UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS ……… MELALUI KEGIATAN LOKAKARYA MINI PENGGUNAAN FASILITAS ICT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS POWERPOINT
DI GUGUS ....................
KECAMATAN .................... KABUPATEN
...................
ABSTRAK
…………………………………………
NIP. ………………..
penggunaan media ICT pada
pembelajaran berbasis powerpoint adalah merupakan suatu pengalaman baru bagi sebagian besar guru.
Pembelajaran berbasis powerpoint memerlukan
kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembiayaan, serta perangkat TIK
yang memadai. Peningkatan mutu pembelajaran
di sekolah sangat
tergantung dari beberapa faktor. Faktor
yang sangat penting
antara lain adalah
foktor kemampuan guru dalam
membuat media pembelajaran
yang kreatif, inovatif,
efektif, dan menyenangkan. Fasilitas
Powerpoint dapat menjadi
salah satu media pembelajaran yang kreatif, inovatif,
efektif dan menyenangkan itu.Untuk
meningkatkan kemampuan para
guru membuat power
point untuk media pendidikan dapat
diupayakan melalui bermacam-macam cara.
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, dicobakan tindakan dengan cara
lokakarya mini untuk para guru kelas V di …………….. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Dari hasil
penelitian dan analisa
data, ternyata pada siklus
kedua, kemampuan guru
membuat powerpoint untuk
media pembelajaran meningkat secara
signifikan dan memenuhi
indikator yang telah ditetapkan sebesar 75%. Dari dua siklus yang
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam memberdayakan ICT dengan
membuat media pembelajaran berbasis powerpoint terbukti meningkat. Hal ini
dapat dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata hasil observasi dari 27,57
dengan kriteria KURANG, pada kondisi awal, menjadi 39,14 dengan kriteria CUKUP
pada siklus pertama dan pada siklus terakhir menjadi 55,43 dengan kriteria
SANGAT BAIK. Peningkatan kemampuan
secara individu untuk masing-masing guru juga semakin membaik pada setiap
siklusnya, yaitu 42,86% atau 3 guru pada kondisi awal, menjadi 71,43% atau 5
orang guru serta 7 orang guru atau 100% pada siklus terakhir. Dari hasil penelitian
ini, dapat disimpulkan
bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru
membuat powerpoint untuk
media pembelajaran dapat dilakukan dengan kegiatan lokakarya
mini kepada guru.
Kata Kunci
: kemampuan, powerpoint,
media, lokakarya mini
B A B I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam era kemajuan ICT (Information and Communication Technology) sebagaimana yang terjadi
dewasa ini, tantangan yang dihadapi oleh manajemen SMP Negeri
4 Randudongkal adalah bagaimanakah agar fasilitas ICT ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung perbaikan
kualitas proses pembelajaran. Dalam hal ini perlu kami sampaikan bahwa
fasilitas ICT yang dimaksud adalah Laptop/komputer, LCD Projector, Microsoft Office khususnya Microsoft Power
Point.
Kemudian, setelah fasilitas ICT tersebut tersedia di sekolah, maka upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT untuk
menunjang perbaikan kualitas proses pembelajaran menjadi masalah riil, karena masih banyak guru yang belum terbiasa memanfaatkan fasilitas ICT yang tersedia di sekolah. Meskipun upaya untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT telah kami lakukan, misalnya
dengan pembentukan Tim ICT sekolah yang dibekali dengan kompetensi dan motivasi
untuk mendayagunakan fasilitas ICT dan bertugas untuk mengelola dan
mengembangkan Pusat Sumber Belajar.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi ICT untuk
pemanfaatan dan pendayagunaan ICT telah mengalami kemajuan. Untuk meningkatkan
kompetensi guru potensial agar lebih berdampak dalam pemanfaatan ICT untuk
menunjang perbaikan pembelajaran dan mengimbaskan kompetensinya kepada
guru-guru yang belum memiliki kompetensi terkait, maka pelatihan pembuatan blog
guru kami pilih sebagai strategi untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
pemanfaatan ICT. Dalam hal ini, kami menitikberatkan pada upaya-upaya tindakan
yang akan ditempuh agar lokakarya mini yang dilakukan di Gugus ………….. berdampak efektif terhadap peningkatkan kompetensi
guru dalam pemanfaatan media ICT yang tersedia di sekolah, untuk meningkatkan
kualitas layanan pembelajaran. Peningkatan kompetensi guru dalam pemanfaatan
ICT tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menunjang upaya
perbaikan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
Kami menyadari bahwa penggunaan media ICT pada pembelajaran berbasis
powerpoint adalah merupakan
suatu pengalaman baru bagi sebagian besar guru di sekolah kami. Pembelajaran berbasis powerpoint memerlukan kesiapan Sumber Daya Manusia
(SDM) dan pembiayaan, serta perangkat TIK yang memadai. Dalam
hal kesiapan perangkat TIK, di sekolah kami telah tersedia fasilitas komputer dengan fasilitas microsoft office yang
mendukung dan dapat
difungsikan oleh guru. Dengan demikian, masalah perangkat TIK dan pembiayaan
bukanlah menjadi hambatan utama. Adapun kesiapan SDM guru pada saat ini masih
menjadi hambatan. Untuk itu, pembinaan kompetensi guru dalam menyusun pembelajaran berbasis powerpoint perlu dilakukan dan amat penting untuk
penyiapan SDM dalam pengelolaan dan perangkan
pembelajaran berbasis powerpoint yang dibuat untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan sebagaimana di atas, kami menemukan bahwa ketersediaan
fasilitas ICT di sekolah belum banyak dimanfaatkan dan didayagunakan oleh guru
untuk mendukung pembelajaran, padahal pendayagunaan ICT ini mestinya menjadi
kebutuhan guru untuk memberikan layanan pembelajaran berbasis ICT. Adapun penyebab
dari kondisi ini adalah karena kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT rata-rata
belum memadahi. Untuk itu, penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan
sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT dengan judul: “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS ……… MELALUI KEGIATAN LOKAKARYA MINI PENGGUNAAN FASILITAS
ICT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
POWERPOINT DI GUGUS .................... KECAMATAN
.................... KABUPATEN ................... ”.
