LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN SEKOLAH
PENINGKATAN KINERJA DALAM
MENYUSUN PERANGKAT ADMINISTRASI BAGI GURU KELAS IV, V, DAN VI MELALUI KEGIATAN SUPERVISI ADMINISTRASI GURU
KELAS
DI SDN …………………………..
KECAMATAN…………….
KABUPATEN …………
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
...............................
dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
SEKOLAH
DASAR NEGERI ............
KECAMATAN ............
............
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rahmat Allah SWT yang tak terhingga, Peneliti telah
diberikan kemampuan dan kesempatan untuk melakukan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) sampai selesai, dan menyusun laporan penelitiannya.
Peneliti mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian
ini khususnya kepada:
1. ………………….. selaku Kepala ……………………
2. ………………….., selaku Pengawas …………………...
3. Guru-guru SDN ……………………………
4. Segenap
warga SDN ……………………
5. Pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa
laporan Penelitian ini
masih jauh dari
sempurna, ini disebabkan keterbatasan pengetahuan
penulis.Untuk itu kritik
dan saran dari
pembaca yang budiman sangat
penulis harapkan, hingga
nantinya dapat penulis
gunakan sebagai bahan perbaikan dalam menyusun laporan penelitian yang
akan datang.
Peneliti juga berharap
laporan penelitian ini
bermanfaat bagi peneliti sendiri, rekan - rekan guru,
kepala sekolah dan
pengawas. Terutama bagi penulis
pemula, hingga nantinya
menjadi pedoman untuk belajar memulai menulis laporan
Penilaian Tindakan Kelas (PTK)
maupun Penelitian Tindakan Sekolah
( PTS).
……………, ……….201..
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
1.
|
Judul Penelitian
|
PENINGKATAN KINERJA DALAM MENYUSUN
PERANGKAT ADMINISTRASI BAGI GURU KELAS IV, V, DAN VI MELALUI KEGIATAN SUPERVISI ADMINISTRASI GURU
KELAS DI SDN …………………………..
KECAMATAN……………. KABUPATEN …………
|
2.
|
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIP
c. Pangkat. Golongan
d. Tempat Tugas
e. Kabupaten/Kota
f. Provinsi
g. Alamat Kantor
h. Telepon
|
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
|
3.
|
Lama Penelitian
|
….. bulan (…………
s.d ………… 201..)
|
4.
|
Sumber Dana
|
Swadaya
|
Catt
:
Untuk
lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi setempat
ABSTRAK
………………………………..
NIP. …………………….
Latar belakang
penelitian ini adalah
banyak guru yang
menemui permasalahan
pembelajaran, kepala sekolah belum
melaksanakan tugas supervisi secara efektif
dan berkesinambungan dalam
upaya meningkatkan kinerja
guru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan
supervisi administrasi guru kelas dapat meningkatkan kinerja guru kelas IV, V
dan VI di SD Negeri …………….? Tujuan penelitian
ini adalah untuk:(1) mengetahui keefektifan, dampak dan model pelaksanaan supervisi
administrasi guru kelas di SDN …... terhadap peningkatan kinerja guru
kelas IV, V dan VI dalam penyusunan administrasi guru kelas. Subyek dalam
penelitian 3 orang guru di SDN
……….. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi serta analisis
dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah
dengan teknik triangulasi
sumber dan metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa peningkatan
kinerja guru dalam penyusunan administrasi kelas, di mana pada kondisi awal tidak ada guru yang
mampu menyusun penyusunan administrasi kelas dengan baik hal tersebut
dibuktikan dengan rendahnya hasil nilai rata-rata yang diperoleh guru-guru
yaitu 78 dan hanya masuk dalam kategori kurang, pada siklus I meningkat cukup
signifikan walaupun masih belum ada guru yang dinyatakan mampu menyusun
administrasi kelas dengan baik, dengan peroleh nilai rata-rata secara klasikal
sebesar 118 dan masuk dalam kriteria cukup dan pada siklus terakhir menjadi guru atau 100%, dibuktikan dengan perolehan
nilai secara klasikal sebesar 158 dalam kriteria nilai baik. Kesimpulannya
adalah supervisi administrasi guru kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap 3 orang guru di SD Negeri ……….., dinyatakan berhasil meningkatkan meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan
administrasi guru kelas.
Kata kunci: kepala sekolah,
kinerja guru dan supervisi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................
B. Rumusan
Masalah........................................................................
C. Tujuan
Penelitian.........................................................................
D. Manfaat
Penelitian.......................................................................
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori.................................................................................
B. Kerangka
Berpikir........................................................................
C. Hipotesis
Tindakan......................................................................
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.............................................................................
B. Lokasi Penelitian..........................................................................
C. Subjek dan Objek Penelitian........................................................
D. Sumber Data................................................................................
E. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................
F. Prosedur Penelitian......................................................................
G. Teknik Analisis Data ...................................................................
H. Indikator Keberhasilan................................................................
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian............................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
.................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Instrumen Supervisi Administrasi
Guru Kelas Kondisi Awal ..................................................................................................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Penilaian Instrumen Supervisi Administrasi
Guru Kelas Siklus Pertama ..................................................................................................
Tabel 4.3 Rekapitulasi Penilaian Instrumen Supervisi Administrasi
Guru Kelas Siklus Kedua ..................................................................................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Supervisi
Administrasi Kelas pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II....................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Peningkatan Kinerja
Guru dalam Menyusun Perangka Administrasi Guru Kelas Pada Pelaksanaan Kondisi
Awal, Siklus I, dan Siklus II.................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Instrumen Supervisi
Manajerial Bidang : Administrasi Guru Kelas I, II, III, IV, V, VI Pada Kondisi Awal
Lampiran 2 Instrumen Supervisi
Manajerial Bidang : Administrasi Guru Kelas I, II, III, IV, V, VI Pada Siklus I
Lampiran 3 Instrumen Supervisi
Manajerial Bidang : Administrasi Guru Kelas I, II, III, IV, V, VI Pada Siklus II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Supervisi
a.
