kosakata-kosakata
lain yang tidak pas, tidak hanya jawabannya tetapi juga cocok pada jumlah kotak
yang disediakan.
Maka dari itu permainan ini lebih mengandalkan kemampuan otak kiri dalam mengingat dan mencari kosakata, serta kemampuan mencocokan kata dengan jumlah kotak yang disediakan.
Maka dari itu permainan ini lebih mengandalkan kemampuan otak kiri dalam mengingat dan mencari kosakata, serta kemampuan mencocokan kata dengan jumlah kotak yang disediakan.
6. Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan Media Permainan Teka-Teki
Silang
Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis (Hamdani,
2010:30). Teori belajar yang mendasari model pembelajaran kooperatif TGT dengan
permainan teka-teki silang yaitu teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme
adalah suatu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep
secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini,
siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk
membina pengetahuan baru.
Menurut McBrien & Brandt (dalam Isjoni
2012: 47) menyebutkan bahwa konstruktivisme adalah satu pendekatan pengajaran
berdasarkan pada penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan
penyelidik berpendapat bahwa setiap individu membina pengetahuan dan bukan
hanya menerima pengetahuan dari orang lain. Ide dari teori ini, siswa aktif
membangun pengetahuannya sendiri. Otak pelajar dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari
luar dan menentukan apa yang akan dipelajari.
Teori belajar konstruktivisme menyatakan
bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri. Guru tidak lagi bertindak sebagai
pusat pembelajaran tetapi sebagai fasilitator dan motivator. Guru hanya
membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan siswa menemukan
sendiri pengetahuan yang dapat diperoleh melalui penelitian, pengamatan dan
diskusi kelompok.
Dari uraian yang telah dipaparkan,
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dengan permainan teka teki silang sesuai dengan tahapan teori
belajar konstruktivisme karena sudah mencakup aktivitas yang aktif, dimana
peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berpikir yang telah ada.
B. Kerangka Pemikiran
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa,
salah satunya adalah motivasi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang
menarik. Dan yang dimaksud dengan kegiatan belajar yang menarik adalah
dengan penerapan berbagai macam metode pembelajaran yang menyenangkan,
dan guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar dalam hal ini pada mata pelajaran IPS. Metode ceramah yang sering digunakan oleh guru akan membuat siswa
bosan dan sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Rasa bosan akan serta merta membuat siswa menjadi tidak bersemangat sehingga hasil belajarnya menjadi rendah. Hal ini tentu akan berbeda apabila menggunakan metode pembelajaran yang tepat karena dapat meningkatkan motivasi belajar, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
salah satunya adalah motivasi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang
menarik. Dan yang dimaksud dengan kegiatan belajar yang menarik adalah
dengan penerapan berbagai macam metode pembelajaran yang menyenangkan,
dan guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar dalam hal ini pada mata pelajaran IPS. Metode ceramah yang sering digunakan oleh guru akan membuat siswa
bosan dan sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Rasa bosan akan serta merta membuat siswa menjadi tidak bersemangat sehingga hasil belajarnya menjadi rendah. Hal ini tentu akan berbeda apabila menggunakan metode pembelajaran yang tepat karena dapat meningkatkan motivasi belajar, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Pada Penelitian Tindakan Kelas ini
diterapkan metode baru sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam
meningkatkan motivasi sehingga hasil belajarpun juga meningkat. Model
pembelajaran alternatif tersebut adalah model pembelajaran Team Game
Tournament, karena model pembelajaran tersebut merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil mereka
dengan anggota tim lain. Metode kooperatif tipe TGT ini mengandung unsur
permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement
(penguatan). Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
media teka-teki silang ini diharapkan dapat memberikan hasil belajar IPS yang
lebih baik pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Namun apabila dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament dengan media permainan teka-teki silang tersebut motivasi
dan hasil belajar yang diperoleh belum memenuhi target yang telah ditentukan,
maka pada kelas tersebut diberikan tindakan perbaikan lanjutan sampai target
dapat tercapai. Dengan diterapkannya metode TGT (Teams
Games Tournament) dengan media permainan
teka-teki silang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Secara lebih jelasnya berikut ini adalah skema kerangka pemikiran
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
uraian dari landasan teori dan kerangka berfikir
maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah sebagai berikut :
1. Melalui penerapan model pembelajaran Team
Game Tournament dengan media permainan teka-teki silang dapat meningkatkan
motivasi siswa kelas VIII-2 SMPN 7 ..................... Tahun Pelajaran 2011/2012
Padapembelajaran IPS.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Team
Game Tournament dengan media permainan teka-teki silang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMPN 7 .................... Tahun Pelajaran 2011/2012
Pada pembelajaran IPS..
