UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENULIS
PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR NEGERI ...................
ABSTRAK
........................ .................. Upaya Meningkatkan Keakatifan Dan Prestasi
Belajar Menulis Puisi Melalui Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri .............. Kecamatan ............. Kabupaten .................
Penelitian
ini berlatarbelakang dari nilai rata-rata tes pembelajaran bahasa Indonesia
materi menulis puisi yang berada jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan. Di samping itu, pembelajaran di kelas kurang memanfaatkan
media pembelajaran yang sangat diperlukan untuk memberikan stimulasi dalam
menuangkan ide dalam bentuk tulisan.
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa pada
pembelajaran menulis puisi menggunakan media pembelajaran gambar seri,
mendeskripsikan penerapan pembelajaran menulis puisi menggunakan media
pembelajaran gambar seri dan mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan hasil
belajar menulis puisi dengan menggunakan media pembelajaran gambar seri di
kelas V SD Negeri ...............
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran di atas, penelitian ini dilakukan dengan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model kolaborasi, mulai dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Dalam
melaksanakan tindakan digunakan metode pengamatan, dokumentasi, tes, dan
wawancara. Adapun instrumen yang digunakan adalah panduan pengamatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran, alat penilaian kemampuan guru, Lembar Kerja Siswa
(LKS), panduan penilaian menulis karangan, dan panduan wawancara. Sedangkan
data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif deskriptif dan kualitatif.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran gambar seri dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas kelas V SD Negeri ...............
Peningkatan kemampuan menulis puisi tersebut ditandai dengan meningkatnya
aspek-aspek ketrampilan menulis karangan dari siklus I ke siklus II, nilai tes
formatif kondisi awal sebesar 59,43
meningkat menjadi 64,86 pada siklus I dan pada akhir siklus II meningkat
menjadi 73,14 dengan peningkatan ketuntasan belajar keadaan awal sebanyak 10
siswa (28,57%), setelah dilaksanakan perbaikan dengan menggunakan gambar seri
pada siklus I meningkat menjadi 18 siswa atau 51,43% dan pada siklus II
meningkat kembali menjadi 33 siswa atau 94,29% dan keaktifan siswa dari 34,39%
atau 12 siswa pada studi awal menjadi 35 siswa atau 100% pada siklus kedua.
Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media pembelajaran gambar seri pada materi menulis karangan di kelas
V SD Negeri .............. dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
menulis puisi
Kata
Kunci : pembelajaran, puisi, metode, pemberian tugas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Salah satu
cara untuk mengembangkan apresiasi sastra pada anak didik ialah dengan pengajaran puisi. Tujuan
pengajaran puisi di sekolah adalah agar siswa
memperoleh kesadaran yang lebih terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar, memperoleh
kesenangan, dan anak memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang
puisi. Yang perlu mendapat perhatian dalam pengajaran puisi di sekolah
adalah pemilihan bahan pengajaran dan
penyajiannya.
Puisi adalah
karangan yang terikat berarti puisi terikat
oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair
berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu. Aturan di luar diri
puisi itu ditentukan oleh penyair yang
membuat dahulu ataupun masyarakat. Menulis puisi merupakan satu keterampilan
berbahasa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat
mengungkapkan, pikiran, perasaan yang
dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai tulisan.
Berdasarkan
observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai
keterampilan menulis puisi di kelas V SD Negeri .............. Kecamatan
.............. Kabupaten .............., proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru lebih cenderung ceramah dalam menyampaikan materi pada siswanya, guru hanya menerangkan langkah-langkah menulis
puisi, kemudian guru memberikan contoh
dan memberi tugas pada siswa. Siswa disuruh menulis sebuah
puisi berdasarkan pengamatan. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan
siswa kurang aktif dan menjadi malas dan
sulit menulis untuk menyampaikan ide/gagasannya. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru ini juga bisa mengakibatkan siswa kurang bersemangat sehingga tidak ada
peningkatan dalam menulis puisi.
Dilihat dari
metode yang digunakan, guru kesulitan menemukan metode pembelajaran menulis puisi
yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
siswa, serta ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran
menulis puisi yang efektif.
Menurut peneliti semua permasalahan pembelajaran
bahasa Indonesia dalam menulis puisi
di kelas V SD Negeri ..............
Kecamatan .............. Kabupaten .............. tersebut harus ada
penyelesainnya. Dibutuhkan metode maupun
model pembelajaran bahasa Indonesia yang benar-benar bisa mengakumulasi semua permasalahan itu dan sekaligus menemukan
solusi yang menyeluruh dan mengakar pada permasalahan yang ada. Beberapa faktor
penghambat yang dialami siswa kelas V
dalam kemampuan menulis puisi di SD Negeri .............., yaitu (1)
ketertarikan siswa dalam membuat puisi
kurang karena siswa masih malas untuk membuat puisi
dan ramai sendiri saat
berlangsungnya pelajaran, (2)
kurangnya buku-buku mata pelajaran
puisi dan kumpulan puisi yang dibaca siswa, (3) siswa kurang mengkomunikasikan pikiran dan
perasaannya secara efektif karena suasana
kelas yang kurang kondusif, (4)
kurangnya penguasaan kosa kata yang dimiliki siswa.
Oleh karena
itu banyak siswa yang dinyatakan belum tuntas belajar. Dari 35 orang
siswa, baru diketahui ada 10 orang siswa (28,57%) yang diketahui sudah
mengalami tuntas belajar, dengan perolehan nilai tes formatif nilai 70 ke atas sedangkan 25 orang
siswa lainnya (71,43%) terbukti belum tuntas, dengan perolehan nilai tes formatif kurang dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu
70.
B.
Identifikasi
Masalah
Dari tes formatif yang peneliti lakukan,
ternyata prestasinya tidak sesuai dengan yang peneliti harapkan. Prestasi tes formatif menunjukkan penguasaan siswa
terhadap materi tersebut masih rendah. Upaya untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba
berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan supervisor akhirnya
dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Ketertarikan siswa dalam membuat puisi kurang karena siswa
masih malas untuk membuat puisi dan ramai sendiri saat berlangsungnya pelajaran,
2. Kurangnya buku-buku mata
pelajaran puisi dan kumpulan puisi yang
dibaca siswa,
3. Siswa kurang mengkomunikasikan pikiran dan
perasaannya secara efektif karena suasana
kelas yang kurang kondusif,
4. Kurangnya penguasaan kosa kata yang dimiliki siswa
C.
Analisis
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu untuk merefleksi diri sejauhmana kemampuan pribadi di dalam proses pembelajaran. Selain
itu juga melakukan diskusi dengan teman sejawat, melakukan kegiatan literatur
mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga diketahui
kemungkinan adanya kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan
guru dalam pembelajaran
2.
Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan media
pembelajaran yang sesuai.
3.
Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
4.
Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan
karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
5.
Guru kurang mampu membaca situasi dan kondisi pada saat
pembelajaran berlangsung.
Melihat kondisi tersebut, peneliti berusaha untuk mengatasi permasalahan yang timbul agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga keaktifan dan prestasi belajar siswa meningkat dengan penerapan media
gambar seri. Prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah :
1.
Melaksanakan perbaikan
pembelajaran dengan penerapan media gambar seri pada pembelajaran bahasa
Indonesia materi menulis puisi.
2.
Meningkatkan keaktifan belajar
dan prestasi siswa pada pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran.
Atas dasar itulah
peneliti termotivasi untuk melakukan perbaikan pembelajaran agar prestasi
belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan yang peneliti lakukan dengan
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mata pelajaran Bahasa Indonesia
materi menulis puisi berdasarkan gambar seri siswa kelas V SD Negeri .............. Tahun
Pelajaran 2011/2012.
D.
Pembatasan
Masalah
Agar masalah
yang diteliti tidak
terlalu luas maka
peneliti memfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti
dan mencoba membatasi masalah sebagai
berikut:
1. Penelitian
dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri .............. Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Penelitian difokuskan pada
pembelajaran bahasa Indonesia materi
menulis puisi.
3. Media pembelajaran yang digunakan
pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi adalah media gambar
seri.
E.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian sebagaimana identifikasi masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan
masalahnya yaitu :
1.
Apakah penerapan media gambar seri dalam pembelajaran
bahasa Indonesia materi menulis puisi dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa kelas V SD Negeri ..............?
2.
Apakah melalui penerapan media gambar seri dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi siswa kelas
V SD Negeri .............. mengalami peningkatan prestasi belajar?
F.
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa hingga memenuhi batas minimal tuntas belajar pada pembelajaran bahasa
Indonesia materi menulis puisi.
2. Untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa hingga memenuhi batas minimal tuntas belajar pada pembelajaran
bahasa Indonesia materi menulis puisi.
G.
Manfaat
Penelitian
Diharapkan penelitian perbaikan pembelajaran ini akan
memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoritis
Untuk
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan keilmuan terutama di bidang pengajaran bahasa
Indonesia khususnya materi menulis puisi dan sebagai dasar pijakan penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Siswa
1) Siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi.
2) Siswa dapat mencapai hasil
yang lebih baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia sesuai tujuan yang telah
ditetapkan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
3) Diharapkan dengan
penggunaan media gambar
seri mampu meningkatkan keterampilan menulis
puisi dan dapat
memotivasi siswa untuk mengungkapkan ide
dan gagasan sehingga
mampu menulis puisi yang baik
b. Guru
1) Membantu guru meningkatkan
kinerjanya serta profesi dalam memupuk rasa percaya dirinya
2)
Mendapat kesempatan untuk
berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
3)
Guru dapat
memperkaya teknik pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis puisi
dengan media gambar
seri. Selain itu, guru
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan siswa
yang berhubungan dengan
kesulitan-kesulitan dalam menulis
dan dapat menyelesaikan masalah-masalah tersebut
c. Sekolah
Sekolah dapat memberikan perhatian agar penyelenggaraan pembelajaran bahasa
Indonesia lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia seoptimal mungkin khususnya materi menulis puisi.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1.
Peningkatan Keaktifan dan
Hasil Belajar Menulis Puisi
a.
Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa
Degeng (1989:89). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat
mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan
dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber
belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi
penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan
menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap
pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk
setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi
pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan
pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.
Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999:104)
adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan
yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Untuk mencapai tujuan di atas,
pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang
kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan
aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya.
Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan
belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang
memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berpartisipasi dalam
penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila
ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan
strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam
data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari
bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya,
(6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika
diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994:121).
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa
Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka
diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa
Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia
dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia
adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah
memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih
kecil. Pelaksanaan pendi-dikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan
melalui pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal.
Pendidikan informal dilaku-kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan
saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan
formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai
dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan
penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan
pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui
kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.
Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal
dimulai dari SD. Jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan
III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam
pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar
siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai
kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa
yang baik pula.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting
yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi
yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai-mana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar
siswa ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan
berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari penjelasan
Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan
menjadi empat bagian. (1) Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa
Indonesia secara baik dan benar. (2) Lulusan SD diharapkan dapat menghayati
bahasa dan sastra Indonesia. (3) Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi
dan tujuan berbahasa. (4) Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman
siswa SD. Butir (1) dan (2) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD
yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Butir (3) menyiratkan pendekatan
komunikatif yang digunakan. Sedangkan butir (4) menyiratkan sampai di mana
tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan.
Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi
pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan
kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu,
terutama sebagai alat ko-munikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat
memberikan kemampuan dasar berbahasa yag diperlukan untuk melanjutkan
pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari lewat
bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap
berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai
sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan
pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan
nasional.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam BSNP
(2006) dijabarkan menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.
Adapun tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta
lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang tua siswa adalah
agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran.
Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program pendidikan
kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia.
Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat menentukan sendiri bahan
dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan sosial.
b.
Karakteristik Mata pelajaran Bahasa
Indonesia
Bahasa
memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta
didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya
orang lain, mengemukakan gagasan
dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut,
dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik
secara lisan maupun
tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia.
Bredekamp (1997:3) menyatakan bahwa anak berkembang
pada semua aspek perkembangannya baik fisik,
emosional, sosial, dan kognitif.
Tidak ada jalan lain
kecuali guru harus
memiliki tanggungjawab dan
perhatian penuh bagi keutuhan
perkembangan anak. Sehubungan
dengan itu Goodman
dalam Akhadiah (1994:9)
menyatakan bahwa (1)
belajar bahasa lebih mudah
terjadi jika bahasa
itu disajikan secara
holistik nyata, relevan, bermakna, serta
fungsional jika bahasa
itu disajikan dalam
konteks dan dipilih peserta didik untuk
digunakan, (2) belajar
bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan
maksud sesuai dengan
konteks lingkungan orang tua,
kerabat, dan kebudayaan
terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif
dan perkembangan kemampuan
bahasa yang meliputi pikiran bergantung kepada bahasa dan bahasa
bergantung kepada pikiran
(Akhadiah, 1994:10-11). Dinyatakan
pula bahwa sesuai
dengan teori belajar, perkembangan
kognitif serta perkembangan
bahasa pada anak usia
lima sampai dengan
delapan tahun atau
anak kelas awal
SD mempunyai karakteristik sebagai
berikut: (1) kemampuan
kognitif dan bahasa anak usia
tersebut telah memadai untuk belajar dalam situasi yang lebih formal,
(2) anak-anak seusia
itu masih memandang
sesuatu lebih sebagai keseluruhan/
secara, (3) sesuatu
lebih mudah mereka
pahami jika diperoleh melalui
interaksi sosial dengan
mengalaminya secara nyata dalam
situasi yang menyenangkan,
(4) situasi yang
akrab, dilandasi
penghargaan, pengertian, dan
kasih sayang, serta lingkungan belajar kondusif dan
terencana sangat membantu
proses belajar yang
efektif (Akhadiah, 1994: 18-19).
Kenyataan itu menuntut
agar guru sebagai pengelola pembelajaran
dapat menyediakan lingkungan
belajar yang kondusif dan pendekatan pembelajaran
yang bermuatan keterkaitan atau keterpaduan sehingga
membuat anak secara
aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Senada
dengan pendapat Goodman,
Suriasumantri (1995:257) menyatakan bahwa
belajar bahasa akan
lebih mudah jika
pembelajaran bersifat holistik, realistik, relevan,
bermakna, dan fungsional,
serta tidak lepas dari
konteks pembicaraan. Pendekatan
pembelajaran terpadu dalam pengajaran bahasa
sebenarnya dilandasi oleh
pandangan bahasa holistic (whole
language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan utuh,
dan dalam proses
belajar sesuai dengan
perkembanganpeserta didik.
Dalam proses pembelajaran
bahasa holistik guru
menjadi model dalam berbahasa
(membaca dan menulis),
serta bertindak sebagai fasilitator dan
memberikan umpan balik
yang positif. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Gunarsa (2001:76) bahwa proses
belajar anak melalui conditioning
dan
melalui pengamatan terdapat
model-model tingkah laku di luar dirinya.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia mencakup
aspek mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Keempat
aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi
yang seimbang. Dalam
pelaksanaanya sebaiknya dilaksanakan
secara terpadu. Pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di kelas-kelas
rendah dalam pelaksanaannya
dipadukan atau dikaitkan
dengan mata pelajaran
lain seperti IPA, IPS, atau Matematika.
Dari berbagai pendapat
para ahli dan
rambu-rambu pembelajaran Bahasa Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya di
kelas-kelas awal,
harusmempertimbangkan asas keterkaitan atau
keterpaduan sebagai pendekatan
pembelajaran sesuai dengan perkembangan
anak sekolah dasar
yang holistik yaitu
pendekatan pembelajaran terpadu. Guru sebagai
model dalam berbahasa
(membaca dan menulis) selama
proses pembelajaran berlangsung
serta bertindak sebagai fasilitator
dan memberikan umpan
balik yang positif.
Kualitas hasil pembelajaran Bahasa
Indonesia dipengaruhi berbagai
faktor. Salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah
pendekatan dalam proses pembelajaran yang
terjadi di dalam
kelas. Proses tersebut
menyangkut materi ajar yang
digunakan, kegiatan guru
dan peserta didik, interaksi peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan
guru, dan bahan ajar,
alat dan lingkungan
belajar serta cara
dan alat evaluasi
dan kesesuaian dengan kebutuhan perkembangan peserta didik itu sendiri.
c.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa
memungkinkan manusia untuk
saling berkomunikasi, saling berbagi
pengalaman, saling belajar
dari yang lain,
dan untuk meningkatkan kemampuan
intelektual dan kesusasteraan
merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi
mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah salah satu
program yang bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa peserta
didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tujuan pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia di
sekolah dasar yaitu :
1) Berkomunikasi secara
efektif dan efisien
sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
2) Menghargai dan
bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara,
3) Memahami
bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan,
4) Menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
5) Menikmati dan
memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
6) Menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Sedangkan
tujuan pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah dasar pada
aspek menulis adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis
kegiatan menulis untuk
mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi
dalam bentuk karangan
sederhana, petunjuk, surat, pengumuman,
dialog, formulir, teks
pidato, laporan, ringkasan, parafrase,
serta berbagai karya
sastra untuk anak
berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
d.
Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar
Dengan
standar kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia
ini diharapkan:
1)
Peserta
didik dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan,
dan minatnya, serta
dapat menumbuhkan penghargaan terhadap
hasil karya kesastraan
dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2)
Guru
dapat memusatkan perhatian
kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber
belajar;
3)
Guru
lebih mandiri dan
leluasa dalam menentukan
bahan ajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah dan
kemampuan peserta didiknya;
4)
Orang
tua dan masyarakat
dapat secara aktif
terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
5)
Sekolah
dapat menyusun program
pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan keadaan
peserta didik dan
sumber belajar yang tersedia;
6)
Daerah dapat menentukan bahan dan sumber
belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah
dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Adapun
ruang lingkup mata
pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dapat dikategorisasi sebagai berikut :
1)
Aspek mendengarkan mencakup dua sub
aspek yaitu mendengarkan aktif dan aktif
produktif. Adapun contoh
dari masing-masing sub aspek itu sebagai berikut:
a)
Mendengarkan aktif
dapat dicontohkan pada
kompetensi dasar seperti;
membedakan berbagai bunyi
bahasa perintah, dan dongeng yang dilisankan,
b)
Mendengarkan aktif
produktif dapat dicontohkan
pada kompetensi dasar seperti; menyebutkan tokoh-tokoh
dalam cerita, mengulang deskripsi
tentang benda-benda di
tentang deskripsi
benda-benda di sekitar
dan dongeng, menyebutkan
isi dongeng, mendeskripsikan isi puisi.
2)
Aspek berbicara mencakup dua sub aspek
yaitu mendengarkan aktif dan aktif produktif.
a)
Berbicara aktif
dapat dicontohkan pada kompetensi dasar seperti; mendeskipsikan benda-benda
di sekitar dan
fungsi anggota tubuh dengan
kalimat sederhana, mendeklamasikan puisi anak dengan lafal dan
intonasi yang sesuai,
b)
Berbicara aktif
produktif dapat dicontohkan
pada kompetensi dasar seperti; bertanya kepada
orang lain dengan
pikiran, perasaan, dan menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun,
menceritakan kembali cerita
anak yang didengarkan
dengan menggunakan kata-kata sendiri.
3)
Aspek Membaca mencakup dua sub aspek
yaitu mendengarkan aktif dan aktif produktif.
a)
Membaca
Aktif dapat dicontohkan
pada kompetensi dasar seperti; Membaca nyaringteks
(15-20 kalimat) dengan
wacana tulis dengan memperhatikan
lafal dan intonasi
yang tepat membaca nyaring dan
membaca dalam hati.
b)
Membaca
Aktif Produktif dapat
dicontohkan pada kompetensi dasar seperti;Menyebutkan isi teks
agak panjang (20-25 kalimat) yang
dibaca dalam hati,
Menjawab dan atau
mengajukan pertanyaan.
4)
Aspek Menulis mencakup dua sub aspek
yaitu Sastra dan Non sastra.
a)
Sub
aspek Sastra dapat
dicontohkan pada kompetensi
dasar seperti; Menulis karangan sederhana, Menulisberbagai karya sastrauntuk anak berbentuk cerita,
puisi, dan pantun.
b)
Sub
aspek Non sastra
dapat dicontohkan pada
kompetensi dasar seperti; Menulis petunjuk, surat,
pengumuman, formulir, teks pidato, laporan dan ringkasan.
e.
Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau
aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi
baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak
hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh
aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah
suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat
diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika
siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul
kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh
karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru
saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan
pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek
yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan
mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81)
menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat
dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada
siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam
belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa
(kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang
kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran
secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan
(Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada
diri individu ke arah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya
interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang
dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada
diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan
belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi
stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum
dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan,
memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat
dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran,
perasaan, keinginannya. Guru hendaknya mampu membina rasa keberanian,
keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan
kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa
dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental
(Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus
terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
f.
Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun
secara kelompok. Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan
apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar
adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar. Oleh karena itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah
melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program
pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut. (Syaiful
Bahri Djamarah, 2002 : 56)
Kemampuan intelektual siswa
sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk
mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah
proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil
diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak
orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan
menuntut ilmu. Ada
lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses
tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang
bersangkutan.
Prestasi belajar dapat
dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
kategori yaitu : 1) keterampilan intelektual, 2) informasi verbal, 3) strategi kognitif, 4) keterampilan motorik,
dan 5) sikap”. Prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”. (Poerwanto, 1986:28)
Prestasi belajar merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar
merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak
kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun
dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan
dengan prestasi belajar, memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil
yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
dalam raport.” Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya. (Winkel, 1996:162).
Prestasi belajar adalah:
“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.” (S. Nasution, 1996:17)
Berdasarkan pengertian di
atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi
setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan
tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
g.
Menulis
1) Hakikat Menulis
Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,
1986:3). Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1982:21).
Menulis
merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk
berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin
bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh
karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap merupakan bagian yang
penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam pengajaran
bahasa Indonesia.
Menurut
Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut
sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk
terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah
bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Penulis akan lebih
mudah memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam konteks
yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita
berpikir serta berbahasa secara tertib.
Menulis,
seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses
perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang
penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis,
diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut
penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam
pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang
berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan
tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat
menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah
sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang
terus-menerus dan teratur (Suriamiharja, dkk., 1996:2).
Menulis
merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir,
menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan
kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian
gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak
terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih
tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan,
dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang
terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran
merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
menulis adalah suatu kegiatan untuk mengekspresikan diri dan perasaan yang
dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
2) Hakikat Pembelajaran Menulis
Tarigan
(1982:9) berpendapat bahwa pembelajaran menulis adalah (1) membantu siswa
memahami cara mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis; (2) mendorong siswa
mengekspresikan diri secara bebas dalam bahasa tulis; (3) membantu siswa
menggunakan bentuk bahasa yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.
Soenardji
(1998:102) berpendapat bahwa pembelajaran menulis jika dikaitkan dengan proses
pendidikan secara makro termasuk salah satu komponen yang sengaja disiapkan dan
dilaksanakan oleh pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku sesudah
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Perubahan tingkah laku dalam pembelajaran
menulis merupakan hasil pengaruh kemampuan berpikir, berbuat, dan merasakan
perihal apa yang disampaikan sebagai bahan pembelajaran menulis.
Bertumpu
pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis adalah
upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis,
atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
dalam pembelajaran menulis.
3) Tujuan Menulis
Setiap
jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan atau
mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan
atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang
belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan,
1986:23).
Tulisan
yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan,
penulis bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca
sehingga pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif
(persuasive discourse). Melalui
tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan pembacanya akan kebenaran gagasan
yang disampaikan sehingga pembaca dapat dipengaruhi dan merasa yakin akan
gagasan penulis.
Tulisan
yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan
menghindarkan kedukaan para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong
para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat
hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan
yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut
wacana ekspresif (ekspresive discourse).
Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi
agar pembaca dapat memahami makna yang ada dalam tulisan.
Menurut
Suriamiharja, dkk. (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat
dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian
terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis
menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul
satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.
Dari
kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan untuk
memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau
menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang
berapi-api agar dipahami oleh orang lain.
4) Manfaat Menulis
Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting di
dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan pikiran
dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986:22),
menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan
penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tanggap atau
persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman
menulis.
Menurut
pendapat Akhadiah, dkk. (1988:1), banyak keuntungan yang diperoleh dari
kegiatan menulis. Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang dapat
mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai di
mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis
harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya.
Kedua,
melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan
menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan
fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. keuntungan ketiga, penulis
lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan
dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan
secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
Keempat,
penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan
permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui
tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif. Keenam,
dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan
permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang
lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong
untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah,
bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan ke delapan,
kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta
berbahasa secara tertib.
Dari
kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam
kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk mengembangkan berbagai
gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
Telah
banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa klasifikasi
yang pernah dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986:26) adalah
tulisan bentuk objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk
objektif mencakup penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan,
dan dokumen. Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi,
surat-surat, penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan
satire.
Berdasarkan
bentuknya, Tarigan (1986:27) juga menyampaikan klasifikasi yang lain, yaitu
eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat klasifikasi
lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara
pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan laporan, timbangan buku,
resensi buku, dan rencana penelitian.
Keraf
(2002:24) membuat klasifikasi tulisan menjadi empat jenis, yaitu deskripsi,
narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah bentuk tulisan yang
menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu seolah-olah berada
di depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah bentuk tulisan
yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah dialami
sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan
suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
h.
Puisi
1) Definisi Puisi
Kata puisi
berasal dari bahasa
Yunani “Poises” yang berarti
penciptaan. Puisi dapat di definisikan sebagai karya sastra yang
cenderung pada irama
(ritme) yang
dibangun dengan irama,
bait, dan baris.
Irama merupakan nada-nada yang
ada pada suatu puisi. (Djuanda 2: 2006 dalam
Windy Nur Azhar).
Adapun pengertian
dari para ahli
adalah sebagai berikut
menurut (Salam, dalam Erlina
Yulianingsih, 2010) menjelaskan bahwa puisi adalah pengungkapan
pikiran, perasaan, dan
pengalaman dengan susunan
kata yang kaya
imajinasi dengan penyingkapan
pendirian atau keyakinan penulisnya. Waluyo
1991: 25 (dalam
Windy Nur Azhar
: 2010) menjelaskan bahwa
puisi adalah karya
sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan
pengonsentrasian struktur fisik
dan struktur batinnya.
Menurut Pradopo
2002: 7 (dalam
Sri Purwantini, 2010)
menjelaskan bahwa puisi
adalah merupakan ekspresi
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi
pancaindera ke dalam susunan yang berirama.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan perwujudan pikiran, perasaan, dan pengalaman
intelektual seorang penyair yang bersifat
imajinatif yang diungkapkan
melalui bahasa yang
memikat dengan didukung
oleh kekuatan dua
unsurnya yaitu struktur
fisik dan struktur batinnya.
2) Hakikat Puisi (Struktur
Batin Puisi)
a) Tema
Tema adalah
gagasan pokok yang
dikemukan penyair lewat puisinya. Tema
puisi biasanya mengungkapkan
persoalan manusia yang
bersifat hakiki, seperti
cinta kasih, ketakutan,
kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan
hidup, keadilan dan
kebenaran, ketuhanan, kritik social, dan protes. Tema puisi
kadang-kadang sering disebut pula dengan
makna puisi atau sense. (Djuanda 21: 2006 dalam Windy Nur Azhar)
b) Rasa (feeling)
Dalam puisi
diungkapkan perasaan penyair,
gembira, sedih, terharu, takut,
gelisah, rindu, penasaran,
benci, cinta, dendam
dan sebagainya. Perasaan
yang diungkapkan penyair
bersifat total artinya tidak setengah-setengah, rasa atau sikap dalam
dunia puisi merupakan salah satu
aspek penting berkanaan
dengan apresiasi puisi.
(Djuanda 41: 2006 dalam Wndy Nur
Azhar)
c) Nada
Nada sering
dikatkan dengan suasana.
Jika nada berarti
sikap penyair terhadap pokok
persoalan (feeling) dan sikap penyair terhadap pembaca
(tone) suasana. Berarti
keadaan perasaan yang
dapat ditangkap oleh panca indera
menurut Efendi, 1982: 134 (dalam Windy Nur
Azhar)
d) Amanat
Amanat merupakan
pesan-pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca. Di dalam satu puisi bisa saja
terdapat lebih dari satu amanat. Amanat
ada yang diungkapkan
secara langsung dan
ada juga yang
teselubung. Melalui amanat
inilah, mungkin saja
penyair mengharapkan pembaca
marah, benci, menyenangi
sesuatu atau berontak
dan berbuat sesuatu.
Barangkali juga penyair
mengharapkan pembaca untuk
merenung dan menjadi
bijak setelah membaca puisi. Amanat ini
kadang-kadang juga disebut
pemecahan persoalan yang dikemukakan
dalam tema.
3) Metode Puisi (Struktur Fisik
Puisi)
a) Diksi
Diksi atau
pilihan kata yaitu
pemilihan kata dalam sajak (Pradopo,
2009: 54 dalam
Erlina Yulianingsih). Ciri
umum puisi yang
membedakannya dengan karya
sastra lain yaitu
penggunaan bahasa puisi
yang dibentuk oleh
susunan pilihan kata
yang relatif singkat,
padat, dan indah.
Pilhan kata yang
diperlukan untuk menciptakan kepadatan,
kepuitisan, dan nilai
estetik. Pradopo (2009: 54) mengemukakan bahwa bila kata-kata
dipilh dan disusun dengan cara
yang sedemikian rupa
hingga artinya menimbulkan imajinasi
estetik, maka hasilnya
itu disebut diksi
puitis. Penggunaan kata-kata
bahasa sehari-hari dalam
puisi dapat memberi efek gaya yang realistis, sedangkan
penggunaan kata-kata bahasa yang
puitis dapat memberi
efek yang romantic.
Untuk ketepatan penggunaan kata
dalm puisi, penyair dapat memperbaiki pilihan
kata yang dirasa belum tepat dalam puisinya. (dalam Erlina Yulianingsih, 2010)
b) Pengimajian
Pengimajian disebut
juga pencitraan. Pengimajian
dapat memberi gambaran yang
jelas, menimbulkan suasana yang khusus, membuat hidup
(lebih hidup) gambaran
dalam pikiran, dan penginderaan untuk
menarik perhatian, untuk
memberikan kesan mental
atau bayangan visual
penyair, menggunakan gambaran-gambaran angan.
Imaji adalah gambaran-gambaran angan, gambaran
pikiran, kesan mental
atau bayangan visual
dan bahasa yang menggambarkannya. (dalam Windy Nur Azhar)
c) Kata Konkret
Kata kongkrit
digunakan untuk membangkitkan
imaji (daya bayang) pembaca. Jika penyair berhasil
memperkongkret kata-kata maka pembaca
seolah-olah melihat, mendengar,
atau merasa apa yang dilukiskan
oleh penyair. Dengan
kata yang diperkongkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa atau keadaan yang dilukiskan
oleh penyair.
d) Bahasa Figuratif (Gaya Bahasa)
Bahasa figuratif
merupakan bahasa yang
digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan
pengiasan, yakni secara
tidak langsung dalam
mengungkapkan makna sehingga
menuntut pembaca untuk dapat
menafsirkan kiasan tersebut. Dengan bahasa figuratif, membuat puisi lebih indah, artinya
memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna.
Bahasa figuratif dipakai
untuk menghidupkan lukisan,
untuk mengkonkretkan dan
lebih mengekpresikan perasaan
yang diungkapkan. Denagn
demikian, pemakaian bahasa
figuratif menyebabakan konsep-konsep
abstrk terasa dekat
pada pembaca karena
dalam bahasa figurative oleh penyair diciptakan
kekonkretan, kedekatan, keakraban,
dan kesegaran.
e) Irama dan Rima
Rima
adalah bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik puisi
maupun pada akhir
larik-larik puisi (Aminuddin,
2009: 137 dalam Erlina Yulianingsih). Irama
adalah paduan bunyi
yang menimbulkan unsur musikalitas,
baik berupa alunan
keras-lemah yang keseluruhannya mampu
menumbuhkan kemerduan, kesan
suasana, serta nuansa makna tertentu. Irama dalam puisi berkaitan
dengan gerak, alunan, bunyi yang
teratur ritmis, dan
itu akan terasa
jika puisi itu
dibaca dan di dengarkan.
f) Tipografi
Tipografi atau
tata wajah yaitu
cara penulisan suatu
puisi sehingga menampilkan
bentuk-bentuk tertentu yang
dapat diamati secara
visual (Aminuddin, 2009:
146). Tipografi merupakan pembeda
yang paling awal
dapat dilihat dalam
membedakan puisi dengan
prosa fiksi dan
drama. Tipografi merupakan
bentuk dari puisi
yang bermacam-macam tergantung
yang mengarangnya. Adapun
fungsi tipografi adalah
untuk keindahan indrawi
dan mendukung makna.
i.
Pengertian Menulis Puisi
Menulis puisi
adalah proses beraktivitas
untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan dalam bentuk
puisi melalui media
tulis, setelah melihat, mendengar,
penggambaran serta pengembangan
imajinasi dalam berekspresi menulis
sebuah puisi berupa
ide-ide, gagasan, pikiran
perasaan, pengalaman secara sistematis
dan logis ke
dalam tulisan puisi.
Selain itu menulis
puisi merupakan kegiatan
produktif dan ekspresif
sebagai upaya dalam mendeskripsikan benda-benda,
tempat atau peristiwa sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Pembuatan
puisi itu bertujuan
agar dapat menuangkan
ide, gagasan, persaan,
dan pikirannya ke
dalam bentuk tulisan.
(dalam Sri Purwantini, 26: 2010)
2.
Media Gambar Seri
a. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius
yang secara harfiah yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Menurut Arsyad (2004 : 4) mengatakan bahwa ”istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, TV,
film, foto, radio, rekaman audio, gambar, bahan-bahan cetakan, dan sejenis
adalah media komunikasi. Hamidjojo (dalam Arsyad 2004) memberikan batasan media
sebagai semua bentuk perantara yang digunakan manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan, dan pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2006:124) mengemukakan bahwa:
Media gambar
seri (gambar seri) adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan .gambar
seri ini ada yang menampilkan gambar diam sepert film strip (film rangkai), slide
(film bingkai) foto,gambar atau lukisan, dan cetakan. Adapula gambar seri yang
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa media gambar
seri masuk dalam bagian gambar seri yang memungkinkann seorang guru dapat
menggunakannya sebagai media didalam menyampaikan pesan pembelajaran agar pesan
yang disampaikan lebih mudah dipahami. salah satu penyampaian pesan ini yaitu
menggunakan gambar seri didalam meningkatkan keterampilan menulis puisi pada
pelajaran bahasa Indonesia.
Meningkatkan keterampilan menulis puisi berdasarkan
urutan gambar seri merupakan salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di
kelas V. Gambar seri yang kelihatan sangat sederhana sebenarnya mengandung
banyak arti. Oleh karena itu, pemilihan gambar harus tepat, menarik dan
merangsang siswa. Selain gambar seri dapat pula digunakan diagram, grafik,
skema dan sejenisnya sebagai media untuk menulis. menulis dengan media gambar
seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinatif siswa.
b. Kelebihan dan Keterbatasan
Gambar Seri
Wibawa dan
Mukti (1992: 29) mengemukakan kelebihan dan keterbatasan gambar seri yaitu gambar
seri memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) umumnya murah harganya, (2) mudah
didapat, (3) mudah digunakanya, (4) dapat memperjelas suatu masalah, (5) lebih
realitis, (6) dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan, (7) dapat
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Gambar seri juga memiliki keterbatasan,
antara lain: (1) semata-mata hanya medium visual, (2) ukuran gambar sering kali
kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar, (3) memerlukan ketersediaan
sumber, keterampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya.
Sejalan yang
dikemukakan oleh Wibawa dan Mukti di atas
menurut Amir (2007:31) memberikan beberapa prinsip tentang pertimbangan yaang
harus dilakukan oleh seorang guru didalam menggunakan media pembelajaran yaitu:
(1) tidak ada media yang paling unggul untuk semua tujuan. Suatu media hanya
cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu,tetapi mungkin tidak cocok untuk yang
lain. (2) media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar.Hala ini
berarti bahwa media bukkan hanyya sekedar alat bantu mengajar guru saja,tetapi
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar. (3)
media apapun yang digunakan ,sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar
siswa. (4) penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan
hanya sekedar selingan /pengisi waktu atau hiburan , melainkan mempunyai tujuan
yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. (5) pemilihan media
hendaknya objektif, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. (6) pengunaan beberapa
media sekaligus akan dapat membingungkan siswa penggunaan multi media tidak
berarti menggunakan media yang banyak sekaligus,tetapi media tertentu dipilih
untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. (7)
kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan
keabstrakannya.media yang konkrit wujudnya mungkin sukar untuk dipahami karena
rumitnya,tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
Olehnya itu
keberhasilan dari media yang digunakan dalam setiap pembelajaran bukan
tergantung hanya pada orang yang menggunakan media tersebut akan tetapi ketidak
optimalan dari hasil penggunaan media yang kita gunakan dalam PBM juga sangat
tergantung pada siapa dan di mana tempaat media yang kita gunakan pada saat
kegiatan PBM berlangsung serta kesesuain media yang digunakan dengan
karakteristik siswa yang diajar.
c. Fungsi Gambar Seri (Gambar
seri)
Levie
dan Lentz (dalam Arsyad, 2004: 16)
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,khususnya gambar seri yaitu : (a) fungsi atensi gambar seri, merupakan inti
yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran, (b) fumgsi afektif gambar seri dapat terlihat dari
tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar,(c)
fungsi kognitif gambar seri terlihat dari temuan-temuan peneliti yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar,
(d) fungsi kompensatoris gambar seri yang memberikan konteks untuk memahami
teks dalam membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Selanjutnya
Wibawa dan Mukti (1992 : 31) mengemukakan gambar seri dalam proses belajar
mengajar dapat berfungsi untuk: (a) mengembangkan kemampuan visual, (b)
mengembangkan imajinasi anak, (c) membantu meningkatkan penguasaan anak
terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan
didalam kelas, (d) mengembangkan kreativitas siswa.
d. Penggunaan Media Gambar Seri
dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis puisi.
Tujuan
pengajaran menulis di SD menurut kurikulum pendidikan dasar 1994 tercermin
dalam tujuan penggunaan (dalam Nur Mustakim dan Syamsudin, 2007: 24), yakni
”(1) siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, informasi, pesan,
dan perasaan secara tertulis, (2) siswa memiliki kegemaran menulis (3) siswa mampu
memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dalam menulis”.
Untuk mencapai
tujuan tersebut guru dituntut mengupayakan strategi dan model pembelajaran yang
baik serta ketepatan dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran. Untuk
itu pembelajaran hendaknya dikemas dalam aktivitas yang menarik, bermakna,
bervariasi, menantang, dan sesuai dengan dunia anak. Untuk itu pembelajaran
harus di bentuk sedemikian rupa sehingga tampak menyenangkan anak, misalnya
dengan permainan, pengalaman praktis ataupun penggunaan media yang bisa menarik
perhatian siswa yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dewasa ini
keterampilan menulis siswa dikelas awal belum begitu menggembirakan. Kendala
yang sering dihadapi dalam pembelajaran menulis salah satunya adalah penggunaan
media pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa. Penggunaan media dalam
proses pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang tepat didalam proses
pembelajaran khususnya penggunaan media gambar seri didalam meningkatkan
keterampilan menulis puisi siswa kelas II.
Untuk lebih
jelasnya dari penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan
menulis puisi maka, dapat dilakukan dengan langkah- langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1)
Menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai
Pada langkah
ini, guru menjelaskan kompetensi yang menjadi target serta indikator apa saja
yang ada di dalamnya.
2)
Menyajikan
meteri sebagai pengantar
Tahap
berikutnya adalah guru menyajikan materi. Dalam penyajian materi ini, guru
memperkenalkan materi yang akan dibawakan serta memeberikan pengetahuan awal
kepada siswa tentang pembelajaran menulis puisi dengan penggunaan media gambar seri.
3)
Memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
Setelah guru
menyajikan materi sebagai pengantar, tindakan selanjutnya adalah guru
memperlihatkan gambar seri yang disusun secara acak di papan tulis.
4)
Memanggil
siswa secara bergantian mengurutkan menjadi urutan yang logis
Pada langkah
ini, guru meminta siswa maju ke papan tulis untuk mengurutkan gamabr seri yang
acak tersebut menjadi gambar seri yang runtut dan sesuai denagn alurnya. Hal
ini dilakukan secara bergantian untuk mendapatkan susnan gambar seri yang
sesuai dan benar.
5)
Menanyakan
alasan pemikiran urutan gambar tersebut
Selanjutnya
guru meminta siswa untuk memberikan alasan yang logis tentang pemilihan urutan
gambar seri yang diberikan.
6)
Guru
menanamkan konsep sesuai kompetensi yang akan dicapai
Selanjutnya
guru memberikan konsep kepada siswa tentang bagaiman cara menulis puisi
berdasarkan gambar seri yang baik dan benar. Dalam menulis puisi berdasarkan
gambar seri ini, ada beberapa aspek yang diperkenalkan kepada siswa dan aspek
ini yang menjadi acuan dalam memberikan penilaian terhadap hasil tulisan siswa.
Aspek tersebut adalah pengembangan topik (logis, relevan, dan
jelas), pengorganisasian isi (runtut, utuh, dan koheren), struktur (morfologi,
sintaksis), pilihan kata (diksi), dan penerapan ejaan dan kerapihan.
7)
Menulis
puisi berdasarkan gambar tersebut
Langkah
berikutnya adalah siswa diminta untuk menulis puisi berdasarkan gambar seri
dengan memperhatikan aspek dalam menulis puisi.
8)
Kesimpulan
Kegiatan
berikutnya adalah guru bersama denagn siswa menyimpulkan materi.
9)
Evaluasi
Langkah
terakhir yang dilakukan adalah memberikan evaluasi berupa tes formatif yakni
mengurutka gambar seri yang acak kemudian menulis puisi berdasarkan gambar seri
yang telah diururkan. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh data tentang
kemampuan siswa dalam menulis puisi berdasarkan gambar seri.
B. Kerangka Berpikir
1.
Kondisi Awal
. Kerangka
pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian,
yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Adanya kemampuan
menulis yang rendah dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, hal ini dikarenakan pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih bersifat konvensional yang hanya
berceramah dan menggunakan metode penugasan sehingga
siswa kurang tertarik
dalam mengikuti pelajaran,
hal juga
mengakibatkan siswa kurang
mengerti makna dan
tujuan dari pembelajaran
sehingga Bahasa Indonesia
selalu dianggap sebagai
mata pelajaran yang sulit, rumit
dan kurang menarik dan membosankan. Untuk mengatasi
hal tersebut di
atas perlu diadakan
pembenahan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan
oleh guru khususnya
dalam pembelajaran menulis khususnya menulis puisi. Atas dasar
uraian tersebut di atas, hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan media
gambar seri di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran menulis
puisi, karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi siswa untuk menulis
tentang gambar yang dilihatnya sehingga keterampilan siswa dalam menulis cerita
dapat meningkat. Untuk mempermudah kita dalam memahami alur dari penelitian
tindakan kelas ini maka kami membuat kerangka pikir yang disesuaikan dengan
langkah-langkah strategi dari pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan
gambar seri.sehingga dengan hanya melihat dan membaca kerangka pikir ini kita
bisa melihat gambaran apa saja yang peneliti lakukan didalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi peneliti yaitu rendahnya kemampuan menulis puisi
siswa kelas V SD Negeri .............. Kecamatan .............. Kabupaten ...............
2.
Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan bersama
guru SD Negeri ............... Guru
dalam penelitian ini bertindak
sebagai peneliti, kepala
sekolah dan guru
kelas I sebagai
observer dan unsur-unsur yang terkait dalam tindakan yang
dirancang. Hasil studi
yang diperoleh tersebut
kemudian digunakan untuk
menyusun rancangan tindakan yang
akan dilakukan. Setiap
tindakan dilakukan secara
berdaur ulang (siklus) menggunakan prosedur
sesuai dengan tahapan
dikemukakan oleh Kemmis
dan Mc. Taggart (dalam Ningrum,
2009: 2). Adapun
tahap-tahap tersebut meliputi
perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap
ini peneliti menetapkan
dan menyusun rancangan
tindakan dalam menulis puisi narasi
dengan menggunakan media
gambar seri. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh
dalam perencanaan tindakan adalah:
1) Menyusun rencanan
pembelajaran.
2) Mempersiapkan rangkaian
gambar yang akan
digunakan sebagai media
menulis puisi narasi.
3) Menyusun lembar
kerja siswa (LKS) yang akan diberikan
pada akhir pembelajaran
4) Menyusun alat
observasi.
5) Melaksanakan
diskusi dengan observer.
b. Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Pelaksanan tindakan
dalam pembelajaran menulis
karangan narasi melalui
media gambar seri dilakukan
dalam 3 siklus.
Kegiatan yang dilaksanakan
dalam tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran
yang telah direncanakan, yaitu sebagai berikut :
1) Siklus I
a) Melakukan observasi
awal.
b) Merancang tindakan
yang akan dilakukan.
c) Membuat rencana
pembelajaran dengan teknik
pembelajaran karangan narasi melalui media gambar seri.
d) Melakukan observasi
dan pengolah data.
Pelaksanaan observasi dilakukan
oleh semua tim peneliti
(observer) dan dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dalam rangka pengumpulan
data.
e) Bersama-sama dengan
observer menganalisis dan
merefleksi pelaksanaan hasil tindakan pada
siklus I. Pelaksanaan
analisis terhadap siklus
I dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara kualitatif dari
proses pelaksanaan tindakan
dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan dalam siklus
selanjutnya
2) Siklus II
Pada siklus
II pelaksanaan tindakan
yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan perbaikan dari
hasil analisis siklus II. Kegiatan yang dilakukan pada siklus III, di antaranya
:
a) Merancang rencana
tindakan yang dilakukan
dengan menekankan kepada
hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran berdasarkan
teknik pembelajaran yang akan
diterapkan dalam menulis puisi narasi melalui media gambar seri.
c) Melakukan observasi
dan pengolahan data.
Pelaksanaan observasi dilaksanakan oleh semua
tim peneliti (observer)
dan dilakukan bersama
dengan pelaksanaan tindakan dalam
rangka pengumpulan data.
d) Hasil observasi
data dianalisis dan
direvisi sehingga dapat
diketahui secara optimal
penggunaan media gambar seri meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Observasi
Observasi atau
pengamatan dilakukan secara
terus-menerus terhadap seluruh
aktivitas atau kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa ataupun guru
selama pembelajaran berlangsung. Peneliti
dan observer mencatat
kejadian-kejadian yang penting
untuk dikumpulkan sebagai catatan selama
proses berlangsungnya pembelajaran.
Dalam mengobservasi harus mendapatkan data
yang sesungguhnya, nyata
di lapangan pada saat
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi merupakan
bagian yang sangat
penting untuk memahami
proses dan hasil perubahan yang
terjadi dari pelaksaan
tindakan yang telah
dilakukan. Peneliti dan observer mendiskusikan hasil pengamatan
kegiatan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Materi yang didiskusikan
melalui kegiatan adalah sebagai berikut.
1) Analisis tentang
kegiatan yang dilakukukan.
2) Menjelaskan
perencanaan dengan pelakanaan tindakan yang dilakukan.
3) Membahas kendala-kendala yang
ditemukan berkaitan dengan
tindakan yang dilaksanakan.
4) Melakukan intervensi,
pemaknaan serta penyimpulan
data untuk selanjutnya dilihat refensinya dengan yang
telah ditetapkan Resmini (Karya, 2008: 31). Refleksi dilakukan dalam setiap
siklus mulai dari
siklus kesatu sampai
dengan ketiga. Setelah
satu siklus dilaksanakan, dilakukan
refleksi untuk memperoleh
data yang menunjukan
adanya keharusan untuk melakukan
perbaikan atau mengubah
perencanaan, sehingga pada siklus
berikutnya perencanaan yang
dilakukan merupakan hasil
refleksi dari siklus sebelumnya.
3.
Kondisi Akhir
Kondisi akhir yang diharapkan adalah meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa siswa kelas V SD Negeri ..............
Kecamatan .............. Kabupaten .............. Tahun Pelajaran 2011/2012 pada
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi setelah pembelajaran
dilaksanakan dengan penerapan media gambar seri.
Adapun skema kerangka berpikir dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas secara rinci
sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kerangka teoritik di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Melalui penerapan media gambar seri pada
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa
kelas V SD Negeri .............. Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Penerapan media gambar seri diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri ..............
Tahun Pelajaran 2011/2012 pada
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi.
Bab selanjutnya menyusul. File lengkap silahkan konfirmasikan ke 081327789201.