Pengertian Supervisi
Secara
etimologi, supervisi berasal
dari dua kata
bahasa Inggris, yaitu super
dan vision, yang
mengandung arti melihat
dan meninjau dari
atas atau menilik dan menilai dari
atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan
kinerja bawahan. Kegiatan supervisi, pelaksanaan bukan mencaricari kesalahan
tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinaan,
agar kondisi pekerjaan yang
sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan sematamata
kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Menurut
Arikunto (2006: 5)
supervisi adalah kegiatan
mengamati, mengidentifikasi
mana hal-hal yang
sudah benar, mana
yang belum benar,
dan mana pula yang
tidak benar, dengan
maksud agar tepat
dengan tujuan memberikan pembinaan.
Kegiatan pokok dari
supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada
umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat.
Dampak meningkatnya kualitas
pembelajaran akan
meningkatkan prestasi belajar
siswa, dengan demikian
meningkatlah kualitas lulusan
sekolah.
Menurut
Purwanto (2009: 115)
menyatakan bahwa supervisi
adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang
essensial yang akan
menjamin tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan . Melihat
definisi tersebut, maka
tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya
pandai meneliti, mencari, dan menentukan
syarat-syarat mana sajakah
yang diperlukan bagi kemajuan
sekolahnya sehingga tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah
itu semaksimal mungkin dapat
tercapai.Ia harus dapat
meneliti dan menentukan syarat-syarat mana
yang telah ada
dan mencakupi, mana
yang belum ada
atau kurang mencakupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi.
Sergiovani
dalam Mulyasa (2009:
111) menyatakan bahwa
supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
membantu para guru dan supervisor dalam
mempelajari tugas sehari-hari
di sekolah agar
dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya
untuk memberi layanan
yang lebih baik pada
peserta didik dan
sekolah, serta menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar
yang efektif.Supervisi merupakan usaha
mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinu
pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun
secara kolektif, agar
lebih mengerti dan
lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran sehingga
dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara
kontinyu sehingga dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi
modern.
Sagala
(2009: 125) berpendapat
bahwa program supervisi
di sekolah adalah program
pengembangan guru yang
kegiatannya dirancang dengan
tema-tema yang berkisar
pada penyajian informasi
tentang suatu jenis
pendekatan, membantu guru memahami
informasi, membantu guru
mengaplikasikan pengajaran, dan membantu
guru memahami tingkat
pengetahuan serta integrasi nilai dan sikap.
Kegiatan supervisi sesuai dengan konsep pengertiannya,
dapat dibedakan menjadi dua yaitu
supervisi akademik dan
supervisi administrasi. Supervisi akademik adalah supervisi
menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yang langsung berada dalam
lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk
membantu siswa ketika
sedang dalam proses
belajar. Sedangkan supervisi
administrasi menitikberatkan pengamatan pada
aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran (Arikunto 2006: 5).
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas,
maka dapat dinyatakan
bahwa supervisi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan
oleh pejabat atasan
(pengawas atau kepala sekolah)
terhadap bawahan (guru
dan staf ),
dalam rangka memberikan bantuan
kepada guru dan
staf untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar/kinerja
guna meningkatkan mutu pembelajaran.
b.
Prinsip-prinsip Supervisi
Menurut
Arikunto (2006: 19)
Supervisi harus memenuhi
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)
Supervisi
bersifat memberikan bimbingan
dan memberikan bantuan kepada
guru dan staf lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, dan bukan mencari-cari kesalahan.
2)
Pemberian
bantuan dan bimbingan
dilakukan secara langsung, artinya bahwa
bimbingan dan bantuan
tersebut tidak diberikan secara langsung
tetapi harus diupayakan
agar pihak yang bersangkutan tanpa
disangka atau dibukakan
hatinya dapat merasa sendiri
serta sepadan dengan
kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3)
Apabila
pengawas atau kepala
sekolah merencanakan akan memberikan saran
atau umpan balik,
sebaiknya disampaikan sesegera
mungkin agar tidak lupa.
4)
Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala
misalnya tiga bulan sekali,
bukan menurut minat
dan kesempatan yang dimiliki oleh pengawas satu atau kepala
sekolah.
5)
Suasana
yang terjadi selama
supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya
hubungan yang baik
antara supervisor dan yang
disupervisi.
6)
Untuk
menjaga agar apa
yang dilakukan dan
yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya
supervisor membuat catatan singkat,
berisi hal-hal penting
yang diperlukan untuk membuat laporan.
Menurut
Moh. Rifai dalam
Purwanto (2009: 17)
prinsip yang perlu diperhatikan dalam supervisi adalah:
1)
Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif,
yaitu pada yang dibimbing
dan diawasi harus
dapat menimbulkan dorongan untuk
bekerja.
2)
Supervisi
hendaknya didasarkan pada
keadaan dan kenyataan yang sesuai
dengan sebenar-benarnya (realistis,
mudah dilaksanakan)
3)
Supervisi harus sederhana dan informal dalam
pelaksanaanya.
4)
Supervisi
harus dapat memberikan
perasaan aman pada
guruguru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
5)
Supervisi
harus didasarkan atas
hubungan professional, bukan atas dasar hubungan pribadi.
6)
Supervisi
harus selalu memperhitungkan kesanggupan,
sikap dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.
7)
Supervisi
tidak bersifat mendesak
(otoriter) karena dapat menimbulkan perasaan gelisah bahkan
antipasti dari guru-guru.
8)
Supervisi
tidak boleh didasarkan
atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi.
9)
Supervisi
tidak boleh bersifat
mencari-cari kesalahan dan kekurangan.
10)
Supervisi
tidak boleh terlalu
cepat mengharapkan hasil,
dan tidak boleh lekas merasa kecewa.
11)
Supervisi hendaknya bersifat preventif, korektif, dan
kooperatif.
Menurut Oteng Sutisna (1983) dalam Arikunto (2006:22)
1)
Supervisi
merupakan bagian integral dari program pendodikan, supervisi adalah layanan yang bersifat kerjasama.
2)
Pada
dasarnya semua personil
pelaksana pendidikan memerlukan
dan berhak atas bantuan supervisi.
3)
Supervisi
hendaknya disesuaikan dengan
kondisi setempat karena berguna
untuk memenuhi kebutuhan
perseorangan dari personil
sekolah.
4)
Supervisi
adalah layanan yang
tidak mungkin dapat
berjalan satu pihak yaitu
supervisi saja tetapi merupakan kegiatan
yang bersifat kerjasama.
5)
Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan
dan sasaran-sasaran pendidikan, dan
hendaknya menerangkan
implikasi-implikasi dari tujuan dan sasaran-sasaran tersebut.
6)
Supervisi
hendaknya membantu memperbaiki
sikap dan hubungan dari
semua anggota staf
sekolah dengan orang
tua siswa dan masyarakat
setempat, serta pihak-pihak
yang terkait dengan hubungan sekolah.
7)
Tanggung
jawab program seperti
berada pada dua
pejabat, pertama supervise sekolah
menjadi tanggung jawab
kepala sekolah sedangkan pengawas bertanggung jawab atas supervise semua
sekolah yang mrnjadi wewenang pembinaannya.
8)
Supervisi
yang merupakan bantuan
dan pembinaan untuk guru dan staf TU. Bagi pengawas,
kegiatan tersebut merupakan
kegiatan mobile, yaitu tugas
yang memerlukan perjalanan
keliling setiap hari. Untuk
itu maka supervise
hanya dapat berjalan
apabila dilengkapi dengan dana yang mencukupi.
9)
Dalam pendidikan yang
berlangsung di sekolah
tampaknya kepala sekolah merupakan
penanggung jawab utama keberlangsungan pendidikan di sekolah
yang ia pimpin.
10) Supervisi
hendaknya merupakan wahana untuk menjelaskan dan berdiskusi tentang
hasil-hasil penelitian pendidikan
yang mutakhir tetapi belum
ada wadah untuk
mengkomunikasikan, apalagi menerapkan.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa supervisi yang dilakukan harus
memperhatikan prinsip-prinsip diantaranya: Supervisi dilakukan
oleh kepala sekolah
dalam rangka memberikan
bantuan /bimbingan kepada guru dan staf dalam mengatasi masalah yang ditemui bukan mencari-cari masalah.
Bantuan yang diberikan
harus disesuaikan dengan kebutuhan dari
personil yang disupervisi
dan disampaikan langsung
oleh supervisor tanpa perantara
agar guru merasa
nyaman. Supervisi hendaknya dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan sesuai
program dan jadwal yang
telah dibuat agar
guru dan staf
selalu dalam kondisi
siap dalam melaksanakan tugas.
Supervisi dilakukan dalam
suasana kekeluargaan sehingga
dapat memberikan rasa nyaman bagi pihak yang disupervisi maupun yang
mensupervisi.
c.
Tujuan Supervisi
Menurut Arikunto (2006: 40), ada dua tujuan dalam pelaksanaan supervisi yaitu tujuan
umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum
dalam supervisi supervisi adalah memberikan bantuan teknis
dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang
lain agar personil
tersebut mampu meningkatkan
kualitas kinerjanya,
terutama dalam melaksanakan
tugas, yaitu melaksanakan
proses pembelajaran.
Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf
sudah meningkat, demikian pula mutu
pembelajarannya, maka diharapkan
prestasi belajar siswa
juga akan meningkat. Pemberian
bantuan pembinaan dan
pembimbing tersebut dapat bersifat langsung
ataupun tidak langsung
kepada guru yang
bersangkutan.
Pemberian bantuan dan pembimbing tersebut didasarkan
atas data yang lengkap, tepat, dan rinci, serta benar-benar harus sesuai dengan
kenyataan. Adapun tujuan khusus dari
supervisi menurut Arikunto (2006: 41)
yaitu:
1)
Meningkatkan
kinerja siswa sekolah
dalam perannya sebagai peserta didik
yang belajar dengan
semangat tinggi, agar
dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.
2)
Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil
membantu dan membimbing siswa mencapai
prestasi belajar dan
pribadi sebagaimana diharapkan.
3)
Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya
guna dan terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah
serta mendukung dimilikinya
kemampuan pada diri
lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
4)
Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan
prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan belajar siswa.
5)
Meningkatkan
kualitas pengelola sekolah,
khususnya dalam mendukung terciptanya
suasana kerja yang
optimal, yang selanjutnya siswa
dapat mencapai prestasi
belajar sebagaimana diharapkan.
6)
Meningkatkan
kualitas situasi umum
sekolah sedemikian rupa sehingga tercipta situasi yang tenang
dan tentram serta kondusif bagi
kehidupan sekolah pada
umunya, khususnya pada
kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Menurut Mulyasa (2006: 157), supervisi bertujuan
mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan belajar
mengajar, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Suyati dkk,
(2009: 215) mengemukakan bahwa tujuan
supervisi dibedakan antara tujuan akhir
dan tujuan perantara.
Tujuan akhir (tujuan
umum) supervisi pendidikan adalah
lulusan (keluaran, autput,
outcome) yang bermutu.Lulusan dikatan bermutu bila mampu
memenuhi kebutuhan dari pelanggan (stakebolders, pemangku kepentingan,
pemangku gati). Stakebolders
dari proses pembelajaran antara lain:
siswa itu sendiri
(dengan cita-cita yang
ingin diraihnya), orang
tua (dengan harapan menyekolahkan
anaknya), pendidikan lanjutan
(yang menginginkan masukan terbaik atau
bermutu), dunia kerja
(yang menginginkan dunia kerja
bermutu), masyarakat, bangsa,
Negara (yang menghendaki
warga yang bermutu), yang
berbagai kepentinganyang lain.
Tujuan perantara (tujuan khusus) dari supervisiadalah proses
pembelajaran yang efektif dan
efisien yang ditunjang oleh administrasi
pendidikan yang berfungsi secara optimal.
Olive dalam Sahertian
(2000: 19) supervisi
pendidikan mempunyai tigasasaran yaitu: mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan
di sekolah, meningkatkan belajar mengajar
di sekolah, mengembangkan
semua staf di sekolah. Supervisi dilakukan guna
mengetahui situasi dan kondisi sekolah
(proses belajar mengajar) untuk
dibawa kepada pertumbuhan
atau perkembangan yang lebih baik agar tujuan yang diharapkan
dapat terwujud.
Tujuan
supervisi pendidikan adalah
perbaikan dan perkembangan
proses pembelajaran secara total,
artinya supervisi pendidikan
tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi
juga membina pertumbuhan profesi guru termasuk
didalamnya pengadaan fasilitas
yang menunjang kelancaran
proses pembelajaran,
peningkatan mutu pengetahuan
dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan
dan pembinaan dalam
hal implementasi kurikulum, pemilihan dan
penggunaan metode mengajar,
alat-alat pelajaran, prosedur,
dan teknik evaluasi pengajaran. Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya pada
dasar-dasar pendidikan dan
cara-cara belajar serta
perkembangannya dalam
pencapaian tujuan umum
pendidikan. Fokusnya bukan
pada seorang atau sekelompok orang, melainkan semua orang,
seperti guru -guru, para pegawai, dan kepala
sekolah, lainnya adalah
teman sekerja yang
sama-sama bertujuan
mengembankan situasi yang
memungkinkan terciptanya kegiatan
pembelajaran yang baik.
Berdasar
pendapat-pendapat tersebut di
atas dapat dinyatakan
bahwa tujuan dari supervisi
adalah meningkatkan perbaikan
kinerja guru, siswa
dan semua pemangku kepentingan (stakebolders) dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran yang bermuara
pada peningkatan prestasi
belajar siswa. Apabila
pengelolaan pembelajaran baik prestasi siswa dan sekolah pasti akan baik pula.
d.
Fungsi Supervisi
Fungsi dari supervisi menurut Arikunto (2006:
13-14) ada tiga yaitu:
1)
Meningkatkan mutu Pembelajaran
Merupakan
supervisi dengan ruang
lingkup yang sempit,
tertuju pada aspek akademik, khususnya
yang terjadi di
ruang kelas ketika
guru sedang memberikan bantuan
dan arahan kepada
siswa. Perhatian supervisor
tertuju pada bagaimana dan
perilaku siswa yang
belajar, dengan bantuan
atau tanpa bantuan guru
secara langsung.Fokusnya pada
seberapa tinggi tinggi keberhasilan siswa kepada belajar.
2)
Memicu unsur yang terkait dengan pembelajaran
Merupakan
supervisi yang berfungsi
memicu atau penggerak
terjadinya perubahan tertuju pada
unsur-unsur yang terkait
dengan, atau bahkan
yang merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas pembelajaran.Supervisi ini dikenal dengan istilah supervisi
administrasi.
3)
Membina dan memimpin
Merupakan fungsi memimpin yang dilakukan oleh pejabat
yang diserahi tugas memimpin sekolah, yaitu kepala sekolah, diarahkan kepada
guru.
Dari
pendapat tersebut dapat
dinyatakan bahwa tujuan
supervisi adalah
meningkatkan mutu pembelajaran,
harapannya dengan adanya
perbaikan dalam pembelajaran oleh
guru maka akan berdampak pada hasil belajar siswa. Tujuan supervisi tidak hanya
untuk memperbaiki mutu mengajar guru tetapi juga membina profesi guru termasuk
di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses pembelajaran,
peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan guru-guru, pemberian
bimbingan dan pembinaan
dalam hal implementasi kurikulum.
e.
Teknik Supervisi
Supervisi
dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dengan
tujuan agar apa yang
diharapkan bersama dapat
menjadi kenyataan. Seorang
supervisor dituntut untuk bisa
memilih cara/teknik yang tepat dalam melaksanakan kegiatan supervisi agar dapat
mencapai hasil yang diharapkan.Menurut
Purwanto (2009: 120)
teknik supervisi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok
Teknik perseorangan maksudnya
ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan.
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
1)
Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Kunjungan
kelas sewaktu waktu
dapat dilakukan oleh
supervisor. Hal ini dimaksudkan agar
supervisor bisa melihat
atau mengamati secara
langsungseorang guru yang
sedang mengajar. Tujuan
dari kunjungan kelas
adalah mengobservasi
bagaimana guru mengajar,
apakah sudah memenuhi
syarat-syarat didaktis atau
metodik yang sesuai
apa belum. Melalui
observasi supervisor dapat melihat
langsung apa kekurangan
atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.Setelah kunjungan
kelas selesai, supervisor
sebaiknya mengadakan diskusi empat
mata dengan guru
yang bersangkutan. Temuan-
temuan yang didapat pada
saat observasi disampaikan
langsung oleh supervisor
dan selanjutnya memberikan
saran-saran atau nasihat-nasihat yang diperlukan demi perbaikan proses belajar-mengajar.
2)
Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Kunjungan
observasi bisa dilakukan
oleh guru-guru melalui
satu kegiatan khusus misalnya
stady banding atau
melalui kegiatan kelompok
kerja guru(KKG) untuk
melihat/mengamati seorang guru
yang sedang mendemonstrasikan cara-cara
mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan
alat atau media
yang baru, seperti
audio -visual aids, cara
mengajar dengan metode
tertentu, seperti misalnya
sosiodrama, problem solving,
diskusi panel, fish bowl metode penemuan, dan sebagainya.Kunjungan observasi
dapat dilakukan di sekolah sendiri (intraschoolvisits) atau dengan
mengadakan kunjungan ke
sekolah lain (interschoolvisits). Sebagai demonstran dapat ditunjuk seorang
guru dari sekolah sendiri atau sekolah lain, yang dianggap memiliki kecakapan
atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan
kunjungan kelas yang
diadakan. Setelah kunjungan
observasi dilanjutkan dengan mengadakan
diskusi di antara guru-guru pengamat dengan demonstran yang
dilakukan segera setelah
demonstran mengajar selesai dilakukan.
3)
Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari
pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa
Guru banyak
mengalami masalah dalam mengatasi
kesulitan kesulitan belajar siswa,
misalnya siswa yang
lamban dalam belajar,
tidak dapat memusatkan perhatian, siswa
yang nakal, siswa
yang mengalam perasaan
rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan
teman-temannya. Meskipun di beberapa sekolah mungkin telah
dibentuk bagian bimbingan
dan konseling, masalah-masalah yang sering timbul didalam
kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi
oleh guru kelas daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau
konselor yang mungkin
akan memakan waktu
lebih lama untuk mengatasinya.
Supervisor harus menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah
pembimbing yang utama,
oleh karena itu,
peranan supervisor, terutama
kepala sekolah, dalam hal ini sangat diperlukan.
4)
Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan kurikulum
sekolah antara lain:
menyusun program semester,
menyusun atau membuat program
satuan pelajaran, mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas,
melaksanakan teknik-teknik evaluasi
pengajaran, menggunakan
media dan sumber
dalam proses belajar
mengajar, mengorganisasi
kegiatan-kegiatan siswa dalam
bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
Teknik
kelompok adalah supervisi
yang dilakukan secara
kelompok. Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain:
Mengadakan pertemuan atau
rapat (meetings). Melalui rapat
kepala sekolah dapat
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan
program sekolah. Berbagai
hal dapat dikemukakan kepada seluruh
guru dan staf sebagai bahan rapat diantaranya hal-hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan dan
pengembangan kurikulum, pembinaan
administrasi sekolah,
pengelolaan keuangan sekolah.termasuk juga
kegiatan supervisi. Pada saat
rapat jadwal dan
pelaksanaan supervisi bisa
di bahas termasuk
instrument penilainnya bersama-sama dengan guru sehingga bisa diterima oleh semua pihak baik
guru maupun supervisor.
Selain
dengan mengadakan pertemuan
atau rapat, dapat
juga dengan mengadakan diskusi
kelompok (group discussions).
Kegiatan yang dapat dilakukan pada
saat kegiatan diskusi kelompok
diantaranya dengan membentuk
kelompok-kelompok guru yang
berminat pada mata
pelajaran-mata pelajaran
tertentu misalnya saja mata
pelajaran muatan lokal sekolah.
Kelompok-kelompok yang telah terbentuk
itu diprogramkan untuk
mengadakan pertemuan/diskusi guna
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan
peranan proses belajar
mengajar terkait dengan
mata pelajaran tersebut . Supervisor dalam
kegiatan ini dapat
memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun
saran-saran yang diperlukan.Penataran-penataran
(inservice-training) juga bisa
dilaksanakan melaluiteknik kelompok.
Banyak teknik supervisi
kelompok yang dilakukan
melaluiperantara penataran. Jenis
penataran untuk guru-guru
yang dapat dilakukan diantaranya: penataran tentang metodologi
pengajaran, administrasi pendidikan,
model pembelajaran, penggunaan
alat peraga, pembelajaran
untuk kelas rendah/model
pembelajaran tematik dan masih banyak lagi.
Tugas kepala sekolah selaku
supervisor adalah mengelola
dan membimbing pelaksanaan
tindak lanjut dari hasil
penataran, agar dapat
dipraktikan oleh guru-guru
setelah selesai mengikuti penataran.
(Purwanto, 2009: 122)
Suryasubroto
(1980: 109) menyebutkan
bahwa teknik supervisi pendidikan terdiri
dari, Kunjungan kelas;
Observasi kelas; Percakapan
pribadi; Saling kunjung mengunjungi;
Musyawarah, rapat, loka
karya; dan karyawisata; Penyediaan perpustakaan
jabatan untuk guru;
dan Penyediaan instrument supervise untuk menilai diri
sendiri. Menurut Ametembun (1981: 59-96) menjelaskan bahwa teknik supervisi
meliputi beberapa hal yaitu: teknik kelompok dan perseorangan, metode langsung dan tak
langsung, kunjungan sekolah,
kunjungan kelas, pembicaraan
individual, rapat supervisi, pendidikan
in-service, metode-metode lain
supervisi pendidikan yang meliputi: workshop,
simulasi, intervisitasi, demonstrasi
mengajar, bulletin supervisi
papan pengumuman, dan kunjungan rumah.
Menurut Gwyn
(Sahertian, 2000: 52) teknik supervisi dibedakan menjadi dua yaitu
teknik supervisi yang
bersifat individual dan
teknik supervisi yang bersifat
kolompok. Teknik supervisi
yang bersifat individual
terdiri dari: kunjungan kelas,
observasi kelas, percakapan
pribadi, intervisitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk
mengajar, menilai diri
sendiri.Teknik supervisi yang
bersifat kelompok menurut
Sahertian (2000: 86-129)
dapat dibedakan dalam
kegiatan-kegiatan seperti pertemuan
orientasi, bagi guru baru,
kegiatan panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar guru, missal
KKG, dan berbagai kegiatan diskusi yang bertujuan untuk tukar menukar
pengalaman. Adapun kegiatan
lain dari supervisi
yang bersifat kelompok
juga dapat dilakukan melalui
kegiatan ilmiah seperti
lokakarya (workshop), diskusi panel, seminar, symposium,
demonstrasi mengajar, perpustakaan jabatan, bulletin supervise, membaca
langsung, mengikuti kursus,
organisasi organisasi jabatan, laboratorium kurikulum,
dan perjalanan sekolah
untuk anggota staf. Semua kegiatan dilakukan dengan
melibatkan orang lain atau sifatnya kelompok.
Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut di
atas dapat dinyatakan
bahwa teknik supervisi dapat
dilaksanakan dengan berbagai teknik atau cara disesuaikan dengan kebutuhan
dari supervisor maupun
yang di supervisi
sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari supervisi
itu sendiri.
f.
Model-model Supervisi
Model
supervisi dalam uraian ini adalah
suatu pola penerapan supervisi.
Menurut Sahertian (2000:
34-44), ada beberapa model
yang berkembangdiantaranya:
1)
Model Konvensional (Tradisional)
Model konvensional atau tradisional, adalah
supervisi yang bersifat otoriter,
feudal yang cenderung
mencari kesalahan, bahkan
bersifat memata-matai
(snoopervission). Supervisi ini juga disebut supervisi yang korektif. Supervisi ini tidak membuat
guru merasa aman, melainkan membuat guru menjadi takut dan gelisah.
Supervisi konvensional dapat
menjadikan guru acuh
tak acuh (masa bodoh),
bahkan menentang atau
agresif. Tetapi model
supervisi konvensional juga perlu dilaksanakan untuk mencari
kekurangan-kekurangan yang dialami guru tanpa disadari. Dengan memata-matai
supervisor akan bisa menemukan
kekurangan yang tanpa
disadari oleh guru
untuk kemudian didiskusikan
dengan guru agar bisa dicarikan solusi terbaik.
2)
Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a)
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu
b)
Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik
tertentu
c)
Menggunakan instrumen pengumpulan data
d)
Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang
riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau
chek list lalu para siswa
atau mahasiswa menilai
proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di
kelas. Hasil penelitian diberikan
kepada guru-guru sebagai balikan terhadap
penampilan mengajar guru
pada cawu atau
semester yang lalu. Data
ini tidak berbicara
kepada guru dan
guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam
data ini berhubungan
erat dengan penelitian. Walaupun
demikian, hasil perekam
data secara ilmiah
belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih
manusiawi.
3)
Model Supervisi Klinis
Supervisi
klinis adalah supervisi
yang difokuskan pada
perbaikan pembelajaran
melalui siklus yang
sistematis mulai dari
tahap perencanaan, pengamatan dan
analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan
untuk memperbaiki proses
pembelajaran agar lebih
baik.Supervisi klinis dalam bidang pendidikan terkandung tujuan, sifat,
dan fungsi penyembuhan, yaitu penyembuhan
seorang guru yang
sedang mengalami permasalahan (yang
dikonotasikan sedang sakit)
yang berkonsultasi kepada supervisor (yang
dikonotasikan dokter) untuk
dengan kemam puan dan kemauan
sendiri berdasar hasil
konsultasinya dengan supervisor
mengatasi masalahnya (yang dikonotasikan dengan penyembuhan),
Arikunto,(2004: 38-40,93-94).
Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Perbaikan dalam
pembelajaran mengharuskan guru
mempelajari keterampilan
intelektual dan bertingkah
laku berdasarkan keterampilan tersebut.
b) Fungsi
utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1)
keterampilan menganalisis proses
pembelajaran berdasarkan hasil
pengamatan, (2) keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan
pembelajaran, (3) keterampilan dalam proses pembelajaran.
c) Fokus supervisi
klinis adalah: (1)
perbaikan proses pembelajaran,
(2) keterampilan penampilan pembelajaran
yang memiliki arti
bagi keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran dan memungkinkan
untuk dilaksanakan, dan (3)
didasarkan atas kesepakatan
bersama dan pengalaman masa lampau.
Berdasarkan
keterangan tersebut di
atas, dapat disimpulkan
bahwa supervisi klinis adalah
supervisi yang dilakukan
oleh supervisor terhadap guru, yang
mengkonsultasikan masalahnya dalam
bertugas sebagai guru, bukan
masalah pribadi secara
sukarela, melalui diskusi
hingga timbul cara pemecahan masalah
yang akan dilaksanakan
oleh guru dengan
pengamatan supervisor.
4)
Model Supervisi Artistik
Artistik berarti memiliki sifat atau jiwa art.
Arti sempit art adalah seni yang bersifat halus,
manusiawi; dalam arti
luas, art adalah
ilmu, yang menuntut sikap dan
tanggung jawab ilmiah
dan berpengetahuan luas.
Supervisi yang artistik adalah
supervisi yang lebih
menekankan pada kemanusiaan:
salingmenghargai, saling menerima
sebagaimana adanya, saling
mendengarkan, saling memperhatikan, dengan cara atau bahasa yang halus,
tanpa kekerasan atau penolakan. Melalui supervisi artistik akan terjalin
hubungan baik antara supervisor dan yang disupervisi. Supervisi artistik juga
menuntut pengetahuan yang luas dan
pemahaman yang mendalam
sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam
relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga paraguru
merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha terus
maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti
orang lain dengan
problem-problem yang dikemukakan, menerima orang
lain sebagaimana adanya,
sehingga orang dapat
menjadi dirinya sendiri, itulah supervisi artistik.
Dikatakan oleh
Imron (2011: 28) Supervisi pembelajaran dibagi ke dalam
tiga aliran pendekatan,
yaitu pendekatan ilmiah,
pendekatan artistik, dan pendekatan klinik.
Masing-masing pendekatan mempunyai
kelebihan dan kekuranag, oleh
karena itu masing-masing
kekurangan yang ada
hendaknya diketahui oleh supervisor sehingga dapat diantisipasi sebelum
diterapkan.Agar pendekatan-pendekatan supervisi
pembelajaran dan pandangan-pandangan supervisi
ini dapat dilakukan,
maka seorang supervisor
harus dapat menerapkan
keterampilan-keterampilannya
yaitu keterampilan menejerial, keterampilan konseptual,
dan keterampilan teknis.
Ketiga keterampilan tersebut akhirnya bermuara
di keterampilan teknis.
Oleh karena itu,
keterampilan teknis dipandang paling
tinggi kontribusinya dalam
rangka pelaksanaan supirvisi pembelajaran.
Berpedoman
kepada pendekatan, pandangan
dan keterampilan supervisi pembelajaran ini,
supervisor dapat mengaksentuasikan supervisinya
terhadap aspek-aspek
substantif supervisi pembelajaran.
