UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR
IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL TENTANG FUNGSI
ORGAN PERNAFASAAN PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI …………………………
abstrak
Perolehan nilai rata-rata hasil
belajar siswa secara klasikal pada pembelajaran IPA materi fungsi organ
pernafasan menunjukkan angka 56,80.
Adapun nilai KKM
di sekolah tersebut
untuk mata pelajaran IPA
yaitu 70. Hal ini dikarenakan
rendahnya keterlibatan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran di samping model
pembelajaran yang digunakan guru cenderung teacher
centered. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu
diadakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan media audiovisual. Perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri
atas empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Obseravsi, dan (4)
Refleksi. Penerapan pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan media audiovisual terbukti dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa. Hal ini terlihat
adanya peningkatan minat belajar siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 8 siswa atau
32%, naik menjadi 16 siswa atau 48% pada siklus pertama, dan 100% atau 25 siswa
pada siklus kedua. hasil
belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya 56,80, naik menjadi 63,20 pada siklus pertama, dan 73,20 pada
siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa (20%) pada studi awal, 44% atau 11 siswa pada siklus pertama, 22 siswa atau 88% pada siklus kedua, dan
masih ada tiga orang siswa (12%) yang belum tuntas, sehingga semua kriteria
ketuntasan telah tercapai pada siklus kedua. Berdasarkan pada hasil
penelitian dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
media audiovisual dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran berhasil meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa.
Kata
Kunci : minat, hasil belajar, kooperatif, audiovisual
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai potensi besar untuk memainkan peran
strategis dalam menyiapkan
sumber daya manusia
untuk menghadapi era industrialisasi dan
globalisasi. Potensi ini
dapat terwujud jika pendidikan IPA
mampu melahirkan siswa
yang cakap dalam
IPA dan berhasil menumbuhkan kemampuan
berpikir logis, bersifat
kritis, kreatif, inisiatif
dan adaptif terhadap
perubahan dan perkembangan.
Kualitas sumber daya
manusia seperti ini menjamin
keberhasilan upaya penguasaan
teknologi untuk pembangunan di
Indonesia. Namun pada kenyataannya
pelajaran IPA masih
dianggap menjadi suatu mata
pelajaran yang sulit, Ketidaktahuan
peserta didik mengenai kegunaan IPA dalam
praktik sehari-hari menjadi
penyebab mereka lekas
bosan dan tidak tertarik pada
pelajaran IPA, di samping
pengajar IPA yang
mengajar secara monoton dan hanya
berpegang teguh pada diktat-diktat atau buku-buku paket saja.
Faktor lain yang
menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran adalah
kemampuan guru dalam
menterjemahkan nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum melalui
pembelajaran untuk siswa
secara optimal. Guru dituntut
memiliki wawasan yang berhubungan dengan
mata pelajaran yang
diajarkan dan wawasan yang
berhubungan dengan kependidikan untuk
menyampaikan isi pelajaran
kepada siswa Kedua
wawasan tersebut sesungguhnya
merupakan suatu kesatuan wawasan propesional guru
Mengingat guru
merupakan ujung tombak
, maka diharapkan guru mampu meningkatkan kemampuannya melalui
pengembangan diri secara
professional. Guru
tidak hanya menyajikan materi
secara tepat melainkan
juga di tuntut
menilai sekaligus memperbaiki
praktek pembelajaran yang di
rasakan kurang berhasil
melalui refleksi. Dari
pelaksanaan studi pendahuluan menemukan hasil bahwa prestasi hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA di kelas V
SDN …………….. Kecamatan …………
Kabupaten …………… hanya mendapat nilai rata-rata 56,80 atau
di bawah KKM.
Adapun nilai KKM
di sekolah tersebut
untuk mata pelajaran IPA yaitu 70.
Hal ini, ternyata
selain yang diutarakan
di atas penyebanya yaitu cara
guru dalam penyampaian materi pelajaran kurang menarik akibatnya siswa
menjadi cepat merasa
bosan dan kurang
memperhatikan penjelasan
guru. Ini dapat
dikatakan bahwa kondisi
buruk yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran tersebut
disebabkan kurang atau
bahkan tidak nampaknya bentuk penggunaan
metode yang tepat
oleh guru.Dengan kata
lain permasalahan tersebut mengidentifikasikan bahwa
proses pembelajaran IPA
di SD masih memerlukan inovasi
dan pengembangan model
atau metode pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa
dalam kegiatan ilmiah
dan memudahkan guru
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Untuk
mengatasi permasalahan yang
terjadi, diperlukan suatu
upaya untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran agar dapat
meningkatkann pembelajaran yang
lebih menitikberatkan pada
model pembelajaran yang
dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan
dan mengeksplorasikan
pengetahuannya serta mengambil
kesimpulan sendiri tentang konsep materi
yang telah diterimanya
(student centered)
bahkan diharapkan mampu memberikan
solusi dari berbagai
permasalahan alam yang
terjadi didaerahnya.
Keadaan tersebut perlu diperhatikan oleh seorang
pendidik khususnya guru mata pelajaran IPA agar selalu berusaha untuk
menciptakan inovasi dalam pembelajaran sebagai solusi untuk meningkatkan daya tarik siswa dalam pembelajaran
IPA sehingga prestasi belajar siswanya mengalami peningkatan. Diantara inovasi
tersebut yaitu dengan mengembangkan metode dan media pembelajaran yang sesuai.
Salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan menggunakan
media kedalam kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan
perangkat lunak yang mengandung pesan. Media tidak hanya berupa alat atau
bahan, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Sehingga media
pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk
terjadinya proses pembelajaran.Pembelajaran dengan menggunakan media akan
bermanfaat bagi terselenggaranya proses pembelajaran tersebut. Karena dengan memanfaatkan media yang
tersedia, siswa diharapkan lebih
tertarik mengikuti pembelajaran di sisi lain siswa akan lebih mudah memahami serta menguasai materi yang
diajarkan. Dengan menggunakan media siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga melakukan
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan demonstrasi dan kegiatan yang lain
sehingga siswa tidak bosan.
