Wednesday 25 June 2014

PTS PENGAWAS SEKOLAH DASAR


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS ……… MELALUI KEGIATAN LOKAKARYA MINI PENGGUNAAN FASILITAS ICT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS POWERPOINT DI GUGUS .................... 
KECAMATAN .................... KABUPATEN ...................


ABSTRAK

…………………………………………
NIP. ………………..

penggunaan media ICT pada pembelajaran berbasis powerpoint adalah merupakan suatu pengalaman baru bagi sebagian besar guru. Pembelajaran berbasis powerpoint memerlukan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembiayaan, serta perangkat TIK yang memadai. Peningkatan  mutu  pembelajaran  di  sekolah  sangat  tergantung  dari  beberapa faktor.  Faktor  yang  sangat  penting  antara  lain  adalah  foktor  kemampuan  guru dalam  membuat  media  pembelajaran  yang  kreatif,  inovatif,  efektif,  dan menyenangkan.  Fasilitas  Powerpoint  dapat  menjadi  salah  satu  media pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan itu.Untuk  meningkatkan  kemampuan  para  guru  membuat  power  point  untuk  media pendidikan  dapat  diupayakan  melalui  bermacam-macam  cara.  Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, dicobakan tindakan  dengan cara  lokakarya mini untuk  para  guru kelas V  di  ……………..  Penelitian  ini dilaksanakan  dalam  dua  siklus.  Dari  hasil  penelitian  dan  analisa  data,  ternyata pada  siklus  kedua,  kemampuan  guru  membuat  powerpoint  untuk  media pembelajaran  meningkat  secara  signifikan  dan  memenuhi  indikator  yang  telah ditetapkan sebesar 75%. Dari dua siklus yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam memberdayakan ICT dengan membuat media pembelajaran berbasis powerpoint terbukti meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata hasil observasi dari 27,57 dengan kriteria KURANG, pada kondisi awal, menjadi 39,14 dengan kriteria CUKUP pada siklus pertama dan pada siklus terakhir menjadi 55,43 dengan kriteria SANGAT BAIK.  Peningkatan kemampuan secara individu untuk masing-masing guru juga semakin membaik pada setiap siklusnya, yaitu 42,86% atau 3 guru pada kondisi awal, menjadi 71,43% atau 5 orang guru serta 7 orang guru atau 100% pada siklus terakhir. Dari  hasil  penelitian  ini,  dapat  disimpulkan  bahwa  untuk  meningkatkan kemampuan  guru  membuat  powerpoint  untuk  media  pembelajaran  dapat dilakukan dengan kegiatan lokakarya mini kepada guru.

Kata  Kunci  :  kemampuan,  powerpoint,  media,  lokakarya mini




B A B   I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam era kemajuan ICT (Information and Communication Technology) sebagaimana yang terjadi dewasa ini, tantangan yang dihadapi oleh manajemen SMP Negeri 4 Randudongkal adalah bagaimanakah agar fasilitas ICT ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung perbaikan kualitas proses pembelajaran. Dalam hal ini perlu kami sampaikan bahwa fasilitas ICT yang dimaksud adalah Laptop/komputer, LCD Projector, Microsoft Office khususnya Microsoft Power Point.
Kemudian, setelah fasilitas ICT tersebut tersedia di sekolah, maka upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT untuk menunjang perbaikan kualitas proses pembelajaran menjadi masalah riil, karena masih banyak guru yang belum terbiasa memanfaatkan fasilitas ICT yang tersedia di sekolah. Meskipun upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT telah kami lakukan, misalnya dengan pembentukan Tim ICT sekolah yang dibekali dengan kompetensi dan motivasi untuk mendayagunakan fasilitas ICT dan bertugas untuk mengelola dan mengembangkan Pusat Sumber Belajar.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi ICT untuk pemanfaatan dan pendayagunaan ICT telah mengalami kemajuan. Untuk meningkatkan kompetensi guru potensial agar lebih berdampak dalam pemanfaatan ICT untuk menunjang perbaikan pembelajaran dan mengimbaskan kompetensinya kepada guru-guru yang belum memiliki kompetensi terkait, maka pelatihan pembuatan blog guru kami pilih sebagai strategi untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT. Dalam hal ini, kami menitikberatkan pada upaya-upaya tindakan yang akan ditempuh agar lokakarya mini yang dilakukan di Gugus ………….. berdampak efektif terhadap peningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan media ICT yang tersedia di sekolah, untuk meningkatkan kualitas layanan pembelajaran. Peningkatan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menunjang upaya perbaikan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
Kami menyadari bahwa penggunaan media ICT pada pembelajaran berbasis powerpoint adalah merupakan suatu pengalaman baru bagi sebagian besar guru di sekolah kami. Pembelajaran berbasis powerpoint memerlukan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembiayaan, serta perangkat TIK yang memadai. Dalam hal kesiapan perangkat TIK, di sekolah kami telah tersedia fasilitas komputer dengan fasilitas microsoft office yang mendukung dan dapat difungsikan oleh guru. Dengan demikian, masalah perangkat TIK dan pembiayaan bukanlah menjadi hambatan utama. Adapun kesiapan SDM guru pada saat ini masih menjadi hambatan. Untuk itu, pembinaan kompetensi guru dalam menyusun pembelajaran berbasis powerpoint perlu dilakukan dan amat penting untuk penyiapan SDM dalam pengelolaan dan perangkan pembelajaran berbasis powerpoint yang dibuat untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan sebagaimana di atas, kami menemukan bahwa ketersediaan fasilitas ICT di sekolah belum banyak dimanfaatkan dan didayagunakan oleh guru untuk mendukung pembelajaran, padahal pendayagunaan ICT ini mestinya menjadi kebutuhan guru untuk memberikan layanan pembelajaran berbasis ICT. Adapun penyebab dari kondisi ini adalah karena kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT rata-rata belum memadahi. Untuk itu, penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT dengan judul: “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS ……… MELALUI KEGIATAN LOKAKARYA MINI PENGGUNAAN FASILITAS ICT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS POWERPOINT DI GUGUS .................... KECAMATAN .................... KABUPATEN ....................
Pemilihan judul tersebut kami pandang tepat dikarenakan pelatihan pembuatan blog guru merupakan bagian dari strategi kami untuk memotivasi dan meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT untuk menunjang proses pembelajaran.