SURAT IJIN PENELITIAN
No. ...................................
Sehubungan dengan rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) di …………………
Kecamatan …………… Kabupaten ……………..
oleh :
Nama
|
:
|
……………………….
|
NIP
|
:
|
………………………..
|
Pangkat/Gol
|
:
|
………………………
|
Unit Kerja
|
:
|
………………………………………………………………
|
Judul
|
:
|
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
|
Pada prinsipnya kami memberikan ijin kepada yang bersangkutan
untuk melaksanakan kegiatan penelitian
dimaksud untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan kepada yang berkepentingan untuk menjadikan
periksa.
Mengetahui ……………………………
Kepala UPT Dinas ............... Kepala Sekolah
.................................... ...........................
NIP. .......................... NIP.
........................
Lampiran 2
SURAT KESEDIAAN MENJADI OBSERVER
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
NIP :
Jabatan
: Guru Kelas
Unit Kerja :
Alamat Sekolah :
Menyatakan bahwa :
Nama :
NIP :
Jabatan
: Guru Kelas
Unit Kerja :
Menyatakan
bersedia bertindak sebagai observer/guru mitra dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan
Demikian
surat pernyataan ini dibuat dengan
sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui ……………………..
Kepala Sekolah Yang
Membuat Pernyataan
………………… ………………………..
NIP. …………. NIP.
………………
Lampiran 3
JURNAL KEGIATAN PENELITIAN
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Persiapan Penelitian
|
|
|
a. Pengajuan
Permohonan Ijin
|
|
|
b. Indentifikasi
Masalah
|
|
|
c. Diskusi
Penentuan Masalah
|
|
2
|
Pelaksanaan Penilaian Pra Tindakan
|
|
3
|
Pelaksanaan Penelitian Siklus I
|
|
|
a. Penentuan
Rencana Tindakan
|
|
|
b. Pelaksanaan
Rencana Tindakan
|
|
|
Pertemuan Pertama
|
|
|
Pertemuan Kedua
|
|
|
c. Observasi
|
|
|
d. Refleksi
|
|
4
|
Pelaksanaan Penelitian Siklus II
|
|
|
a. Penentuan
Rencana Tindakan
|
|
|
b. Pelaksanaan
Rencana Tindakan
|
|
|
Pertemuan Pertama
|
|
|
Pertemuan Kedua
|
|
|
c. Observasi
|
|
|
d. Refleksi
|
|
5
|
Pengolahan Data
|
|
6
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
a. Penyusunan
Draf Penelitian
|
|
|
b. Penyempurnaan
Draf
|
|
|
c. Finishing
|
|
Mengetahui ……………………….
Kepala Sekolah Peneliti
……………………..
...................................
NIP. …………….. NIP............................
Lampiran : 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMPN 7 ....................
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 6.
Memahami pranata dan penyimpangan sosial
Kompetensi Dasar : 6.1 mendeskripsikan bentuk-bentuk
hubungan sosial
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah selesai kegiatan pembelajaran,
siswa dapat :
Ü Memahami arti hubungan sosial
Ü Mengidentifikasi bentuk-bentuk
hubungan sosial asosiatif
Ü Mengidentifikasi bentuk-bentuk
hubungan sosial disosiatif
B. Materi Ajar
Bentuk-bentuk hubungan sosial
Ü bentuk hubungan sosial asosiatif
Ü Bentuk hubungan sosial disosiatif
C. Metode Pengajaran*:
a. Ceramah bervariasi
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Teka-teki silang
e. Observasi / Pengamatan
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan I dan II
Pendahuluan :
1. Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas
2. Memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam
mengikuti pembelajaran
3. Apersepsi ( pengetahuan prasarat ) :
a. Apakah kalian pernah marah kepada adik atau kakakmu dan
kalian saling diam tak bertegur sapa?
b. Apa yang kalian rasakan?