Pemilihan judul tersebut kami pandang
tepat dikarenakan pelatihan pembuatan blog guru merupakan bagian dari strategi
kami untuk memotivasi dan meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT
untuk menunjang proses pembelajaran.
B.
Identifikasi Masalah
Masalah pemanfaatan ICT sebenarnya cukup kompleks.
Dalam hal ini, permasalahan yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian
ini adalah:
1. Masih banyaknya guru yang belum
memanfaatkan media ICT yang tersedia di sekolah untuk menunjangkegiatan pembelajaran.
2. Masih kurangnya kompetensi guru dalam
pendayagunaan ICT.
3. Banyak guru yang kurang memahami /belum
dapat membuat blog guru.
C.
Pembatasan Masalah
Penelitian ini
dibatasi pada upaya peneliti untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
pemanfaatan ICT melalui pelatihan pembuatan blog guru yang dapat dikembangkan
untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah binaan ……………………kecamatan …………….. kabupaten ………..
D.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam penelitian tindakan ini adalah : “ Apakah
melalui kegiatan lokakarya mini penggunaan fasilitas
ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint di gugus ....................
Kecamatan .................... Kabupaten ................... dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar?”.
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan mengajar guru di sekolah dalam pemanfaatan ICT sebagai
media pembelajaran berbasis powerpoint.
Dalam hal ini, peneliti mengharapkan agar guru-guru
potensial di sekolah dapat menindaklanjuti dan mengimbaskan kompetensi hasil-hasil
lokakarya mini pemanfaatan ICT sebagai
media pembelajaran berbasis powerpoint kepada rekan sejawat yang masih membutuhkan bimbingan dalam pembuatan, pengelolaan dan pengembangan pemanfaatan ICT sebagai
media pembelajaran berbasis powerpoint dalam mendukung layanan pembelajaran kepada anak
didik.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat terhadap peningkatan kemampuan guru di Gugus Binaan ……………, dan secara
khusus:
1.
Bagi sekolah, untuk meningkatkan
implementasi atas upaya pelaksanaan MBS ( Manajemen Berbasis Sekolah )
2. Bagi
guru diharapkan dapat memberikan wacana, wawasan, dan motivasi kepada
guru dalam pembuatan dan pemanfaatan blog gurudalam menunjang kegiatan
pembelajaran dan kegiatan penelitian tindakan
3. Bagi peneliti, untuk menumbuhkan motivasi dan
meningkatkan kompetensi dalam penyusunan karya ilmiah sebagai bagian dari
pengembangan profesi guru.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Sekolah Sebagai Sistem, dan Pelatihan
Dalam Buku Manajemen Berbasis Sekolah Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (MBS,2007:5),
sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome. Adapun konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada
proses, proses bepengaruh pada out put, dan out put berpengaruh pada out come.
Konteks adalah eksternalitas yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pendidikan dan karenanya harus diinternalisasikan ke dalam penyelenggaraan
sekolah. Konteks meliputi kemajuan ipteks, nilai dan harapan masyarakat,
dukungan pemerintah dan masyarakat, kebijakan pemerintah, landasan yuridis,
tuntutan otonomi, globalisasi, dan tuntutan pengembangan diri serta peluang
tamatan untuk melanjutkan pendidikan atau untuk terjun di masyarakat.
Dalam pendidikan, proses adalah kejadian
berubahnya siswa belum terdidik menjadi siswa terdidik. Dalam hal ini, mutu
proses belajar mengajar sangat tergantung pada mutu interaksi guru dan siswa.
Mutu interaksi guru sangat tergantung perilakunya dikelas ( utamanya ) dan
perilaku siswa di kelas ( utamanya ). Contoh perilaku guru di kelas: Kejelasan
mengajar, penggunaan variasi metode mengajar, variasi penggunaan media
pendidikan, keantusiasan mengajar, penggunaan jenis pertanyaan, manajemen
kelas, penggunaan waktu, kedisiplinan, keempatian terhadap siswa, hubungan
interpersonal, ekspektasi, keinovasian mengajar, dan penggunaan prinsip-prinsip
pengajaran dan pembelajaran yang efektif. Adapun perilaku guru yang perlu
diperhatikan dalam pelatihan misalnya, keseriusan belajar, semangat belajar,
perhatian, keingintahuan, usaha, pertanyaan, dan kesiapan belajar guru dalam
pelatihan ( mental dan fisik ).
Output pelatihan adalah hasil belajar (prestasi
belajar) yang merefleksikan seberapa efektif proses pelatihan (belajar
mengajar) diselenggarakan. Prestasi belajar ditunjukkan oleh peningkatan
kemampuan dasar ( meliputi daya pikir, daya qalbu, dan daya raga ) dan
kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional antara lain meliputi kemampuan
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan, kemampuan mengelola sumber daya,
kemampuan bekerjasama, kemampuan memanfaatkan informasi, kemampuan menggunakan
sistem dalam kehidupan, kemampuan berwirausaha, kemampuan kejuruan, kemampuan
menjaga harmoni dengan lingkungan, kemampuan mengembangkan karir, dan kemampuan
mempersatukan bangsa. Dengan demikian out put pelatihan yang diharapkan
adalah guru-guru yang berkemampuan memanfaatkan ICT untuk menunjang proses
pembelajaran yang bermutu.
Outcome pelatihan adalah dampak jangka panjang
dari output/hasil belajar/pelatihan, baik dampak bagi individu guru maupun bagi
sekolah. Outcome memiliki dua dimensi yaitu: (1) kesempatan melanjutkan
pendidikan/pelatihan dan kesempatan kerja, dan (2) pengembangan diri. Dalam
hal ini, pengembangan diri yang dimaksud adalah pengembangan intelektualitas
dan qalbu yang dihasilkan dari proses pelatihan di sekolah untuk membuat dan
mengembangkan ICT sebagai media pembelajaran berbasis power point yang kreatif.
Ada empat komponen yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan mutu pelatihan di sekolah. Adapun komponen yang menyangkut mutu
terkait partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas publik adalah:
a.
Manpower
(sumber daya manusia) yang
menunjang pelaksanaan pelatihan adalah guru ( pelatih ) yang profesional dan
berkompeten
b.
Material
(input sekolah) yang menunjang peningkatan mutu pelatihan berupa: peserta
potensial, sarpras penunjang, dan pembiayaan
c.