B.       Identifikasi Masalah
Masalah pemanfaatan ICT sebenarnya cukup kompleks. Dalam hal ini, permasalahan yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini adalah:
1.      Masih banyaknya guru yang belum memanfaatkan media ICT yang tersedia di sekolah untuk menunjangkegiatan pembelajaran.
2.      Masih kurangnya kompetensi guru dalam pendayagunaan ICT.
3.      Banyak guru yang kurang memahami /belum dapat membuat blog guru.

C.      Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada upaya peneliti untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT melalui pelatihan pembuatan blog guru yang dapat dikembangkan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah binaan ……………………kecamatan …………….. kabupaten ………..

D.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah : “ Apakah melalui kegiatan lokakarya mini penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint di gugus .................... Kecamatan .................... Kabupaten ................... dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar?”.

E.       Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru di sekolah dalam pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
Dalam hal ini, peneliti mengharapkan agar guru-guru potensial di sekolah dapat menindaklanjuti dan mengimbaskan kompetensi hasil-hasil lokakarya mini pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint kepada rekan sejawat yang masih membutuhkan bimbingan dalam pembuatan,  pengelolaan dan pengembangan pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint dalam mendukung layanan pembelajaran kepada anak didik.

F.       Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat terhadap peningkatan kemampuan guru di Gugus Binaan ……………, dan secara khusus:
1.    Bagi sekolah, untuk meningkatkan implementasi atas upaya pelaksanaan MBS ( Manajemen Berbasis Sekolah )
2.    Bagi  guru diharapkan dapat memberikan wacana, wawasan, dan motivasi kepada guru dalam pembuatan dan pemanfaatan blog gurudalam menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan penelitian tindakan
3.    Bagi peneliti, untuk menumbuhkan motivasi dan meningkatkan kompetensi dalam penyusunan karya ilmiah sebagai bagian dari pengembangan profesi guru.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori
1.    Sekolah Sebagai Sistem, dan Pelatihan
Dalam Buku Manajemen Berbasis Sekolah Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (MBS,2007:5), sekolah sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output, dan outcome. Adapun konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses, proses bepengaruh pada out put, dan out put berpengaruh pada out come. Konteks adalah eksternalitas yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan dan karenanya harus diinternalisasikan ke dalam penyelenggaraan sekolah. Konteks meliputi kemajuan ipteks, nilai dan harapan masyarakat, dukungan pemerintah dan masyarakat, kebijakan pemerintah, landasan yuridis, tuntutan otonomi, globalisasi, dan tuntutan pengembangan diri serta peluang tamatan untuk melanjutkan pendidikan atau untuk terjun di masyarakat.
Dalam pendidikan, proses adalah kejadian berubahnya siswa belum terdidik menjadi siswa terdidik. Dalam hal ini, mutu proses belajar mengajar sangat tergantung pada mutu interaksi guru dan siswa. Mutu interaksi guru sangat tergantung perilakunya dikelas ( utamanya ) dan perilaku siswa di kelas ( utamanya ). Contoh perilaku guru di kelas: Kejelasan mengajar, penggunaan variasi metode mengajar, variasi penggunaan media pendidikan, keantusiasan mengajar, penggunaan jenis pertanyaan, manajemen kelas, penggunaan waktu, kedisiplinan, keempatian terhadap siswa, hubungan interpersonal, ekspektasi, keinovasian mengajar, dan penggunaan prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran yang efektif. Adapun perilaku guru yang perlu diperhatikan dalam pelatihan misalnya, keseriusan belajar, semangat belajar, perhatian, keingintahuan, usaha, pertanyaan, dan kesiapan belajar guru dalam pelatihan ( mental dan fisik ).
Output pelatihan adalah hasil belajar (prestasi belajar) yang merefleksikan seberapa efektif proses pelatihan (belajar mengajar) diselenggarakan. Prestasi belajar ditunjukkan oleh peningkatan kemampuan dasar ( meliputi daya pikir, daya qalbu, dan daya raga ) dan kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional antara lain meliputi kemampuan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan, kemampuan mengelola sumber daya, kemampuan bekerjasama, kemampuan memanfaatkan informasi, kemampuan menggunakan sistem dalam kehidupan, kemampuan berwirausaha, kemampuan kejuruan, kemampuan menjaga harmoni dengan lingkungan, kemampuan mengembangkan karir, dan kemampuan mempersatukan bangsa. Dengan demikian out put pelatihan yang diharapkan adalah guru-guru yang berkemampuan memanfaatkan ICT untuk menunjang proses pembelajaran yang bermutu.
Outcome pelatihan adalah dampak jangka panjang dari output/hasil belajar/pelatihan, baik dampak bagi individu guru maupun bagi sekolah. Outcome memiliki dua dimensi yaitu: (1) kesempatan melanjutkan pendidikan/pelatihan dan kesempatan kerja, dan (2) pengembangan diri. Dalam hal ini, pengembangan diri yang dimaksud adalah pengembangan intelektualitas dan qalbu yang dihasilkan dari proses pelatihan di sekolah untuk membuat dan mengembangkan ICT sebagai media pembelajaran berbasis power point yang kreatif.
Ada empat komponen yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan mutu pelatihan di sekolah. Adapun komponen yang menyangkut mutu terkait partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas publik adalah:
a.         Manpower (sumber daya manusia) yang menunjang pelaksanaan pelatihan adalah guru ( pelatih ) yang profesional dan berkompeten
b.        Material (input sekolah) yang menunjang peningkatan mutu pelatihan berupa: peserta potensial, sarpras penunjang, dan pembiayaan
c.         Machine (mesin/alat = hardware) yang memiliki dampak dalam peningkatan mutu pelatihan diantaranya adalah laborat komputer, LCD projektor dan jaringan internet
d.        Methode (cara/soft ware) yang berdampak dalam kaitannya dengan mutu pelatihan di sekolah dapat berupa pendayagunaan guru potensial, pengelolaan pembelajaran, pendayagunaan sarpras, dan website sekolah.
