Thursday, 28 August 2014

BAB IV PKP



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.     Pelaksanan Tindakan
1.   Pelaksanaan Perbaikan Siklus 1
Standar Kompetensi         :     Memahami sifat-sifat, perubahan sifat, dan kegunaan benda dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas
Materi Pokok                    :     Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Indikator                           :     1.   Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda padat, cair, atau gas
                                                2.   Membandingkan sifat-sifat benda padat
Tanggal Pelaksanaan         :     24 Maret 2012 dan 26 Maret 2012
a.   Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Sebelum benar-benar melaksakan tindakan perbaikan, saya melakukan persiapan terakhir,. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut
1)   Memeriksa kembali RPPP yang telah disusun, sambil dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan.
2)   Memeriksa semua alat peraga dan sarana lainnya yang akan digunakan, apakah sudah benar-benar tersedia.
3)   Mencoba alat peraga yang akan digunakan, serta mensimulasikan bagaimana penggunaannya, sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
4)   Memeriksa kembali urutan pelaksanaan pembelajaran yang sudah dirancang dengan tujuan agar skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir dapat berjalan dengan baik.
5)   Memikirkan hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran, seperti keributan pada saat berlangsung, pembentukan kelompok, pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang tidak tertarik pada pembelajaran yang berlangsung. Langkah yang diambil peneliti adalah mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika hal tersebut benar-benar terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.
6)   Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan teman sejawat yang akan membantu.
7)   Terakhir, meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan membantu sudah siap di kelas ketika pembelajaran akan dimulai.
b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Guru sebagai peneliti menyiapkan alat pelajaran berupa RPP, buku penunjang, alat peraga, lembar kerja, lembar observasi dan soal evaluasi.
Pada kegiatan awal pertemuan pertama, Peneliti memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi.  “Bu Guru mau bertanya dulu kepada Rosita, “Sebutkan beberapa benda yang ada di kelas ?,“  Rosita menjawab, “Papan tulis, meja, kursi dan kapur, Bu !”. “Ya, jawaban kamu benar !”.  “Sekarang kamu, Satria!. Sebutkan sifat benda-benda tersebut yang kamu ketahui ?”. Satria menjawab, “Meja terbuat jadi kayu, jadi sifatnya keras, kapur bersifat lunak, Bu Guru”. “Ya, betul !, puji peneliti sekaligus memberikan persepsi awal kegiatan pembelajaran.
Selesai  mengadakan apersepsi,  peneliti  menjelaskan  langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil  mencapai tujuan  yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran pada pertemuan pertama.
Sebelum menempuh kegiatan inti, peneliti  memotivasi siswa agar memiliki semangat untuk mengikuti pembelajaran. Barulah setelah itu peneliti menjelaskan materi ajaran menggunakan metode ceramah klasikal.
“Coba perhatikan benda-benda di sekitarmu! Benda apa saja yang kamu temui? Ada bermacam-macam benda yang dapat kamu temui, antara lain meja, kursi, air, buku, dan lain-lain. Benda-benda tersebut memiliki bermacam-macam bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat”, jelas peneliti.






Gambar   4.1 Contoh-contoh benda padat yang ada di sekitar kita  (sumber : Buku IPA 3, Choiril A, dkk, Depdiknas, 2010 : 63)