Setiap siswa mempunyai modalitas belajar. Modalitas
belajar merupakan potensi dasar atau kecenderungan yang dimiliki anak. Modalitas ini akan
mempengaruhi penentuan pendekatan belajar, strategi, metode, dan teknik belajar
anak. Sehingga modalitas belajar ini perlu dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran termasuk pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang akan
ditetapkan.
Modalitas belajar tersebut dapat dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu; visual (yaitu belajar dengan cara melihat), auditorial (yaitu
belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (yaitu belajar dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh). Dengan memperhatikan berbagai kegunaan media
dan macam-macam media serta dengan memperhatikan modalitas belajar yang
dimiliki siswa yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti akan mencoba
menggunakan media audiovisual. Media audiovisual yaitu media pandang-dengar.
Media audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin
lengkap dan optimal sesuai dengan
modalitas belajar siswa sehingga diharapkan siswa akan lebih paham akan
materi pembelajaran yang dipelajari sehingga prestasi belajar siswa akan lebih
meningkat. Selain itu media audiovisual ini juga tidak hanya digolongkan
sebagai pengalaman belajar yang diperoleh dari penginderaan, tetapi sebagai alat teknologis yang bisa memperkaya
serta memberikan pengalaman yang bersifat konkrit kepada siswa.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pembelajaran
kooperatif dengan media audiovisual. Dengan media ini diharapkan dapat membantu
siswa dalam mempelajari materi secara mandiri. Saat ini ketersediaan media
audiovisual untuk membantu proses pembelajaran khususnya IPA masih kurang dan
belum banyak digunakan di
sekolah-sekolah atau madrasah. Di SDN …………….. merupakan salah satu sekolah
yang belum menggunakan dan memaksimalkan media ini dalam proses pembelajaran.
Walaupun di madrasah tersebut telah
tersedia adanya sarana yang mendukung, diantaranya yaitu adanya Liquid
Crystal Display (LCD) dan Laptop.
Berangkat dari permasalahan yang diuraikan di atas,
maka penulis ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “upaya meningkatkan minat dan
hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif dengan media audiovisual
tentang fungsi organ pernafasaan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
data di atas peneliti melakukan konsultasi kepada supervisor dan teman sejawat,
untuk mengidentifikasi kelemahan dan atau kekurangan yang telah menyebabkan
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang
memenuhi tuntutan yang diharapkan. Sehingga, dampaknya pada hasil belajar siswa
tidak memenuhi target pembelajaran. Melalui hasil diskusi, diperoleh
identifikasi masalah sebagai berikut :
- Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran
- Siswa tidak mencatat hal-hal penting selama proses pembelajaran berlangsung.
- Tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar pembelajaran IPA yang berdampak hasil belajar rendah.
- Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran kurang sesuai dengan harapan.
C. Analisis Masalah
Untuk
mengetahui masalah yang sedang terjadi, peneliti melakukan anlisis masalah dan
menempuh refleksi terhadap kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur,
serta diskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat. Hasil analisis masalah
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan aktivitas pembelajaran kurang
kondusif adalah sebagai berikut.
- Model pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
- Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif yang mengakibatkan kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung.
- Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik.
- Guru harus lebih teliti melihat siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa
permasalahan yang telah dipaparkan di atas dapat diambil permasalahan utama
yang akan diteliti adalah tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa IPA masih rendah. Melihat
kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai dengan
melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif dengan media audiovisual.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Apakah peningkatan
pemahaman siswa pada pembelajaran
IPA materi fungsi organ pernafasan setelah melalui
pembelajaran kooperatif dengan media audiovisual?
2.
Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat setelah
diterapkan pembelajaran kooperatif dengan media audiovisual pada pembelajaran
IPA materi fungsi organ pernafasan?
E. Tujuan Penelitian
Untuk
menghindari kesimpangsiuran penelitian
ini, maka perlu
adanya tujuan yang hendak
dicapai oleh peneliti.
Sejalan dengan masalah
yang peneliti kemukakan pada
rumusan masalah. Maka
tujuan yang hendak
dicapai oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui
peningkatan pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran IPA materi fungsi organ pernafasan
setelah melalui pembelajaran kooperatif dengan media
audiovisual di kelas V SDN ………….
Kecamatan …………. Kabupaten ……….; dan
2.
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA materi fungsi organ pernafasan
setelah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan media audiovisual di kelas
V SDN ………….. Kecamatan ………………. Kabupaten ………………..
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian
ini, penulis berharap
dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
pedoman pemilihan metode
pembelajaran IPA khususnya materi
fungsi organ pernafasan serta pada pembelajaran-pembelajaran lainnya. Secara praktis
hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi :
1.
Siswa
a. Dapat meningkatkan
penguasan konsep dalam
pembelajaran IPA khususnya pada
pembelajaran IPA materi fungsi
organ pernafasan.
b. Dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa
dalam melaksanakan pembelajaran
IPA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan media audiovisual.
c.
Dapat meningkatkan
terjadinya interaksi, aktivitas,
dan kerjasama antar siswa
dalam pembelajaran IPA materi fungsi organ pernafasan.
2.
Guru
a. Dapat memberikan
wawasan dan pengalaman
dalam menyusun model pembelajaran IPA dengan pembelajaran
kooperatif dengan media audiovisual.
b. Dapat memperoleh
masukan dari hasil
penelitian tindakan kelas
sebagai pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA di mana penulis
bertugas.
c. Dapat
meningkatkan upaya guru dalam mata pelajaran IPA dengan pembelajaran kooperatif
dengan media audiovisual khususnya
dalam pembelajaran IPA materi fungsi organ pernafasan.
d.
Dapat meningkatkan kinerja dan
profesional guru dalam mengajar.
3.
Lembaga (Sekolah)
a. Dapat dijadikan
sebagai masukan dalam
penyediaan dan pengolahan sumber belajar di sekolah.
b. Dapat memberikan
kontribusi untuk meningkatkan
kualitas sekolah khususnya pada
mata pelajaran IPA.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam atau
IPA bisa juga
di sebut dengan
Sains. IPA dapat pula
disebut dengan ilmu
yang mempelajari ilmu
kealaman atau yang mempelajari tentang alam. (Poedijadi,
2001:3). Beberapa ilmuan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan
pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science
sebagai The activity of questioning and
exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu
“ Suatu kegiatan
berupa pertanyaan dan
penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan
serangkaian rahasia alam.
“Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban,
pemahaman jawaban, penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik
alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
Ilmu
Pengetahuan Alam atau
IPA bisa juga
di sebut dengan
Sains. IPA dapat pula
di sebut dengan
ilmu yang mempelajari
ilmu kealaman atau
yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi, 2001:3 )
James Conant (Samatawo, 2006:1),
mendefinisikan Sains sebagai “ suatu deretan
konsep serta konseptual
yang berhubungan satu
sama lain dan
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna
untuk diamati dan dieksperimrntasikan lebih lanjut. Sedangkan
menurut Powler (Samatowa,
2006:2) bahwa “ IPA
merupakan ilmu yang
berhungan dengan gejala-gejala
alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur berlaku untuk umum yang berupa kumpulan hasil observasi dan
eksperimen.
Ilmu
Pengetahuan Alam atau
IPA atau Sains,
merupakan salah satu
mata pelajaran yang dalam
penyampaiannya menekankan pada
pemberian pengalaman secara langsung,
di mana siswa dibekali
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses guna menjelajahi
alam sekitar dan memahaminya. Yuliariantiningsih (2004:28)
berpendapat bahwa pada prinsipnya sains
di sekolah dasar
membekali siswa kemampuan
berbagai cara mengetahui dan
suatu cara mengerjakan
yang dapat membantu
siswa untuk memahami alam sekitar
secara mendalam.
Di dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan cara
untuk mencari tahu
tentang alam secara sistematis
untuk menguasai pengetahuan,
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-pronsip, proses penemuan, dan
memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA di
sekolah dasar bermanfaat
bagi peserta didik
untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar.
Pendidikan IPA menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar
peserta didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk “mencari
tahu“ dan “berbuat“
sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam
tentang alam sekitar”
Pengaplikasian pendidikan
IPA sebagaimana yang
tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan serta
mengarah kepada pencapaian tujuan dan
fungsi Pendidikan Nasional
akan terarah kepada
elemen yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik yaitu Guru.
Guru
sebagai pelaksana kegiatan
yang sangat mendasar
yaitu proses belajar mengajar
(PBM), sehingga mempunyai
peran yang sangat
penting di dalam mencapai tujuan
pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran IPA. Perbaikan PBM
merupakan suatu keharusan
yang harus dilakukan
oleh seorang guru. Perbaikan
PBM tersebut sangat
berkaitan erat dengan
kinerja-kinerja dari guru itu sendiri sebagai pelaksana dan pengembangan
PBM.
Keberhasilan PBM
sekarang ini sangat
sulit sekali untuk
ditinggalkan, khususnya di daerah
pedesaan yang identik
masih berpikir tradisional.
Hal ini terlihat dari cara
pandang bahwa proses pembelajaran hanya dijadikan sebagai keharusan bukan
sebagai kebutuhan. Proses
pembelajaran hanya untuk memperoleh ijazah
saja sebagai pengakuan
dari pemerintah, bukan
sebagai kegiatan untuk mendapatkan
wawasan yang kelak
akan berguna untuk kehidupannya di masa
datang. Sepertinya gaya berpikir seperti
ini masih harus diturunkan, apalagi
dengan keadaan yang
semakin sulit semakin
memperkuat cara berpikir seperti itu.
Teori
belajar Hilda dan
Taba (Kardisaputra, 2000
: 26), “
semua teori belajar bertitik
tolak dari konsep mengenai manusia dan tingkah laku”. Dengan demikian, teori
belajar disebut juga
dengan teori perkembangan
mental yang membicarakan tentang
kesiapan seseoarang untuk
melakukan tugas-tugasnya sesusai
dengan fase-fase tertentu sedangkan teori-teori mengajar adalah uraian tentang
petunjuk bagaimana semestinya seoarang guru mengajar kepada anak.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah
Pengetahuan (ilmiah yang
dapat meliputi fakta,
konsep, prinsif, gagasan-gagasan
atau ide teori, hukum-hukum dan model-model ) tentang alam sekitar yang diperoleh
melalui proses ilmiah (eksperimen dan observasi) yang dilakukan melaui
indra dan interaksi
dua arah, serta
berkaitan dengan pengembangan
sikap ilmiah, tindakan dan mengasung nilai-nilai atau manfaat.
Fungsi dan
tujuan utama pendidikan
IPA di SD
(Yager, 1996:9) tentang ruang
lingkup hasil belajar
IPA yang mencakup
kognisi atau konsep, keterampilan proses,
sikap, kreativitas dan aplikasi. Seperti
halnya tujuan pendidikan di SD adalah
agar siswa mampu
menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPA
yang telah dipelajari
menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan
masalah-masalah yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa maka pembelajaran IPA di sekolah
diupayakan untuk sesederhana
mungkin supaya siswa
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mereka berpikiran
IPA sangat penting untuk di pelajari untuk menunjang kehidupannya dan
bermanfaat bagi mereka.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya sains
terdiri atas tiga komponen,
yaitu produk, proses
dan sikap ilmiah.
Jadi tidak hanya terdiri
atas kumpulan pengetahuan
atau fakta yang
dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan fikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
Pendidikan IPA
dengan menggunakan pendekatan
STM adalah suatu bentuk
pengajaran yang tidak
hanya menekankan penuasaan
konsepnya saja tetapi menekankan
peran IPA dan
teknologi dalam berbagai
kehidupan di masyarakat dan
dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab terhadap
dampak teknologi di masyarakat.