Dalam hal sekolah sebagai sistem dan pelatihan, maka konteksnya adalah pengembangan diri guru, dengan in-put peserta pelatihan ( guru ) dalam proses pelatihan untuk dapat mengembangkan ICT sebagai media pembelajaran berbasis power point guna mendukung proses pembelajaran yang bermutu.
2.    ICT
a.    Pengertian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggris yaitu Information and Communication Technologies (ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah ICT muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20.
Menurut Fitrihana (2007:18), ICT adalah sistem atau teknologi yang dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi. Dan dalam konteks pembelajaran, ICT meliputi segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan komputer untuk mengolah informasi dan sebagai alat bantu pembelajaran serta sebagai sumber informasi bagi guru dan siswa.
Ase Suherlan (200 : 48) mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan komunikasi yang transaksional yang bersifat timbal balik baik diantara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan lingkungan belajar dalam upaya mencapaian tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur komunikasi dan informasi. Dengan demikian produk dan proses teknologi yang dibutuhkan dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik tersebut. Dengan demikian teknologi yang berhubungan langsung dengan pembelajaran adalah teknologi informasi dan komunikasi  ( Information Communication and Technology).
Teknologi Informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemprosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanifulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkatperangkat teknologi elektronik terutama komputer. Makna teknologi informasi tersebut belum menggambarkan secara langsung kaitannya dengan sistem komunikasi, namum lebih pada pengolahan data dan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi elektronikayang lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Sebagai contoh salah satu aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah videoconference, yang menggunakan teknologi informasi untuk menghubungkan (networking)antar clien dengan fasilitas internet, pesan-pesan yang disampaikan oleh kedua belah pihak diterima, diolah, dianalisis dan ditrasmisikan, oleh teknologi informasi sehingga sampai pada masing-masing pihak melalui internet dengan jaringan satelit atau kabel. Peran teknologi komunikasi adalah mengatur mekanisme komunikasi antar kedua belah pihak dengan cara desain komunikasi yang sesuai, visualisasi jelas, pesan teks, suara, video memenuhi standar komunikasi, pengaturan feed back sehingga komunikasi berlangsung menjadi dua arah.
Secara lebih ringkas, Martin mengemukakan adanya keterkaitan erat antara Teknologi Informasi dan Komunikasi, teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi (information delivery). Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah memadukan kedua unsur teknologi informasi dan teknologi komunikasi menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan tujuan siswa dan guru memiliki kompetensi untuk memanfaatkan teknologi informasi sebagai perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengolah, menganalisis dan mentransmisikan data dengan memperhatikan dan memanfaatkan teknologi komunikasi untuk memperlancar komunikasi dan produk teknologi informasi yang dihasilkan bermanfaat sebagaia alat dan bahan komunikasi pembelajaran, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b.    Pemanfaatan ICT dalam Dunia Pendidikan
Selama ini banyaknya lembaga pendidikan yang telah berhasil mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung proses pembelajarannya. Di mana teknologi Informasi dan Komunikasi di sini cenderung dikaitkan dengan teknologi terbaru, seperti komputer dan teknologi yang mutakhir yang di mana terus mengalami perkembangan baik dari bentuk, ukuran, kecepatan dan kemampuannya. Seiring dengan munculnya berbagai alat bantu yang berbasis ICT telah membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran yang dalam waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini sudah begitu familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Hal ini diasumsikan karena ICT memainkan fungsinya bukan hanya sebagai sarana informasi dan hiburan tetapi ICT juga dapat berfungsi sebagai media pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan pada proses pembelajaran ICT atau TIK khususnya dalam hal internet dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa misalnya dalam pencarian informasi atau bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam interaksi guru-murid, efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai data dan informasi yang diperlukan.
Begitu pula dalam kaitannya dengan proses pembelajaran ICT atau TIK yang dimasukan dalam kurikulum, sebagai salah satu mata pelajaran. Yang di mana sebagai mata pelajaran TIK yang memiliki visi agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru yang terjadi di lingkungannya.
Seiring dengan perkembangannya teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yang telah merambat ke seluruh aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan dan pengajaran, sesungguhnya biasa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT, baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat untuk menerapkannya dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Di samping itu, tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi ini yakni bagaimana seharusnya menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang sewaktu – waktu mengalami perubahan yang begitu cepat dalam aspek kehidupan. Dan hal ini menyebabkan lembaga persekolahan dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan ICT sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah).
Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa ICT sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya pada lembaga pendidikan (Sekolah), namun dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa lembaga persekolahan belum siap melaksanakan pembelajaran berbasis ICT. Sebab mata pelajaran ini dianggap sulit diajarkan karena sebagian besar guru belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan mata pelajaran yang berbasis ICT tersebut. Di samping itu, juga terdapat beberapa lembaga persekolahan yang belum dilengkapi fasilitas ICT seperti komputer untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran guna menunjang peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana isi UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan PP 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang merupakan beberapa instrumen pemerintah untuk mengimplementasikan ICT atau TIK untuk menunjang mutu pendidikan. Dan bahkan pemerintah pun telah mendeklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source Software (OSS) sebagai salah satu langkah strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi terkhusus di Indonesia. Sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan juga mendayagunakan teknologi informasi komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Pada pasal 4 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.       
Di samping itu, juga terdapat beberapa kasus yang patut diperhatikan adalah adanya beberapa siswa yang “lambat”. “Siswa yang lambat di sini bukan berarti ia bodoh, bisa saja ia cerdas tetapi hanya sedikit lambat dalam menerima pengarahan”, “Di sinilah komputer memahami anak-anak yang lambat dalam belajar, karena gaya belajar hanyalah permasalahan teknis”, Dengan menambahkan infrastruktur berupa personal computer (PC)/komputer, siswa akan mampu mengaktifkan semua indera dan sensitifitasnya dengan cara melihat, mendengar, dan membaca karena pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimasi pembelajaran,
Begitu pula dengan seorang guru yang menguasai teknologi informasi akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, analisis hasil belajar maupun kegiatan remedial dan enrichment dengan memanfaatkan ICT secara optimal. Misalnya perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru mulai dari progam tahunan sampai rencana persiapan pembelajaran dibuat dan disimpan secara digital dalam bentuk file-file dalam program aplikasi misalnya dalam bentuk microsoft word yang sewaktu- waktu dapat diubah atau diperbaharui. Sehingga manfaat yang diperoleh guru dari pemanfaatan sangat banyak, diantaranya guru dapat memiliki back-up data yang lengkap dan setiap saat dokumen perencanaan pembelajaran dapat direvisi dan di-up-date sesuai kebutuhan. Kedua, guru dapat mem-print-out dokumen tersebut untuk kepentingan pembelajaran dan supervisi dan dapat dengan seketika melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap dokumen tersebut. Hal ini sangat membantu guru dalam efisiensi waktu, tenaga dan pikiran. Begitu juga dengan soal-soal ulangan blok maupun harian serta bank soal dapat terdokumentasikan dengan rapih dan dapat diakses kembali untuk kepentingan assessment berikutnya dan yang terakhir guru mendapatkan kemudahan dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan penilaian karena tidak harus memulai dari nol setiap kali harus membuat dokumen pembelajaran seperti ketika semua administrasi guru dan dokumen pembelajaran masih dibuat secara manual dan konvensional. Karena selama ini, persoalan yang selalu dihadapi guru ketika menghadapi supervisi adalah tidak siapnya dokumen administrasi pembelajaran karena faktor waktu yang tersedia untuk mempersiapkan dokumen tersebut tersita oleh kegiatan pokok. Tapi dengan memanfaatkan teknologi informasi, persoalan waktu dan kesulitan teknis dapat dipangkas sehingga penyusunan dokumentasi administrasi pembelajaran dan dokumentasi soal-soal menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
Jadi, pada intinya pelaksanaan pembelajaran yang berbasis ICT yang dalam pemamfaatannya pada kegiatan pembelajaran dapat dikategorikan kedalam empat fungsi utama, antara lain :
1)        Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK atau ICT digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user), baik guru maupun siswa untuk membantu proses pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.
2)        Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Hal ini diasumsikan bahwa melalui pemanfaatan teknologi guru maupun siswa dapat menjadikan ICT khususnya internet sebagai perpustakaan, menjadikan e-mail sebagai alat komunikasi, menjadikan bulletin board sebagai sarana memperoleh informasi mutakhir dan menjadikan kesempatan chatting  untuk diskusi.
3)        ICT berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan computer yang di mana posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
4)        ICT sebagai wadah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, diterima luas oleh guru daripada alat belajar lain, dan didukung luas oleh administrator, orang tua, politikus, dan masyarakat pada umumnya.
c.    Pengembangan ICT dalam Pembelajaran
Media pembelajaran berbasis Information Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas anak sebab anak yang mempunyai kreativitas tentunya akan mengalami perkembangan yang baik dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik pula.
Kreativitas yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualkan dirinya dalam pergaulan dan juga dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini diharapkan agar dengan adanya media pembelajaran atau dengan  menggunakan media pembelajaran berbasis ICT anak dapat kreatif dan berkembang sesuai yang diinginkan.
Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis ICT tak ubahnya merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga terwujudnya kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dalam arti siswa tidak hanya sekedar dimodali teori tentang ICT tapi bagaimana siswa mampu menerapkan penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajarannya. Adapun komponen-komponen tersebut diantaranya siswa, guru, kurikulum, metode, sarana fisik, pengalaman belajar dan media pembelajaran harus bersinergis dengan pemamfaatan ICT yang secara signifikan sering mengalami perkembangan.  Sehingga interaksi berbagai komponen tersebut sejatinya melahirkan kegiatan pembelajaran yang bermuara pada kegiatan belajar siswa yang aktif, kreatif, efektif dan tentu saja, menyenangkan, sehingga siswa merasa betah di kelas dan merasa senang terlibat dalam kegiatan pembelajaran karena setiap pembelajaran dikemas dalam pengembangan ICT.
Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memiliki tiga kedudukan untuk dapat dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu :
1)        Peran Tambahan (suplemen)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran melalui ICT atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran melalui ICT. Sekalipun sifatnya hanya proporsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun materi pembelajaran melalui ICT berperan sebagai suplemen, para dosen /guru tentunya akan senantiasa mendorong, mengggugah, atau menganjurkan para peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran melalui ICT yang telah disediakan.
2)        Fungsi Pelengkap (Komplemen)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
3)        Fungsi Pengganti (substitusi)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran / perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah para maasiswa mengelola kegiatan pembelajaran/ perkuliahannya sehingga para mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih para mahasiswa, yaitu apakah mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan secara (1) konvensional (tatap muka) saja, atau (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.        
Secara umum, peranan ICT khususnya pembelajaran yang menerapkan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan ICT, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan dengan bantuan ICT.
Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Dalam proses belajar mengajar konvensional, Guru memiliki keterbatasan dalam mengajar siswa, walaupun masih banyak hal-hal positif juga yang dapat diperoleh darinya. Beberapa keterbatasan itu, diantaranya interaksi yang terbatas karena umumnya kelas diisi banyak siswa. Misalnya dalam PBM selama ini terkendala karena jumlah siswa yang mengikuti kelas mencapai puluhan. Hal ini menjadikan PBM tidak optimal, karena data dan informasi yang tersampaikan kepada siswa tidak maksimal.
Guru dikatakan sebagai figur demokratis yang mengayomi dan membimbing siswanya dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Sehingga guru harus menjadikan dirinya sebagai figur yang dengan cerdas dalam menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, inovatif dan berwawasan teknologi serta membuka peluang-peluang baru bagi siswa untuk berkembang secara mandiri sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki dan juga memiliki kepekaan dan kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi untuk kepentingan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan dan kepekaan terhadap teknologi ini menjadi keniscayaan bagi guru jika guru ingin kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di kelas tidak membosankan bagi siswa. Jika siswa merasa bosan di kelas, maka pencapaian kompetensi yang ingin dicapai pun akan terhambat. Kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang berbasis ICT akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Dalam perkembangan teknologi yang berbasis ICT khususnya komputer secara signifikan telah merubah kehidupan masyarakat termasuk cara mereka memperoleh pengetahuan. Di mana ICT khususnya Internet telah menawarkan lautan informasi bagi siswa yang secara independen dapat mereka akses tanpa tergantung lagi pada guru di kelas. Jika guru masih menampilkan diri sebagai figur yang gagap teknologi, maka niscaya mereka akan ketinggalan oleh muridnya baik dari sisi penguasaan informasi maupun komunikasi. Sebab kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak menarik di mata siswa jika mereka menemukan gurunya sendiri tidak mampu menerapkan pembelajarannya dengan penerapan ICT atau TIK di dalamnya.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi disetiap kegiatan pembelajaran secara tepat dan optimal maka guru maupun siswa akan memiliki kreativitas dalam berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif,  dan mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, serta mudah beradaptasi dengan perkembangan baru yang dengan cepatnya sering mengalami perkembangan. Sehingga kehadiran teknologi informasi dalam pembelajaran merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, sebab telah menjadi penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media yang mampu memberikan inovasi dan menjadi solusi dari semua persolan pendidikan dan pembelajaran.
3.    Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely  (dalam Azar Arsyad, 2003:3) mengatakan  bahwa  media  apabila  dipahami  secara  garis  besar  adalah manusia,  materi,  atau  kejadian  yang  membangun  kondisi  yang  membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat  grafis,  photographis,  atau  elektronis  untuk menangkap,  memproses,  dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pengajaran agama misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses  belajar  mengajar  agama,  akan  membahas  masalah  keterampilan,  sikap, perbuatan, dan strategi mengajarkan agama. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian media pengajaran digantikan dengan  istilah-istilah  seperti  alat  pandang-dengar, bahan  pengajaran (instructional  material),  komunikasi  pandang-dengar (audiovisual communication),  pendidikan  alat  peraga  pandang  (visual  education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan media penjelas. (Azar Arsyad, 2003:13)
Media pengajaran menurut Hamalik (1989:23) adalah alat, methode dan tehnik yang digunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam  proses  belajar  mengajar  di sekolah. Untuk  lebih  jelasnya  dalam memahami  pengertian  media,  maka  penulis  mengungkapkan  beberapa  istilah menurut para ahli.
1)        Menurut  Gange  I,  Wilkinson,  media  adalah  berbagai  jenis  komponen  dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
2)        Menurut NEA (National Education Association), media adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibacakan bersama instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
3)        Menurut AECT (Association for Education Communication and Technology), media  merupakan  segala  bentuk  dan  saluran  yang  digunakan  dalam penyampaian informasi.
