LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA
KELAS IV SD NEGERI 09 ZED
Disusun dan Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat
.............................................................
.............................................
Oleh
..............................................
NIP. ............................
SEKOLAH DASAR NEGERI 09 ZED
UPT .......................................
....................................
2012
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM
ACTION RESEARCH)
1. a. Judul
Penelitian : ………………………………………………….
………………………………………………….
………………………………………………….
………………………………………………….
………………………………………………….
b. Kategori
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas
Peneliti
a. Nama Lengkap : ………………………………………………….
b. NIP :
………………………………………………….
c. Pangkat / Golongan : ………………………………………………….
d. Jabatan : ………………………………………………….
e. Sekolah :
………………………………………………….
3. Jumlah peneliti :
1 orang
4. Lokasi :
………………………………………………….
5. Jangka waktu : .......
bulan ( .................... s/d ................ )
Zed,
...........................
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 09 Zed Peneliti.
......................................... .........................................
NIP. ................................. NIP. .................................
Ketua PGRI Pustakawan
.................................. SD
Negeri 09 Zed
......................................... .........................................
NTA. .................................
NIP.
.................................
ABSTRAK
…………………………………..
NIP. …………………..
Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar
Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Zed.
Pelaksanaan pembelajaran
lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri Zed 09 Kecamatan Mendo Barat
Kabupaten Bangka kurang memuaskan bagi guru penjasorkes, hasil yang didapatkan
siswa pada tes evaluasi akhir pembelajaran masih banyak siswa yang nilainya
belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengefektifitaskan
pembelajaran dengan cara pendekatan bermain atau memvariasikan berbagai macam
permainan ke dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas
maka peneliti menyimpulkan rumusan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti
permainan lompat kanguru sebagai pembelajaran dapat meningkatkan minat dan
kemampuan lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri Zed 09 Kecamatan Mendo
Barat Kabupaten Bangka.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data
pengamatan di lapangan.
Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa melalui pendekatan bermain pada materi lompat jauh dengan
menggunakan media botol aqua dan pralon sebagai sarana dan prasarana
pembelajaran mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
Zed 09 Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada kondisi awal aktivitas siswa mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38
pada siklus pertama dan 54 pada siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan dinyatakan
tuntas pada siklus kedua. Peningkatan kemampuan siswa juga meningkat di mana pada
kondisi awal, kemampuan lompat jauh siswa masih sangat kurang dari harapan
karena hanya terdapat 2 siswa atau hanya 10% dari jumlah siswa sebanyak 20
siswa. Pada siklus pertama meningkat menjadi 9 siswa atau 45% dan pada siklus
terakhir menjadi 100% atau seluruh siswa meningkat kemampuna lompat jauhnya
setelah pembelajaran menggunakan metode bermain.
Saran dari peneliti meliputi
beberapa hal yaitu : diharapkan bagi guru penjasorkes di Sekolah Dasar untuk
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran, guru dapat menvariasikan
berbagai macam bentuk permainan dalam pembelajaran, dan media botol aqua dan
pralon dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan alat peraga dalam
pembelajaran lompat jauh.
Kata Kunci :, minat, kemampuan, lompat jauh, permainan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga laporan hasil penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini penelitian tindakan kelas dengan
judul ” Efektivitas Pembelajaran Gerak
Dasar Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Jongkok Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Zed”.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SD
Negeri 09 Zed, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugas mengaja.
Pelaksanaan penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada
:
1.
………………………….,
selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
2.
………………………….,
selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
3.
………………………….,
selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
4.
………………………….,
selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
Karena keterbatasan peneliti, maka penyusunan
laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran-saran dan kritik dari
pembaca sangat peneliti harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar tempat peneliti bertugas pada
khususnya, dan dunia pendidikan pada umumnya.
Zed,
...................................
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori............................................................................
B. Kerangka Berpikir..................................................................
C. Hipotesis Tindakan.................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek
Penelitian...................................................................
B. Tempat
Penelitian...................................................................
C. Waktu/
Setting Penelitian.......................................................
D. Metode
Pengumpulan Data....................................................
E. Instrumen
Penelitian ..............................................................
F. Analisa
Data ..........................................................................
G. Prosedur Penelitian................................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
4.1 Hasil
Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal.............
4.2 Rekapitulasi
Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Kondisi Awal
4.3 Hasil
Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus Pertama............
4.4 Rekapitulasi
Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Siklus Pertama
4.5 Hasil
Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus Kedua..............
4.6 Rekapitulasi
Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Siklus II
4.7 Hasil
Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
4.8 Rekapitulasi
Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus
II .................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
4.1 Peningkatan Aktivitas Siswa pada
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus .
4.2 Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Siswa pada
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Pra
Siklus
2.
Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
3.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik
untukmeningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif,
sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya,
cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek
kognitif, afektip dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup
aspek mental, emosional, sosial dan spritual. Salah satu masalah utama dalam
Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di
sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya
sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas
dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran Penjas.
Fenomena
itulah yang saat ini terjadi di SD Negeri 09 Zed yang
mana kemampuan peserta didik dalam melakukan gerak dasar lompat sangat kurang.Menurut hasil pengamatan peneliti,
rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas IV SD Negeri 09 Zed tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang
memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana
Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam
menemukan metode pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
gerak dasar siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, seperti dijelaskan
oleh Djumaidir (2007: 11:31) “dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan
dari pada yang seruis, didalam pembelajaran banyak disajikan variasi-variasi
supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan
kegiatannya”
Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar
lompat dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif
diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan metode-metode
pembelajaran yang menyenangkan. Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak
adalah dunia bermain.Siswa SD/MI yang masih tergolong anak-anak bentuk
aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk
melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain
dengan melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.
Agar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat
terlaksana sesuai pedoman, maksud dan tujuan sebagaimana yang ada dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pendidikan jasmani harus mampu
membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang efektif
adalah pengajaran yang reflektif yaitu menggunakan pendekatan modern sebagai
pengganti pengajaran tradisional. Oleh sebab itu ada pendekatan, maupun variasi
modifikasi dalam pembelajaran. Salah satu
pokok bahasan dalam pendidikan jasmani sekolah dasar adalah gerak dasar
lompat, karena setiap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pasti banyak
menggunakan gerakan melompat. Modifikasi pembelajaran melompat sangat penting
karena banyak siswa yang malas melaksanakan kegiatan tersebut pada saat
pembelajaran. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat
terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada
dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan. Oleh karena itulah penulis melakukan penelitian
dengan judul Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Melalui Pendekatan Bermain
Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Zed.
Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran,
maka peserta didik perlu mempelajari dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan
yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah.
Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul di lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Peserta didik terlihat lambat dalam
penguasaan pembelajaran penjas terutama penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana
Penjas.
3. Metode pembelajaran
atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok yang menggunakan metode lama atau
tradisional sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran.
4. Kurangnya
pemahaman peserta didik tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga
mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
5. Guru kurang kreatif menciptakan
modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas.
6. Latar belakang
pendidikan guru yang mengajar penjas yang bukan guru penjas
Dari identifikasi
masalah di atas, peneliti bermaksud meningkatkan pembelajaran lompat jauh
dengan menggunakan metode pendekatan
bermain. Bermain bagi anak mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,
mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya
eksplorasi, memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya.
Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak
mempraktekkan peran yang mereka laksanakan dalam hidup masa depannya.
Bermain
juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat,
dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Bermain digunakan untuk
penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak
(akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan
belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun
membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya bermain digunakan sebagai
bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan. Bermain sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang
dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk
menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran).
Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang dan alasan memilih judul tersebut, maka permasalahan yang
dimunculkan adalah sebagai berikut: Apakah dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan minat
dan kemampuan lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed tahun pelajaran
2012/2013.
C.
Tujuan Penelitian
Berawal
dari permasalahan tersebut di atas,
penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran lompat jauh melalui
pendekatan bermain dapat meningkat. Dengan pendekatan bermain diharapkan dapat
meningkatkan minat dan kemampuan gerak siswa, serta dengan pendekatan bermain
dapat menarik dan menumbuhkan motivasi serta menjadikan rasa senang pada semua siswa untuk mengikuti pembelajaran lompat jauh. Sehingga
terjadi peningkatan kemampuan aktivitas lompat jauh pada siswa kelas IV SD
Negeri 09 Zed tahun pelajaran 2012/2013.
D.
Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Secara
umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada
pembelajaran penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran
lompat jauh.
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah :
Dapat meningkatkan pemberdayaan
metode ini agar kemampuan siswa lebih
baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
b.
Bagi guru :
1) Dapat dijadikan referensi dalam
melaksanakan proses pembelajaran
2) Dapat menjadi bahan masukan dalam
mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
3) Dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi guru penjas dalam menyusun program pembelajaran penjas selanjutnya.
c. Bagi siswa :
1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat
jauh
2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta
dalam penilaian atas diri sendiri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Hakikat Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang memberikan perubahan pada orang yang
belajar. Perubahan-perubahan itu dapat terjadi dalam bidang keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan dan lainnya. Menurut Rochman Natawidjaya (1979:
7), bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada
diri seseorang. Hal senada juga diungkapkan oleh Sri Rumini (1993: 60), bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang relatif menetap.