Aspek-aspek substantif tersebut
meliputi supervisi terhadap
keterampilan mengajar guru,
supervisi terhadap kepuasan kerja
guru, dan supervisi
terhadap disiplin kerja
guru. Aspek pertama dan kedua
bersentuhan dengan segi profesionalitas guru, sedangkan aspek ketiga, keempat,
dan kelima bersentuhan dengan aspek personal guru.
g.
Supervisi yang Efektif
Kepala
Sekolah selaku supervisor
memiliki fungsi mengarahkan, membimbing dan
mengawasi seluruh kegiatan
pendidikan termasuk kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan guru yang
ditunjang oleh pegawai
di sekolah. Kepala Sekolah hendaknya
melakukan obeservasi yang
terus menerus tentang kondisi-kondisi dan sikap-sikap di
kelas, di ruangan guru, di ruang tata usaha dan pada pertemuan-pertemuan staf pengajar.
Maksudnya adalah memberikan bantuan pemecahan
atas kesulitan-kesulitan yang
dialami guru dan
pegawai serta melakukan
perbaikan-perbaikan baik langsung maupun tidak langsung mengenai
kekurangan-kekurangannya, sehingga secara
bertahap kualitas dan produktivitas kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan
guru di kelas,
dan kinerja pegawai lainnya akan menjadi semakin baik
secara berkelanjutan.
Kepala Sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab,
serta wewenang yang berat dalam rangka
mengelola sekolah. Keberhasilan
sekolah yang dipimpinnyasangat ditentukan
oleh kepemimpinannya. Supervisi
merupakan peran yang
strategis bagi kepala
sekolah dalam melakukan
fungsi manajemen dalam pengawasan (controlling), pembinaan
dan pengembangan (development)
bagi anggota organisasi. Kepala
Sekolah sebagai pimpinan
dalam menjalankan fungsinya perlu
efektif dan efesien.
Dalam hal ini,
selama proses aktivitas organisasi sekolah tersebut
dilakukan, maka kepala sekolah dituntut untuk dapat menjalankan supervisi
sebagai salah satu
peran strategisnya dalam
melakukan pengelolaan
sekolah. Efektif berarti
dampak positif yang
dihasilkan dari melaksanakan supervisi,
yang ditunjukkan dengan
peningkatan kemampuan dalam
organisasi. Hal ini dapat diukur dengan kepuasan kerja, komitmen, Kinerja pekerjaan, dan meningkatnya
kepercayaan (Siagian, 2004: 44).
Seorang supervisor harus memiliki kemampuan bagaimana
merencanakan, mengorganisir
personal dan sumber
daya lainnya, menggerakkanya serta mengawasi. Tanpa
itu semua, modal
pendidikan akan terbuang
dengan sia-sia. Supervisor adalah
seorang pemimpin, untuk
itu harus tahu
apa yang harus dilakukan untuk
membawa orang-orang dan
lembaga dalam rangka
pencapaian tujuan. Untuk dapat menghasilkan
supervisi yang berkualitas,
maka diperlukanstrategi yang
tepat. Strategi yang diterapkan dalam rangka pelaksanaan supervisi yaitu: plan
(merencanakan), do (melaksanakan), cheq
(umpan balik), plan (rencana kembali)
Bertitik tolak dari penjelasan di atas, maka
supervisi oleh kepala sekolah perlu
dilaksanakan secara efektif,
agar kinerja sekolah
yang dikelolanya dapat lebih
meningkat. Supervisi dikatakan
efektif, apabila tingkat
keberhasilan yang dicapai
melalui serangkaian kegiatan dengan
langkah-langkah yang strategis
sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan
sebelumnya. Langkah -langkah
strategis artinya setiap
kegiatan yang dilakukan
akan berhasil guna
dengan meminimalkan tenaga, biaya dan waktu.
2.
Kinerja Guru
a.
Pengertian
Fatah
dalam Rachmawati (2013:
16) mendefinisikan kinerja
adalah ungkapan kemajuan yang
didasari oleh pengetahuan,
sikap dan motivasi
dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Sulistiyani dan Rosidah (2003:
223) menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha,
dan kesempatan yang dapat dinilai
dari hasil kerjanya.
Secara definitif Bernandin
dan Russell dalam Sulistiyani
dan Rosidah (2003) juga
mengemukakan kinerja adalah
suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta
waktu. Sedangkan pengertian
dari penilaian kinerja
adalah menilai rasio hasil
kerja nyata dari
standar kualitas maupun
kuantitas yang dihasilkan setiap
karyawan. (Hasibuan, 2005: 87)
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada
kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya.
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah suatu kegiatan
yang meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran/ kegiatan belajar mengajar,
dan melakukan penilaian
hasil belajar. (Rachmawati, 2013: 138).
Penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan
kinerja atas kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode
tertentu biasanya setiap akhir tahun.
Dari berbagai pengertian tentang kinerja diatas dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang dalam bidang
pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu
terutama atasan pegawai yang
bersangkutan. Kinerja dikatakan
baik apabila hasil
yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b.
Kinerja Guru
Kinerja Guru adalah
kemampuan yang ditunjukkan
oleh guru dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya Rachmawati
(2013: 16). Tugas
tersebut terkait dengan pembelajaran
yang meliputi perencanaan
program pengajaran, pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja gurudikatakan baik dan memuaskan
apabila hasil yang dicapai sesuai dengan
standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru
di sekolah atau dengan kata lain sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.Guru menjadi salah
satu faktor yang
menentukan keberhasilan siswa. Guru sangat berperan dalam
meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu seorang Guru
dituntut untuk memiliki
berbagai kompetensi dasar
dalam proses belajar mengajar.
Terkait dengan kinerja
guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan
Guru menurut
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005
pasal 20 Tentang Guru dan
Dosen adalah merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.Kinerja Guru
yang baik akan
tergambar pada penampilan
mereka baik dari penampilan
kemampuan akademik maupun
kemampuan profesi menjadi guru yaitu mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan
mendidik siswa di luar kelas dengan
sebaik-baiknya. Kinerja guru
sangat penting untuk diperhatikan dan
dievaluasi, hal tersebut
disebabkan guru mengemban
tugas professional yang artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan
dengan kompetensi khusus yang diperoleh
melalui program pendidikan.