4)        Menurut  Wilbur  Seram,  media  pengajaran  adalah  teknologi  pembawa  pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan instruksional.
4.    Media Pembelajaran Berbasis Powerpoint
1)        Pengertian
Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan.Media merupakan alat Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan.Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti pengantar atau perantara , dengan demikian dapat diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Presentasi Power Point Ini adalah bentuk yang paling sederhana dan paling mudah dan paling praktis sehingga paling banyak dipergunakan oleh kebanyakan pembicara, baik pembicara seminar, workshop, dan juga guru di kelas. Hendaknya, setiap guru paling tidak mempunyai kemampuan untuk membuat materi ajardalam bentuk presentasi Power Point ini. Meskipun paling sederhana, Power Point memberikan fasilitas yang cukup hebat untuk membuat media ajar. Justru dengan kesederhanaan ini lah yang menyebabkan hal ini sangat mudah dipelajari. Apakah hasilnya menjadi sangat sederhana?  Belum tentu. Dengan kreatifitas lebih, Power Point dapat dioptimalkan dengan baik untuk membuat paket media ajar yang berkualitas.
Mengoptimalkan Microsoft PowerPoint sebagai media belajar berarti memanfaatkan secara maksimal segala fitur dan sediaan yang dimiliki oleh Microsoft PowerPoint untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Microsoft PowerPoint merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multi media. Didalam komputer, biasanya program ini sudah dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.
Aplikasi software Microsoft PowerPoint yang sering digunakan untuk presentasi dapat dioptimalkan penggunaannya dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimilikinya seperti hyperlink, insert picture, table, grafik movie ,sound beserta efek animasinya (custom animation) dalam menampilkan gambar bangun, garis, teks dan gambar secara kolaboratif. Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat kita buat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai timing yang kita inginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik, maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.
2)        Pengembangan Media Berbasis Multimedia (Microsoft Office PowerPoint)
Power Point merupakan salah satu program dalam Microsoft Affice. Power Point atau Microsoft Office PowerPoint adalah “sebuah program komputer untuk presentasi”. Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang dirancang secara khusus untuk menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana dikemukakan Riyana sebagai berikut:
“Program Microsoft Office Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data.”
Pakar Information Teknologi (IT) yang juga memberi pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian yang terdahulu, yaitu Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft Word, Excel, access dan beberapa program lainnya. PowerPoint berjalan di atas komputer PC berbasis Sistem Operasi Microsoft Windows dan juga Apple Manchitos yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix. Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para pendidik, peserta didik, dan trainer.
PowerPoint inilah yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft Word, Excel, Access dan beberapa program lainnya. PowerPoint berjalan di atas komputer PC berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix. Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para pendidik, peserta didik, dan trainer untuk presentasi.
PowerPoint dapat menyimpan presentasi dalam beberapa format, yakni sebagai berikut:
a)      PPT (PowerPoint Presentation), yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk PowerPoint
b)      PPS (PowerPoint Show), yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk PowerPoint
c)      POT (PowerPoint Template), yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk PowerPoint
d)     PPTX (PowerPoint Presentation), yang merupakan data dalam bentuk XML dan hanya tersedia dalam PowerPoint
Dimulai pada versi Microsoft Office System 2003, Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft PowerPoint saja menjadi Microsoft Office PowerPoint. “Versi terbaru dari PowerPoint adalah versi 12 (Microsoft Office PowerPoint 2007), yang tergabung ke dalam paket Microsoft Office System 2007”. Sedangkan Abdul Wahab Rosyidi dalam bukunya menjelaskan bahwa “Microsoft Powerpoint 2007 adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu aplikasi di bawah Microsoft Office”.
Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru.
Jadi, media power point ini merupakan media yang sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
5.    Tahap-tahap Pengembangan Media Power Point
a.  Membuat Media Presentasi dengan Power Point
Presentasi adalah sebuah keterampilan yang perlu dikuasai setiap pekerja profesional saat ini. Bagi guru bahasa arab, presentasi dengan menggunakan Power point dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan media presentasi yang menarik, guru dapat mengkomunikasikan dengan baik materinya. Adapun hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan untuk membuat media presentasi dengan Power Point yang efektif, sebagai berikut:
1)    Persiapan
a)    Tentukan topik materi yang akan dipresentasikan misalnya, seorang guru akan mempresentasikan sistem kerangka tubuh dalam pembelajaran IPA
b)   Persempit topik materi menjadi beberapa pemikiran utama. buatlah kerangka utama materi yang akan dipresentasikan
c)    Buat story board agar lebih tersusun.
2)    Tahapan dan Tips Singkat Bekerja dengan Power Point
a)    Bukalah program Power Point di komputer anda
b)   Mulailah dengan New file
c)    Pilih silde design yang diinginkan
d)   Membuat background tertentu untuk membuat slide agar menarik, misalnya, presentasi sistem kerangka tubuh dengan menggunakan Power Point berbentuk gambar bergerak.
e)      Inputlah judul utama materi presentasi yang akan disampaikan pada slide pertama.
f)       Inputlah sub judul materi di slide kedua (bila dipandang perlu cantumkan kembali judul utamanya
g)      Selanjutnya, inputlah point-point pokok materi setiap sub secara berurut pada slide-slide berikutnya