Tujuan mata
pelajaran IPA/Sains, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaanNya.
b. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. (Permen
22 tahun 2006)
2. Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek
kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah
segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya
yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge
dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is body of knowledge, formed by of continous inquiry, and
compassing the people who are engaged in the scientific enterprise. Jadi
karakteristik IPA yang kemudian membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain
adalah bahwa IPA ditempuh melalui berbagai penemuan proses empiris secara
berkelanjutan yang masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk
membentuk sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso
(2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan
dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas
pertimbangan rasional dan objektivitas dengan
melalui observasi atau kegiatan eksperimen
untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Secara
lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana suatu
pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA (scientific method). Setidaknya ada enam
langkah untuk melakukan proses IPA , yaitu (1)
stating the problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment,
(4) making obsevation, (5) collecting data from the experiment, (6) drawing
conclutions.
3. Minat Belajar
a.
Pengertian Minat
Menurut Hardjana (1994:24),
minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang
timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal
tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau
terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam
bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994:17). Minat dapat menjadi sebab sesuatu
kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu
minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan
informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman
(Hardjana, 1994:42). Menurut Gie (1998:9), minat berarti sibuk, tertarik, atau
terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya
kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya
seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk
memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang
dituntutnya di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari
biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang
mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan
kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum
karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan
mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan
motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga
tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan
lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat
siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994:56).
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti
bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk
memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan
kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan
sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995:11). Minat merupakan salah satu
faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika
Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998:11).
Minat melahirkan perhatian spontan
yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan
demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat
pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat
memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap
sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995:20). Minat dan
perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang
menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk
memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh
perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu,
biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Kalau seorang siswa
mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun
sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang
sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan
siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan,
maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini
tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono, 1995:41).
Suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat
tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong
belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal
yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu
pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi
yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.
Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan
tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat
untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat
bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,
kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
Dengan demikian perlu adanya
usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan
minat belajar siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi
biologi. Minat sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi
yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya
berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.
b.
Peranan dan Fungsi Minat
Minat memegang peranan penting dalam
kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap, minat
menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap
sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat tenaga
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. William Amstrong (dalam Zanikhan, 2008),
menyatakan bahwa konsentrasi tidak ada bila tidak ada minat yang memadai,
seseorang tidak akan melakukan kegiatan jika tidak ada minat, Lester dan Alice
Crow juga menekankan beberapa pentingnya minat untuk mencapai sukses dalam
hidup sesorang.
Peranan minat dalam proses belajar
mengajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan
kegembiraan dalam usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat
memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melupakan apa
yang dipelajarinya, jadi belajar dengan penuh dengan gairah, dapat membuat rasa
kepuasan dan kesenangan tersendiri.
Dalam hubungannya dengan pemusatan
pemikiran, minat mempunyai peranan dalam memudahkan terciptanya pemusatan
perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar (Gie, 2004:57). Oleh
karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut
tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya.
Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah
dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih
besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong
siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong
terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima
pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus
tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang
baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran
sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.
c.
Unsur-Unsur Minat Belajar
Reber dalam Syah (1995: 136)
mengemukakan bahwa minat mempunyai ketergantungan pada faktor internal seperti
perhatian, kemauan dan kebutuhan. Unsur-unsur inilah yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Berikut uraian dari beberapa komponen minat tersebut.
1) Perhatian
Perhatian
sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan
berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Suryabrata
(2007:14) perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek
belajar. Siswa yang aktifitas belajarnya disertai dengan perhatian yang
intensif akan lebih sukses, serta prestasinya akan lebih tinggi. Aktivitas yang
disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan
lebih tinggi. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan
perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi
aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian
terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai
yang bagus yaitu dengan belajar.
Maka
dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian
anak didiknya dengan cara mengajar yang menyenangkan agar perhatian siswa dapat
muncul dengan sendirinya untuk lebih memperdalam pelajaran yang diajarkannya.
Beberapa
indikator yang berhubungan dengan aspek perhatian dalam belajar ini diantaranya
bertanya kepada guru, memperhatikan penjelasan guru, mencari sumber belajar di
luar sekolah, konsentrasi dalam belajar, dan tidak melamun saat guru
menerangkan pelajaran di depan kelas.
2) Kemauan
Kemauan
yaitu kondisi dimana seorang siswa cenderung untuk melakukan suatu aktifitas
tanpa adanya paksaan. Siswa yang memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari
suatu hal, maka dia akan berusaha untuk mencari pengetahuan yang lebih terhadap
sesuatu itu. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya aktifitas belajar. Jika
sejak awal siswa tidak ada kemauan untuk belajar, maka sulit baginya untuk
memulai aktifitas belajar tersebut.
Beberapa
indikator yang berhubungan dengan aspek kemauan ini
diantaranya berusaha mengerjakan latihan walaupun sulit, tetap belajar walaupun
guru tidak masuk mengajar, rajin membaca buku matematika, mau mengerjakan soal
latihan matematika selain yang ditugaskan guru, dan bersemangat mengikuti
pelajaran matematika.
3) Kebutuhan
Menurut
Suryabrata (2007:70) kebutuhan (motif) yaitu keadaan dalam diri pribadi seorang
siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan . Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh
seorang individu. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong
seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk
belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu
tertentu.
Dalam
proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak
menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa
yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia
lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Jadi
motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang
sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi
dalam belajar.
d.
Faktor-fatkor yang Mempengaruhi
Minat Belajar
Berhasil atau tidak seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern, dan faktor ekstern, faktor intern adalah
faktor yang ada dalam individu seperti faktor, kesehatan, bakat perhatian,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu (dirinya)
seperti Keluarga, sekolah, masyarakat.
Di bawah ini akan dikemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar tersebut.
1)
Faktor-faktor Intern :
a)
Faktor Biologis
(1)
Faktor Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat
besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya
terganggu misalkan sakit pilek, demam, pusing, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan
cepat lelah, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk belajar.
Demikian halnya jika kesehatan rohani
(Jiwa) seseorang kuarang baik, misalnya mengalami perasaan kecewa karena putus
cinta atau sebab lainnya, ini bisa mengganggu atau mengurangi semangat
belajar.Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap
orang, baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar
dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.