Kegiatan Inti :
a) Kegiatan awal
(1) Guru mengkondisikan kelas.
(2) Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
seputar materi pembelajaran tentang pranata sosial
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(4) Guru melaksanakan pretest untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa
(5) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
b) Kegiatan Inti
Eksplorasi:
(1) Siswa memperhatikan presentasi materi tentang pranata
sosial dengan media powerpoint.
(2) Siswa menyimak dan mempelajari penjelasan dari guru yang
berisi materi tentang pranata sosial.
(3) Siswa menyebutkan contoh-contoh dari pranata sosial di
kehidupan mereka sehari-hari.
(4) Siswa mencatat materi dibuku catatan.
Elaborasi :
(1) Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa
(2) Guru dibantu siswa membagi lembar kerja kepada
masing-masing kelompok
(3) Siswa secara berkelompok membahas materi.
(4) Secara berkelompok siswa mengerjakan lembar kerja siswa.
Semua siswa mendapatkan lembar kerja siswa. Dalam kerja kelompok semua anggota
saling membantu dalam memahami materi.
(5) Perwakilan tiap-tiap kelompok maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
(6)
Kelompok lain menanggapi hasil diskusi dari
perwakilan kelompok yang ada di depan kelas.
(7) Tanya jawab antara siswa dengan guru perihal hasil
presentasi kelompok yang telah disampaikan.
(8) Siswa bermain dalam turnamen sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa.
(9) Siswa pandai ditempatkan pada meja turnamen merah, siswa
dengan kemampuan sedang ditempatkan pada meja turnamen biru dan siswa kurang
pandai ditempatkan pada meja turnamen kuning.
(10) Guru membacakan aturan permainan.
(11) Guru membacakan 1 soal teka-teki silang, siswa yang
paling cepat mengangkat tangan mempunyai kesempatan menjawab pertanyaan.
(12) Jawaban dari pertanyaan terdapat pada papan teka-teki
silang. Kelompok yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat poin
dan berhak memilih nomor soal selanjutnya.
(13) Demikian seterusnya sampai semua soal sudah berhasil
dijawab semua oleh siswa. Dan teka teki silangnya dapat terbuka.
(14) Guru menyebutkan skor kelompok dari skor individual yang
diperoleh anggota kelompoknya.
Konfirmasi:
(1)
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya,
apabila ada materi yang belum dipahami.
(2)
Guru memberikan penguatan atau reward
(3)
Guru memberikan umpan balik pembelajaran
berupa penghargaan lisan kepada siswa yang bisa menjawab soal permainan
teka-teki silang dan memotivasi siswa yang kurang berpartisipasi aktif pada
saat tournament berlangsung.
c) Kegiatan akhir
1) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran yang
sudah dilakukan.
2) Menyampaikan pembelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan selanjutnya yaitu tentang pranata sosial
3) Pemberian tugas rumah yaitu untuk membaca materi yang
akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya.
4) Salam Penutup
E. Sumber Belajar
_ Gambar-gambar yang sesuai materi.
_ Buku Platinum Pembelajaran IPS
terpadu
F. Penilaian Hasil Belajar
A. Penilaian
1. Prosedur Tes
a.
Tes Proses : ada (lembar pengamatan aktivitas siswa)
b.
Tes Akhir : ada (evaluasi)
2. Jenis Tes : Tes tertulis
3. Bentuk Tes : Pilihan ganda
4. Alat Tes : Soal evaluasi
(terlampir)
5. Kunci
Jawaban
1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10.
6. Pedoman Penilaian
Pedoman Penilaian
tes formatif untuk tiap siklus adalah sama,
yaitu :
·
Tiap jawaban benar diberi skor : 10
·
Tiap jawaban salah diberi skor : 0
Jumlah Perolehan Skor
·
Nilai Akhir = ---------------------------------- x 10
10
Contoh = Perolehan
Skor = 60
60
Nilai
Akhir = ----------------- x 10
10
= 60
B.
Tindak Lanjut
1.