Machine
(mesin/alat = hardware) yang memiliki dampak dalam peningkatan mutu pelatihan
diantaranya adalah laborat komputer, LCD projektor dan jaringan internet
d.
Methode
(cara/soft ware) yang berdampak dalam kaitannya dengan mutu pelatihan di
sekolah dapat berupa pendayagunaan guru potensial, pengelolaan pembelajaran,
pendayagunaan sarpras, dan website sekolah.
Dalam hal sekolah
sebagai sistem dan pelatihan, maka konteksnya adalah pengembangan diri guru, dengan in-put peserta pelatihan ( guru ) dalam proses
pelatihan untuk dapat mengembangkan ICT sebagai media
pembelajaran berbasis power point guna mendukung proses pembelajaran yang bermutu.
2.
ICT
a. Pengertian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggris yaitu Information
and Communication Technologies (ICT) adalah payung besar terminologi yang
mencakup seluruh peralatan teknis
untuk memproses dan menyampaikan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi
dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan
dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu,
teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak
terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas
yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media. Istilah ICT muncul
setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi
pada pertengahan abad ke-20.
Menurut Fitrihana (2007:18), ICT adalah sistem atau teknologi yang
dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan,
menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi
sebuah informasi. Dan dalam konteks pembelajaran, ICT meliputi segala hal yang
berkaitan dengan pemanfaatan komputer untuk mengolah informasi dan sebagai alat
bantu pembelajaran serta sebagai sumber informasi bagi guru dan siswa.
Ase Suherlan (200 : 48) mengemukakan bahwa pembelajaran
pada hakikatnya merupakan komunikasi yang transaksional yang bersifat timbal
balik baik diantara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan lingkungan
belajar dalam upaya mencapaian tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di
atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur komunikasi
dan informasi. Dengan demikian produk dan proses teknologi yang dibutuhkan
dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik tersebut. Dengan demikian
teknologi yang berhubungan langsung dengan pembelajaran adalah teknologi
informasi dan komunikasi ( Information
Communication and Technology).
Teknologi Informasi menekankan pada pelaksanaan dan
pemprosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil,
memanifulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkatperangkat
teknologi elektronik terutama komputer. Makna teknologi informasi tersebut
belum menggambarkan secara langsung kaitannya dengan sistem komunikasi, namum
lebih pada pengolahan data dan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi
menekankan pada penggunaan perangkat teknologi elektronikayang lebih menekankan
pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data dan
informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria
komunikasi yang efektif. Sebagai contoh salah satu aplikasi Teknologi Informasi
dan Komunikasi adalah videoconference, yang menggunakan teknologi informasi
untuk menghubungkan (networking)antar clien dengan fasilitas internet,
pesan-pesan yang disampaikan oleh kedua belah pihak diterima, diolah,
dianalisis dan ditrasmisikan, oleh teknologi informasi sehingga sampai pada
masing-masing pihak melalui internet dengan jaringan satelit atau kabel. Peran
teknologi komunikasi adalah mengatur mekanisme komunikasi antar kedua belah
pihak dengan cara desain komunikasi yang sesuai, visualisasi jelas, pesan teks,
suara, video memenuhi standar komunikasi, pengaturan feed back sehingga
komunikasi berlangsung menjadi dua arah.
Secara lebih ringkas, Martin mengemukakan adanya
keterkaitan erat antara Teknologi Informasi dan Komunikasi, teknologi informasi
lebih pada sistem pengolahan informasi sedangkan teknologi komunikasi berfungsi
untuk pengiriman informasi (information delivery). Pembelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi di sekolah memadukan kedua unsur teknologi informasi
dan teknologi komunikasi menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan
tujuan siswa dan guru memiliki kompetensi untuk memanfaatkan teknologi
informasi sebagai perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengolah,
menganalisis dan mentransmisikan data dengan memperhatikan dan memanfaatkan
teknologi komunikasi untuk memperlancar komunikasi dan produk teknologi
informasi yang dihasilkan bermanfaat sebagaia alat dan bahan komunikasi
pembelajaran, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Pemanfaatan ICT dalam Dunia Pendidikan
Selama ini banyaknya lembaga pendidikan yang telah berhasil
mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung proses
pembelajarannya. Di mana teknologi Informasi dan Komunikasi di sini cenderung
dikaitkan dengan teknologi terbaru, seperti komputer dan teknologi yang
mutakhir yang di mana terus mengalami perkembangan baik dari bentuk, ukuran,
kecepatan dan kemampuannya. Seiring dengan munculnya berbagai alat bantu yang
berbasis ICT telah membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam
proses pembelajaran yang dalam waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini
sudah begitu familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran. Hal ini diasumsikan karena ICT memainkan fungsinya bukan hanya
sebagai sarana informasi dan hiburan tetapi ICT juga dapat berfungsi sebagai
media pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan pada
proses pembelajaran ICT atau TIK khususnya dalam hal internet dapat
dimanfaatkan oleh guru maupun siswa misalnya dalam pencarian informasi atau
bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam interaksi guru-murid,
efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai data dan informasi yang
diperlukan.
Begitu pula dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran ICT atau TIK yang dimasukan dalam kurikulum, sebagai salah
satu mata pelajaran. Yang di mana sebagai mata pelajaran TIK yang memiliki visi
agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan
Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi
dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu
berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi
mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru yang terjadi di
lingkungannya.
Seiring dengan perkembangannya
teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yang telah merambat ke seluruh aspek
kehidupan tak terkecuali pendidikan dan pengajaran, sesungguhnya biasa
dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam
sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis
ICT, baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai
bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat untuk menerapkannya dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran.
Di samping itu, tanggung jawab sekolah
dalam memasuki era globalisasi ini yakni bagaimana seharusnya menyiapkan siswa
untuk menghadapi semua tantangan yang sewaktu – waktu mengalami perubahan yang begitu
cepat dalam aspek kehidupan. Dan hal ini menyebabkan lembaga persekolahan
dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam
kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan
dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses
ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan
ICT sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan
(Sekolah).
Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa
ICT sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya pada lembaga
pendidikan (Sekolah), namun dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa
lembaga persekolahan belum siap melaksanakan pembelajaran berbasis ICT. Sebab
mata pelajaran ini dianggap sulit diajarkan karena sebagian besar guru belum
memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan mata pelajaran yang berbasis
ICT tersebut. Di samping itu, juga terdapat beberapa lembaga persekolahan yang
belum dilengkapi fasilitas ICT seperti komputer untuk dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran guna menunjang peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana isi
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan PP 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan yang merupakan beberapa instrumen pemerintah untuk
mengimplementasikan ICT atau TIK untuk menunjang mutu pendidikan. Dan bahkan
pemerintah pun telah mendeklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source
Software (OSS) sebagai salah satu langkah strategis dalam mempercepat
penguasaan teknologi informasi terkhusus di Indonesia. Sejalan dengan komitmen
Pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan juga
mendayagunakan teknologi informasi komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Pada
pasal 4 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Di samping itu, juga terdapat beberapa
kasus yang patut diperhatikan adalah adanya beberapa siswa yang “lambat”.
“Siswa yang lambat di sini bukan berarti ia bodoh, bisa saja ia cerdas tetapi
hanya sedikit lambat dalam menerima pengarahan”, “Di sinilah komputer memahami
anak-anak yang lambat dalam belajar, karena gaya belajar hanyalah permasalahan
teknis”, Dengan menambahkan infrastruktur berupa personal computer
(PC)/komputer, siswa akan mampu mengaktifkan semua indera dan sensitifitasnya
dengan cara melihat, mendengar, dan membaca karena pemanfaatan ICT sebagai
media pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimasi
pembelajaran,
Begitu pula dengan seorang guru yang
menguasai teknologi informasi akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil
belajar, analisis hasil belajar maupun kegiatan remedial dan enrichment dengan
memanfaatkan ICT secara optimal. Misalnya perencanaan pembelajaran yang
dirancang oleh guru mulai dari progam tahunan sampai rencana persiapan
pembelajaran dibuat dan disimpan secara digital dalam bentuk file-file dalam
program aplikasi misalnya dalam bentuk microsoft word yang sewaktu- waktu dapat
diubah atau diperbaharui. Sehingga manfaat yang diperoleh guru dari pemanfaatan
sangat banyak, diantaranya guru dapat memiliki back-up data yang lengkap dan
setiap saat dokumen perencanaan pembelajaran dapat direvisi dan di-up-date
sesuai kebutuhan. Kedua, guru dapat mem-print-out dokumen tersebut untuk
kepentingan pembelajaran dan supervisi dan dapat dengan seketika melakukan
perbaikan dan penyempurnaan terhadap dokumen tersebut. Hal ini sangat membantu
guru dalam efisiensi waktu, tenaga dan pikiran. Begitu juga dengan soal-soal
ulangan blok maupun harian serta bank soal dapat terdokumentasikan dengan rapih
dan dapat diakses kembali untuk kepentingan assessment berikutnya dan yang
terakhir guru mendapatkan kemudahan dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan
penilaian karena tidak harus memulai dari nol setiap kali harus membuat dokumen
pembelajaran seperti ketika semua administrasi guru dan dokumen pembelajaran
masih dibuat secara manual dan konvensional. Karena selama ini, persoalan yang
selalu dihadapi guru ketika menghadapi supervisi adalah tidak siapnya dokumen
administrasi pembelajaran karena faktor waktu yang tersedia untuk mempersiapkan
dokumen tersebut tersita oleh kegiatan pokok. Tapi dengan memanfaatkan
teknologi informasi, persoalan waktu dan kesulitan teknis dapat dipangkas
sehingga penyusunan dokumentasi administrasi pembelajaran dan dokumentasi
soal-soal menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
Jadi, pada intinya pelaksanaan
pembelajaran yang berbasis ICT yang dalam pemamfaatannya pada kegiatan
pembelajaran dapat dikategorikan kedalam empat fungsi utama, antara lain :
1)
Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini
TIK atau ICT digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user), baik guru
maupun siswa untuk membantu proses pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata,
mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program
administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan
sebagainya.
2)
Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science).
Hal ini diasumsikan bahwa melalui pemanfaatan teknologi guru maupun siswa dapat
menjadikan ICT khususnya internet sebagai perpustakaan, menjadikan e-mail
sebagai alat komunikasi, menjadikan bulletin board sebagai sarana
memperoleh informasi mutakhir dan menjadikan kesempatan chatting untuk diskusi.
3)
ICT berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk
pembelajaran (literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan
pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi
berbantuan computer yang di mana posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru
yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
4)
ICT sebagai wadah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, diterima luas oleh guru daripada
alat belajar lain, dan didukung luas oleh administrator, orang tua, politikus,
dan masyarakat pada umumnya.
c. Pengembangan ICT dalam Pembelajaran
Media pembelajaran berbasis Information
Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sangat erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas anak sebab anak
yang mempunyai kreativitas tentunya akan mengalami perkembangan yang baik dan
mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik pula.
Kreativitas yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualkan dirinya
dalam pergaulan dan juga dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini diharapkan agar
dengan adanya media pembelajaran atau dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis ICT anak dapat kreatif dan berkembang sesuai yang
diinginkan.
Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis ICT tak
ubahnya merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain sehingga terwujudnya kegiatan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan dalam arti siswa tidak hanya sekedar dimodali teori
tentang ICT tapi bagaimana siswa mampu menerapkan penggunaan ICT dalam kegiatan
pembelajarannya. Adapun komponen-komponen tersebut diantaranya siswa, guru,
kurikulum, metode, sarana fisik, pengalaman belajar dan media pembelajaran harus
bersinergis dengan pemamfaatan ICT yang secara signifikan sering mengalami
perkembangan. Sehingga interaksi
berbagai komponen tersebut sejatinya melahirkan kegiatan pembelajaran yang
bermuara pada kegiatan belajar siswa yang aktif, kreatif, efektif dan tentu
saja, menyenangkan, sehingga siswa merasa betah di kelas dan merasa senang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran karena setiap pembelajaran dikemas dalam
pengembangan ICT.
Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memiliki
tiga kedudukan untuk dapat dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu :
1)
Peran Tambahan
(suplemen)
Dikatakan
berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran melalui ICT
atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik
untuk mengakses materi pembelajaran melalui ICT. Sekalipun sifatnya hanya
proporsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan. Walaupun materi pembelajaran melalui ICT berperan
sebagai suplemen, para dosen /guru tentunya akan senantiasa mendorong,
mengggugah, atau menganjurkan para peserta didiknya untuk mengakses materi
pembelajaran melalui ICT yang telah disediakan.