(2)
Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat tubuh
seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya bias mempengaruhi belajar,
siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Sebenarnya jika hal ini terjadi
hendaknya anak atau siswa tersebut dilembagakan pendidikan khusus supaya dapat
menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
(3)
Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis, tapi
disini penulis mengambil beberapa saja yang ada relevansinya dengan pembahasan
skripsi ini, faktor-faktor tersebut adalah :
a)
Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang
baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,
jika bahan atau materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka minat belajarpun
rendah, jika begitu akan timbul kebosanan, siswa tidak bergairah belajar, dan
bias jadi siswa tidak lagi suka belajar. Agar siswa berminat dalam belajar,
usahakanlah bahan atau materi pelajaran selalu menarik perhatian, salah satunya
usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar yang sesuai dan
tepat dengan materi pelajaran.
b)
Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever
adalah,Prepanednesto Respond or Reach. Kesiapan adalah kesediaan untuk
memberikan response atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar,
seperti halnya jika kita mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru
duduk dibangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami atau
menerimanya. Ini disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima
pelajaran tersebut.
Jadi menganjurkan sesuatu itu
berhasil jika tarif pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi
jasmani atau rohaninya telah matang untuk menerima karena jika siswa atau anak
yang belajar itu sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya itupun akan lebih
baik dari pada anak yang belum ada kesiapan.
c)
Bakat atau Intelegensi
Bakat adalah kemampuan untuk
belajar.Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar, misalkan orang berbakat menyanyi, suara, nada lagunya
terdengar lebih merdu disbanding dengan orang yang tidak berbakat menyanyi.
Bakat bias mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa
sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut,
begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya
mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang
“IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.Jadi kedua aspek
kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap minat belajar dan keberhasilan
belajar. Bila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam
bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses
disbanding dengan orang yang memiliki“IQ” rendah dan berbakat, kedua aspek
tersebut hendaknya seimbang, agar tercapai tujuan yang hendak dicapai.
2)
Faktor-faktor eksternal :
Faktor eksternal yang mempengaruhi
minat belajar siswa adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat. Uraian berikut akan membahas ketiga faktor tersebut.
a)
Faktor Keluarga
Minat belajar siswa bias dipengaruhi
oleh keluarga seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan
ekonomi keluarga. Akan diuraikan sebagai berikut :
(1)
Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh
Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya
(acuh tak acuh terhadap belajar anaknya) seperti tidak mengatur waktu belajar,
tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar
atau tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bias jadi
anaknya tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya
pun tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
Mendidik anak tidak baik jika terlalu
dimanjakan dan juga tidak baik jika mendidik terlalu keras. Untuk itu, perlu
adanya bimbingan dan penyuluhan yang tentunya melibatkan orang tua, yang sangat
berperan penting akan keberhasilan bimbingan tersebut.
(2)
Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi
atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga, dimana anak berada
dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak member
ketenangan kepada anaknya yang belajar. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang
besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok,
bias menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit berkonsentrasi dalam
belajarnya. Dan akibatnya anak tidak semangat dan bosan belajar, karena
terganggu oleh hal-hal tersebut.
Untuk memberikan motivasi yang
mendalam pada anak-anak perlu diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan
penuh kasih saying supaya anak tersebut betah dirumah dan bias berkonsentrasi
dalam belajarnya.
(3)
Keadaan Ekonomi Keluarga
Dalam kegiatan belajar, seorang anak
akadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar
seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat terpenuhi
jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak dapat
dijangkau oleh keluarga. Ini bias menjadi faktor penghambat dalam belajar tapi
sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu. Agar anak bias mengerti dan
tidak sampai mengganggu belajarnya. Tapi jika memungkinkan untuk mencukupi
fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak bersemangat
senang belajar.
b)
Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi
minat belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, pekerjaan rumah.
(1)
Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara
yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat
belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang
menguasai materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan
pelajaran alias monoton, semua ini bias berpengaruh tidak baik bagi semangat
belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa
tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan
minat belajar siswa guru hendaknya menggunakan metode mengajar yang tepat,
efesien dan efektif yakni dengan dilakukannya keterampilan variasi dalam
menyampaikan materi.
(2)
Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah
kegiatan yang diberikan kepada siswa kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang seharusnya disajikan itu
sesuai dengan kebutuhan bakat dan cita-cita siswa juga masyarakat setempat.
Jadi kurikulum bisa dianggap tidak baik jika kurikulum tersebut terlalu padat,
di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
Perlu diingat bahwa system intruksional sekarang menghendaki proses belajar
mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu memahami siswa dengan
baik, agar dapat melayani siswa dan member semangat belajar siswa, agar dapat
melayani siswa dan memberi semangat belajar siswa. Adanya kesesuaian kurikulum
dengan kebutuhan-kebutuhan siswa, akan meningkatkan semangat, dan minat belajar
siswa, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
(3)
Pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah yang terlalu banyak
dibebankan oleh guru kepada murid untuk dikerjakan di rumah. Merupakan momok
penghambat dalam kegiatan belajar, karena membuat siswa cepat bosan adalah
belajar siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan kegiatan yang lain.
Untuk menghindari kebosanan tersebut guru janganlah terlalu banyak memberi
tugas rumah (PR), berilah kesempatan siswa unuk melakukan kegiatan yang lain,
agar siswa tidak merasa bosan dan lelah dengan belajar.
c)
Faktor masyarakat
Masyarakat juga berpengaruh terhadap
minat belajar siswa, berikut ini penulis membahas beberapa faktor masyarakat
yang bisa mempengaruhi minat belajar siswa, yakni:
(1)
Kegiatan dalam masyarakat
Di samping belajar, anak juga
mempunyai kegiatan-kegiatan lain diluar sekolah, misalnya karang taruna,
menari, olah raga dan lain sebagainya. Bila kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan dengan berlebih-lebihan, bisa menurunkan semangat belajar siswa,
karena anak sudah terlanjur senang dalam organisasi atau kegiatan dimasyarakat,
dan perlu diingatkan tidak semua kegiatan dimasyarakat berdampak baik bagi
anak. Maka dari itu, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya,
supaya jangan atau tidak hanyut dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang
belajar anak. Jadi orang tua hendaknya membatasi kegiatan siswa dalam
masyarakat agar tidak mengganggu belajarnya, dan orang tua juga mengikut
sertakan siswa pada kegiatan yang mendukung semangat belajarnya seperti kursus
bahasa Inggris, dan komputer.
(2)
eman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul
siswa lebih cepat masuk dalam jiwa anak jika teman bergaulnya baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Jika teman
bergaulnya jelek pasti mempengaruhi sifat yang jelek pada diri siswa.
Seyogyanya orang tua memperhatikan pergaulan anak-anaknya, jangan sampai
anaknya berteman dengan anak yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan,
usahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik yang bisa memberikan
semangat belajar yang baik. Tugas orang tua hanya mengontrol dari belakang
jangan terlalu dan jangan terlalu dibebaskan yang bijaksana saja, agar siswa
tidak terganggu dan terhambat belajarnya. Masih banyak pengaruh-pengaruh
eksternal minat belajar siswa lingkungan sekitar juga bisa mempengaruhi, untuk
itu usahakan lingkungan disekitar kita itu baik, agar dapat memberi pengaruh
yang positif terhadap siswa/anak, sehingga anak terdorong atau bersemangat
belajar
4. Hasil Belajar
a.
Pengertian
Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dapat diamati setelah
siswa menerima pengalaman
belajarnya. Agar hasil
belajar dapat dicapai
dengan hasil yang
baik, maka siswa
harus banyak mendapat
pengalaman belajar, dalam hal ini pengalaman dapat diperoleh dari
aktivitas belajar siswa. Jadi hasil belajar pada hakekatnya
adalah perubahan tingkah
laku yang terjadi
pada siswa setelah menempuh pengalaman belajar Yamanoto
dalam (Setiawan, 2008:17).
Dimyati dan Mudjiono (2002:3)
mengartikan hasil belajar sebagai hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan penggalan dan puncak proses belajar. Hasil belajar,
untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.
Hasil
belajar adalah perubahan perilaku baik berupa pengetahuan, keterampilan atau
sikap sebagai hasil dari proses belajar. Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum sekolah
dasar (1995:69) disebutkan bahwa pencapaian hasil belajar adalah informasi
tentang pengetahuan sikap dan perilaku serta keterampilan yang dicapai oleh
siswa setelah berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu
tertentu.
Hasil
belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran dan
dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang pada angka rapor,
angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak
pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu
transfer belajar. Peran guru dalam proses pembelajaran yaitu membuat desain
intruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar
atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengiring
Adapun menurut
pendapat Maehr (dalam
Semiawan, 2003:24) tentang hasil belajar, yaitu :
1) Hasil
belajar merupakan tingkah
laku yang dapat
diukur dengan menggunakan tes
prestasi belajar.
2) Hasil
belajar merupakan hasil
dari perubahan individu
itu sendiri bukan hasil dari
perubahan orang lain.
3) Hasil
belajar dapat dievaluasi
tinggi rendahnya berdasarkan
criteria yang telah ditetapkan
oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan oleh kelompok.
4) Hasil
belajar merupakan hasil dari
kegiatan yang dilakukan
secara sengaja dan disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku
yang tidak disadari.
Hasil
belajar siswa dapat dinyatakan dalam proses skor atau angka dari hasil tes
seperti yang dikemukakan
oleh Makmun dan Nurmala (2003:26) bahwa hasil
belajar merupakan hasil
usaha atau kalimat
yang mencerminkan hasil yang
dicapai oleh setiap siswa.
Hasil belajar
dapat diperoleh dari
hasil tes (formatif,
sub sumatif dan sumatif),
unjuk kerja (performance), penugasan
(proyek), hasil kerja
(produk), porto folio, sikap serta penilaian diri.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan hasil belajar
siswa. Menurut Purwanto
(1984:101) bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
1) Faktor
individu, yaitu faktor
yang ada pada
diri individu itu
sendiri. Kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan
faktor pribadi.
2) Faktor
sosial, yaitu faktor
yang ada dari
luar individu. Factor
sosial terdiri dari factor keluarga,
guru dan cara
mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Sementara itu
berhubungan dengan hasil
belajar, Sudjana dalam
Kadir (2000:63) mengatakan hasil
belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua factor utama
yaitu factor yang
datang dari dalam
diri siswa dan
factor yang datang dari
luar siswa atau
factor lingkungan. Factor
yang datang dari
diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Di samping itu, motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan
cara belajar, ketekunan,
sosial ekonomi, factor fisik
dan factor psikis.
Sedangkan factor dari
luar siswa atau
lingkungan yaitu keluarga,
sekolah, kelompok bermain dan masyarakat.
5. Pembelajaran Kooperatif
a.
Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Hamdani
(2011:30) mengemukakan bahwa
model pembelajaran kooperatif
adalah rangkaian kegiatan
belajar siswa dalam kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif
diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap anggota kelompoknya harus
saling bekerja sama
dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran.
Selanjutnya menurut Karli
dan Yuliariatiningsih (dalam Hamdani,
2011:165) metode pembelajaran kooperatif adalah
suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerja sama yang
teratur dalam kelompok,
yang terdiri atas dua
orang atau lebih.
Keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi keterlibatan
setiap anggota kelompok
itu sendiri. Sedangkan menurut
Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif
(cooperative learning)
adalah pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Berdasarkan uraian
di atas, dapat
disimpulkan bahwa model
pem-belajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang
mengutamakan pembentukan kelompok yang
bertujuan untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang efektif.
Jadi, setiap siswa
akan melakukan sosialisasi internal dan
bertukar pikiran dalam menyelesaikan tugas
bersama dalam kelompok.
Dengan begitu siswa
akan bertanggung jawab
atas belajarnya sendiri dan
berusaha menemukan informasi
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
mereka.
b.
Ciri-Ciri Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Hamdani (2011:31) ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah : (1) Setiap
anggota memiliki peran; (2) terjadi
hubungan interaksi langsung diantara siswa;
(3) setiap anggota
kelompok bertanggung jawab
atas cara belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya; (4)
guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok; (5) guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.Menurut Lie (dalam
Sugiyanto, 2010:40-42)
pembelajaran kooperatif
adalah suatu sistem
yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang
saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif tersebut adalah :
1)
Saling ketergantungan positif
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong agar
siswa merasa saling
membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan ini yang
dimaksud saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai
melalui : (1) saling ketergantungan mencapai
tujuan; (2) saling
ketergantungan menyelesaikan tugas;
(3) saling ketergantungan bahan
atau tugas; (4)
saling ketergantungan peran; (5)
saling ketergantungan hadiah.
2)
Interaksi tatap muka
Interaksi tatap
muka akan memaksa
siswa saling tatap
muka dalam kelompok sehingga
mereka dapat berdialog.
Dialog tidak hanya dilakukan dengan
guru. Interaksi semacam
itu sangat penting
karena siswa merasa lebih
mudah belajar dari
sesamanya.ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.
3)
Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif
menampilkan wujudnya dalam
belajar kelompok. Penilaian ditunjukan
untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran
secara individual. Hasil
penilaian secara individual selanjutnya
disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar semua
anggota kelompok mengetahui
siapa anggota kelompok
yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan.
Nilai kelompok didasarkan atas
rata-rata hasil belajar
semua anggotanya, karena itu
setiap anggota kelompok
harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok.
4)
Keterampilan menjalin hubungan
antar pribadi
Keterampilan sosial
seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik
ide dan bukan
mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis,
tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat
dalam menjalin hubungan
antar pribadi tidak diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
Berdasarkan ciri-ciri
dari beberapa pendapat
di atas, dapat
disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif memang
menonjolkan pada diskusi dan kerjasama
dalam kelompok. Kelompok
dibentuk secara heterogen sehingga
siswa dapat berkomunikasi, saling
berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat,
dan saling menghargai pendapat
teman sekelompoknya.
6. Media Pembelajaran
a.
Definisi Media Pembelajaran
Menurut Hamdani (2011:243) media
adalah komponen sumber belajar atau
wahana fisik yang
mengandung materi instruksional
di lingkungan siswa, yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Dan media pembelajaran adalah media
yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung
maksud-maksud pengajaran. Selanjutnya menurut AECT (Association of
Education and Communication Technology)(dalam
Hamdani, 2011:73) mengatakan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang digunakan orang
untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Media pembelajaran
harus meningkatkan motivasi
siswa. Selain itu, mengingat apa
yang telah dipelajari,
selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik akan
mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan,
umpan balik, dan
mendorong siswa untuk
melakukan praktik-praktik yang
benar.
Kemp
dan dayton (dalam
Hamdani, 2011:73) mengidentifikasi manfaat
media pembelajaran adalah:
(1) penyampaian materi
pelajaran dapat diseragamkan; (2)
proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; (3) proses pembelajaran
menjadi lebih interaktif; (4) efisiensi dalam waktu dan tenaga; (5)
meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa; (6)
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja;
(7) media dapat menumbuhkan sikap positif
terhadap materi dan
proses belajar; (8)
mengubah peran guru ke arah yang lebih positif produktif.
Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah media yang
digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru
dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari
sumber belajar ke
penerima pesan belajar
(siswa). Dengan adanya media
pengajaran yang digunakan
guru diharapkan dapat
mengkonkretkan konsep-konsep
abstrak yang ada
dalam materi pelajaran,
khususnya PKn, mengingat banyak
materi dalam pembelajaran PKn yang sifatnya abstrak.
b.
Landasan Penggunaan Media
Pembelajaran
Kajian psikologi
menyatakan bahwa, anak
akan mudah mempelajari hal yang
konkret daripada hal
yang abstrak. Berkaitan
dengan kontinum konkret-abstrak
dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat
sebagai berikut :
1)
Menurut Bruner
(dalam Hamdani, 2011:256)
mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran, guru hendaknya
menggunakan urutan dari belajar
dengan gambaran atau
film (iconic representation of experiment), kemudian
ke belajar dengan
simbol, yitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation). Menurut Bruner,
hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi
juga untuk orang dewasa.
2)
Menurut Dale
(dalam Hamdani, 2011:256)
membuat jenjang konkret-abstrak dengan dimulai dari siswa
yang berpartisipasi dalam pengalaman
nyata, menuju siswa
sebagai pengamat kejadian
nyata, dilanjutkan ke siswa
sebagai pengamat terhadap
kejadian yang disajikan
dengan media, dan terakhir
siswa sebagai pengamat
kejadian yang disajikan.
Salah
satu gambaran yang
paling banyak dijadikan
acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam
proses belajar adalah
Dale’s Cone of Experience. Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci
dari konsep tiga tingkatan pengalaman
yang dikemukakan oleh
Bruner. Hasil belajar
seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (konkret),
kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui
benda tiruan, sampai kepada
lambang verbal (abstrak).
Semakin ke atas
di puncak kerucut semakin abstrak
media penyampai pesan
itu. Perlu dicatat
bahwa urut-urutan ini berarti proses belajar dan
interaksi mengajar belajar
harus selalu dimulai dari pengalaman
langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling
sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan kelompok
peserta didik yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar.
7. Media Pembelajaran Audiovisual
Media
audiovisual adalah suatu
media yang merupakan
gabungan antara madia audio
dan visual. Media
audio adalah media
yang dapat didengar atau
yang memilliki unsur
suara, sedangkan media
visual yaitu media yang
dapat dilihat dan
tidak mengandung unsur suara. Menurut Hamdani (2011:245)
media audiovisual yaitu
media yang mengandung unsur suara
dan juga memiliki
unsur gambar yang
dapat dilihat, seperti rekaman video,
film, dan sebagainya.
Selanjutnya, menurut Sukiman
(2012:184) media pembelajaran audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan
memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan.
Media audiovisual (film dan video)
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Arsyad (dalam Sukiman, 2012:188-189)
mengidentifikasikan kelebihan
media audiovisual sebagai berikut :
a.