“Anak-anak, coba perhatikan gambar 1. Pernahkah kamu melihat benda-benda seperti pada gambar tersebut?  Peneliti kemudian menjelaskan gambar secara lisan bahwa berdasarkan kekerasannya, benda padat di atas mempunyai sifat yang berbeda. Apel merupakan benda padat yang paling keras dibandingkan dengan garam dan keju. Berdasarkan kelarutannya dalam air, garam mudah larut dibandingkan apel dan keju.
Pada pertengahan proses dilakukan tanya jawab disertai pembimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. “Anak-anak, coba kalian jelaskan beberapa sifat benda yang ada di sekitarmu ?”, tanya Peneliti sambil menunjuk salah satu siswa yang bernama Yusma Rahayu untuk menjawabnya. “Benda padat adalah benda yang berwujud padat. Banyak sekali contoh benda padat di sekitar kita. Misalnya sepatu, pakaian, pensil, sendok, dan gelas, Bu Guru !”, jawab Ismi. “Ya, tepat sekali jawabamu”, puji peneliti. “Nah, coba kalian jelaskan juga pengertian benda cair !’, lanjut peneliti. Husni Fauzi menjawab, “Benda cair adalah benda yang berwujud cair. Contoh benda cair yaitu air,minyak goreng, sirup, bensin, dan minyak tanah, Bu Guru !”.  “Nah, dari definisi benda-benda berdasarkan sifatnya tersebut, coba kalian sifat masing-masing jenius benda tersebut!’, tanya peneliti lagi. Ari Azhari  menjawab, “Sifat-sifat benda padat adalah  bentuknya berubah sesuai dengan wadahnya, ukurannya tetap, permukaan air datar, mengalir menuju tempat yang lebih rendah, sedangkan sifat-sifat benda padat yaitu: bentuknya tetap, ukurannya tetap, Bu Guru !”. “Ari Azhari  jawaban kamu betul, kamu memang anak yang rajin belajar”, puji peneliti sekaligus untuk mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama siklus pertama.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua, Peneliti memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi.  “Apakah kalian semua masih ingat dengan pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Masih, Bu Guru !”. “Nah, coba kamu Resa Nopitasari, sebutkan jenis-jenis benda?”, lanjut peneliti.  Resa Nopitasari menjawab,  “Asap termasuk benda gas. Air dalam gelas termasuk zat cair. Kursi dan meja termasuk benda padat , Bu Guru !”. “Bagus, jawaban kamu benar !”.  “Elsa Amelia, coba kamu jelaskan jenis-jenis benda yang lain berikut contohnya ?”.  Dengan lantang Elsa Amelia menjawab, “Bentuk benda cair selalu berubah. Bentuknya mengikuti wadahnya. Bentuk air dalam mangkuk menyerupai bentuk mangkuk. Begitu juga saat dipindahkan ke dalam gelas.Bentuk benda cair akan berubah seperti bentuk gelas, Bu !.. Peneliti menjawab, “Tepat sekali jawaban kamu, Elsa Amelia !, kamu memang anak yang pintar”, puji peneliti. Selesai  mengadakan apersepsi,  peneliti  menjelaskan  langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil  mencapai tujuan  yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran pada pertemuan kedua, yaitu dengan melaksanakan kerja kelompok membahas tentang sifat-sifat suatu benda.
Sebelum menempuh kegiatan inti, peneliti  membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan kemampuan belajar. Siswa yang pintar digabungkan dengan siswa yang kurang pintar. Dari pembagian tersebut terbentuk 5 kelompok.  Kepada setiap kelompok peneliti memberikan lembar kerja untuk membahas masalah yang berbeda-benda. Tiap kelompok membahas satu permasalahan, kemudian peneliti memerintahkan siswa untuk memulai kerja kelompoknya.
Di sela-sela pelaksanaan kerja kelompok, peneliti memberikan penjelasan secara lisan tentang konsep materi pembelajaran dan sesekali memberikan pertanyaan kepada salah satu kelompok.  “Kelompok Harun Ar Effendi  kalian membahas tentang apa?”, tanya Peneliti. “Sifat benda padat, Bu Guru !”, jawab Harun Ar Effendi  . “Nah, coba kalian jelaskan sifat-sifat benda padat tersebut dan  sebutkan contohnya !’, lanjut peneliti.  Andi Juliantoro salah satu anggota kelompok  Harun Ar Effendi  menjawab, “Meja dan batu termasuk benda padat sehingga sifat meja dan batu dengan sifat benda padat adalah bentuk benda padat selalu tetap. Artinya, jika benda itu dipindahkan ke mana pun, bentuknya tidak akan berubah serta besar benda padat selalu tetap. Artinya, jika benda itu dipindahkan ke mana pun, besarnya selalu tetap , Bu Guru !”.  “Ya betul sekali jawaban kamu, Andi Juliantoro”, puji peneliti sekaligus untuk memberikan motivasi bagi kelompok lain untuk bekerja lebih giat.
Pada kegiatan akhir, setelah kegiatan kerja kelompok selesai, peneliti dan siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk  menyimpulkan hasil kerja kelompok  untuk dicatat dalam buku catatan masing-masing dan dilanjutkan dengan  melaksanakan  tes formatif. “Nah, dari pelaksanaan diskusi kelas, apakah kalian sudah bisa memahami materi pembelajaran yang diberikan ?”, tanya peneliti. Sebagian siswa menjawab sudah, dan sebagian lagi menjawab belum. Untuk lebih memahamkan siswa terhadap materi yang baru dipelajari, peneliti memberikan bahan penugasan secara individu untuk diselesaikan di rumah.
c.   Tahap Observasi (Observation)
Observasi dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran  siklus pertama sedang berlangsung oleh observer (teman sejawat). Melalui  kegiatan ini diperoleh data proses belajar mengajar,  sebagai bukti otentik hasil perbaikan pembelajaran siklus pertama. Hasilnya menunjukkan bahwa belum semua siswa terlibat aktif dalam pelaksanaan kerja kelompok sehingga pada pelaksanaan diskusi kelas dan tes formatif hasilnya belum sesuai harapan.
d.   Tahap Refleksi (Reflection)
Hasil dari pengamatan yang dilakukan bersama-sama dengan observer menunjukkan bahwa :
1)      Jumlah anggota kelompok masih terlalu banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2)      Pembentukan kelompok masih acak, belum didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun  kemampuan dari masing-masing siswa.
3)      Pola pelaksanaan kerja kelompok belum terarah sehingga sistematika kerja kelompok masih acak-acakan dan belum mengarah pada penyimpulan suatu kegiatan..
4)      Masih kurangnya materi pendukung pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan buku-buku refrensi karena pada siswa hanya menggunakan satu buku  saja.
Pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas” pada siklus pertama dianggap belum berhasil, dan sebagai langkah tindaklanjut dari temuan masalah pada siklus pertama, peneliti bersama-sama dengan observer melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri :
1)   Mengapa jumlah anggota kelompok masih terlalu banyak, mengakibatkan beberapa siswa nampak pasif dalam pelaksanaan kerja kelompok?
2)   Mengapa pembentukan kelompok masih acak, belum didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun  kemampuan dari masing-masing siswa dapat mengurangi keberhasilan pelaksanaan diskusi kelompok?
3)   Mengapa pola pelaksanaan kerja kelompok belum terarah sehingga sistematika kerja kelompok masih acak-acakan dapat menimbulkan ketidakberhasilan pada penyimpulan akhir kegiatan pembelajaran?
4)   Mengapa kurangnya materi pendukung pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan buku-buku refrensi sehingga siswa hanya menggunakan satu buku  saja ?
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan menerapkan :
1)   Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 4-5 yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2)   Membentuk kelompok didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun  kemampuan dari masing-masing siswa sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan diskusi kelompok
3)   Menyusun konsep atau pola pelaksanaan kerja kelompok agar terarah sehingga sistematika kerja kelompok dapat berjalan dengan baik sehingga dapat  mendukung keberhasilan proses penyimpulan akhir kegiatan pembelajaran.
4)   Menambah materi pendukung pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan buku-buku refrensi.
  1. Siklus Kedua
Standar Kompetensi         :     Memahami sifat-sifat, perubahan sifat, dan kegunaan benda dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas
Materi Pokok                    :     Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Indikator                           :     1.   Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda padat, cair, atau gas
                                                2.   Membandingkan sifat-sifat benda padat
Tanggal Pelaksanaan         :     27 Maret 2012 dan 28 Maret 2012
a.   Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
1)   Memeriksa kembali RPPP yang telah disusun, sambil dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan.
2)   Memeriksa kesiapan kelompok kerja yang telah dibentuk oleh masing-masing siswa berdasarkan kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal.
4)   Mempersiapkan lembar diskusi sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh para siswa dalam satu kelompok
5)   Memikirkan hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran, seperti keributan pada saat pelaksanaan diskusi kelompok dan mengantisipasinya dengan menata tempak duduk tiap kelompok sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya keributan.
b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Peneliti memasuki ruang kelas  dan menyampaikan salam, menginstruksikan kepada ketua kelas  agar memimpin doa sebelum belajar, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian peneliti dan siswa mengadakan apersepsi  melalui tanya jawab sehubungan dengan materi yang akan dipelajari. Adapun  pertanyaan  yang diajukan peneliti dan berikut  jawaban siswa,  sebagaimana   tampak pada deskripsi berikut.
“Pada pertemuan siklus pertama,  kita pernah membahas   pengaruh cuaca”. “Apakah kalian masih mengingatnya?”. “Masih Bu”, jawab seluruh siswa. “Nah kalau begitu Ibu mau bertanya kepada Sahal Najib”. “Sahal Najib, apakah kamu tahu sifat dari air, coba jelaskan ! “Tahu, Bu !. sifat air adalah mengikuti bentuk tempatnya”. “Ya, benar !.” jawab peneliti. Selesai  mengadakan apersepsi,  peneliti  menjelaskan  langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil  mencapai tujuan yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran siklus kedua pertemuan pertama.
Sebelum menempuh kegiatan inti, peneliti  memotivasi siswa agar memiliki semangat untuk mengikuti pembelajaran. Barulah setelah itu peneliti menjelaskan materi ajaran menggunakan metode ceramah klasikal.  Pada pertengahan proses dilakukan tanya jawab disertai pembimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Peneliti menyajikan beberapa gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran, yaitu benda padat, cair dan gas sebagaimana gambar-gambar di bawah ini  :


