Diadakan perbaikan bagi siswa yang mendapat nilai
kurang KKM
2.
Diadakan pengayaan bagi siswa yang mendapat nilai
lebih dari atau sama
dengan KKM
Mengetahui,
Kepala Sekolah ..................
( …………………………………. )
NIP ......................................
|
……………, ……………… 20
….
Guru Mapel IPS,
( …………………………………. )
NIP ......................................
|
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)
SIKLUS I
Kerjakan tugas ini secara berkelompok dalam buku tugas masing-masing,
kemudian kumpulkan hasilnya kepada guru Anda.
1.
|
||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
|
3.
|
6.
|
||||||||||||||||
|
1.
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
||||||||||
2.
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
3.
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
4.
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
6.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MENDATAR :
1.
Seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peran orang yang berada di sekitarnya merupakan tahap
2.
Keseluruhan potensi yang diwarisi
seseorang dari ayah dan ibunya merupakan sifat
3.
Proses belajar yang dilakukan oleh
seorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang
terdapat dan diakui dalam masyarakat
4.
Kelompok sosial yang memiliki kegemaran
melanggar norma dan menerjang nilai-nilai yang baku
5.
Salah satu .......................
belakang seseorang melakuan perjudian adalah ingin cepat kaya.
6.
Seorang laki-laki beranting dan berambut
gondrong merupakan perilaku
MENURUN :
1.
Lingkungan manusia sebelum lahir ataupun
lingkungan masih dalam janin
2.
Keluarga merupakan tempat pertama dan
utama seorang anak belajar hidup sosial media pertama untuk seorang anak
besosialisasi
3.
Televisi , radio , surat kabar , majalah
, dan lain-lain dapat memberikan model peranan jati dirinya merupakan contoh
dari
4.
Kekuatan-kekuatan dalam diri
individu ke dalam dunia sosial
5.
Sosialisasi terjadi pada anak usia di
bawah lima tahun merupakan sosialisasi
6.
Tempat pertama dan utama seorang anak
belajar hidup sosial.
Nama Siswa : .......................................
No. Absen : .......................................
LEMBAR TES FORMATIF
SIKLUS I
1. Berikut
ini merupakan bentuk-bentuk hubungan sosial, kecuali ....
a. kerja sama c. persaingan
b. pertahanan d. pertentangan
2. Berikut
ini merupakan contoh tindakan cooperation, yaitu
....
a. membangun rumah c. renovasi garasi
b. kerja bakti d. mencuci mobil
3. Terjadinya
pemberontakan merupakan bentuk interaksi sosial jenis ....
a. pertikaian c. kerja sama
b. persaingan d. kebersamaan
4. Berjejernya
pedagang kelontongan di pasar merupakan contoh dari hubungan sosial ....
a. pertikaian c. kerja sama
b. persaingan d. kebersamaan
5. Melakukan
sosialisasi kepada masyarakat merupakan contoh pengendalian secara ....
a. sukarela c.
represif
b. preventif d.
informasi
6. Berikut
ini merupakan tujuan terbentuknya hubungan sosial secara akomodasi, kecuali
....
a. mengurangi pertentangan
b. mencegah perpecahan
c. stabilitas
d. pembentukan kelompok baru
7. Proses
asimilasi akan timbul apabila ....
a. ada perbedaan budaya c. kebersamaan
tujuan
b. homogen d.
kerja sama
8. Faktor
yang dapat menghambat asimilasi ....
a. adanya toleransi
b. adanya sikap menghargai
c. adanya perbedaan warna kulit dan ciri
jasmani
d. adanya kesamaan unsur budaya
9. Dua
orang tokoh partai bersaing untuk menduduki jabatan perdana menteri. Jika salah
satu berhasil, maka yang kalah tetap diajak bekerja sama. Tindakan tersebut
merupakan contoh hubungan sosial dalam proses ....
a. akomodasi c.
konflik
b. asimilasi d.
pertentangan
10. Berikut
ini merupakan faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi,
kecuali ....
kecuali ....
a. ada kelompok manusia yang berbeda
kebudayaan
b. adanya pergaulan secara intensif
c. budaya dari kedua kelompok bisa
beradaptasi
d. saling memusuhi
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, II, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini