BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanan Tindakan
1. Pelaksanaan
Perbaikan Siklus 1
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat, perubahan sifat, dan
kegunaan benda dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan
pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas
Materi Pokok : Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Indikator :
1. Mengelompokkan
benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda padat, cair, atau gas
2. Membandingkan sifat-sifat benda padat
Tanggal Pelaksanaan : 24 Maret 2012 dan
26 Maret 2012
a. Tahap
Perencanaan Tindakan (Planning)
Sebelum
benar-benar melaksakan tindakan perbaikan, saya melakukan persiapan terakhir,.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut
1)
Memeriksa kembali RPPP yang telah
disusun, sambil dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir
yang akan direncanakan.
2) Memeriksa semua alat peraga dan sarana
lainnya yang akan digunakan, apakah sudah benar-benar tersedia.
3)
Mencoba alat peraga yang akan digunakan,
serta mensimulasikan bagaimana penggunaannya, sehingga pada saat pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
4) Memeriksa kembali urutan pelaksanaan
pembelajaran yang sudah dirancang dengan tujuan agar skenario pembelajaran yang
akan diimplementasikan mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
dapat berjalan dengan baik.
5) Memikirkan hal-hal yang mungkin dapat
mengganggu pembelajaran, seperti keributan pada saat berlangsung, pembentukan
kelompok, pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang tidak
tertarik pada pembelajaran yang berlangsung. Langkah yang diambil peneliti
adalah mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika hal tersebut
benar-benar terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.
6) Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat
pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan teman
sejawat yang akan membantu.
7)
Terakhir, meyakinkan bahwa teman sejawat
yang akan membantu sudah siap di kelas ketika pembelajaran akan dimulai.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Guru sebagai peneliti menyiapkan alat
pelajaran berupa RPP, buku penunjang, alat peraga, lembar kerja, lembar
observasi dan soal evaluasi.
Pada kegiatan awal pertemuan pertama, Peneliti
memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti
mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi. “Bu Guru mau bertanya dulu kepada Rosita,
“Sebutkan beberapa benda yang ada di kelas ?,“
Rosita menjawab, “Papan tulis, meja, kursi dan kapur, Bu !”. “Ya,
jawaban kamu benar !”. “Sekarang kamu, Satria!.
Sebutkan sifat benda-benda tersebut yang kamu ketahui ?”. Satria menjawab,
“Meja terbuat jadi kayu, jadi sifatnya keras, kapur bersifat lunak, Bu Guru”.
“Ya, betul !, puji peneliti sekaligus memberikan persepsi awal kegiatan
pembelajaran.
Selesai
mengadakan apersepsi,
peneliti menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh
oleh siswa agar berhasil mencapai
tujuan yang diharapkan dalam perbaikan
pembelajaran pada pertemuan pertama.
Sebelum menempuh kegiatan inti,
peneliti memotivasi siswa agar memiliki
semangat untuk mengikuti pembelajaran. Barulah setelah itu peneliti menjelaskan
materi ajaran menggunakan metode ceramah klasikal.
“Coba perhatikan benda-benda di sekitarmu! Benda apa saja yang kamu temui?
Ada bermacam-macam benda yang dapat kamu temui, antara lain meja, kursi, air,
buku, dan lain-lain. Benda-benda tersebut memiliki bermacam-macam bentuk,
ukuran, warna, dan sifat-sifat”, jelas peneliti.
Gambar 4.1 Contoh-contoh
benda padat yang ada di sekitar kita (sumber
: Buku IPA 3, Choiril A, dkk,
Depdiknas, 2010 : 63)
“Anak-anak, coba perhatikan gambar 1.
Pernahkah kamu melihat benda-benda seperti pada gambar tersebut? Peneliti kemudian menjelaskan gambar secara
lisan bahwa berdasarkan kekerasannya, benda padat di atas mempunyai sifat yang berbeda.
Apel merupakan benda padat yang paling keras dibandingkan dengan garam dan
keju. Berdasarkan kelarutannya dalam air, garam mudah larut dibandingkan apel
dan keju.
Pada pertengahan proses dilakukan tanya
jawab disertai pembimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar. “Anak-anak, coba kalian jelaskan beberapa sifat benda yang ada
di sekitarmu ?”, tanya Peneliti sambil menunjuk salah satu siswa yang bernama Yusma
Rahayu untuk menjawabnya. “Benda padat adalah benda yang berwujud padat. Banyak
sekali contoh benda padat di sekitar kita. Misalnya sepatu, pakaian, pensil,
sendok, dan gelas, Bu Guru !”, jawab Ismi. “Ya, tepat sekali jawabamu”, puji
peneliti. “Nah, coba kalian jelaskan juga pengertian benda cair !’, lanjut
peneliti. Husni Fauzi menjawab, “Benda cair adalah benda yang berwujud cair.
Contoh benda cair yaitu air,minyak goreng, sirup, bensin, dan minyak tanah, Bu
Guru !”. “Nah, dari definisi benda-benda
berdasarkan sifatnya tersebut, coba kalian sifat masing-masing jenius benda
tersebut!’, tanya peneliti lagi. Ari Azhari
menjawab, “Sifat-sifat benda padat adalah bentuknya berubah sesuai dengan wadahnya,
ukurannya tetap, permukaan air datar, mengalir menuju tempat yang lebih rendah,
sedangkan sifat-sifat benda padat yaitu: bentuknya tetap, ukurannya tetap, Bu
Guru !”. “Ari Azhari jawaban kamu betul,
kamu memang anak yang rajin belajar”, puji peneliti sekaligus untuk mengakhiri
pelaksanaan pertemuan pertama siklus pertama.
Pada
kegiatan inti pertemuan kedua, Peneliti memberi salam, mengabsen siswa dan
mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti mengadakan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan apersepsi. “Apakah
kalian semua masih ingat dengan pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Masih,
Bu Guru !”. “Nah, coba kamu Resa Nopitasari, sebutkan jenis-jenis benda?”,
lanjut peneliti. Resa Nopitasari
menjawab, “Asap termasuk benda gas. Air
dalam gelas termasuk zat cair. Kursi dan meja termasuk benda padat , Bu Guru !”. “Bagus, jawaban kamu benar
!”. “Elsa Amelia, coba kamu jelaskan
jenis-jenis benda yang lain berikut contohnya ?”. Dengan lantang Elsa Amelia menjawab, “Bentuk
benda cair selalu berubah. Bentuknya mengikuti wadahnya. Bentuk air dalam
mangkuk menyerupai bentuk mangkuk. Begitu juga saat dipindahkan ke dalam
gelas.Bentuk benda cair akan berubah seperti bentuk gelas, Bu !.. Peneliti
menjawab, “Tepat sekali jawaban kamu, Elsa Amelia !, kamu memang anak yang
pintar”, puji peneliti. Selesai
mengadakan apersepsi,
peneliti menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh
oleh siswa agar berhasil mencapai
tujuan yang diharapkan dalam perbaikan
pembelajaran pada pertemuan kedua, yaitu dengan melaksanakan kerja kelompok
membahas tentang sifat-sifat suatu benda.
Sebelum menempuh kegiatan inti,
peneliti membagi siswa menjadi beberapa
kelompok berdasarkan kemampuan belajar. Siswa yang pintar digabungkan dengan
siswa yang kurang pintar. Dari pembagian tersebut terbentuk 5 kelompok. Kepada setiap kelompok peneliti memberikan
lembar kerja untuk membahas masalah yang berbeda-benda. Tiap kelompok membahas
satu permasalahan, kemudian peneliti memerintahkan siswa untuk memulai kerja
kelompoknya.
Di sela-sela pelaksanaan kerja kelompok,
peneliti memberikan penjelasan secara lisan tentang konsep materi pembelajaran
dan sesekali memberikan pertanyaan kepada salah satu kelompok. “Kelompok Harun Ar Effendi kalian membahas tentang apa?”, tanya
Peneliti. “Sifat benda padat, Bu Guru !”, jawab Harun Ar Effendi . “Nah, coba kalian jelaskan sifat-sifat
benda padat tersebut dan sebutkan
contohnya !’, lanjut peneliti. Andi
Juliantoro salah satu anggota kelompok Harun
Ar Effendi menjawab, “Meja dan batu
termasuk benda padat sehingga sifat meja dan batu dengan sifat benda padat
adalah bentuk benda padat selalu tetap. Artinya, jika benda itu dipindahkan ke
mana pun, bentuknya tidak akan berubah serta besar benda padat selalu tetap.
Artinya, jika benda itu dipindahkan ke mana pun, besarnya selalu tetap , Bu
Guru !”. “Ya betul sekali jawaban kamu, Andi
Juliantoro”, puji peneliti sekaligus untuk memberikan motivasi bagi kelompok
lain untuk bekerja lebih giat.
Pada kegiatan akhir, setelah kegiatan
kerja kelompok selesai, peneliti dan siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelas
untuk menyimpulkan hasil kerja
kelompok untuk dicatat dalam buku
catatan masing-masing dan dilanjutkan dengan
melaksanakan tes formatif. “Nah,
dari pelaksanaan diskusi kelas, apakah kalian sudah bisa memahami materi
pembelajaran yang diberikan ?”, tanya peneliti. Sebagian siswa menjawab sudah,
dan sebagian lagi menjawab belum. Untuk lebih memahamkan siswa terhadap materi
yang baru dipelajari, peneliti memberikan bahan penugasan secara individu untuk
diselesaikan di rumah.
c. Tahap
Observasi (Observation)
Observasi
dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran
siklus pertama sedang berlangsung oleh observer (teman sejawat).
Melalui kegiatan ini diperoleh data
proses belajar mengajar, sebagai bukti
otentik hasil perbaikan pembelajaran siklus pertama. Hasilnya menunjukkan bahwa
belum semua siswa terlibat aktif dalam pelaksanaan kerja kelompok sehingga pada
pelaksanaan diskusi kelas dan tes formatif hasilnya belum sesuai harapan.
d. Tahap
Refleksi (Reflection)
Hasil dari
pengamatan yang dilakukan bersama-sama dengan observer menunjukkan bahwa :
1) Jumlah anggota kelompok masih terlalu
banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kerja
kelompok.
2) Pembentukan kelompok masih acak, belum
didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun
kemampuan dari masing-masing siswa.
3) Pola pelaksanaan kerja kelompok belum
terarah sehingga sistematika kerja kelompok masih acak-acakan dan belum
mengarah pada penyimpulan suatu kegiatan..
4) Masih kurangnya materi pendukung
pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan
buku-buku refrensi karena pada siswa hanya menggunakan satu buku saja.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat
benda padat, cair dan gas” pada siklus pertama dianggap belum berhasil, dan sebagai
langkah tindaklanjut dari temuan masalah pada siklus pertama, peneliti
bersama-sama dengan observer melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan
berikut pada diri sendiri :
1) Mengapa jumlah anggota kelompok
masih terlalu banyak, mengakibatkan beberapa siswa nampak pasif dalam
pelaksanaan kerja kelompok?
2) Mengapa pembentukan kelompok
masih acak, belum didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun kemampuan dari masing-masing siswa dapat
mengurangi keberhasilan pelaksanaan diskusi kelompok?
3) Mengapa pola pelaksanaan kerja
kelompok belum terarah sehingga sistematika kerja kelompok masih acak-acakan
dapat menimbulkan ketidakberhasilan pada penyimpulan akhir kegiatan
pembelajaran?
4) Mengapa kurangnya materi
pendukung pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun
ketersediaan buku-buku refrensi sehingga siswa hanya menggunakan satu buku saja ?
Dari
kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti
bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus
kedua dengan menerapkan :
1) Mengurangi jumlah anggota
kelompok menjadi 4-5 yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
pelaksanaan kerja kelompok.
2) Membentuk kelompok didasarkan
pada persamaan minat, bakat, maupun
kemampuan dari masing-masing siswa sehingga dapat meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan diskusi kelompok
3) Menyusun konsep atau pola
pelaksanaan kerja kelompok agar terarah sehingga sistematika kerja kelompok
dapat berjalan dengan baik sehingga dapat
mendukung keberhasilan proses penyimpulan akhir kegiatan pembelajaran.
4) Menambah materi pendukung
pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan
buku-buku refrensi.
- Siklus Kedua
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat, perubahan sifat, dan
kegunaan benda dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan
pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas
Materi Pokok : Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Indikator :
1. Mengelompokkan
benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda padat, cair, atau gas
2. Membandingkan sifat-sifat benda padat
Tanggal Pelaksanaan : 27 Maret 2012 dan
28 Maret 2012
a. Tahap
Perencanaan Tindakan (Planning)
Setelah
mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua
peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai
berikut :
1)
Memeriksa kembali RPPP yang telah
disusun, sambil dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir
yang akan direncanakan.
2) Memeriksa kesiapan kelompok kerja yang telah
dibentuk oleh masing-masing siswa berdasarkan kedekatan antar anggota dalam kelompoknya,
misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal.
4) Mempersiapkan lembar diskusi sedemikian rupa
agar mudah dipahami oleh para siswa dalam satu kelompok
5) Memikirkan hal-hal yang mungkin dapat
mengganggu pembelajaran, seperti keributan pada saat pelaksanaan diskusi
kelompok dan mengantisipasinya dengan menata tempak duduk tiap kelompok
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya keributan.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Peneliti memasuki ruang kelas dan menyampaikan salam, menginstruksikan
kepada ketua kelas agar memimpin doa
sebelum belajar, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian
peneliti dan siswa mengadakan apersepsi
melalui tanya jawab sehubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Adapun pertanyaan yang diajukan peneliti dan berikut jawaban siswa, sebagaimana
tampak pada deskripsi berikut.
“Pada pertemuan siklus pertama, kita pernah membahas pengaruh cuaca”. “Apakah kalian masih
mengingatnya?”. “Masih Bu”, jawab seluruh siswa. “Nah kalau begitu Ibu mau
bertanya kepada Sahal Najib”. “Sahal Najib, apakah kamu tahu sifat dari air,
coba jelaskan ! “Tahu, Bu !. sifat air adalah mengikuti bentuk tempatnya”. “Ya,
benar !.” jawab peneliti. Selesai
mengadakan apersepsi,
peneliti menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh
oleh siswa agar berhasil mencapai tujuan
yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran siklus kedua pertemuan pertama.
Sebelum menempuh kegiatan inti,
peneliti memotivasi siswa agar memiliki
semangat untuk mengikuti pembelajaran. Barulah setelah itu peneliti menjelaskan
materi ajaran menggunakan metode ceramah klasikal. Pada pertengahan proses dilakukan tanya jawab
disertai pembimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Peneliti menyajikan beberapa gambar yang berhubungan dengan materi
pembelajaran, yaitu benda padat, cair dan gas sebagaimana gambar-gambar di
bawah ini :
Gambar 4.2 Berbagai
jenis benda berdasarkan sifatnya (sumber : Buku
IPA 3, Dwi Suhartanti, dkk, Depdiknas, 2010 : 60-62)
Peneliti
memberikan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran sebagaimana gambar
yang disajikan. Benda padat adalah benda yang memiliki volume tetap. Bentuknya
tidak tergantung pada wadah penampungnya.
Misalnya, pensil yang diletakkan di dalam gelas maupun di lantai
memiliki bentuk yang tetap.Benda cair adalah benda yang memiliki volume tetap.
Bentuknya mengikuti bentuk wadah penampungnya. Benda cair dapat langsung kita
pegang. Benda cair juga dapat mengalir. Contoh benda cair antara lain air, mi
nyak tanah, sirop, minyak goreng, dan susu.Benda gas tidak dapat
dipegang,tetapi dapat dirasakan keberadaannya. Volume benda gas dapat berubah
sesuaidengan volume dan bentuk wadahnya. Benda gas yang dipompakan ke dalam ban
akan berbentuk seperti ban. Benda gas yang ditiupkan ke dalam balon akan berbentuk
seperti balon. Kegiatan tersebut
terus dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan seputar gambar yang disajikan
untuk meningkatkan pemahaman siswa, sekaligus untuk mengakhiri pelaksanaan
pertemuan pertama siklus kedua.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua, Peneliti
memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti
mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi. “Apakah kalian semua masih ingat dengan
pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Masih, Bu Guru !”. “Nah, coba kamu Khofid
Awaludin, sebutkan kenapa balon bisa membesari kalau kita tiup ?”, lanjut
peneliti. Khofid Awaludin menjawab,
“Karena ada gas dalam udara tersebut, Bu Guru !”. “Bagus, jawaban kamu benar
!”. “Taufik Hidayat, coba kamu jelaskan
mengapa ban sepeda menggunakan gas untuk mengisinya?”. Taufik Hidayat menjawab,
“Supaya lentur, Bu Guru, sehingga kalau kita naiki menjadi lebih nyaman
digunakannya !. Peneliti menjawab, “Tepat sekali jawaban kamu, Taufik Hidayat
!, kamu memang anak yang pintar”, puji peneliti. Selesai mengadakan apersepsi, peneliti
menjelaskan langkah-langkah
belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar berhasil mencapai tujuan yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran
pada pertemuan kedua, yaitu dengan melaksanakan kerja kelompok.
Sebelum menempuh kegiatan inti,
peneliti membagi siswa menjadi beberapa
kelompok berdasarkan kedekatan pertemanan dalam kelas. Dari pembagian tersebut terbentuk 6
kelompok. Kepada setiap kelompok
peneliti memberikan lembar kerja untuk membahas masalah yang berbeda-benda.
Tiap kelompok membahas satu permasalahan, kemudian peneliti memerintahkan siswa
untuk memulai kerja kelompoknya.
Di sela-sela pelaksanaan kerja kelompok,
peneliti memberikan penjelasan secara lisan tentang konsep materi pembelajaran
dan sesekali memberikan pertanyaan kepada salah satu kelompok. “Kelompok Resa Nopitasari, kalian membahas tentang apa?”, tanya
Peneliti. “Perubahan sifat gas, Bu Guru !”, jawab Resa Nopitasari. “Nah, coba
kalian jelaskan pengertian tersebut dan sebutkan contohnya !’, lanjut
peneliti. Satria salah satu anggota
kelompok Resa Nopitasari menjawab, “ Balon
terbuat dari bahan karet. Karet bersifat lentur dan elastis. Saat kita meniup
balon, udara masuk ke dalam balon. Balon yang kita tiup akan mengembang. Udara
akan menekan balon ke segala arah. Udara dalam balon akan menyesuaikan dengan
bentuk balon, Bu Guru !”. “Ya betul
sekali jawaban kamu, Satria”, puji peneliti sekaligus untuk memberikan motivasi
bagi kelompok lain untuk bekerja lebih giat.
Setelah kegiatan kerja kelompok selesai,
peneliti dan siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil kerja kelompok untuk dicatat dalam buku catatan
masing-masing dan dilanjutkan dengan
melaksanakan tes formatif. “Nah,
dari pelaksanaan diskusi kelas, apakah kalian sudah bisa memahami materi
pembelajaran yang diberikan ?”, tanya peneliti. Sebagian siswa menjawab sudah,
dan sebagian lagi menjawab belum.
Pada
kegiatan akhir, peneliti dan siswa menempuh dua langkah kegiatan, yaitu
: menyimpulkan hasil diskusi dan melaksanakan
tes formatif. Untuk lebih memahamkan siswa terhadap materi yang baru
dipelajari, peneliti memberikan bahan penugasan secara individu untuk
diselesaikan di rumah.
c. Tahap
Observasi (Observation)
Pelaksanaan observasi
dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran siklus kedua berlangsung. Yang melakukan hal
ini adalah teman sejawat. Melalui kegiatan ini
diperoleh data proses belajar
mengajar, sebagai bukti otentik hasil perbaikan pembelajaran siklus kedua.
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pembentukan kelompok
berdasarkan kedekatan pertemanan menunjukkan hasil yang baik, siswa terlibat
aktif, tidak canggung dan malu-malu dalam mengemukakan pendapatnya dalam
pelaksanaan kerja kelompok.
d. Tahap
Refleksi (Reflection)
Peneliti bersama-sama observer melakukan merefleksi
untuk mencari penyebab belum tercapainya keberhasilan daya serap siswa yang
sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan. Adapun hasil-hasil refleksi yang didapatkan
adalah :
1) Pengurangan jumlah anggota
kelompok belum berhasil secara maksimal sehingga ada beberapa siswa yang nampak
pasif dalam pelaksanaan kerja kelompok.
2) Pembentukan didasarkan pada
persamaan minat, bakat, maupun kemampuan
dari masing-masing siswa juga belum mampu meningkatkan hasil pembelajaran
secara maksimal.
Setelah
menganalisis hasil tes formatif pada siklus kedua, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi perubahan sifat
benda padat, cair dan gas ternyata masuk dalam kategori cukup baik.
Dari kenyataan
temuan pada saat pelaksanaan siklus kedua maka peneliti bersama-sama dengan
observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus ketiga dengan
menerapkan :
1) Pengurangan jumlah anggota
kelompok menajdi 2-4 orang diharapkan
dapat berhasil secara maksimal
meningkatkan partisipasi siswa dalam
pelaksanaan kerja kelompok.
2) Pembentukan kelompok baru
yang didasarkan pada persamaan
partisipasi dan kemampuan sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi
dan hasil pembelajaran secara maksimal sehingga tingkat ketuntasan belajar
dapat tercapai 100%.
Dari
kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti
bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus
ketiga dengan menerapkan :
1) Pengurangan jumlah anggota
kelompok menajdi 2-4 orang diharapkan
dapat berhasil secara maksimal
meningkatkan partisipasi siswa dalam
pelaksanaan kerja kelompok.
2) Pembentukan kelompok baru
yang didasarkan pada persamaan
partisipasi dan kemampuan sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi
dan hasil pembelajaran secara maksimal sehingga tingkat ketuntasan belajar
dapat tercapai 100%.
- Siklus Ketiga
Kegiatan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan
penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat, perubahan sifat, dan
kegunaan benda dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan
pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas
Materi Pokok : Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Indikator :
1. Mengelompokkan
benda-benda yang telah dikenalnya sebagai benda padat, cair, atau gas
2. Membandingkan sifat-sifat benda padat
Tanggal Pelaksanaan : 30 Maret 2012 dan
31 Maret 2012
a. Tahap
Perencanaan Tindakan (Planning)
Berdasarkan
rumusan hipotesis yang telah dibuat, dan setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada
siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran
sebagai berikut :
1)
Memeriksa kembali RPPP yang telah
disusun, sambil dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir
yang akan direncanakan.
2) Mempersiapkan lembar diskusi sedemikian rupa
agar mudah dipahami oleh para siswa dalam satu kelompok
3) Menata ruangan kelas agar menjadi tempat
kerja kelompok dan diskusi kelas yang representatit pada saat pelaksanaan
kegiatan kerja kelompok dan diskusi kelas.
4) Melaksanakan kegiatan kerja kelompok
dilanjutkan dengan pelaksanaan diskusi kelas untuk membahas dan menyimpulkan hasil akhir proses
pembelaajran.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Peneliti memasuki ruang kelas dan menyampaikan salam, menginstruksikan
kepada ketua kelas agar memimpin doa
sebelum belajar, dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa.
Kemudian peneliti dan siswa mengadakan
apersepsi melalui tanya jawab sehubungan
dengan materi yang akan dipelajari. Adapun
pertanyaan yang diajukan peneliti
dan berikut jawaban siswa, sebagaimana
tampak pada deskripsi berikut.
“Pada pertemuan siklus kedua, kita pernah membahas sifat-sifat benda, salah satunya adalah
gas”. “Apakah kalian masih mengingatnya?”. “Masih Bu”, jawab seluruh siswa.
“Coba jelaskan sifat-sifat gas tersebut “, tanya peneliti. Siswa bernama Cahya Ma’ruf menjelaskan bahwa udara
adalah benda gas yang bening. Mata tidak dapat melihat udara. Bentuk udara
tidak dapat kita lihat. Akan tetapi, udara dapat dirasakan, Bu Guru!”. Selesai dirasakan cukup mengadakan
apersepsi, peneliti menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa agar
berhasil mencapai tujuan yang diharapkan
dalam perbaikan pembelajaran siklus ketiga pertemuan pertama.
Sebelum menempuh kegiatan inti,
peneliti memotivasi siswa agar memiliki
semangat untuk mengikuti pembelajaran. Barulah setelah itu peneliti menjelaskan
materi ajaran menggunakan metode ceramah klasikal. Pada pertengahan proses dilakukan tanya jawab
disertai pembimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Peneliti menyajikan beberapa gambar :
Gambar 4.3 Berbagai
benda berdasarkan sifat-sifatnya (sumber : Buku
IPA 3, Choiril Azmiyawati, dkk, Depdiknas, 2010 : 60-61)
Peneliti mengajukan beberapa pernyataan
mengenai gambar yang disajikan, Meja, kursi, dan pensil termasuk benda padat.
Untuk mengetahui sifat benda padat. Alat-alat tulis yang dimasukkan ke dalam
piring, bentuknya tidak berubah. Begitu juga saat dipindahkan ke dalam mangkuk
dan gelas. Bentuknya juga tidak berubah. Saat diletakkan dalam wadah, bentuk
benda padat tidak berubah atau tetap. Bentuk benda cair selalu berubah.
Bentuknya mengikuti wadahnya. Bentuk air dalam mangkuk menyerupai bentuk mangkuk.
Begitu juga saat dipindahkan ke dalam gelas. Bentuk benda cair akan berubah
seperti bentuk gelas. Benda cair
memiliki kecepatan aliran yang berbeda. Hal ini karena kekentalan benda cair
berbeda-beda. Bandingkan kekentalan air dengan kecap. Tuang air dan kecap ke
dalam gelas dalam waktu yang bersamaan. Manakah yang lebih mudah mengalir? Air
akan lebih cepat mengalir dibandingkan kecap. Hal ini karena kecap lebih kental
daripada air, adapun penjelasan mengenai benda gas adalah setiap hari kita
menghirup udara. Udara termasuk dalam benda gas. Dapatkah kamu melihat bentuk
udara? Bentuk udara tidak dapat kita lihat. Akan tetapi, udara dapat dirasakan.
Ada benda gas yang dapat dilihat. Awan dan asap adalah benda gas yang dapat
dilihat. Penjelasan tentang gambar tersebut sekaligus mengakhiri pelaksanaan
pertemuan pertama siklus ketiga.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua, Peneliti
memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk. Selanjutnya peneliti
mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apersepsi. “Apakah kalian semua masih ingat dengan
pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Masih, Bu Guru !”. “Nah, coba kamu Husni
Fauzi, sebutkan apa yang terjadi apabila balon kita tiup ?”, lanjut
peneliti. Husni Fauzi menjawab,
“Mengembang, Bu Guru !”. “Bagus, jawaban kamu benar !”. “Sursilowati, coba kamu jelaskan mengapa
terjadi demikian ?”. Sursilowati menjawab, “Balon terbuat dari bahan karet.
Karet bersifat lentur dan elastis. Saat kita meniup balon, udara masuk ke dalam
balon. Balon yang kita tiup akan mengembang. Udara akan menekan balon ke segala
arah. Udara dalam balon akan menyesuaikan dengan bentuk balon, Bu !. Peneliti
menjawab, “Tepat sekali jawaban kamu, Sursilowati!, kamu memang anak yang
pintar”, puji peneliti. Selesai
mengadakan apersepsi,
peneliti menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh
oleh siswa agar berhasil mencapai
tujuan yang diharapkan dalam perbaikan
pembelajaran pada pertemuan kedua, yaitu dengan melaksanakan kerja kelompok.
Sebelum menempuh kegiatan inti,
peneliti membagi siswa menjadi beberapa
kelompok berdasarkan ketuntasan hasil belajar dalam kelas. Dari pembagian tersebut terbentuk 8
kelompok. Kepada setiap kelompok
peneliti memberikan lembar kerja untuk membahas masalah yang berbeda-benda.
Tiap kelompok membahas satu permasalahan, kemudian peneliti memerintahkan siswa
untuk memulai kerja kelompoknya. Setelah kegiatan kerja kelompok selesai,
peneliti dan siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil kerja kelompok untuk dicatat dalam buku catatan masing-masing
dan dilanjutkan dengan melaksanakan tes formatif. “Nah, dari pelaksanaan diskusi
kelas, apakah kalian sudah bisa memahami materi pembelajaran yang diberikan ?”,
tanya peneliti. Sebagian siswa menjawab sudah, dan sebagian lagi menjawab
belum.
Pada
kegiatan akhir, peneliti dan siswa menempuh dua langkah kegiatan, yaitu
: menyimpulkan hasil diskusi dan melaksanakan
tes formatif. Untuk lebih memahamkan siswa terhadap materi yang baru
dipelajari, peneliti memberikan bahan penugasan secara individu untuk
diselesaikan di rumah.
c. Tahap
Observasi (Observation)
Pelaksanaan observasi
dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran siklus kedua berlangsung yang melakukan hal
ini adalah teman sejawat. Melalui kegiatan ini
diperoleh data proses belajar mengajar, sebagai bukti otentik hasil perbaikan pembelajaran siklus kedua.
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pembentukan kelompok
berdasarkan ketuntasan belajar menunjukkan hasil yang baik, siswa yang tuntas
tampak memberikan bimbingan kepada siswa tidak tuntas, sehingga diharapkan
hasil proses pembelajaran dapat memenuhi kriteria yang ditentukan.
d. Tahap
Refleksi (Reflection)
Hampir semua
tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan.Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan
analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan :
1) Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak
senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan siswa dalam pelaksanaan kerja
kelompok dan diskusi kelas.
2) Siswa nampak antusias dan bersemangat dalam
pelaksanaan kegiatan kerja kelompok dan diskusi kelas, hal ini dibuktikan
dengan tingkat partisipasi siswa sangat baik.
Dari hasil
evaluasi diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda
padat, cair dan gas, setelah peneliti dengan supervisor dan observer
mendiskusikan tentang hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil
tes formatif, maka pembelajaran dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya, dan
kepada keempat siswa yang belum tuntas belajarnya akan diberikan program khusus
dengan melaksanakan kegiatan remidial setiap hari selama satu minggu yang
dilaksanakan pada jam terakhir.
B.
Hasil Penelitian
1. Data Hasil Tindakan
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di
mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik
disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.
Dalam proses belajar banyak faktor- faktor
yang mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar
dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Faktor Internal, yaitu menyangkut
faktor- faktor psikologis pembelajar. Kehadiran faktor- faktor psikologis
tersebut akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan
belajar. Faktor- faktor internal antara lain : motivasi, kondisi kesehatan
jasmani dan rohani, intelektual, emosional, (2) Faktor Eksternal, yaitu faktor dapat
mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar, karena individu
yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungan. Faktor- faktor eksternal
antara lain : variasi dan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, metode
pembelajaran, cuaca, kondisi tempat belajar. Pendapat di atas terbukti dari
hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas III MI Ma’arif Boja
Kecamatan Majenang pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat benda padat, cair
dan gas melalui tiga siklus melalui diskusi kelompok menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan
pada setiap siklusnya. Penjelasan secara rinci sebagaimana diuraikan di bawah
ini :
a.
Siklus I
1)
Data Hasil Perencanaan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka peneliti bekerja sama dengan observer untuk Membuat
rencana perbaikan pembelajaran materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas,
mempersiapkan bahan ajar atau buku-buku yang relevan dengan materi pelajaran,
mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan, mempersiapkan lembar kerja siswa,
mempersiapkan lembar evaluasi. Selanjutnya peneliti bersama observer
menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan RPP dan skrenario
pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk menghindari kegagalan dalam
proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali
pertemuan.
2)
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda
padat, cair dan gas
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus I
|
|||||
1
|
Andi Juliantoro
|
60
|
70
|
B
|
|
2
|
Aof Zaenal M
|
70
|
80
|
T
|
|
3
|
Ari Azhari
|
60
|
70
|
B
|
|
4
|
Aam Ayidatus S
|
80
|
80
|
T
|
|
5
|
Cahya Ma'ruf AM
|
60
|
60
|
B
|
|
6
|
Elsa Amelia
|
80
|
80
|
T
|
|
7
|
Fikri Khoerul Umam
|
70
|
80
|
T
|
|
8
|
Harun Ar Efendi
|
70
|
70
|
B
|
|
9
|
Husni Fauzi
|
80
|
80
|
T
|
|
10
|
Khofid Awaludin
|
60
|
60
|
B
|
|
11
|
M. Safiq
|
60
|
60
|
B
|
|
12
|
Resa Nopitasari
|
80
|
80
|
T
|
|
13
|
Rifki Maulana
|
60
|
70
|
B
|
|
14
|
Rosita
|
50
|
60
|
B
|
|
15
|
Sahal Najib Mustofa
|
60
|
70
|
B
|
|
16
|
Satria
|
70
|
80
|
T
|
|
17
|
Sursilowati
|
60
|
60
|
B
|
|
18
|
Taufik Hidayat
|
60
|
70
|
B
|
|
19
|
Yusma Rahayu
|
60
|
70
|
B
|
|
|
Jumlah
|
1.250
|
1.350
|
7
|
|
|
Rata-Rata
|
65,79
|
71,05
|
36,84
|
|
Keterangan
:
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 80
Dari tabel 4.1
tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi
Sifat-sifat benda padat, cair dan gas di atas dapat diterangkan sebagai
berikut:
a)
Sebelum perbaikan nilai rata-rata kelas
65,79 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 71,05. Rata-rata
kelas naik 5,26.
b)
Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar 7 siswa (36,48%).
3) Data
Hasil Pengamatan
Pada tahap
pengamatan mengenai partisipasi siswa pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat
benda padat, cair dan gas di atas dapat diterangkan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Rekapitulasi
Peningkatan Partisipasi Siswa Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat,
cair dan gas
No
|
Pembelajaran
|
Kenaikan Partisipasi
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Sebelum perbaikan
|
6
|
31,58
|
2.
|
Siklus I
|
10
|
52,63
|
Dari data
pada tabel 4.2 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a) Sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan
peningkatan partisipasi siswa sebanyak 6
siswa atau 31,58%
b) Pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan
peningkatan partisipasi siswa sebanyak
10 siswa atau 52,63%
c) Dari sebelum perbaikan ke siklus I, tingkat partisipasi siswa siswa meningkat sebesar 21,05%.
4) Data
Hasil Refleksi
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat
benda padat, cair dan gas” pada siklus pertama dianggap belum berhasil karena
baru 7 siswa atau 36,84% dari 19 siswa yang mengalami ketuntasan dan keterlibatan
siswa secara aktif mencapai angka 52,63% atau 10 dari 19 siswa dengan perolehan
nilai rata-rata tes formatif sebesar 71,05. .
Setelah
peneliti dengan observer mendiskusikan hasil observasi dan wawancara yang
dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pada siklus kedua perlu ditanggulangi
dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum
proses pembelajaran berlangsung. Sebagai usaha
untuk memaksimalkan pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran yang
disampaikan, maka peneliti akan membuat contoh energi gerak dengan percobaan
membuat “baling-baling” dari kertas. Hal ini dimaksudkan agar siswa secara
langsung “berbuat” tidak hanya mendengar atau membaca saja, akan tetapi
langsung mempraktekkannya.
b.
Siklus II
1) Data
Hasil Perencanaan
Berdasarkan
hasil refleksi dari siklus pertama, maka pada dua pertemuan yang akan
dilaksanakan, peneliti merevisi Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta
skenario tindakan. Terkait dengan revisi RPP, peneliti menyiapkan berbagai alat
dan bahan yang diperlukan, meliputi : lembar kerja siswa, lembar tes formatif
dan lembar observasi.
Setelah
semua komponen yang diperlukan lengkap, selanjutnya
peneliti bersama observer menyepakati fokus
dan kriteria serta mensimulasikan RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman
sejawab (observer) untuk menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan.
2) Data
Hasil Pelaksanaan Tindakan
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda
padat, cair dan gas
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Siklus I
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus II
|
||||||
1
|
Andi Juliantoro
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
2
|
Aof Zaenal M
|
70
|
80
|
90
|
T
|
|
3
|
Ari Azhari
|
60
|
70
|
70
|
B
|
|
4
|
Aam Ayidatus S
|
80
|
80
|
80
|
T
|
|
5
|
Cahya Ma'ruf AM
|
60
|
60
|
70
|
B
|
|
6
|
Elsa Amelia
|
80
|
80
|
80
|
T
|
|
7
|
Fikri Khoerul U
|
70
|
80
|
80
|
T
|
|
8
|
Harun Ar Efendi
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
9
|
Husni Fauzi
|
80
|
80
|
80
|
T
|
|
10
|
Khofid Awaludin
|
60
|
60
|
70
|
B
|
|
11
|
M. Safiq
|
60
|
60
|
70
|
B
|
|
12
|
Resa Nopitasari
|
80
|
80
|
90
|
T
|
|
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Siklus I
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus II
|
||||||
13
|
Rifki Maulana
|
60
|
70
|
70
|
B
|
|
14
|
Rosita
|
50
|
60
|
80
|
T
|
|
15
|
Sahal Najib Mustofa
|
60
|
70
|
90
|
T
|
|
16
|
Satria
|
70
|
80
|
80
|
T
|
|
17
|
Sursilowati
|
60
|
60
|
90
|
T
|
|
18
|
Taufik Hidayat
|
60
|
70
|
70
|
B
|
|
19
|
Yusma Rahayu
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
|
Jumlah
|
1.250
|
1.350
|
1.500
|
13
|
|
|
Rata-Rata
|
65,79
|
71,05
|
78,95
|
68,42
|
|
Keterangan
:
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 80
Dari tabel 4.3
tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi
Sifat-sifat benda padat, cair dan gas di atas dapat diterangkan sebagai
berikut:
a)
Pada siklus I nilai rata-rata kelas
71.05setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 78,95. Rata-rata
kelas naik 7,89.
b)
Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 13 siswa (68,42%).
3) Data
Hasil Pengamatan
Pada tahap
pengamatan mengenai partisipasi siswa pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat
benda padat, cair dan gas di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Rekapitulasi Peningkatan Partisipasi Siswa Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat
benda padat, cair dan gas
No
|
Pembelajaran
|
Kenaikan Partisipasi
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Sebelum perbaikan
|
6
|
31,58
|
2.
|
Siklus I
|
10
|
52,63
|
3.
|
Siklus II
|
16
|
84,21
|
Dari data pada
tabel 4.4 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a) Pada siklus I, siswa yang menunjukkan
peningkatan partisipasi belajar sebanyak 10 siswa atau 52,63%
b) Pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan
peningkatan partisipasi belajar
sebanyak 16 siswa atau 84,21%
c) Dari siklus I ke siklus II, tingkat peningkatan
partisipasi belajar meningkat sebesar 31,58 %.
4) Data
Hasil Refleksi
Setelah
menganalisis hasil tes formatif pada siklus kedua, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat
benda padat, cair dan gas” ternyata bisa dikatakan belum berhasil karena dari
jumlah siswa 19 siswa yang masuk kategori tuntas ada 13 siswa atau 68,42%, sedangkan keterlibatan
siswa secara aktif mencapai 84,21% atau 16 siswa dari 19 siswa, dan nilai
rata-rata hasil belajar mencapai 78,95 atau mengalami peningkatan 7,89 dari rata-rata hasil belajar siklus
pertama.
Setelah
berdiskusi dengan supervisor dan teman sejawat, hasilnya perlu mencoba untuk
menutupi kelemahan dari sikus kedua. Selain itu untuk memantapkan hasil belajar
pembelajaran perlu juga dilakukan perbaikan kembali dengan memaksimalkan
bimbingan, dan contoh penggunaan energi gerak yang lain agar siswa lebih
memahami dengan baik. Tak lupa dalam memaksimalkan bimbingan difokuskan kepada
siswa yang belum tuntas dan siswa yang mencapai nilai minimal ketuntasan.
c.
Siklus III
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus kedua, maka pada
siklus ketiga peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan mengintensifkan upaya peneliti untuk
menjelaskan kembali materi pembelajaran agar pemahaman terhadap materi
pembelajaran masih kurang, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan diskusi masih banyak siswa yang kurang aktif sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana
diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
1) Data
Hasil Perencanaan
Seperti biasa setiap kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengkondisikan
kelas yang kondusif untuk belajar (kelas bersih dan rapi, menyiapkan buku
sumber, alat bantu pembelajaran yang diperlukan, mengabsen siswa, siswa dalam
keadaan tenang dan siap untuk belajar).
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Peneliti juga memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai
tes awal. Khusus kepada siswa yang belum tuntas, peneliti memberikan apersepsi
yang bersifat membangunkan motivasi dan partisipasi dalam proses belajar
mengajar.
2) Data
Hasil Pelaksanaan Tindakan
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda
padat, cair dan gas
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus III
|
|||||||
1
|
Andi Juliantoro
|
60
|
70
|
80
|
90
|
T
|
|
2
|
Aof Zaenal M
|
70
|
80
|
90
|
90
|
T
|
|
3
|
Ari Azhari
|
60
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
4
|
Aam Ayidatus S
|
80
|
80
|
80
|
90
|
T
|
|
5
|
Cahya Ma'ruf AM
|
60
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
6
|
Elsa Amelia
|
80
|
80
|
80
|
90
|
T
|
|
7
|
Fikri Khoerul U
|
70
|
80
|
80
|
90
|
T
|
|
8
|
Harun Ar Efendi
|
70
|
70
|
80
|
90
|
T
|
|
9
|
Husni Fauzi
|
80
|
80
|
80
|
80
|
T
|
|
10
|
Khofid Awaludin
|
60
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
11
|
M. Safiq
|
60
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
12
|
Resa Nopitasari
|
80
|
80
|
90
|
90
|
T
|
|
13
|
Rifki Maulana
|
60
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
14
|
Rosita
|
50
|
60
|
80
|
90
|
T
|
|
15
|
Sahal Najib Mustofa
|
60
|
70
|
90
|
90
|
T
|
|
16
|
Satria
|
70
|
80
|
80
|
90
|
T
|
|
17
|
Sursilowati
|
60
|
60
|
90
|
100
|
T
|
|
18
|
Taufik Hidayat
|
60
|
70
|
70
|
90
|
T
|
|
19
|
Yusma Rahayu
|
60
|
70
|
80
|
90
|
T
|
|
|
Jumlah
|
1.250
|
1.350
|
1.500
|
1.660
|
19
|
|
|
Rata-Rata
|
65,79
|
71,05
|
78,95
|
87,37
|
100
|
|
Keterangan
:
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 80
Dari tabel 4.5
tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi
Sifat-sifat benda padat, cair dan gas di atas dapat diterangkan sebagai
berikut:
a)
Pada siklus II nilai rata-rata kelas 78,95 setelah dilakukan
perbaikan mengalami kenaikan menjadi 87,37. Rata-rata kelas naik 8,42.
b)
Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 19 siswa (100%).
3) Data
Hasil Pengamatan
Pada tahap
pengamatan mengenai partisipasi siswa pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat
benda padat, cair dan gas di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Rekapitulasi Partisipasi Siswa Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat,
cair dan gas
No
|
Pembelajaran
|
Kenaikan Partisipasi
Belajar Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Sebelum perbaikan
|
6
|
31,58
|
2.
|
Siklus I
|
10
|
52,63
|
3.
|
Siklus II
|
16
|
84,21
|
4.
|
Siklus III
|
19
|
100,00
|
Dari data
pada tabel 4.6 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a) Pada siklus II, siswa yang menunjukkan partisipasi
belajar sebanyak 16 siswa atau 84,21%
b) Pada siklus ke III, siswa yang menunjukkan partisipasi
belajar sebanyak 19 siswa atau 100%
c) Dari siklus II ke siklus III, tingkat partisipasi
belajar siswa meningkat sebesar 15,79%.
4) Data
Hasil Refleksi
Dari hasil
evaluasi diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda
padat, cair dan gas”, pada siklus ketiga tingkat ketuntasan belajar
mencapai 100% atau 19 siswa dari total
jumlah siswa sebanyak 19 orang, dengan rata-rata nilai tes formatif 87,37 dan
keterlibatan siswa secara aktif juga mencapai 100%. Angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan, demikian
pula halnya dengan peningkatan partisipasi belajar dalam pembelajaran.
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh, maka hasil
penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a.
Hasil Belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang
peroleh dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode inqiuri pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat benda padat,
cair dan gas menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses
pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7. di bawah ini :
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Hasil belajar Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda
padat, cair dan gas
No
|
Pembelajaran
|
Hasil Belajar Siswa
|
||||
Nilai Rata-Rata Kelas
|
Tuntas
|
%
|
Belum
|
%
|
||
1.
|
Sebelum perbaikan
|
65,79
|
3
|
15,79
|
16
|
84,21
|
2.
|
Siklus I
|
71,05
|
7
|
36,84
|
12
|
63,16
|
3.
|
Siklus II
|
80,00
|
13
|
68,42
|
6
|
31,58
|
4.
|
Siklus III
|
87,37
|
19
|
100,00
|
0
|
0,00
|
Dari penjelasan pada tabel 4.7 di atas, diperoleh
keterangan sebagai berikut :
1)
Pada siklus I, angka ketuntasan
belajar naik menjadi 36,84%
(bertambah 4 siswa dari sebelum perbaikan) dengan peningkatan nilai rata-rata
hasil belajar menjadi 71,05.
2)
Pada siklus II, angka hasil belajar
belajar naik menjadi 68,42%
(bertambah 6 siswa dari siklus I) dengan peningkatan nilai rata-rata hasil
belajar menjadi 78,95.
3)
Pada siklus III, angka hasil belajar
belajar naik menjadi 100% (bertambah 6 siswa dari siklus II) dengan peningkatan
nilai rata-rata hasil belajar menjadi 87,37.
Untuk lebih jelasnya peningkatan partisipasi belajar siswa dan
nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Gambar 4.4 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai
Rerata Hasil belajar Belajar, dan Siswa Belum Tuntas pada Setiap Siklus
Perbaikan Pembelajaran
b. Partisipasi
Belajar
Dari
hasil analisis peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus
perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8. di bawah ini
:
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Ketuntasan Belajar
Siswa pada Pembelajaran IPA materi Sifat-sifat benda padat, cair dan gas
No
|
Pembelajaran
|
Peningkatan Partisipasi
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Sebelum perbaikan
|
6
|
31,58
|
2.
|
Siklus I
|
10
|
52,63
|
3.
|
Siklus II
|
16
|
84,21
|
4.
|
Siklus III
|
19
|
100,00
|
Dari penjelasan pada tabel 4.8 di atas, diperoleh
keterangan sebagai berikut :
1)
Pada sebelum perbaikan, siswa yang
menunjukkan peningkatan partisipasi
siswa sebanyak 6 orang atau 31,58%
2)
Pada siklus I, siswa yang menunjukkan
peningkatan partisipasi siswa sebanyak 10 orang atau 52,63%
3)
Pada siklus II, siswa yang
menunjukkan peningkatan partisipasi siswa sebanyak 16 orang atau 84,21%
4)
Pada siklus III, siswa yang
menunjukkan peningkatan partisipasi siswa sebanyak 19 orang atau 100%
Untuk lebih jelasnya peningkatan partisipasi belajar dapat dilihat
pada gambar diagram batang berikut ini :
Gambar 4.5 Diagram Batang Peningkatan Partisipasi Siswa
pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran
2.
Deskripsi Hasil
Siklus I dengan menggunakan metode diskusi dengan kelompok
besarnya terdiri dari 6-8 siswa hasil belajar belajar mengalami kenaikan, hal
ini kemungkinan disebabkan siswa masih ada yang kurang terlibat aktif dalam diskusi, karena anggota
kelompok jumlahnya terlalu besar. Kegiatan
perbaikan pembelajaran pada siklus pertama belum mencapai kriteria yang
ditentukan. Berdasarkan hasil
observasi dan analisis terhadap hasil tes akhir siklus pertama kegiatan pembelajaran
belum tuntas karena baru 7 siswa atau 36,84% dari 19 siswa yang mengalami
ketuntasan dan keterlibatan siswa secara aktif mencapai angka 52,63% atau 10
dari 19 siswa dengan perolehan nilai rata-rata tes formatif sebesar 71,05
Siklus II
dengan menggunakan diskusi kelompok sedang yang terdiri dari 4-5 siswa, dengan
menggunakan pola diskusi kelompok yang
efektif, hasilnya belum mencapai kriteria yang ditentukan, dari jumlah siswa 19
siswa yang masuk kategori tuntas ada 13
siswa atau 68,42%, sedangkan keterlibatan siswa secara aktif mencapai
84,21% atau 16 siswa dari 19 siswa, dan nilai rata-rata hasil belajar mencapai 78,95
atau mengalami peningkatan 7,89
dari rata-rata hasil belajar siklus pertama.
Siklus III
dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi dengan kelompok kecil yang
terdiri dari 2-3 siswa. Hasil belajar belajar siswa mengalami kenaikan Dari
hasil tes formatif, didapatkan ketuntasan siswa mencapai mencapai 100% atau 19 siswa dari total jumlah siswa
sebanyak 19 orang, dengan rata-rata nilai tes formatif 87,37 dan keterlibatan
siswa secara aktif juga mencapai 100%.
Atas dasar
tersebut, peneliti dan observer berdiskusi, dan memutuskan bahwa perbaikan
pembelajaran sudah masuk kriteria yang diinginkan, oleh karena itu maka proses
perbaikan pembelajaran dianggap selesai tuntas, dan pembelajaran dilanjutkan
dengan materi selanjutnya. Secara keseluruhan proses pembelajaran dinyatakan
tuntas, karena sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan.
C.
Pembahasan
Pada siklus
pertama, dengan menggunakan metode diskusi dengan kelompok besar, belajar siswa
kurang memuaskan,. Hal itu
disebabkan dengan kelompok yang terdiri dari 6-8 siswa ada siswa yang tidak
terlibat aktif dalam diskusi terutama siswa yang merasa tidak mampu dan
kurangnya partisipasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan.
1. Partisipasi Belajar
Peningkatan
partisipasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada studi
awal hanya 31,58 atau 6 siswa, meningkat menjadi 52,63% atau 10 siswa pada
siklus pertama atau mengalami kenaikan sebanyak 4 orang siswa (21,05%) dari
studi awal.
2. Hasil Belajar
Sepertinya
halnya peningkatan partisipasi belajar, hasil belajarpun meningkat cukup baik,
yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 65,79 pada studi awal, menjadi 71,05
pada siklus pertama atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 5,26
dari studi awal, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru mencapai
angka 7 siswa atau 36,48%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
mengalami kenaikan 4 siswa atau 21,05%.
Ketidakberhasil
pelaksanaan perbaikan pada siklus pertama disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Jumlah anggota kelompok masih terlalu
banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kerja
kelompok.
2. Pembentukan kelompok masih acak, belum
didasarkan pada persamaan minat, bakat, maupun
kemampuan dari masing-masing siswa.
3. Pola pelaksanaan kerja kelompok belum
terarah sehingga sistematika kerja kelompok masih acak-acakan dan belum
mengarah pada penyimpulan suatu kegiatan..
4. Masih kurangnya materi pendukung
pelaksanaan kerja kelompok baik dari segi sarana prasarana maupun ketersediaan
buku-buku refrensi karena pada siswa hanya menggunakan satu buku saja.
Pada siklus
berikutnya, yaitu siklus II dengan kelompok sedang, yang tiap kelompok terdiri
atas 4-5 siswa dan hasil belajar siswa juga kurang memuaskan. Tetapi secara keseluruhan perbaikan
pembelajaran dan peningkatan partisipasi sudah mengalami perubahan menuju lebih
baik.
1. Partisipasi Belajar
Peningkatan
partisipasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus
pertama hanya 52,63 atau 10 siswa, meningkat menjadi 84,21% atau 16 siswa pada
siklus kedua atau mengalami kenaikan sebanyak
6 orang siswa (31,58%) dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus
pertama.
2. Hasil Belajar
Sepertinya
halnya peningkatan partisipasi belajar, hasil belajarpun meningkat cukup baik,
yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 71,05 pada siklus pertama, menjadi 78,95
pada siklus kedua atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 7,89 dari siklus
pertama, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 13 siswa atau 68,42%.
Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 6 siswa atau 31,58%.
Dari
kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus kedua maka peneliti bersama-sama
dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus ketiga dengan
menerapkan :
a. Pengurangan jumlah anggota kelompok
menajdi 2-4 orang diharapkan dapat berhasil secara maksimal meningkatkan
partisipasi siswa dalam pelaksanaan
kerja kelompok.
b. Pembentukan kelompok baru yang didasarkan pada kesamaan partisipasi dan
kemampuan sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran
secara maksimal sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat tercapai 100% pada
pelaksanaan siklus ketiga.
Selanjutnya
pada siklus ketiga, dengan menggunakan Diskusi kelompok kecil hampir seluruh
siswa dapat belajar tuntas. Hampir semua
tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Berdasarkan
hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan analisis dan dapat
diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan :
1.Partisipasi Belajar
Peningkatan
partisipasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus
kedua hanya 84,21% atau 24 siswa, meningkat menjadi 100% atau seluruh siswa pada siklus ketiga
berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terjadi kenaikan sebanyak 3 orang siswa (15,79%) dari pelaksanaan pembelajaran
pada siklus kedua.
2.Hasil Belajar
Sepertinya
halnya peningkatan partisipasi belajar, hasil belajarpun meningkat cukup baik,
yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 78,95 pada siklus kedua, menjadi 87,37
pada siklus ketiga atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 8,42 dari
siklus kedua, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 19 siswa atau
100% atau seluruh siswa dinyatakan tuntas belajarnya.
Kenaikan
partisipasi dan hasil belajar siswa yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan
kenaikan yang signifikan. Peningkatan partisipasi siswa menunjukkan perolehan
pada studi awal hanya 6 siswa atau 31,58%, naik menjadi 10 siswa atau 52,63%
pada siklus pertama, dan 84,21% atau 16 siswa pada siklus kedua, serta 100% pada siklus ketiga. Hal tersebut
didukung pula oleh kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi awal
hanya 65,79 naik menjadi 71,05 pada siklus
pertama, dan 79,95 pada siklus kedua,
serta 87,37 pada siklus ketiga, dengan tingkat ketuntasan
belajar sebanyak 3 siswa (15,79%) pada
studi awal, 36,84% atau 7 siswa pada
siklus pertama, 13 siswa atau 68,42%
pada siklus kedua dan pada siklus terakhir menjadi 100%, atau ke-19 siswa
dinyatakan tuntas belajarnya.
Hal
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan,
demikian pula halnya dengan peningkatan partisipasi belajar dalam pembelajaran.
Setelah peneliti dengan supervisor dan observer mendiskusikan tentang hasil
observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka
pembelajaran dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya, dan kepada t siswa yang
belum tuntas belajarnya akan diberikan program khusus dengan melaksanakan kegiatan
remidial.
Hal ini
sesuai dengan pendapat Gagnes dan Burner (dalam Asep Herry Hernawan, 2006:115)
berkenaan dengan prinsip aktivitas belajar mengemukakan bahwa belajar IPA akan
lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan
struktur-struktur yang termuat dalam kompetensi dasar yang diajarkan. Penggunaan Diskusi kelompok dengan
kelompok kecil merupakan cara yang paling efektif dan efisien. Dalam
mempelajari soal-soal IPA. Hal ini disebabkan tiap siswa memiliki karakter
serta kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Penggunaan metode
diskusi secara tidak langsung akan meningkatkan partisipasi siswa dalam
mempelajari IPA standar kompetensi menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
dengan kompetensi dasar menyederhanakan berbagai bentuk pecahan, sehingga
kualitas pembelajaran dan partisipasi belajar siswa akan meningkat.
Untuk mendapatkan file secara lengkap terdiri dari Bab I, II, III, V, Lampiran-lampiran serta Halaman Depan silahkan klik disini