2)
Fungsi Pelengkap
(Komplemen)
Dikatakan
berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran melalui
ICT diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta
didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui ICT
diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang
bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
3)
Fungsi
Pengganti (substitusi)
Beberapa
perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran / perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya adalah
untuk membantu mempermudah para maasiswa mengelola kegiatan pembelajaran/
perkuliahannya sehingga para mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas
lainnya dengan kegiatan perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3
alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih para mahasiswa, yaitu
apakah mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan secara (1)
konvensional (tatap muka) saja, atau (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Secara umum, peranan ICT khususnya
pembelajaran yang menerapkan e-learning
dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan
substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan
tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan
ICT, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan dengan
bantuan ICT.
Saat ini, regulasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Dalam proses belajar mengajar konvensional, Guru memiliki keterbatasan dalam
mengajar siswa, walaupun masih banyak hal-hal positif juga yang dapat diperoleh
darinya. Beberapa keterbatasan
itu, diantaranya interaksi yang terbatas karena umumnya kelas diisi banyak
siswa. Misalnya dalam PBM selama ini terkendala karena jumlah siswa yang mengikuti
kelas mencapai puluhan. Hal ini menjadikan PBM tidak optimal, karena data dan
informasi yang tersampaikan kepada siswa tidak maksimal.
Guru dikatakan sebagai figur
demokratis yang mengayomi dan membimbing siswanya dalam mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan. Sehingga guru harus menjadikan dirinya sebagai figur
yang dengan cerdas dalam menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, inovatif
dan berwawasan teknologi serta membuka peluang-peluang baru bagi siswa untuk
berkembang secara mandiri sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki
dan juga memiliki kepekaan dan kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi
untuk kepentingan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan dan kepekaan
terhadap teknologi ini menjadi keniscayaan bagi guru jika guru ingin kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan di kelas tidak membosankan bagi siswa. Jika
siswa merasa bosan di kelas, maka pencapaian kompetensi yang ingin dicapai pun
akan terhambat. Kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
yang berbasis ICT akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
siswa mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Dalam perkembangan teknologi yang
berbasis ICT khususnya komputer secara signifikan telah merubah kehidupan
masyarakat termasuk cara mereka memperoleh pengetahuan. Di mana ICT khususnya
Internet telah menawarkan lautan informasi bagi siswa yang secara independen
dapat mereka akses tanpa tergantung lagi pada guru di kelas. Jika guru masih
menampilkan diri sebagai figur yang gagap teknologi, maka niscaya mereka akan
ketinggalan oleh muridnya baik dari sisi penguasaan informasi maupun
komunikasi. Sebab kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak menarik di mata
siswa jika mereka menemukan gurunya sendiri tidak mampu menerapkan
pembelajarannya dengan penerapan ICT atau TIK di dalamnya.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan
teknologi informasi dan komunikasi disetiap kegiatan pembelajaran secara tepat
dan optimal maka guru maupun siswa akan memiliki kreativitas dalam berkreasi,
mengembangkan sikap imaginatif, dan
mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, serta mudah beradaptasi dengan
perkembangan baru yang dengan cepatnya sering mengalami perkembangan. Sehingga
kehadiran teknologi informasi dalam pembelajaran merupakan hal yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi, sebab telah menjadi penunjang utama dalam pengembangan
dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya
media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persolan
pendidikan dan pembelajaran.
3.
Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely
(dalam Azar Arsyad, 2003:3) mengatakan
bahwa media apabila
dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi,
atau kejadian yang
membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alatalat grafis, photographis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pengajaran agama
misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat
bantu dalam proses belajar mengajar
agama, akan membahas
masalah keterampilan, sikap, perbuatan, dan strategi mengajarkan
agama. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian media pengajaran
digantikan dengan istilah-istilah seperti
alat pandang-dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi
pandang-dengar (audiovisual
communication), pendidikan alat
peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan
media penjelas. (Azar Arsyad, 2003:13)
Media pengajaran menurut Hamalik (1989:23) adalah
alat, methode dan tehnik yang digunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi
dan interaksi guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar
di sekolah. Untuk lebih jelasnya
dalam memahami pengertian media,
maka penulis mengungkapkan
beberapa istilah menurut para
ahli.
1)
Menurut
Gange I, Wilkinson,
media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.
2)
Menurut
NEA (National Education Association),
media adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibacakan bersama instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
3)
Menurut
AECT (Association for Education
Communication and Technology), media
merupakan segala bentuk
dan saluran yang
digunakan dalam penyampaian
informasi.
4)
Menurut
Wilbur Seram, media
pengajaran adalah teknologi
pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan instruksional.
4.
Media Pembelajaran Berbasis Powerpoint
1)
Pengertian
Media merupakan alat yang harus ada
apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan.Media merupakan alat
Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan.Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang
dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Kata
media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang berarti pengantar atau perantara , dengan demikian dapat
diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan.
Presentasi Power Point Ini adalah
bentuk yang paling sederhana dan paling mudah dan paling praktis sehingga
paling banyak dipergunakan oleh kebanyakan pembicara, baik pembicara seminar,
workshop, dan juga guru di kelas. Hendaknya, setiap guru paling tidak mempunyai
kemampuan untuk membuat materi ajardalam bentuk presentasi Power Point ini.
Meskipun paling sederhana, Power Point memberikan fasilitas yang cukup hebat
untuk membuat media ajar. Justru dengan kesederhanaan ini lah yang menyebabkan
hal ini sangat mudah dipelajari. Apakah hasilnya menjadi sangat
sederhana? Belum tentu. Dengan kreatifitas lebih, Power Point dapat
dioptimalkan dengan baik untuk membuat paket media ajar yang berkualitas.
Mengoptimalkan Microsoft PowerPoint
sebagai media belajar berarti memanfaatkan secara maksimal segala fitur dan
sediaan yang dimiliki oleh Microsoft PowerPoint untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar. Microsoft PowerPoint merupakan sebuah software yang dibuat
dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program
berbasis multi media. Didalam komputer, biasanya program ini sudah
dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus
untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan,
pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang
mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.