Menurut Hergenhahn (Amung Ma’mun,
2000: 40), belajar yaitu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan
tanda-tanda yang disebabkan oleh pengaruh yang sifatnya sementara seperti yang
disebabkan oleh sakit, kelelahan atau pengaruh obat.
Pembelajaran merupakan konsep yang
terkait dengan proses belajar-mengajar. Dalam bidang pendidikan istilah belajar-mengajar
lebih populer dengan istilah pembelajaran. Di dalam pendidikan jasmani istilah
belajar-mengajar pendidikan jasmani disebut juga proses pembelajaran pendidikan
jasmani. Pembelajaran mengandung pengertian bagaimana para guru mengajarkan sesuatu
kepada peserta didik dan terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya.
Proses pembelajaran pendidikan
jasmani berkaitan erat dengan proses belajar motorik dan proses mengajar
keterampilan motorik. Dalam peristiwa belajar dan mengajar antara siswa dan
guru diperlukan media komunikasi. Dalam
media tersebut ada semacam informasi yang disampaikan guru kepada siswa
yang akan memberi respons. Dalam suatu pembelajaran terjadi dua kejadian secara
bersama yaitu ada satu pihak yang memberi
dan ada pihak
lain yang menerima. Maka dalam peristiwa tersebut dapat
dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.
Menurut Sukintaka (2001: 38),
bentuk–bentuk pembelajaran pendidikan jasmani meliputi tiga bagian yaitu (1)
tahap pendahuluan , tahap membuka pelajaran atau latihan pemanasan,
(2) tahap pelajaran
inti atau tahap
pengembangan bahan pelajaran,
dan, (3) tahap penutup atau tahap latihan penenangan .
Menurut Schimdt (Amung Ma’mun,
2000: 45), bahwa belajar gerak merupakan rangkaian proses yang berhubungan
dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada terjadinya perubahan yang
relatif permanent dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan
yang terampil. Dari batasan di atas dapat ditarik tiga hal penting yaitu
belajar merupakan proses yang di dalamnya terjadi pemberian latihan atau
pengalaman, belajar tidak langsung teramati, perubahan yang terjadi permanent.
Kemudian belajar gerak sendiri mempunyai tiga tahapan
1) Tahapan
verbal kognitif
Pada tahap ini tugasnya adalah memberikan pemahaman secara
lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Intruksi, demontrasi,
flim clip dan informasi verbal lainnya secara khusus memberikan manfaat dalam
tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer
informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang
dihadapinya sekarang.
2) Tahapan
motorik
Dalam tahapan ini fokusnya adalah membentuk organisasi
gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan.
3) Tahapan
otomatisasi
Tahap ini setiap gerakan yang dilakukan lebih efisien dan
efektif, bahkan untuk suatu keterampilan olahraga tertentu nampak dilakukan
dengan gerakan yang rileks tapi mantap.
Dari uraian
di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
gerak dalam Pendidikan Jasmani
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap
penenangan. Tahap inti terdiri tiga bagian yaitu: verbal kognitif, motorik, dan
otomatisasi
2.
Hakikat Pembelajaran Penjaskes di Sekolah Dasar
a. Pengertian
Pembelajaran Penjaskes
Menurut Andun Sudijandoko jurnal
pendidikan jasmani Indonesia volume 7 (2010: 03), bahwa pendidikan jasmani
adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau anggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani,
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta
keperibadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
berkualitas berdasarkan pancasila. Menurut Bucher dalam Soni Nopembri
majalah ilmiah olahraga FIK UNY volume 11 (2005: 33), menyatakan bahwa
pendidikan jasmani merupakan bagian intergal dari proses pendidikan umum, yang
bertujuan untuk mengembangkan jasmani, mental, emaosi, dan sosial anak menjadi
baik, dengan aktivitas jasmanai sebagai wahananya.
Pendidikan jasmani merupakan salah
satu mata pelajaran wajib di sekolah termasuk sekolah dasar, karena pendidikan
jasmani masuk dalam kurikulum pendidikan. Pendidkan jasmani adalah proses
pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas
jasmani, bermain dan berolahraga yang direncanakan secara sistematis guna
merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik, keterampilan motorik,
keterampilan berfikir, emosional, sosial dan moral (Depdiknas, 2006:1).