Kinerja guru dapat
dilihat dan diukur berdasarkan
criteria yang harus
dimiliki oleh setiap
guru. Wujud perilaku yang
dimaksud adalah krgiatan
guru dalam proses
pembelajaran yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan menilai hasil belajar.
c.
Indikator Kinerja Guru
Kinerja
merefleksikan kesuksesan suatu
organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur
karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria,
menurut Castetter dalam
Rachmawati (2013: 17) mengemukakan ada empat kriteria dalam kinerja yaitu: (a)
karakteristik individu, (b) proses, (c) hasil dan (d) kombinasi antara
karakter individu, proses dan hasil.Kinerja
dipengaruhi juga oleh
kepuasan kerja yaitu
perasaan individu terhadap
pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada seseorang sehing ga pekerjaan
itu disenangi dan dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan kinerja dapat
diketahui melalui evaluasi atau penilaian dengan berpedoman pada parameter dan
indikator yang ditetapkan.
Menilai
kualitas kinerja dapat
ditinjau dari beberapa
indikator yang meliputi: unjuk
kerja, penguasaan materi, penguasaan professional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara penyesuaian diri
dan kepribadian untuk melaksanakan tugasnya
dengan baik. Kinerja
guru sangat penting
untuk diperhatikan dan dievaluasi
karena guru mengemban
tugas professional artinya
tugas yang hanya
bisa dikerjakan oleh
mereka yang mempunyai
kompetensi khusus yang diperoleh
melalui bidang pendidikan.
Guru mempunyai tanggungjawab
sebagai pengajar, pembimbing, administrator kelas.
Berdasarkan
uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan
bahwa indikator kinerja guru
antara lain: kemampuan
membuat perencanaan, penguasaan
materi yang akan diajarkan
kepada peserta didik,
penguasaan metode dan
strategi mengajar,
pemberian tugas-tugas kepada
peserta didik, kemampuan
mengelola kelas, dan kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.
d.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Kinerja
Guru akan menjadi
optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta dalam
Saerozi (2005: 2) mengemukakan ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya yaitu kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, dan kepercayaan
personalia
sekolah. Kepemimpinan kepala
sekolah dan iklim
sekolah akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.
e.
Upaya Peningkatan Kinerja Guru
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan
kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan
dan prestasi belajar
peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut
(Mulyasa, 2004: 100):
1)
Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran,
untuk menambah wawasan para guru.
Kepala sekolah juga
harus memberikan kesempatan
kepada guru-guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2)
Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi
hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya
diumumkan secara terbuka, yang akan bermanfaat
untuk memotivasi para
peserta didik agar
lebih giat belajar dan
meningkatkan prestasinya.
3)
Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah,
dengan cara mendorong para guru untuk
memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu
yang telah ditentukan, serta
memanfaatkannya secara efektif
dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Kepala
sekolah melakukan supervisi
kepada guru-guru dalam
rangka melaksanakan tugas kepengawasan
agar proses belajar
mengajar di kelas
dapatdipantau secara terus
menerus. Melaui supervisi
kepala sekolah menjadi
lebih mudah untuk mendeteksi
sejak dini apabila
seorang guru mengalami
hambatan atau kendala dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian
kepala sekolah dapat memberikan
bimbingan untuk mengatasi
kendala tersebut. Hambatan-hambatan yang tidak segera diatasi
dapat meyebabkan gagalnya pembelajaran.
Supervisi yang dilakukan
kepala sekolah, dapat
memotivasi para guru dalam
menjalankan tugas dan fungsinya secara
professional. Melalui kegiatan
supervisi para guru
akan selalu berupaya
meningkatkan kemampuan dan keterampilan profesinya,
misalnya dengan menggunakan
metode-metode pembelajaran yang sesuai, media pembelajaran yang menarik,
dan model -model pembelajaran yang variatif sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas.
Bermakna atau tidaknya
sebuah pembelajaran dapat
diketahui dari pencapaian
kompetensi-kompetensi yang dimiliki siswa secara menyeluruh. Guru yang telah
memiliki kemampuan profesionalitas diharapkan dapat mengant arkan siswa
menguasai kompetensi bahan ajar yang telah dipelajari.
Supervisi
yang dilakukan secara
tepat dan berkesinambungan dapat meningkatkan dedikasi guru terhadap
tugas yang harus dikerjakan sebagai seorang pendidik dan
pembelajar. Hal ini
merupakan sumbangan positif
pada output kelulusan sehingga
mutu pendidikan di Indonesia akan
meningkat. Perencanaan, pengorganisasian
dan pelaksanaan pengelolaan
kelas merupakan tugas
guru. Sedang fungsi kepengawasan melalui supervisi kunjungan kelas
merupakan tugas kepala sekolah sebagai
manajer sekolah. Apabila
fakta-fakta atau komponenkomponen tersebut dilaksanakan
sebagaimana mestinya akan mempunyai dampak posotif sehingga
berpengaruh terhadap peningkatan
mutu sekaligus peningkatan efektifitas dan efisiensi
pendidikan. Untuk memudahkan uraian
mengenai supervisi kepala
sekolah dapat dalam rangka
meningkatkan kinerja guru
dapat digambarkan kerangka
pikir sebagai berikut:
Gambar
2.1 Kerangka Pikir PTS
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
uraian pada kajian teori dan kerangka pikir di
atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah pelaksanaan supervisi administrasi guru kelas oleh kepala
sekolah di SD Negeri ……………. dapat meningkatkan kinerja guru kelas IV, V
dan VI di SD Negeri …………… dalam menyusun perangkat administrasi guru kelas.
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari BAB I, III, IV, V, lampiran2 serta halaman depan silahkan klik disini