Aplikasi software Microsoft PowerPoint
yang sering digunakan untuk presentasi dapat dioptimalkan penggunaannya dengan
memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimilikinya seperti hyperlink, insert
picture, table, grafik movie ,sound beserta efek animasinya (custom animation)
dalam menampilkan gambar bangun, garis, teks dan gambar secara kolaboratif.
Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan
operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan
bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah
tersedia. Unsur rupa tersebut dapat kita buat tanpa gerak, atau dibuat dengan
gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat
kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai timing yang
kita inginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse.
Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan
terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik, maka kontrol
operasinya menggunakan cara manual.
2)
Pengembangan Media Berbasis
Multimedia (Microsoft Office PowerPoint)
Power Point merupakan salah satu program dalam Microsoft
Affice. Power Point atau Microsoft Office PowerPoint
adalah “sebuah program komputer untuk presentasi”. Microsoft Office
Power Point merupakan program aplikasi yang dirancang secara khusus untuk
menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana sebagai
berikut:
“Program Microsoft
Office Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk
mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan,
mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku
selain alat untuk menyimpan data.”
Pakar Information Teknologi (IT) yang juga
memberi pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian yang terdahulu,
yaitu Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft
di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft
Word, Excel, access dan beberapa program lainnya. PowerPoint
berjalan di atas komputer PC berbasis Sistem Operasi Microsoft Windows
dan juga Apple Manchitos yang menggunakan sistem operasi Apple
Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix.
Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan
pebisnis, para pendidik, peserta didik, dan trainer.
PowerPoint inilah yang dikembangkan oleh Microsoft
di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft
Word, Excel, Access dan beberapa program lainnya. PowerPoint berjalan
di atas komputer PC berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple
Macintosh yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS,
meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix.
Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan
pebisnis, para pendidik, peserta didik, dan trainer untuk
presentasi.
PowerPoint
dapat menyimpan presentasi dalam beberapa format, yakni sebagai berikut:
a) PPT (PowerPoint Presentation), yang
merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk
PowerPoint
b) PPS (PowerPoint Show), yang merupakan
data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk
PowerPoint
c) POT (PowerPoint Template), yang
merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk
PowerPoint
d) PPTX (PowerPoint Presentation), yang
merupakan data dalam bentuk XML dan hanya tersedia dalam PowerPoint
Dimulai pada versi Microsoft Office System 2003,
Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft PowerPoint
saja menjadi Microsoft Office PowerPoint. “Versi terbaru dari PowerPoint
adalah versi 12 (Microsoft Office PowerPoint 2007), yang tergabung ke dalam
paket Microsoft Office System 2007”. Sedangkan Abdul Wahab Rosyidi dalam
bukunya menjelaskan bahwa “Microsoft Powerpoint 2007 adalah program
aplikasi presentasi yang merupakan salah satu aplikasi di bawah Microsoft
Office”.
Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan
untuk presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point
merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi.
Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Microsoft
Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical learning
disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola penyajian
ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan
kontrol pembelajaran terletak pada guru.
Jadi, media power point ini merupakan media yang
sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membangkitkan dan
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
5.
Tahap-tahap Pengembangan Media Power Point
a. Membuat
Media Presentasi dengan Power Point
Presentasi adalah sebuah keterampilan yang
perlu dikuasai setiap pekerja profesional saat ini. Bagi guru bahasa arab,
presentasi dengan menggunakan Power point dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan media presentasi yang menarik,
guru dapat mengkomunikasikan dengan baik materinya. Adapun hal yang perlu
dilakukan dan diperhatikan untuk membuat media presentasi dengan Power Point
yang efektif, sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Tentukan topik materi yang akan dipresentasikan
misalnya, seorang guru akan mempresentasikan sistem kerangka tubuh dalam
pembelajaran IPA
b) Persempit topik materi menjadi beberapa
pemikiran utama. buatlah kerangka utama materi yang akan dipresentasikan
c) Buat story board agar lebih tersusun.
2) Tahapan
dan Tips Singkat Bekerja dengan Power Point
a) Bukalah program Power Point di komputer anda
b) Mulailah dengan New file
c) Pilih silde design yang diinginkan
d) Membuat background tertentu untuk membuat slide
agar menarik, misalnya, presentasi sistem kerangka tubuh dengan
menggunakan Power Point berbentuk gambar bergerak.
e) Inputlah judul utama materi presentasi yang
akan disampaikan pada slide pertama.
f) Inputlah sub judul materi di slide kedua (bila
dipandang perlu cantumkan kembali judul utamanya
g)
Selanjutnya,
inputlah point-point pokok materi setiap sub secara berurut pada slide-slide
berikutnya
h)
Membuat
atau memanfaatkan gambar sederhana dengan menggunakan fasilitas shapes dan clip
art yang telah tersedia pada menu insert
i)
Melalui
menu insert, anda dapat pula mengimput berbagai macam ilustrasi (chart,
picture, sound, movie). Untuk dapat mengimput picture, sound, movie anda harus
lebih dahulu menyiapkan file-nya di dalam komputer yang anda gunakan. (Lihat
lampiran)
j)
Tampilan
Template / background hendaknya sederhana, kontras dengan objek (teks, gambar,
dll), dan konsisten.(Lihat Lampiran)
k)
Jenis
huruf (font) yang digunakan hendaknya tidak berkaki (san serif) seperti Arial,
Tahoma, Cilibri, dan semacamnya. Hindari menggunakan huruf berkaki (serif)
seperti Times New Roman, Century, Courier, atau jenis huruf rumit seperti
Forte, Algerian, Freestyle Script, dan semacamnya . Jenis huruf hendaknya
konsisten.
l)
Hindari
menggunakan huruf terlalu kecil. Besar huruf yang disarankan minimal 18 pt
(misalnya: 32 pt untuk judul, 28 pt untuk sub judul, 22 pt sub sub judul, dst).
m)
Bila
menggunakan Bullet hendaknya tidak lebih dari 6 buah dalam satu slide.
n)
Warna yang
digunakan hendaknya serasi dengan tetap memperhatikan asas kontras. Berikan
penonjolan warna pada bagian yang dipentingkan. Hindarimenggunakan lebih dari
tiga macam warna. (Lihat Lampiran)
o)
Gunakan
Visualisai (gambar, animasi, audio, grafik, video, dll) untuk memperjelaskan
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Visualisasi lebih dari sekedar kata-kata
(Kalau bisa divisualisasikan kenapa harus dengan kata-kata). Namun, penggunaan
visualisasi yang berlebihan akan menjadi distraktor.(Lihat Lampiran)
p)
Hindari
menggunakan lebih dari 25 kata dalam satu slide
q) Buatlah power point dengan menggunakan
pop up agar lebih menarik.
3) Teknik
Presentasi
a) Buat suasana yang santai dan rileks untuk
pendengarmu, misalnya dengan guyonan yang relevan, atau ambil perhatian mereka
dengan bahasa tubuh atau peristiwa yang dramatik.
b) Gunakan kata ganti "personal"
(misalnya kita) dalam memberikan presentasi.
c) Lakukan kontak mata dengan pendengar.
d) Presentasikan topik kamu dengan menggunakan
suara yang ramah/akrab, tapi beri variasi sebagai penekanan pada beberapa kata.
e) Gunakan kata/kalimat transisi yang
memberitahukan pendengar bahwa kamu akan menuju ke pemikiran yang lain.
f) Berilah pertanyaan-pertanyaan kepada pendengar
untuk melibatkan mereka.
g) Ambil kesimpulan sesuai dengan
pemikiran/argumentasi yang sudah dipresentasikan.
h) Sisakan waktu untuk pertanyaan, dan mintalah
masukkan pada: isi presentasi (ide-ide berhubungan yang mungkin belum disentuh)
Dalam memanfaat Microsoft Power Point
sebagai media belajar ada beberapa tips singkat yang dapat menjadi acuan
sehingga proses belajar menjadi lebih menarik dan memberi kesan elegan dan
professional bagi pendidik :
1) Pergunakan desain yang konsisten. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan slide master, sehingga layout, font, bulleting,
dan animasi pergantian slide menjadi konsisten hingga akhir presentasi.
2) Batasi jumlah baris dalam setiap slide. Jumlah
baris dalam slide yang terlalu banyak menyebabkan silde tersebut menjadi
terlalu penuh, sehingga teks menjadi kecil-kecil. Akibat yang lebih parah,
siswa tidak akan dapat mencerna informasi dalam slide tersebut. Sampaikan
poin-poin pokok dalam setiap slide, kemudian gurulah yang harus mengembangkan
ketika melakukan presentasi.
3) Pergunakan warna teks dan latar belakang yang
kontras sehingga dapat dibaca dengan baik oleh siswa.
4) Hindari penggunaan animasi dan sound effect
yang berlebihan. Animasi dengan diiringi sound effect yang berlebihan justru
menyebabkan siswa menjadi tidak dapat berkonsentrasi dengan pelajaran, tapi
justru menjadi lebih tertarik dan terpaku dengan animasi yang dihadirkan atau
sounds yang diperdengarkan.
5) Pertimbangkan untuk membuat tombol-tombol yang
langsung menghantarkan pada slide tertentu, sehingga bisa melompat maju ataupun
mundur tanpa harus melewati silde demi slide (manfaatkan hyperlink).
6) Satu gambar memberikan puluhan kali lipat
informasi, oleh karena itu sedapat mungkin disajikan secara grafis, misalnya
tabel, skema, dll.
7) Jika terlalu sering teks saja yang ditampilkan,
berikan gambar-gambar ilustrasi yang sesuai untuk membumbui presentasi.
6.
Kelebihan dan Kekurangan Microsoft Powerpoint
Microsoft Power point di dalam proses belajar mengajar
memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a. Penyajiannya menarik karena ada
permainan warna, huruf dan animasi,baikanimasi teks maupun animasi gambar atau
foto.
b. Lebih merangsang anak untuk
mengetahui lebih jauh informasi tentangbahan ajaryang tersaji.
c. Pesan informasi secara visual mudah
dipahami peserta didik.
d. Tenaga pendidik tidak perlu banyak
menerangkan bahan ajar yangsedangdisajikan.
e. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan,
dan dapat dipakai secaraberulang-ulang
f. Dapat disimpan dalam bentuk data
optik atau magnetik. (CD / Disket/Flashdisk), sehingga paraktis untuk di bawa
ke mana-mana.
Di samping itu, Microsoft Power
point memiliki beberapa Kekurangan
diantaranya :
a. Harus ada persiapan yang cukup
menyita waktu dan tenaga.
b. Jika yang digunakan untuk
presentasi di kelas adalah PC, maka para pendidik harus direpotkan oleh
pengangkutan dan penyimpanan PC tersebut.
c. Jika layar monitor yang digunakan
terlalu kecil (14”-15”), maka kemungkinan besar siswa yang duduk jauh dari
monitor kesulitanmelihat sajian bahan ajar yang ditayangkan di PC tersebut.
d. Para pendidik harus memiliki cukup
kemampuan untuk mengoperasikan program ini, agar jalannya presentasi tidak
banyak hambatan.
B.
Kerangka Berpikir
Ketersediaan
sarpras ICT di sekolah perlu dimanfaatkan dan didayagunakan oleh guru dalam
menunjang pembelajaran. Untuk mendayagunakan ICT guru perlu memiliki bekal
kompetensi terkait, dan untuk membekali kompetensi pemanfaatan ICT dimaksud
diperlukan adanya pelatihan. Untuk memperjelas kondisi riil di sekolah dan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan, peneliti membuat
bagan sebagai berikut:
Kondisi Awal
Rendahnya kemampuan
guru dalam menggunakan fasilitas ICT
|
Rendahnya kemampuan
guru dalam memanfaatkan ICT khususnya media
powerpoint untuk mendukung pembelajaran
|
Belum menggunakan
fasilitas ICT dengan baik
|
Menggunakan fasilitas
ICT dengan baik
|
Pelaksanaan Tindakan
Pelatihan
Sosialisasi Pelaksanaan
Lokakarya Mini
|
Siklus-2
Pelaksanaan Lokakarya Mini
menggunakan fasilitas
ICT
|
Siklus-1
Sosialisasi
Pelaksanaan
Lokakarya Mini
|
Kondisi Akhir
Peningkatan Kemampuan Guru dalam menggunakan
fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint
Dalam
Pemanfaatan ICT Meningkat
|
Siklus-3
Penugasan
Presentasi kepada
masing-masing guru dan Evaluasi Kegiatan
|
C.