Film dan
video dapat melengkapi
pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca,
berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.
b.
Film dan
video dapat menggambarkan
suatu proses secara
tepat yangdapat disaksikan secara
berulang-ulang jika dipandang perlu.
c.
Disamping mendorong dan
meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi efektif
lainnya.
d.
Film dan video yang mengandung
nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok
peserta didik.
e.
Film dan video dapat menyajikan
peristiwa yang berbahaya jika dilihat
secara langsung.
f.
Film dan
video dapat ditunjukkan
kepada kelompok besar
atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.
g.
Dengan kemampuan
dan teknik pengambilan
gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal
memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
Selanjutnya kelemahan
atau kekurangan dari
media audiovisual menurut Sukiman
(2012:189-190) adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan film dan video umumnya memerlukan
biaya yang mahal dan waktu yang banyak.
b. Pada
saat film dipertujukkan, gambar-gambar
bergerak terus sehingga tidak semua
peserta didik mampu
mengikuti informasi yang
ingin disampaikan melalui film
tersebut.
c. Film dan video yang tersedia tidak selalu
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan,
kecuali film dan
video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk
kebutuhan sendiri.
Solusi untuk
mengatasi kelemahan dari
penggunaan media audiovisual
adalah sebagai berikut;
a. Guru berinisiatif untuk membuat video sendiri
atau mencari di internet, yang
terpenting video tersebut
mampu menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran, sehingga hal tersebut bisa disiasati.
b. Guru
berusaha mengkondisikan seluruh
siswa dan memberikan tanggung jawab
tentang hasil setelah
melihat tayangan video. Selanjutnya, guru
bersama siswa mengulas
kembali tayangan tersebut dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan. c. Guru
berusaha untuk memberikan
penjelasan mengenai konsep
yang belum mampu tersampaikan melalui tayangan video tersebut.
8. Penerapan
Pembelajaran IPA melalui Model
Kooperatif dengan Menggunakan Media
Audiovisual
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat
didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal
ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa “ilmu pengetahuan alam berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu ilmu pengetahuan alam
juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran ilmu
pengetahuan alam tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan
bahwa, hakikat ilmu pengetahuan alam sebagai proses diperlukan untuk
menciptakan pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang empirik dan faktual.
Hakikat ilmu pengetahuan alam sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains
ditemukan.
Sebagai proses sains dipandang
sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal
dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara
lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial,
mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional,
merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan
eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup
rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan,
bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif..
Media pembelajaran adalah media yang
digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi
alat bantu guru
dalam mengajar serta
sarana pembawa pesan dari
sumber belajar ke
penerima pesan belajar
(siswa). Media yang baik akan mengaktifkan siswa dalam
memberikan tanggapan, umpan balik, dan
mendorong siswa untuk
melakukan praktik-praktik yang
benar. Media audiovisual adalah
media yang digunakan untuk menyampaikan materi IPA berupa tampilan unsur gambar
dan suara dengan bantuan proyektor.
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan media
audivisual adalah sebagai berikut :
a.
Melakukan kegiatan pra
pembelajaran.
b.
Guru melakukan apersepsi.
c.
Guru menyajikan
materi pelajaran dengan
menggunakan media audiovisual.
d.
Guru membentuk kelompok secara
heterogen dengan anggota lima atau enam anak (kelompok awal).
e.
Guru memberikan
lembar kegiatan pada
setiap kelompok untuk
menguasai materi yang telah dipelajari.
f.
Guru memberikan evaluasi
pembelajaran.
g.
Guru menutup pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Dari faktor guru
yaitu, pembelajaran yang
dilaksanakan seringkali hanya menggunakan metode
yang berpusat pada
guru dan tidak melibatkan aktivitas seluruh
siswa, belum menggunakan
metode yang bervariasi
demi meningkatkan gairah belajar
siswa. Penggunaan media
pembelajaran yang dilakukan guru
terkesan belum maksimal
sehingga belum mampu menggugah minat
siswa untuk aktif dan
antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran yang dilakukan guru. Pemberian penguatan juga masih
kurang diberikan oleh guru,
akibatnya siswa cenderung
kurang berminat, merasa bosan,
dan pasif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
yang dilakukan.
Selanjutnya, guru
masih kurang dalam
mengembangkan sumber belajar, seharusnya seorang
guru memiliki sumber
belajar yang lebih
lengkap dan berkualitas sebagai
bahan referensi untuk mempermudah pemahaman dalam memberikan pengetahuan yang
lebih luas terhadap siswa. Dari faktor siswa, sebagian besar
siswa belum sepenuhnya
bertanggungjawab untuk
memperhatikan materi pelajaran
yang sedang diajarkan,
sebagian siswa justru asik
berbicara dengan teman
sebangkunya dan mengganggu teman lainnya. Akibatnya,
siswa kurang memahami
materi pelajaran yang diajarkan. Selain
itu, sebagian besar
siswa masih terlihat
pasif dan kurang antusias, serta
kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran. Sedangkan dari
faktor Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), suasana pembelajaran yang
tercipta kurang kondusif,
hal tersebut ditunjukkan dengan proses
belajar mengajar yang
kurang interaktif antara
guru dan siswa, sehingga
pembelajaran yang berlangsung
terkesan hanya satu
arah.
Dengan permasalahan tersebut,
peneliti bersama kolaborator menetapkan
tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan media
audiovisual. Setelah
diberikan tindakan berupa
pembelajaran dengan model kooperatif dengan
menggunakan media audiovisual,
diharapkan pada akhirnya kondisi
keterampilan guru, minat belajar siswa, dan
hasil belajar siswa meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penerapan pembelajaran
kooperatif dengan media audiovisual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi fungsi
organ pernafasan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN ………….
Kecamatan …………..Kabupaten ………..Tahun Pelajaran 2013/2014.
b. Penerapan pembelajaran
kooperatif dengan media audiovisual dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi fungsi organ pernafasan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SDN …………. Kecamatan …………..Kabupaten
………..Tahun Pelajaran 2013/2014.