Gambar 4.2  Berbagai jenis benda berdasarkan sifatnya (sumber : Buku IPA 3, Dwi Suhartanti, dkk, Depdiknas, 2010 : 60-62)

Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran sebagaimana gambar yang disajikan. Benda padat adalah benda yang memiliki volume tetap. Bentuknya tidak tergantung pada wadah penampungnya.  Misalnya, pensil yang diletakkan di dalam gelas maupun di lantai memiliki bentuk yang tetap.Benda cair adalah benda yang memiliki volume tetap. Bentuknya mengikuti bentuk wadah penampungnya. Benda cair dapat langsung kita pegang. Benda cair juga dapat mengalir. Contoh benda cair antara lain air, mi nyak tanah, sirop, minyak goreng, dan susu.Benda gas tidak dapat dipegang,tetapi dapat dirasakan keberadaannya. Volume benda gas dapat berubah sesuaidengan volume dan bentuk wadahnya. Benda gas yang dipompakan ke dalam ban akan berbentuk seperti ban. Benda gas yang ditiupkan ke dalam balon akan berbentuk seperti balon. Kegiatan tersebut terus dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan seputar gambar yang disajikan untuk meningkatkan pemahaman siswa, sekaligus untuk mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama siklus kedua.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua, Peneliti memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi.  “Apakah kalian semua masih ingat dengan pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Masih, Bu Guru !”. “Nah, coba kamu Khofid Awaludin, sebutkan kenapa balon bisa membesari kalau kita tiup ?”, lanjut peneliti.  Khofid Awaludin menjawab, “Karena ada gas dalam udara tersebut, Bu Guru !”. “Bagus, jawaban kamu benar !”.  “Taufik Hidayat, coba kamu jelaskan mengapa ban sepeda menggunakan gas untuk mengisinya?”. Taufik Hidayat menjawab, “Supaya lentur, Bu Guru, sehingga kalau kita naiki menjadi lebih nyaman digunakannya !. Peneliti menjawab, “Tepat sekali jawaban kamu, Taufik Hidayat !, kamu memang anak yang pintar”, puji peneliti. Selesai  mengadakan apersepsi,  peneliti  menjelaskan  langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil  mencapai tujuan  yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran pada pertemuan kedua, yaitu dengan melaksanakan kerja kelompok.
Sebelum menempuh kegiatan inti, peneliti  membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan kedekatan pertemanan dalam kelas.   Dari pembagian tersebut terbentuk 6 kelompok.  Kepada setiap kelompok peneliti memberikan lembar kerja untuk membahas masalah yang berbeda-benda. Tiap kelompok membahas satu permasalahan, kemudian peneliti memerintahkan siswa untuk memulai kerja kelompoknya.
Di sela-sela pelaksanaan kerja kelompok, peneliti memberikan penjelasan secara lisan tentang konsep materi pembelajaran dan sesekali memberikan pertanyaan kepada salah satu kelompok.  “Kelompok Resa Nopitasari,  kalian membahas tentang apa?”, tanya Peneliti. “Perubahan sifat gas, Bu Guru !”, jawab Resa Nopitasari. “Nah, coba kalian jelaskan pengertian tersebut dan sebutkan contohnya !’, lanjut peneliti.  Satria salah satu anggota kelompok Resa Nopitasari   menjawab, “ Balon terbuat dari bahan karet. Karet bersifat lentur dan elastis. Saat kita meniup balon, udara masuk ke dalam balon. Balon yang kita tiup akan mengembang. Udara akan menekan balon ke segala arah. Udara dalam balon akan menyesuaikan dengan bentuk balon, Bu Guru !”.  “Ya betul sekali jawaban kamu, Satria”, puji peneliti sekaligus untuk memberikan motivasi bagi kelompok lain untuk bekerja lebih giat.
Setelah kegiatan kerja kelompok selesai, peneliti dan siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk  menyimpulkan hasil kerja kelompok  untuk dicatat dalam buku catatan masing-masing dan dilanjutkan dengan  melaksanakan  tes formatif. “Nah, dari pelaksanaan diskusi kelas, apakah kalian sudah bisa memahami materi pembelajaran yang diberikan ?”, tanya peneliti. Sebagian siswa menjawab sudah, dan sebagian lagi menjawab belum.
Pada  kegiatan akhir, peneliti dan siswa menempuh dua langkah kegiatan, yaitu : menyimpulkan hasil diskusi dan melaksanakan  tes formatif. Untuk lebih memahamkan siswa terhadap materi yang baru dipelajari, peneliti memberikan bahan penugasan secara individu untuk diselesaikan di rumah.
c.   Tahap Observasi (Observation)
Pelaksanaan  observasi  dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran  siklus kedua berlangsung. Yang melakukan hal ini adalah  teman sejawat. Melalui  kegiatan ini  diperoleh  data proses belajar mengajar,  sebagai bukti otentik  hasil perbaikan pembelajaran siklus kedua. Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pembentukan kelompok berdasarkan kedekatan pertemanan menunjukkan hasil yang baik, siswa terlibat aktif, tidak canggung dan malu-malu dalam mengemukakan pendapatnya dalam pelaksanaan kerja kelompok.
d.   Tahap Refleksi (Reflection)
Peneliti bersama-sama observer melakukan merefleksi untuk mencari penyebab belum tercapainya keberhasilan daya serap siswa yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan.  Adapun hasil-hasil refleksi yang didapatkan adalah :
1)   Pengurangan jumlah anggota kelompok belum berhasil secara maksimal sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2)   Pembentukan didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun  kemampuan dari masing-masing siswa juga belum mampu meningkatkan hasil pembelajaran secara maksimal.
Setelah menganalisis hasil tes formatif pada siklus kedua, Pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam materi perubahan sifat benda padat, cair dan gas ternyata masuk dalam kategori cukup baik.
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus kedua maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus ketiga dengan menerapkan :
1)   Pengurangan jumlah anggota kelompok menajdi 2-4 orang  diharapkan dapat  berhasil secara maksimal meningkatkan partisipasi siswa  dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2)   Pembentukan kelompok baru yang  didasarkan pada persamaan partisipasi dan kemampuan sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran secara maksimal sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat tercapai 100%.
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus ketiga dengan menerapkan :
1)   Pengurangan jumlah anggota kelompok menajdi 2-4 orang  diharapkan dapat  berhasil secara maksimal meningkatkan partisipasi siswa  dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2)   Pembentukan kelompok baru yang  didasarkan pada persamaan partisipasi dan kemampuan sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran secara maksimal sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat tercapai 100%.