Hipotesa Tindakan
Mendasari kerangka berpikir yang telah kami susun dalam penelitian
tindakan, maka hipotesa tindakan dalam penelitian ini adalah Kompetensi guru SMP Negeri 4
Randudongkal dalam pemanfaatan ICT untuk menunjang pembelajaran diduga dapat
ditingkatkan melalui pelatihanpembuatan, pengelolaan, dan pengembangan
blog guru.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
Yang
menjadi subjek penelitian adalah guru kelas V di SD Binaan peneliti yang
terdiri dari 7 orang guru. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah
peningkatan kemampuan guru
kelas V dalam penggunaan fasilitas
ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
B.
Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SD …………….... Kecamatan Kurun Kota Gunung Mas
yang beralamat di Jalan ……………….
2.
Waktu Penelitian
Waktu
penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari tanggal ………….. sampai dengan
tanggal ………………..
C. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah wawancara,
observasi, dan diskusi.
a.
Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi kemampuan
guru dalam penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
b.
Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data
dan mengetahui kinerja guru kelas V
dalam penggunaan fasilitas
ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
2. Alat
Pengumpulan Data
Alat
pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a.
Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki dalam penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran
berbasis powerpoint.
b.
Observasi menggunakan lembar observasi untuk
mengetahui yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh
kepala sekolah (terlampir pada
lampiran)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Sekolah,
Dengan empat langkah pokok yaitu : Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan,
Pengamatan (observasi), dan Refleksi, dengan melibatkan 7 orang guru kelas V di
SD Binaan ………………..
Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan kegiatan lokakarya
mini dapat dijelaskan di bawah ini.
1.
Perencanaan Tindakan
a.
Menyusun rencana kegiatan lokakarya
b.
Menyusun review media pembelajaran berbasis power point
c.
Pemberian latihan berupa pemodelan dan diskusi.
d.
Pelatihan tahapan penyusunan media pembelajaran
berbasis power point
e.
Evaluasi pelaksanaan penyusunan media pembelajaran
berbasis power point
2.
Pelaksanan Tindakan
Menerapkan pelaksanan tindakan sesuai dengan
rencana-rencana tindakan:
a.
Setiap peserta menerima bimbingan teori penyusunan media
pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
b.
Peserta diberi tugas untuk menentukan tema pembelajaran
yang akan dibuat sebagai media pembelajaran berbasis power point.
c.
Peserta diminta untuk menpresentasikan tugas-tugas yang
diberikan dan ditanggapi oleh peserta lainnya.
3.
Pengamatan (observasi)
1.
Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan
menggunakan lembar observasi
2.
Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
3.
Pada tahap ini salah seorang peserta melakukan
implementasi rencana yang telah disusun, pakar dan guru lain melakukan
observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain
itu dilakukan pemotretan yang meng-close
up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan lokakarya mini penyusunan
media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
4.
Refleksi
a.
Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya setelah
kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer.
b.
Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan
mendiskusikan tindakan bersama dengan pengamat/observer.
c.
Kesan penyaji materi bimbingan penyusunan media
pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
d.
Tanggapan-tanggapan observer yang difokuskan pada bimbingan praktek penyusunan media
pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT
e.
Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada tahap
berikutnya.
E. Metode Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu
mereduksi data, mendeskripsikan data dan membuat kesimpulan. Mereduksi data
merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Pada tahap
ini peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data untuk dikelompokkan sesuai masalah. Hal ini juga memungkinkan peneliti
untuk membuang data yang tidak diperlukan. Mendeskripsikan data dilakukan agar
data yang telah diorganisir menjadi bermakna. Bentuk deskripsi tersebut dapat
berupa naratif, grafik atau dalam bentuk tabel. Tahap terakhir adalah membuat
kesimpulan dari data yang telah dideskripsikan. Tahap menganalisis dan
menginterpretasikan data merupakan tahap yang paling penting karena hal ini
untuk memberikan makna dari data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis dan
interpretasi data merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif serta kuantitatif.
Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung
rata-rata peningkatan kinerja berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar
observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan rata-rata yang diperoleh dapat
diketahui persentase peningkatan kinerja. Adapun cara menghitung hasil (skor)
yang diperoleh dengan rumus mean atau rerata nilai menurut Suharsimi Arikunto
(2010: 284-285) yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
x = Mean
(rata-rata)
∑x = Jumlah
nilai
N = Jumlah
yang akan dirata-rata
Suharsimi Arikunto (2010: 269) menjelaskan analisis
data deskriptif kualitatif yaitu sebagai berikut : Analisis data yang
menggunakan teknik deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase merupakan
langkah awal saja dari keseluruhan proses analisis. Persentase yang dinyatakan
dalam bilangan sudah jelas merupakan ukuran yang bersifat kuantitatif, bukan
kualitatif. Jadi pernyataan persentase bukan hasil analisis kualitatif.
Analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk
pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas.
Berdasarkan pendapat di atas agar diperoleh hasil
analisis kualitatif maka dari perhitungan persentase kemudian dimasukkan ke
dalam lima kategori predikat. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:269) lima
kategori predikat tersebut yaitu seperti pada tabel berikut:
No
|
Rentang Skor
|
Kriteria
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
50 – 60
|
Sangat Baik
|
|
2
|
40 – 49
|
Baik
|
|
3
|
30 – 39
|
Cukup
|
|
4
|
20 – 29
|
Kurang
|
Adapun analisis data secara deskriptif kualitatif
dalam penelitian ini adalah memaknai data dengan cara membandingkan hasil dari
sebelum dilakukan tindakan dan sesuadah tindakan. Analisis data ini dilakukan
pada saat tahapanrefleksi. Hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi
untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya.
F. Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Secara keseluruhan setelah
data terkumpul, selanjutnya dipergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan,
dengan indikator sebagai berikut :
1. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam penyusunan
media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
2. Indikator
keberhasilan tindakan yaitu
apabila 75% guru
sudah dapat membuat powerpoint
untuk media pembelajaran.
Terima kasih.