Pendapat senada dikemukakan oleh
Helmy Firmansyah (2009: 04), bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan
yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola
melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia
seutuhnya. Masih menurut Helmy Firmansyah (2009: 06), secara esensial
pendidikan jasmani adalah suatu proses belajar untuk bergerak (learning to
move) dan belajar melalui gerak (learning through movement). Program
pendidikan jasmani berusaha membantu peserta didik untuk menggunakan tubuhnya
lebih efisien dalam melakukan berbagai keterampilangerak dasar dan keterampilan
kompleks yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Guru pendidikan jasmani
semestinya memberikan pengalaman berhasil bagisetiap anak, karena pengalaman
berhasil dapat merupakan sumber motivasi.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah merupakan salah satu
mata pelajaran wajib di sekolah termasuk sekolah dasar, karena pendidikan
jasmani masuk dalam kurikulum. Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk
mengembangkan jasmani, mental, emosi, dan sosial anak menjadi baik, dengan
aktivitas jasmanai sebagai wahananya.
b. Tujuan
Pendidikan Jasmani
Tujuan Pendidikan jasmani
merupakan penunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tingkat SD/MI tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan
keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan
olahraga yang terpilih;
2) Meningkatkan
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik;
3) Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan gerak dasar;
4) Meletakkan
landasar karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan;
5) Mengembangkan
sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis;
6) Mengembangkan
keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan;
7) Memahami
konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Menurut Sukintaka (1992:9), secara
garis besar tujuan pendidikan jasmani dapat digolongkan dalam empat kelompok
yaitu :
1) Norma
atau nilai, yang merupakan budaya bangsa timur pada umumnya, jadi termasuk
Indonesia. Norma itu menghendaki: Manusia berbudi luhur, berbudi pekerti baik,
dan atau mempunyai kepribadian yang kuat. Norma itu sendiri akan terkait iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang maha Esa.
2) Jasmani,
sehat dan terampil.
3) Psikis
atau kejiwaan, menjadi anak cerdas, bebas dari kebodohan dan mempunyai
kepribadian yang mantap dan mandiri.
4) Rasa
sosial, rasa bertanggung jawab kemasyarakatan, mempertebal rasa kebangsaan atau
rasa cinta tanah air, dan rasa kesetiakawanan sosial.
Jadi Tujuan pendidikan jasmani
merupakan wahana untuk mencapai tujuan nasional yaitu untuk mencapai manusia
seutuhnya baik jasmani maupun rohani. Maka bukan hanya fisik atau jasmani saja
yang dikembangkan tetapi, perkembangan kognitif, afektif dan sosial juga memiliki
komposisi yang sama dan saling menunjang satu sama lainnya
c. Ruang
Lingkup Pendidikan Jasmani
Ruang lingkup mata pelajaran
Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
1) Permainan
dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,
keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders,
kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu
tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya
2) Aktivitas
pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan
bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
3) Aktivitas
senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan
dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4) Aktivitas
ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta
aktivitas lainnya
5) Aktivitas
air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di
air, dan renang serta aktivitas lainnya
6) Pendidikan
luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah,
menjelajah, dan mendaki gunung
7) Kesehatan,
meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang
sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,
mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam
kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan
secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
3.
Pembelajaran Lompat Jauh
a.
Pengertian
Lompat Jauh
Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan yang merupakan
rangkaian urutan gerakan yang dilakukan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya
yang merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan,
dengan daya vertikal yang dihasilkan oleh daya ledak.
Menurut Aip Syarifuddin (1992: 90), “Lompat jauh adalah
suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan
dengan cepat dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak
yang sejauh-jauhnya”.
Menurut Yusuf Adi Sasmita (1992: 65), “keempat unsur
gerakan yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat, merupakan suatu kesatuan
yaitu urutan gerakan lompatan yang tidak terputus”.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan
tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tumpuan
lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah letak
pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai
batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Dalam
lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para
pelompat, yaitu gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hand style)
dan gaya jalan di udara (walking in the air). “Perbedaan antara gaya
lompatan yang satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan pada
waktu melayang di udara” (Aip Syarifuddin, 1992: 93).
b. Teknik Dasar Lompat Jauh
Tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang
sejauh-jauhnya. Untuk mencapai jarak lompatan yang jauh, pelompat harus
memahami teknik dalam lompat jauh, teknik lompat jauh, yaitu:
1) Awalan
Awalan adalah gerakan-gerakan
permulaan dalam bentuk lari untuk mendpatkan kecepatan pada waktu akan
melakukan tolakan/lompatan, jarak awalan yang bisa dan umum digunakan oleh para
pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : untuk putra 40 - 50 m;
untuk putri 30 – 45 m. Tetapi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak SD. Misalnya 15-20 m
atau antara 15-25 m.