  1. Siklus Ketiga
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Standar Kompetensi         :     Memahami sifat-sifat, perubahan sifat, dan kegunaan benda dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas
Materi Pokok                    :     Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Indikator                           :     1.   Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda padat, cair, atau gas
                                                2.   Membandingkan sifat-sifat benda padat
Tanggal Pelaksanaan         :     30 Maret 2012 dan 31 Maret 2012
a.   Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, dan setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
1)   Memeriksa kembali RPPP yang telah disusun, sambil dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan.
2)   Mempersiapkan lembar diskusi sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh para siswa dalam satu kelompok
3)   Menata ruangan kelas agar menjadi tempat kerja kelompok dan diskusi kelas yang representatit pada saat pelaksanaan kegiatan kerja kelompok dan diskusi kelas.
4)   Melaksanakan kegiatan kerja kelompok dilanjutkan dengan pelaksanaan diskusi kelas untuk  membahas dan menyimpulkan hasil akhir proses pembelaajran.
b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Peneliti memasuki ruang kelas  dan menyampaikan salam, menginstruksikan kepada ketua kelas  agar memimpin doa sebelum belajar, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa.
Kemudian peneliti dan siswa mengadakan apersepsi  melalui tanya jawab sehubungan dengan materi yang akan dipelajari. Adapun  pertanyaan  yang diajukan peneliti dan berikut  jawaban siswa,  sebagaimana   tampak pada deskripsi berikut.
“Pada pertemuan siklus kedua,  kita pernah membahas   sifat-sifat benda, salah satunya adalah gas”. “Apakah kalian masih mengingatnya?”. “Masih Bu”, jawab seluruh siswa. “Coba jelaskan sifat-sifat gas tersebut “, tanya peneliti. Siswa  bernama Cahya Ma’ruf menjelaskan bahwa udara adalah benda gas yang bening. Mata tidak dapat melihat udara. Bentuk udara tidak dapat kita lihat. Akan tetapi, udara dapat dirasakan, Bu Guru!”.  Selesai dirasakan cukup mengadakan apersepsi,  peneliti  menjelaskan  langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil  mencapai tujuan yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran siklus ketiga pertemuan pertama.
Sebelum menempuh kegiatan inti, peneliti  memotivasi siswa agar memiliki semangat untuk mengikuti pembelajaran. Barulah setelah itu peneliti menjelaskan materi ajaran menggunakan metode ceramah klasikal.  Pada pertengahan proses dilakukan tanya jawab disertai pembimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Peneliti menyajikan beberapa gambar :
























Gambar 4.3  Berbagai benda berdasarkan sifat-sifatnya (sumber : Buku IPA 3, Choiril Azmiyawati, dkk, Depdiknas, 2010 : 60-61)

Peneliti mengajukan beberapa pernyataan mengenai gambar yang disajikan, Meja, kursi, dan pensil termasuk benda padat. Untuk mengetahui sifat benda padat. Alat-alat tulis yang dimasukkan ke dalam piring, bentuknya tidak berubah. Begitu juga saat dipindahkan ke dalam mangkuk dan gelas. Bentuknya juga tidak berubah. Saat diletakkan dalam wadah, bentuk benda padat tidak berubah atau tetap. Bentuk benda cair selalu berubah. Bentuknya mengikuti wadahnya. Bentuk air dalam mangkuk menyerupai bentuk mangkuk. Begitu juga saat dipindahkan ke dalam gelas. Bentuk benda cair akan berubah seperti bentuk gelas.  Benda cair memiliki kecepatan aliran yang berbeda. Hal ini karena kekentalan benda cair berbeda-beda. Bandingkan kekentalan air dengan kecap. Tuang air dan kecap ke dalam gelas dalam waktu yang bersamaan. Manakah yang lebih mudah mengalir? Air akan lebih cepat mengalir dibandingkan kecap. Hal ini karena kecap lebih kental daripada air, adapun penjelasan mengenai benda gas adalah setiap hari kita menghirup udara. Udara termasuk dalam benda gas. Dapatkah kamu melihat bentuk udara? Bentuk udara tidak dapat kita lihat. Akan tetapi, udara dapat dirasakan. Ada benda gas yang dapat dilihat. Awan dan asap adalah benda gas yang dapat dilihat. Penjelasan tentang gambar tersebut sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama siklus ketiga.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua, Peneliti memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi.  “Apakah kalian semua masih ingat dengan pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Masih, Bu Guru !”. “Nah, coba kamu Husni Fauzi, sebutkan apa yang terjadi apabila balon kita tiup ?”, lanjut peneliti.  Husni Fauzi menjawab, “Mengembang, Bu Guru !”. “Bagus, jawaban kamu benar !”.  “Sursilowati, coba kamu jelaskan mengapa terjadi demikian ?”. Sursilowati menjawab, “Balon terbuat dari bahan karet. Karet bersifat lentur dan elastis. Saat kita meniup balon, udara masuk ke dalam balon. Balon yang kita tiup akan mengembang. Udara akan menekan balon ke segala arah. Udara dalam balon akan menyesuaikan dengan bentuk balon, Bu !. Peneliti menjawab, “Tepat sekali jawaban kamu, Sursilowati!, kamu memang anak yang pintar”, puji peneliti. Selesai  mengadakan apersepsi,  peneliti  menjelaskan  langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil  mencapai tujuan  yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran pada pertemuan kedua, yaitu dengan melaksanakan kerja kelompok.
Sebelum menempuh kegiatan inti, peneliti  membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan ketuntasan hasil belajar dalam kelas.   Dari pembagian tersebut terbentuk 8 kelompok.  Kepada setiap kelompok peneliti memberikan lembar kerja untuk membahas masalah yang berbeda-benda. Tiap kelompok membahas satu permasalahan, kemudian peneliti memerintahkan siswa untuk memulai kerja kelompoknya. Setelah kegiatan kerja kelompok selesai, peneliti dan siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk  menyimpulkan hasil kerja kelompok  untuk dicatat dalam buku catatan masing-masing dan dilanjutkan dengan  melaksanakan  tes formatif. “Nah, dari pelaksanaan diskusi kelas, apakah kalian sudah bisa memahami materi pembelajaran yang diberikan ?”, tanya peneliti. Sebagian siswa menjawab sudah, dan sebagian lagi menjawab belum.
Pada  kegiatan akhir, peneliti dan siswa menempuh dua langkah kegiatan, yaitu : menyimpulkan hasil diskusi dan melaksanakan  tes formatif. Untuk lebih memahamkan siswa terhadap materi yang baru dipelajari, peneliti memberikan bahan penugasan secara individu untuk diselesaikan di rumah.
c.   Tahap Observasi (Observation)
Pelaksanaan  observasi  dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran  siklus kedua berlangsung yang melakukan hal ini adalah  teman sejawat. Melalui  kegiatan ini  diperoleh  data proses belajar mengajar,  sebagai bukti otentik  hasil perbaikan pembelajaran siklus kedua. Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pembentukan kelompok berdasarkan ketuntasan belajar menunjukkan hasil yang baik, siswa yang tuntas tampak memberikan bimbingan kepada siswa tidak tuntas, sehingga diharapkan hasil proses pembelajaran dapat memenuhi kriteria yang ditentukan.
d.   Tahap Refleksi (Reflection)
Hampir semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan.Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan :
1)   Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan siswa dalam pelaksanaan kerja kelompok dan diskusi kelas.
2)   Siswa nampak antusias dan bersemangat dalam pelaksanaan kegiatan kerja kelompok dan diskusi kelas, hal ini dibuktikan dengan tingkat partisipasi siswa sangat baik.
Dari hasil evaluasi diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas, setelah peneliti dengan supervisor dan observer mendiskusikan tentang hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pembelajaran dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya, dan kepada keempat siswa yang belum tuntas belajarnya akan diberikan program khusus dengan melaksanakan kegiatan remidial setiap hari selama satu minggu yang dilaksanakan pada jam terakhir.

B.     Hasil Penelitian
1.   Data Hasil Tindakan
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.
Dalam proses belajar banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Faktor Internal, yaitu menyangkut faktor- faktor psikologis pembelajar. Kehadiran faktor- faktor psikologis tersebut akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Faktor- faktor internal antara lain : motivasi, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, intelektual, emosional, (2) Faktor Eksternal, yaitu faktor dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar, karena individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungan. Faktor- faktor eksternal antara lain : variasi dan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, metode pembelajaran, cuaca, kondisi tempat belajar. Pendapat di atas terbukti dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas III MI Ma’arif Boja Kecamatan Majenang pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas melalui tiga siklus melalui diskusi kelompok  menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan pada setiap siklusnya. Penjelasan secara rinci sebagaimana diuraikan di bawah ini :
a.       Siklus I
1)      Data Hasil Perencanaan 
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti bekerja sama dengan observer untuk  Membuat rencana perbaikan pembelajaran materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas, mempersiapkan bahan ajar atau buku-buku yang relevan dengan materi pelajaran, mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan, mempersiapkan lembar kerja siswa, mempersiapkan lembar evaluasi. Selanjutnya peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan.

2)      Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Tabel   4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas


No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus I
1
Andi Juliantoro
60
70
B

2
Aof Zaenal M
70
80
T

3
Ari Azhari
60
70
B

4
Aam Ayidatus S
80
80
T

5
Cahya Ma'ruf AM
60
60
B

6
Elsa Amelia
80
80
T

7
Fikri Khoerul Umam
70
80
T

8
Harun Ar Efendi
70
70
B

9
Husni Fauzi
80
80
T

10
Khofid Awaludin
60
60
B

11
M. Safiq
60
60
B

12
Resa Nopitasari
80
80
T

13
Rifki Maulana
60
70
B

14
Rosita
50
60
B

15
Sahal Najib Mustofa
60
70
B

16
Satria
70
80
T

17
Sursilowati
60
60
B

18
Taufik Hidayat
60
70
B

19
Yusma Rahayu
60
70
B


Jumlah
1.250
1.350
7


Rata-Rata
65,79
71,05
36,84


Keterangan :
B          : BelumTuntas
T          : Tuntas
KKM   : 80

Dari tabel 4.1 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Sebelum perbaikan nilai rata-rata kelas 65,79 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 71,05. Rata-rata kelas naik 5,26.
b)   Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 7 siswa (36,48%).
3)   Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai partisipasi siswa pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas  di atas dapat diterangkan sebagai berikut :

Tabel   4.2 Rekapitulasi Peningkatan Partisipasi Siswa Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas


No
Pembelajaran
Kenaikan Partisipasi  Siswa
Persentase
1.
Sebelum perbaikan
6
31,58
2.
Siklus I
10
52,63

Dari  data pada tabel 4.2 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a)   Sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi  siswa sebanyak 6 siswa atau 31,58%
b)   Pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi  siswa sebanyak 10 siswa atau 52,63%
c)   Dari sebelum perbaikan ke siklus I, tingkat partisipasi  siswa siswa meningkat sebesar 21,05%.
4)   Data Hasil Refleksi
Pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas” pada siklus pertama dianggap belum berhasil karena baru 7 siswa atau 36,84% dari 19 siswa yang mengalami ketuntasan dan keterlibatan siswa secara aktif mencapai angka 52,63% atau 10 dari 19 siswa dengan perolehan nilai rata-rata tes formatif sebesar 71,05.  .
Setelah peneliti dengan observer mendiskusikan hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pada siklus kedua perlu ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Sebagai usaha  untuk memaksimalkan pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran yang disampaikan, maka peneliti akan membuat contoh energi gerak dengan percobaan membuat “baling-baling” dari kertas. Hal ini dimaksudkan agar siswa secara langsung “berbuat” tidak hanya mendengar atau membaca saja, akan tetapi langsung mempraktekkannya.
b.      Siklus II
1)   Data Hasil Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama, maka pada dua pertemuan yang akan dilaksanakan, peneliti merevisi Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta skenario tindakan. Terkait dengan revisi RPP, peneliti menyiapkan berbagai alat dan bahan yang diperlukan, meliputi : lembar kerja siswa, lembar tes formatif dan lembar observasi.
Setelah semua komponen yang diperlukan lengkap, selanjutnya peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan.
2)   Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Tabel   4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas

No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Siklus I
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus II
1
Andi Juliantoro
60
70
80
T

2
Aof Zaenal M
70
80
90
T

3
Ari Azhari
60
70
70
B

4
Aam Ayidatus S
80
80
80
T

5
Cahya Ma'ruf AM
60
60
70
B

6
Elsa Amelia
80
80
80
T

7
Fikri Khoerul U
70
80
80
T

8
Harun Ar Efendi
70
70
80
T

9
Husni Fauzi
80
80
80
T

10
Khofid Awaludin
60
60
70
B

11
M. Safiq
60
60
70
B

12
Resa Nopitasari
80
80
90
T

No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Siklus I
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus II
13
Rifki Maulana
60
70
70
B

14
Rosita
50
60
80
T

15
Sahal Najib Mustofa
60
70
90
T

16
Satria
70
80
80
T

17
Sursilowati
60
60
90
T

18
Taufik Hidayat
60
70
70
B

19
Yusma Rahayu
60
70
80
T


Jumlah
1.250
1.350
1.500
13


Rata-Rata
65,79
71,05
78,95
68,42


Keterangan :
B          : BelumTuntas
T          : Tuntas
KKM   : 80

Dari tabel 4.3 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Pada siklus I nilai rata-rata kelas 71.05setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 78,95. Rata-rata kelas naik 7,89.
b) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 13 siswa (68,42%).
3)   Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai partisipasi siswa pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:

Tabel   4.4 Rekapitulasi Peningkatan Partisipasi  Siswa Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas

No
Pembelajaran
Kenaikan Partisipasi Siswa
Persentase
1.
Sebelum perbaikan
6
31,58
2.
Siklus I
10
52,63
3.
Siklus II
16
84,21

Dari  data pada tabel 4.4 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a)   Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi belajar sebanyak 10 siswa atau 52,63%
b)   Pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi belajar  sebanyak  16 siswa atau 84,21%
c)   Dari siklus I ke siklus II, tingkat peningkatan partisipasi belajar meningkat sebesar 31,58 %.
4)   Data Hasil Refleksi
Setelah menganalisis hasil tes formatif pada siklus kedua, Pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas” ternyata bisa dikatakan belum berhasil karena dari jumlah siswa 19 siswa yang masuk kategori tuntas ada 13  siswa atau 68,42%, sedangkan keterlibatan siswa secara aktif mencapai 84,21% atau 16 siswa dari 19 siswa, dan nilai rata-rata hasil belajar mencapai 78,95 atau mengalami peningkatan 7,89 dari rata-rata hasil belajar siklus pertama.
Setelah berdiskusi dengan supervisor dan teman sejawat, hasilnya perlu mencoba untuk menutupi kelemahan dari sikus kedua. Selain itu untuk memantapkan hasil belajar pembelajaran perlu juga dilakukan perbaikan kembali dengan memaksimalkan bimbingan, dan contoh penggunaan energi gerak yang lain agar siswa lebih memahami dengan baik. Tak lupa dalam memaksimalkan bimbingan difokuskan kepada siswa yang belum tuntas dan siswa yang mencapai nilai minimal ketuntasan.
c.       Siklus III
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus kedua, maka pada siklus ketiga peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan mengintensifkan upaya peneliti untuk menjelaskan kembali materi pembelajaran agar pemahaman terhadap materi pembelajaran masih kurang, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan diskusi  masih banyak siswa yang kurang aktif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
1)   Data Hasil Perencanaan
Seperti biasa setiap kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengkondisikan kelas yang kondusif untuk belajar (kelas bersih dan rapi, menyiapkan buku sumber, alat bantu pembelajaran yang diperlukan, mengabsen siswa, siswa dalam keadaan tenang dan siap untuk belajar).  Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Peneliti juga memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai tes awal. Khusus kepada siswa yang belum tuntas, peneliti memberikan apersepsi yang bersifat membangunkan motivasi dan partisipasi dalam proses belajar mengajar.

2)   Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Tabel   4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas


No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Siklus I
Siklus II
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus III
1
Andi Juliantoro
60
70
80
90
T

2
Aof Zaenal M
70
80
90
90
T

3
Ari Azhari
60
70
70
80
T

4
Aam Ayidatus S
80
80
80
90
T

5
Cahya Ma'ruf AM
60
60
70
80
T

6
Elsa Amelia
80
80
80
90
T

7
Fikri Khoerul U
70
80
80
90
T

8
Harun Ar Efendi
70
70
80
90
T

9
Husni Fauzi
80
80
80
80
T

10
Khofid Awaludin
60
60
70
80
T

11
M. Safiq
60
60
70
80
T

12
Resa Nopitasari
80
80
90
90
T

13
Rifki Maulana
60
70
70
80
T

14
Rosita
50
60
80
90
T

15
Sahal Najib Mustofa
60
70
90
90
T

16
Satria
70
80
80
90
T

17
Sursilowati
60
60
90
100
T

18
Taufik Hidayat
60
70
70
90
T

19
Yusma Rahayu
60
70
80
90
T


Jumlah
1.250
1.350
1.500
1.660
19


Rata-Rata
65,79
71,05
78,95
87,37
100


Keterangan :
B             :   BelumTuntas
T             :   Tuntas
KKM      :   80
Dari tabel 4.5 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Pada siklus II  nilai rata-rata kelas 78,95 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 87,37. Rata-rata kelas naik 8,42.
b) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 19 siswa (100%).
3)   Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai partisipasi siswa pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:

Tabel   4.6 Rekapitulasi Partisipasi Siswa Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas

No
Pembelajaran
Kenaikan Partisipasi Belajar Siswa
Persentase
1.
Sebelum perbaikan
6
31,58
2.
Siklus I
10
52,63
3.
Siklus II
16
84,21
4.
Siklus III
19
100,00

Dari  data pada tabel 4.6 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a)   Pada siklus II, siswa yang menunjukkan partisipasi belajar sebanyak 16 siswa atau  84,21%
b)   Pada siklus ke III, siswa yang menunjukkan partisipasi belajar sebanyak 19 siswa atau  100%
c)   Dari siklus II ke siklus III, tingkat partisipasi belajar siswa meningkat sebesar  15,79%.
4)   Data Hasil Refleksi
Dari hasil evaluasi diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas”, pada siklus ketiga tingkat ketuntasan belajar mencapai  100% atau 19 siswa dari total jumlah siswa sebanyak 19 orang, dengan rata-rata nilai tes formatif 87,37 dan keterlibatan siswa secara aktif juga mencapai 100%. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan peningkatan partisipasi belajar dalam pembelajaran.
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh, maka hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a.   Hasil Belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inqiuri pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7. di bawah ini :

Tabel   4.7    Rekapitulasi Hasil belajar Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas


No
Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Nilai Rata-Rata Kelas
Tuntas
%
Belum
%
1.
Sebelum perbaikan
65,79
3
15,79
16
84,21
2.
Siklus I
71,05
7
36,84
12
63,16
3.
Siklus II
80,00
13
68,42
6
31,58
4.
Siklus III
87,37
19
100,00
0
0,00

Dari penjelasan pada tabel 4.7 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)      Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 36,84% (bertambah 4 siswa dari sebelum perbaikan) dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar menjadi 71,05.
2)      Pada siklus II, angka hasil belajar belajar naik menjadi 68,42% (bertambah 6 siswa dari siklus I) dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar menjadi 78,95.
3)      Pada siklus III, angka hasil belajar belajar naik menjadi 100% (bertambah 6 siswa dari siklus II) dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar menjadi 87,37.
Untuk lebih jelasnya  peningkatan partisipasi belajar siswa dan nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :














Gambar 4.4    Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Hasil belajar Belajar, dan Siswa Belum Tuntas pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

b.   Partisipasi Belajar 
Dari hasil analisis peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8. di bawah ini :

Tabel   4.8    Rekapitulasi Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas

No
Pembelajaran
Peningkatan Partisipasi Siswa
Persentase
1.
Sebelum perbaikan
6
31,58
2.
Siklus I
10
52,63
3.
Siklus II
16
84,21
4.
Siklus III
19
100,00

Dari penjelasan pada tabel 4.8 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)      Pada sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan peningkatan  partisipasi siswa sebanyak  6  orang atau 31,58%
2)      Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi siswa sebanyak 10 orang atau 52,63%
3)      Pada siklus II, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi siswa sebanyak 16 orang atau 84,21%
4)      Pada siklus III, siswa yang menunjukkan peningkatan partisipasi siswa sebanyak  19 orang atau 100%
Untuk lebih jelasnya  peningkatan partisipasi belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
















Gambar 4.5    Diagram Batang Peningkatan Partisipasi Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

2.      Deskripsi Hasil
Siklus I dengan menggunakan metode diskusi dengan kelompok besarnya terdiri dari 6-8 siswa hasil belajar belajar mengalami kenaikan, hal ini kemungkinan disebabkan siswa masih ada yang kurang  terlibat aktif dalam diskusi, karena anggota kelompok jumlahnya terlalu besar. Kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama belum mencapai kriteria yang ditentukan. Berdasarkan hasil observasi dan analisis terhadap hasil tes akhir siklus pertama kegiatan pembelajaran belum tuntas karena baru 7 siswa atau 36,84% dari 19 siswa yang mengalami ketuntasan dan keterlibatan siswa secara aktif mencapai angka 52,63% atau 10 dari 19 siswa dengan perolehan nilai rata-rata tes formatif sebesar 71,05
Siklus II dengan menggunakan diskusi kelompok sedang yang terdiri dari 4-5 siswa, dengan menggunakan pola diskusi  kelompok yang efektif, hasilnya belum mencapai kriteria yang ditentukan, dari jumlah siswa 19 siswa yang masuk kategori tuntas ada 13  siswa atau 68,42%, sedangkan keterlibatan siswa secara aktif mencapai 84,21% atau 16 siswa dari 19 siswa, dan nilai rata-rata hasil belajar mencapai 78,95 atau mengalami peningkatan 7,89 dari rata-rata hasil belajar siklus pertama.
Siklus III dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi dengan kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 siswa. Hasil belajar belajar siswa mengalami kenaikan Dari hasil tes formatif, didapatkan ketuntasan siswa mencapai mencapai  100% atau 19 siswa dari total jumlah siswa sebanyak 19 orang, dengan rata-rata nilai tes formatif 87,37 dan keterlibatan siswa secara aktif juga mencapai 100%.  
Atas dasar tersebut, peneliti dan observer berdiskusi, dan memutuskan bahwa perbaikan pembelajaran sudah masuk kriteria yang diinginkan, oleh karena itu maka proses perbaikan pembelajaran dianggap selesai tuntas, dan pembelajaran dilanjutkan dengan materi selanjutnya. Secara keseluruhan proses pembelajaran dinyatakan tuntas, karena sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan.