h)      Membuat atau memanfaatkan gambar sederhana dengan menggunakan fasilitas shapes dan clip art yang telah tersedia pada menu insert
i)        Melalui menu insert, anda dapat pula mengimput berbagai macam ilustrasi (chart, picture, sound, movie). Untuk dapat mengimput picture, sound, movie anda harus lebih dahulu menyiapkan file-nya di dalam komputer yang anda gunakan. (Lihat lampiran)
j)        Tampilan Template / background hendaknya sederhana, kontras dengan objek (teks, gambar, dll), dan konsisten.(Lihat Lampiran)
k)      Jenis huruf (font) yang digunakan hendaknya tidak berkaki (san serif) seperti Arial, Tahoma, Cilibri, dan semacamnya. Hindari menggunakan huruf berkaki (serif) seperti Times New Roman, Century, Courier, atau jenis huruf rumit seperti Forte, Algerian, Freestyle Script, dan semacamnya . Jenis huruf hendaknya konsisten.
l)        Hindari menggunakan huruf terlalu kecil. Besar huruf yang disarankan minimal 18 pt (misalnya: 32 pt untuk judul, 28 pt untuk sub judul, 22 pt sub sub judul, dst).
m)    Bila menggunakan Bullet hendaknya tidak lebih dari 6 buah dalam satu slide.
n)      Warna yang digunakan hendaknya serasi dengan tetap memperhatikan asas kontras. Berikan penonjolan warna pada bagian yang dipentingkan. Hindarimenggunakan lebih dari tiga macam warna. (Lihat Lampiran)
o)      Gunakan Visualisai (gambar, animasi, audio, grafik, video, dll) untuk memperjelaskan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Visualisasi lebih dari sekedar kata-kata (Kalau bisa divisualisasikan kenapa harus dengan kata-kata). Namun, penggunaan visualisasi yang berlebihan akan menjadi distraktor.(Lihat Lampiran)
p)      Hindari menggunakan lebih dari 25 kata dalam satu slide
q)      Buatlah power point dengan menggunakan pop up agar lebih menarik.
3)    Teknik Presentasi
a)      Buat suasana yang santai dan rileks untuk pendengarmu, misalnya dengan guyonan yang relevan, atau ambil perhatian mereka dengan bahasa tubuh atau peristiwa yang dramatik.
b)      Gunakan kata ganti "personal" (misalnya kita) dalam memberikan presentasi.
c)      Lakukan kontak mata dengan pendengar.
d)     Presentasikan topik kamu dengan menggunakan suara yang ramah/akrab, tapi beri variasi sebagai penekanan pada beberapa kata.
e)      Gunakan kata/kalimat transisi yang memberitahukan pendengar bahwa kamu akan menuju ke pemikiran yang lain.
f)       Berilah pertanyaan-pertanyaan kepada pendengar untuk melibatkan mereka.
g)      Ambil kesimpulan sesuai dengan pemikiran/argumentasi yang sudah dipresentasikan.
h)      Sisakan waktu untuk pertanyaan, dan mintalah masukkan pada: isi presentasi (ide-ide berhubungan yang mungkin belum disentuh)
Dalam memanfaat Microsoft Power Point sebagai media belajar ada beberapa tips singkat yang dapat menjadi acuan sehingga proses belajar menjadi lebih menarik dan memberi kesan elegan dan professional bagi pendidik :
1)      Pergunakan desain yang konsisten. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan slide master, sehingga layout, font, bulleting, dan animasi pergantian slide menjadi konsisten hingga akhir presentasi.
2)      Batasi jumlah baris dalam setiap slide. Jumlah baris dalam slide yang terlalu banyak menyebabkan silde tersebut menjadi terlalu penuh, sehingga teks menjadi kecil-kecil. Akibat yang lebih parah, siswa tidak akan dapat mencerna informasi dalam slide tersebut. Sampaikan poin-poin pokok dalam setiap slide, kemudian gurulah yang harus mengembangkan ketika melakukan presentasi.
3)      Pergunakan warna teks dan latar belakang yang kontras sehingga dapat dibaca dengan baik oleh siswa.
4)      Hindari penggunaan animasi dan sound effect yang berlebihan. Animasi dengan diiringi sound effect yang berlebihan justru menyebabkan siswa menjadi tidak dapat berkonsentrasi dengan pelajaran, tapi justru menjadi lebih tertarik dan terpaku dengan animasi yang dihadirkan atau sounds yang diperdengarkan.
5)      Pertimbangkan untuk membuat tombol-tombol yang langsung menghantarkan pada slide tertentu, sehingga bisa melompat maju ataupun mundur tanpa harus melewati silde demi slide (manfaatkan hyperlink).
6)      Satu gambar memberikan puluhan kali lipat informasi, oleh karena itu sedapat mungkin disajikan secara grafis, misalnya tabel, skema, dll.
7)      Jika terlalu sering teks saja yang ditampilkan, berikan gambar-gambar ilustrasi yang sesuai untuk membumbui presentasi.
6.    Kelebihan dan Kekurangan Microsoft Powerpoint
Microsoft Power point di dalam proses belajar mengajar memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a.    Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi,baikanimasi teks maupun animasi gambar atau foto.
b.    Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentangbahan ajaryang tersaji.
c.    Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
d.   Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yangsedangdisajikan.
e.    Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secaraberulang-ulang 
f.     Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket/Flashdisk), sehingga paraktis untuk di bawa ke mana-mana.
Di samping itu, Microsoft Power point memiliki beberapa Kekurangan  diantaranya :
a.    Harus ada persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga.
b.    Jika yang digunakan untuk presentasi di kelas adalah PC, maka para pendidik harus direpotkan oleh pengangkutan dan penyimpanan PC tersebut.
c.    Jika layar monitor yang digunakan terlalu kecil (14”-15”), maka kemungkinan besar siswa yang duduk jauh dari monitor kesulitanmelihat sajian bahan ajar yang ditayangkan di PC tersebut.
d.   Para pendidik harus memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikan program ini, agar jalannya presentasi tidak banyak hambatan.
B.  Kerangka Berpikir
Ketersediaan sarpras ICT di sekolah perlu dimanfaatkan dan didayagunakan oleh guru dalam menunjang pembelajaran. Untuk mendayagunakan ICT guru perlu memiliki bekal kompetensi terkait, dan untuk membekali kompetensi pemanfaatan ICT dimaksud diperlukan adanya pelatihan. Untuk memperjelas kondisi riil di sekolah dan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan, peneliti membuat bagan sebagai berikut: 
Kondisi Awal
Rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas ICT

Rendahnya kemampuan guru dalam memanfaatkan ICT khususnya media powerpoint untuk mendukung pembelajaran
Belum menggunakan fasilitas ICT dengan baik


Menggunakan fasilitas ICT dengan baik

Pelaksanaan Tindakan
Pelatihan Sosialisasi Pelaksanaan Lokakarya Mini
Siklus-2
Pelaksanaan Lokakarya Mini
menggunakan fasilitas ICT
Siklus-1
Sosialisasi Pelaksanaan Lokakarya Mini
Kondisi Akhir
Peningkatan Kemampuan Guru dalam menggunakan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint
Dalam Pemanfaatan ICT Meningkat
Siklus-3
Penugasan Presentasi kepada masing-masing guru dan Evaluasi Kegiatan
   
C.  Hipotesa Tindakan
Mendasari kerangka berpikir yang telah kami susun dalam penelitian tindakan, maka hipotesa tindakan dalam penelitian  ini adalah Kompetensi guru SMP Negeri 4 Randudongkal dalam pemanfaatan ICT untuk menunjang pembelajaran diduga dapat ditingkatkan melalui pelatihanpembuatan, pengelolaan, dan pengembangan blog guru.




BAB  III
METODOLOGI  PENELITIAN

A.   Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas V di SD Binaan peneliti yang terdiri dari 7 orang guru. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah peningkatan kemampuan guru kelas V dalam penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
B.    Waktu dan Tempat Penelitian
1.     Tempat penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  SD …………….... Kecamatan Kurun Kota Gunung Mas yang beralamat di Jalan ……………….
2.     Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari tanggal ………….. sampai dengan tanggal ………………..
C.   Metode Pengumpulan Data
1.   Teknik
Teknik  pengumpulan  data dalam penelitian ini  adalah  wawancara,    observasi, dan diskusi.
a.       Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan  data atau informasi    kemampuan guru dalam penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
b.      Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui   kinerja guru kelas V dalam penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
2.   Alat Pengumpulan Data
   Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a.       Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki dalam penggunaan fasilitas ICT sebagai media pembelajaran berbasis powerpoint.
b.      Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui yang telah dibuat dan yang belum dibuat  oleh  kepala sekolah (terlampir pada lampiran)
D.   Prosedur Penelitian
Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Sekolah, Dengan empat langkah pokok yaitu : Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Pengamatan (observasi), dan Refleksi, dengan melibatkan 7 orang guru kelas V di SD Binaan ……………….. 
Penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan kegiatan lokakarya mini  dapat dijelaskan di bawah ini.
1.     Perencanaan Tindakan
a.      Menyusun rencana kegiatan lokakarya
b.     Menyusun review media pembelajaran berbasis power point
c.      Pemberian latihan berupa pemodelan dan diskusi.
d.     Pelatihan tahapan penyusunan media pembelajaran berbasis power point
e.      Evaluasi pelaksanaan penyusunan media pembelajaran berbasis power point
2.     Pelaksanan Tindakan
Menerapkan pelaksanan tindakan sesuai dengan rencana-rencana tindakan:
a.      Setiap peserta menerima bimbingan teori penyusunan media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.                                                                                                               
b.     Peserta diberi tugas untuk menentukan tema pembelajaran yang akan dibuat sebagai media pembelajaran berbasis power point.
c.      Peserta diminta untuk menpresentasikan tugas-tugas yang diberikan dan ditanggapi oleh peserta lainnya.
3.     Pengamatan (observasi)
1.      Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi
2.      Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
3.      Pada tahap ini salah seorang peserta melakukan implementasi rencana yang telah disusun, pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan lokakarya mini penyusunan media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
4.     Refleksi
a.      Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer. 
b.     Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan mendiskusikan tindakan bersama dengan pengamat/observer.
c.      Kesan penyaji materi bimbingan penyusunan media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
d.     Tanggapan-tanggapan observer yang difokuskan  pada bimbingan praktek penyusunan media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT
e.      Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada tahap berikutnya.
E.    Metode Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu mereduksi data, mendeskripsikan data dan membuat kesimpulan. Mereduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk dikelompokkan sesuai masalah. Hal ini juga memungkinkan peneliti untuk membuang data yang tidak diperlukan. Mendeskripsikan data dilakukan agar data yang telah diorganisir menjadi bermakna. Bentuk deskripsi tersebut dapat berupa naratif, grafik atau dalam bentuk tabel. Tahap terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah dideskripsikan. Tahap menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan tahap yang paling penting karena hal ini untuk memberikan makna dari data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis dan interpretasi data merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif serta kuantitatif.
Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung rata-rata peningkatan kinerja berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan rata-rata yang diperoleh dapat diketahui persentase peningkatan kinerja. Adapun cara menghitung hasil (skor) yang diperoleh dengan rumus mean atau rerata nilai menurut Suharsimi Arikunto (2010: 284-285) yaitu sebagai berikut:



Keterangan :
x       =   Mean (rata-rata)
∑x     =   Jumlah nilai
N      =   Jumlah yang akan dirata-rata

Suharsimi Arikunto (2010: 269) menjelaskan analisis data deskriptif kualitatif yaitu sebagai berikut : Analisis data yang menggunakan teknik deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase merupakan langkah awal saja dari keseluruhan proses analisis. Persentase yang dinyatakan dalam bilangan sudah jelas merupakan ukuran yang bersifat kuantitatif, bukan kualitatif. Jadi pernyataan persentase bukan hasil analisis kualitatif. Analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas.
Berdasarkan pendapat di atas agar diperoleh hasil analisis kualitatif maka dari perhitungan persentase kemudian dimasukkan ke dalam lima kategori predikat. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:269) lima kategori predikat tersebut yaitu seperti pada tabel berikut:


No
Rentang Skor
Kriteria Penilaian
Keterangan
1
50 – 60
Sangat Baik

2
40 – 49
Baik

3
30 – 39
Cukup

4
20 – 29
Kurang


Adapun analisis data secara deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah memaknai data dengan cara membandingkan hasil dari sebelum dilakukan tindakan dan sesuadah tindakan. Analisis data ini dilakukan pada saat tahapanrefleksi. Hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya.

F.    Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Secara keseluruhan setelah data terkumpul, selanjutnya dipergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan, dengan indikator sebagai berikut :
1.   Terjadi peningkatan kinerja guru dalam penyusunan media pembelajaran berbasis power point dengan menggunakan fasilitas ICT.
2.   Indikator  keberhasilan  tindakan  yaitu  apabila  75%  guru  sudah  dapat membuat powerpoint untuk media pembelajaran.




Bab selanjutnya silahkan konfirmasi ke 081327789201 atau klik  Download
Terima kasih.