Menurut Aip Syarifuddin (1992:
90), awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya dan jangan merubah langkah
saat melakukan tolakan. Untuk awalan pada lompat jauh , jaraknya berbeda-beda tergantung dari kemampuan
masing-masing. Menurut Engkos Kosasih (1985: 67), awalan harus dilakukan dengan
secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat akan melompat. Jarak
awalan biasanya 30 – 50 m, sedangkan untuk pemula jarak awalan diperpendek.
Untuk mencapai kecepatan dan ketepatan menumpu pada balok tumpuan harus
dilakukan latihan yang berulang-ulang. Untuk memperoleh jarak awalan bagi
pemula,dapat dilakukan dengan langkah mundur ke belakang. Menurut Roji (1989:
13), awalan adalah sebagai berikut:
a)
Berdiri pada papan tumpu.
b)
Tarik kaki kiri ke belakang sejauh mungkin, untuk tahap
pertama 4 langkah kanan dan kiri.
c)
Ambil sikap melangkah dengan kaki kiri ke depan. Melangkah ke depan, sehingga kaki kanan tepat
menumpu pada papan tumpu
Gambar 1 :
Lari Awalan Lompat Jauh Gaya Jongkok Sumber : Roji (1989: 15)
2) Tolakan
Tumpuan atau tolakan adalah
gerakan pada apapun tolakan dengan kaki yang terkuat yaitu meneruskan ke
kecepatan horisontal ke kekuatan vertikal secara cepat. Menurut Aip Syarifuddin
(1992: 91), bahwa tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari
gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan
dapat dilakukan dengan baik dengan kaki kiri ataupun kaki kanan, tergantung
kaki mana yang lebih dominan. Setelah kaki depan menumpu secara tepat pada
balok tolakan segera diikuti kaki yang lain ke arah depan atas dengan
dibantu oleh ayunan lengan searah dengan tolakan. Menurut Engkos Kosasih (1985:
67), tolakan dilakukan sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki
yang terkuat ke atas (tinggi dan ke depan). Teknik awalan dan tolakan merupakan
dua unsur pokok yang menentukan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya, oleh
karena itu pelom pat harus benar-benar melakukan dengan kuat, cepat dan tepat.
Dan untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam lompat jauh khususnya pada saat
melakukan tolakan, maka seorang siswa harus memperhatikan gerakan saat
bertolak. Menurut Roji (1989: 15), tahapan saat bertolak, adalah sebagai
berikut:
a) Pada
saat m enumpu lebih ditegakan dari sikap lari.
c) Dorongan
kaki dengan menggunakan ujung kaki kedepan ke atas dibantu dengan gerakan
tangan.
Gambar 2:
Tumpuan / Tolakan dalam Lo mpat Jauh Gaya Jongkok. Sumber: Roji (1989: 15)
3) Sikap badan di udara
Menurut Aip Syarifuddin (1992: 92
-93), bahwa sikap gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan
kecepatan awalan dan kekuatan tolakan, karena pada waktu pelompat lepas
dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu
gaya gravitasi. Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu
menolak harus dilakukan oleh si pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi
tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat (khususnya
lompat jauh), bahwa kecepatan dan kekuatan tolakan sangat besar
pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi dengan mengadakan suatu
perbaikan bentuk dan cara-cara melompat maka akan dapat memperbaiki hasil lompatan.
Menurut Yusuf Adi Sasmita (1992:
68), bahwa “pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap
tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih
sempurna”. Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama
melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di
udara berprinsip pada tiga hal sebagai berikut : 1) bergerak kedepan se makin
cepat semakin baik; 2) menolak secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang
dilakukan selama melayang tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang
dan hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.
Menurut Engkos Kosasih (1985 :
67), “sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan melayang selama
mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang dan yang paling penting pada saat
melayang ini adalah melawan rotasi putaran yang timbul akibat dari tolakan”.
Selain itu juga untuk mendapatkan posisi mendarat yang paling ekonomis dan
efisien. Menurut Roji (1989: 16), sikap badan di udara adalah sebagai berikut:
a. Kedua
lutut ditekuk.
b. Kedua
tangan di depan, disamping kepala.
c. Pada
saat akan mendarat kedua kaki lurus ke depan merapat, kedua tangan lurus ke
depan, serta berat badan dibawa ke depan.
Berdasarkan urain di atas
disimpulkan bahwa, setelah melakukan tolakan kaki rileks dengan diayunkan ke depan sudut tolakan
di bawah 45 derajat, kemudian kedua lutut ditekukkan kedua tangan ke depan
untuk menjaga keseimbangan. Ketika akan mendarat kedua kaki secepatnya
diluruskan guna memperoleh hasil lompatan yang maksimal, serta badan dibawa ke
depan.
Gambar 3 :
Sikap Badan di Udara Gaya Jongkok Sumber : Roji (1989 : 7)
4) Sikap badan pada waktu jatuh / mendarat
Melakukan pendaratan adalah bagian
akhir dari lompat jauh. Keberhasilan dalam lompat jauh terletak pada
pendaratan. Pada pendaratan yang mulus akan berpengaruh terhadap jarak,
keselamatan dan keindahan. Pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa ke
muka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula
dengan juluran tangan ke muka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan
sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan, di atas kaki.
Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.
Menurut Aip Syarifuddin (1992: 95)
, sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat gaya jongkok, gaya
menggantung, maupun jalan di udara adalah sama yaitu pada waktu akan mendarat
kedua kaki di bawah ke depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan
dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat pada kedua
tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut dibengkokkan (ditekuk),
berat badan dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala ditundukkan,
kedua tangan ke depan.
Sedangkan menurut Engkos Kosasih
(1985: 67), sikap badan pada waktu mendarat, yaitu si pelompat harus
mengusahakan jatuh/mendarat dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai badan jatuh
atau dengan tangan ke belakang, karena dapat merugikan. Sikap badan pada waktu
mendarat yang baik adalah jatuh dengan kedua kaki dangan tangan ke depan.
Menurut Roji (1989: 16) sikap
mendarat sebagai berikut:
a. Mendarat dengan kedua kaki agak merapat,
b. Berat badan dibawa ke depan
c. Lutut ditekuk dengan posisi jongkok,
d. Tangan ke depan menyentuh bak lompat,
e.
Pandangan ke depan.
Dengan demikian tujuan mendarat
adalah untuk mendapatkan suatu posisi dengan kedua kaki menyentuh pasir sejauh
mungkin. Pendaratan tersebut diakhiri dengan lutut di tekuk seakan-akan sikap
duduk dan posisi ini disebut posisi jongkok.
Gambar 4:
Teknik Mendarat Lompat Jauh Gaya Jongkok Sumber: Engkos Kosasih (1985: 69)
Dalam lompat jauh juga sering kita
jumpai beberapa kesalahan yang mendasar yang dilakukan oleh siswa.
Menurut Yusuf Adi Sasmita (1992:
68), hal-hal yang harus dihindari dan hal yang harus dilakukan dalam lompat
jauh, yaitu:
1. Hal-hal
yang harus dihindari :
a. Memperpendek
dan memperpanjang langkah terakhir sebelum melakukan tumpuan.
b. Bertumpu
dengan tumit dan dengan kecepatan yang tidak memadai.
c. Badan
condong jauh ke depan atau ke belakang.
d. Fase
melayang yang tidak seimbang.
e. Tak cukup
mengangkat kaki pada waktu pendaratan.
f. Pada
pendaratan, kaki yang satu mendahului kaki yang lain
2. Sedangkan
hal-hal yang harus dilakukan :
a. Pelihara
kecepatan sampai saat bertumpu
b. Lakukan
tolakan yang cepat dan dina mis dari balok tumpuan.
c. Rubahlah
sedikit posisi lari, untuk mencapai posisi lebih tegak.
d. Gunakan
gerakan tangan untuk keseimbangan yang baik.
e. Lakukan
arah gerakan yang baik.
f. Gunakan
tenaga dari kekuatan pada saat tolakan
g. Latihlah
sikap pendaratan.
h. Kuasai
secara betul, gerakan meluruskan dan membengkokkan tangan dan kaki.
Menurut Eddy Purnomo dan Dapan
(2011: 98), Pembelajaran lompat jauh terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahap Bermain (Games)
Pada tahap ini bertujuan untuk
mengenalkan masalah gerak (movement Problem) Lompat jauh secara umum
khususnya lompat jauh secara tidak langsung, dan cara lompat jauh yang benar
ditinjau secara anatomis, memperbaiki sikap lompat jauh serta meningkatkan
motivasi siswa terhadap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kebugaran jasmani siswa.Tujuan khusus dalam bermain lompat jauh adalah
meningkatkan konsentrasi, kekuatan menolak, reaksi bergerak,dan percepatan
gerak siswa, serta meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan keberanian.
Bentuk permainannya, sebagai berikut :
1) Lompat
tali karet yang dibentangkan melintang.
2) Lompat
mencapai target lompatan pada lingkaran-lingkaran karet.
3) Lompat
berturut-turut melewati gawang/kardus.
4) Melompati
kardus/gawang.
b. Tahap Teknik Dasar (Basic of Technique)
Tahap ini bertujuan untuk
mempelajari keterampilan gerak lompat jauh dengan sistematis.
Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa teknik dalam lompat jauh terdiri dari awalan, tolakan atau tumpuan,
sikap badan di udara/melayang dan mendarat.