C.     Pembahasan
Pada siklus pertama, dengan menggunakan metode diskusi dengan kelompok besar, belajar siswa kurang memuaskan,. Hal itu disebabkan dengan kelompok yang terdiri dari 6-8 siswa ada siswa yang tidak terlibat aktif dalam diskusi terutama siswa yang merasa tidak mampu dan kurangnya partisipasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.

1.      Partisipasi Belajar
Peningkatan partisipasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada studi awal hanya 31,58 atau 6 siswa, meningkat menjadi 52,63% atau 10 siswa pada siklus pertama atau mengalami kenaikan sebanyak 4 orang siswa (21,05%) dari studi awal.
2.      Hasil Belajar
Sepertinya halnya peningkatan partisipasi belajar, hasil belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 65,79 pada studi awal, menjadi 71,05 pada siklus pertama atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar  5,26  dari studi awal, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru mencapai angka 7 siswa atau 36,48%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 4 siswa atau 21,05%.
Ketidakberhasil pelaksanaan perbaikan pada siklus pertama disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1.      Jumlah anggota kelompok masih terlalu banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2.      Pembentukan kelompok masih acak, belum didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun  kemampuan dari masing-masing siswa.
3.      Pola pelaksanaan kerja kelompok belum terarah sehingga sistematika kerja kelompok masih acak-acakan dan belum mengarah pada penyimpulan suatu kegiatan..
4.      Masih kurangnya materi pendukung pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan buku-buku refrensi karena pada siswa hanya menggunakan satu buku  saja.
Pada siklus berikutnya, yaitu siklus II dengan kelompok sedang, yang tiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa dan hasil belajar siswa juga kurang memuaskan. Tetapi secara keseluruhan perbaikan pembelajaran dan peningkatan partisipasi sudah mengalami perubahan menuju lebih baik.
1.      Partisipasi Belajar
Peningkatan partisipasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus pertama hanya 52,63 atau 10 siswa, meningkat menjadi 84,21% atau 16 siswa pada siklus kedua atau mengalami kenaikan sebanyak  6 orang siswa (31,58%) dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama.
2.      Hasil Belajar
Sepertinya halnya peningkatan partisipasi belajar, hasil belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 71,05 pada siklus pertama, menjadi 78,95 pada siklus kedua atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 7,89 dari siklus pertama, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 13 siswa atau 68,42%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan  6 siswa atau 31,58%.
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus kedua maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus ketiga dengan menerapkan :
a.       Pengurangan jumlah anggota kelompok menajdi 2-4 orang  diharapkan dapat  berhasil secara maksimal meningkatkan partisipasi siswa  dalam pelaksanaan kerja kelompok.
b.      Pembentukan kelompok baru yang  didasarkan pada kesamaan partisipasi dan kemampuan sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran secara maksimal sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat tercapai 100% pada pelaksanaan siklus ketiga.
Selanjutnya pada siklus ketiga, dengan menggunakan Diskusi kelompok kecil hampir seluruh siswa dapat belajar tuntas.  Hampir semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan :
1.Partisipasi Belajar
Peningkatan partisipasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus kedua hanya 84,21% atau 24 siswa, meningkat menjadi 100% atau  seluruh siswa pada siklus ketiga berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan sebanyak 3 orang siswa (15,79%) dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua.
2.Hasil Belajar
Sepertinya halnya peningkatan partisipasi belajar, hasil belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 78,95 pada siklus kedua, menjadi 87,37 pada siklus ketiga atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 8,42 dari siklus kedua, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 19 siswa atau 100% atau seluruh siswa dinyatakan tuntas belajarnya.  
Kenaikan partisipasi dan hasil belajar siswa yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan kenaikan yang signifikan. Peningkatan partisipasi siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 6 siswa atau 31,58%, naik menjadi 10 siswa atau 52,63% pada siklus pertama, dan 84,21% atau 16 siswa pada siklus kedua, serta  100% pada siklus ketiga. Hal tersebut didukung pula oleh kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya  65,79 naik menjadi 71,05 pada siklus pertama, dan  79,95 pada siklus kedua, serta  87,37  pada siklus ketiga, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak  3 siswa (15,79%) pada studi awal,  36,84% atau 7 siswa pada siklus pertama,  13 siswa atau 68,42% pada siklus kedua dan pada siklus terakhir menjadi 100%, atau ke-19 siswa dinyatakan tuntas belajarnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan peningkatan partisipasi belajar dalam pembelajaran. Setelah peneliti dengan supervisor dan observer mendiskusikan tentang hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pembelajaran dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya, dan kepada t siswa yang belum tuntas belajarnya akan diberikan program khusus dengan melaksanakan kegiatan remidial.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gagnes dan Burner (dalam Asep Herry Hernawan, 2006:115) berkenaan dengan prinsip aktivitas belajar mengemukakan bahwa belajar IPA akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam kompetensi dasar yang diajarkan. Penggunaan Diskusi kelompok dengan kelompok kecil merupakan cara yang paling efektif dan efisien. Dalam mempelajari soal-soal IPA. Hal ini disebabkan tiap siswa memiliki karakter serta kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Penggunaan metode diskusi secara tidak langsung akan meningkatkan partisipasi siswa dalam mempelajari IPA standar kompetensi menyederhanakan berbagai bentuk pecahan dengan kompetensi dasar menyederhanakan berbagai bentuk pecahan, sehingga kualitas pembelajaran dan partisipasi belajar siswa akan meningkat.


  Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari Bab I, II, III, V, Lampiran-lampiran serta Halaman Depan silahkan klik disini