4.
Karakteristik Siswa Kelas IV
Perkembangan kemampuan motorik
merupakan perubahan kualitas hasil gerak individu. Berkembangnya kemampuan
motorik di tentukan dua faktor yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dari dua
faktor ini masih ditentukan atau di dukung dengan berlatih sesuai dengan
kematangan anak dan gizi yang baik. Menurut Sukintaka (2001: 48), Perkembangan
kemampuan motorik anak dari tingkat SD sampai SMU merupakan tugas guru dikjas.
Adapun tugas itu dalam rangka usaha untuk pembentukan pribadi anak dalam
mencapai kedewasaannya karena pertumbuhan dan perkembangan kemampuan motorik
merupakan salah satu dasar tujuan dalam pembelajaran dikjas.
Tahap kemampuan motorik dan fisik
anak didik harus di jadikan dasar penentuan bahan pelajaran bagi siswa. Menurut
Sukintaka (2001: 51-52), tentang tahap perkembangan motorik anak adalah :
a. Aktivitas rekreasi.
Menggunakan situasi hidup
sehari-hari di dalam rumah seperti suasana bermain lompat tali, mengembangkan,
menilai, dan memperbaiki keterampilan bergerak, berekreasi dan berkeinginan
belajar keterampilan sosial yang baru sehingga dapat meningkat perkembangan
gerak lompatnya.
b. Aquatik.
Pengembangan kemampuan yang
berkaitan dengan air, mengkoordinasi pernafasan dengan gerak yang layak,
perkembangan daya tahan, mampu menyelam dalam air, mengembangkan bentuk gerak
yang layak, mengetahui secara layak masuk ke dalam air perkembangan kemampuan
berenang dalam garis lurus dan dapat mengetahui tidak berubah arah.
c. Permainan
Mengembangkan daya tahan melalui
aktifitas yang intensif, aktifitas itu menolong individu untuk meningkatkan
kemampuan keterampilan motorik, belajar bila otot dan tulang berkembang, maka
aktivitas dapat dibentuk lebih siap dengan keterampilan yang lebih baik karena
di akibatkan oleh kematangan syaraf dan berlatih, mengetahui bahwa penambahan
keterampilan biasanya menambah kesenangan, belajar menuruti kelelahan badan
untuk istirahat dan rileks.
d. Aktivitas ritmik
Mempunyai keterampilan penampilan
langkah lari yang sederhana, mengembangkan koordinasi badan, belajar kehalusan
gerak dan kesenangan, mengembangkan kemampuan tentang irama. Mengembangkan
perasaan keseimbangan, ketepatan waktu (timing) dalam tiap kesempatan,
mengembangkan kekuatan dan daya tahan khusus pada otot perut dan tungkai,
pengembangan koordinasi mata dengan tangan dan mata dengan tungkai.
e. Aktivitas pengembangan
Belajar rileks, kalau merasa
lelah, mengembangkan pembiasaan nutrisi yang baik, mampu menggunakan mekanikan
tubuh yang baik, mengatasi perbedaan sebanyak mungkin, pembiasaan hidup sehat,
menentukan keterampilan sebanyak mungkin, aktif berlatih latihan dasar untuk
tubuh, mengembangkan kekuatan, daya tahan dan kelentukan.
f. Tes terhadap diri sendiri.
Belajar melatih otot-otot,
mempelajari bahwa latihan sehari-hari akan menolong memperbaiki dan
mengembangkan keterampilan, mengetahui bahwa penampilan yang memuaskan dalam
suatu gerak merupakan yang dapat dites dengan tes pencapaian, belajar bahwa
ketertiban, ketenangan, dan koordinasi otot merupakan tujuan
Menurut Syamsu Yusuf (2004:
183-184), bahwa seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai
dengan kelebihan gerak atau aktifitas motorik yang lincah. Oleh karena itu,
usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan
dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer)
berenang, main bola dan atletik.
Masa-masa SD mempunyai sifat-sifat
khusus yang harus diperhatikan pula, karena pada masa ini anak relatif lebih
matang dan mudah dididik. Pendapat Syamsu Yusuf (2004: 25), bahwa kelas tinggi
SD, kira-kira umur 9-10 s.d. 12-13 tahun, mempunyai sifat-sifat khas yaitu:
a.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari
yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan praktis.
b. Amat
realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.
c.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal
dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor
ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat khusus.
d. Sampai
kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
rnenyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya
anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya.
e.
Pada masa ini, anak memandang nilai sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi sekolah.
f. Anak-anak
pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama.
Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan
yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa lompat jauh masuk dalam cabang olahraga atletik nomor lompat
selain lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi galah . Tujuan lompat
jauh adalah melompat sejauh-jauhnya dengan memindahkan seluruh tubuh dari titik
tertentu ke titik lainnya, dengan cara berlari secepat-cepatnya kemudian
menolak, melayang di udara, dan mendarat. Untuk pembelajaran pada anak terdiri
dari dua tahapan yaitu: tahap bermain dan tahap teknik dasar
5.
Model Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran
Menurut Rirawati Harahap (2008:
3), pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani
yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk
pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada
dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia,
perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.
Di dalam bermain anak memiliki
nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan.
Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak
mendapatkan kepuasan dalam bermain yang berarti mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan
penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi,
daya fantasi, dan kreativitas (Devi Ari Mariani, 2008).
Berdasarkan pengertian bermain
tersebut, maka dalam membelajarakan atletik disekolah dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, salah satunya bermain. Agar pembelajaran pendidikan
jasmani berhasil dengan baik, maka unsur-unsur harus menjadi pokok pertimbangan
penyelenggaraan, nilai-nilai yang terkandung tersebut dikemukakan Katzenbogner
dan Metzler dalam Bustami (2012 : 5), yakni: (1) pengembangan dimensi bermain;
(2) pengembangan dimensi variasi gerak; (3) pengembangan dimensi irama; (4)
pengembangan dimensi kompetisi; dan (5) pengembangan pengalaman. Unsur yang
terkandung dalam permainan adalah kegembiraan atau keceriaan. Tanda-tanda
menuju ke arah permainan yang menggembirakan tersebut antara lain, yaitu: (1)
menanamkan kegemaran berlomba atau berkompetisi dalam situasi persaingan yang
sehat, penuh tantangan dan kegembiraan; (2) unsur kegembiraan dan kepuasan
harus tercermin dalam bentuk praktek; dan (3) memberikan kesempatan untuk
kemampuan atau ketangkasan yang dikuasainya.
Seperti halnya dalam lompat jauh,
karena lompat jauh merupakan bagian dari atletik, maka dalam proses
pembelajaranya dapat dilakukan dengan menggunakan permainan. Permainan yang
sudah ada dapat langsung digunakan ataupun dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan. Dalam proses pembelajaran lompat jauh menggunakan pendekatan
bermain, guru harus mampu membuat
suatu permainan yang dapat melatih
peserta didik untuk menguasai gerakan lompat jauh dan dapat menumbuhkan
kerjasama, aktivitas dan rasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang
sedang dilangsungkan.
Berdasarkan penjelasan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain dalam pembelajaran guling depan
merupakan proses pembelajaran penjasorkes yang akan menggunakan permainan. Hal
tersebut disesuaikan dengan karakteristik perkembangan peserta didik SD
6.
Pendekatan Bermain
a. Hakikat Pendekatan
Pendekatan adalah konsep belajar
yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan siswa.
b. Hakikat Bermain
Bermain adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Sebagai aktivitas yang menyenangkan, bermain memberikan banyak manfaat
bagi yang melakukannya. Dengan bermain, anak dapat melakukan segala hal yang
diinginkan, anak akan terus bermain selama permainan tersebut menimbulkan
kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak
menyenangkan.
Bermain banyak dilakukan oleh
anak-anak bahkan orang dewasa juga masih senang bermain. Menurut Hurlock (1978:
320), bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti
utamanya mungkin hilang, arti yang paling tepat adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Bermain dilakukan dengan suka rela tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar atau kewajiban. Sedangkan menurut Anggani Sudono (2000: 1), bermain adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan
pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak.
Ada beberapa ciri kegiatan yang
dipandang sebagai aktivitas bermain seperti yang dikemukakan Hibana S. Rahman
(2005: 85), yaitu:
1)
Dilakukan dengan suka rela. Anak melakukan kegiatan
bermain tanpa ada unsur paksaan dari manapun.
2)
Dilakukan secara spontan. Anak akan spontan melakukan
kegiatan bermain saat anak ingin melakukannya.
3)
Berorientasi pada proses, bukan pada hasil. Yang
terpenting bagi anak adalah bagaimana proses kegiatan bermain, bukan bagaimana
hasil permainan.
4)
Menghasilkan kepuasan. Anak yang dapat melaksanakan
kegiatan bermain, secara otomatis akan mendapatkan kepuasan.
Bermain memberi pengaruh yang
besar bagi perkembangan anak baik secara fisik maupun mental. Beberapa pengaruh
bermain bagi perkembangan anak seperti yang di jelaskan oleh Hurlock (1978:
32), yaitu perkembangan fisik, dorongan komunikasi, penyaluran bagi energi
fungsional terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber belajar,
rangsangan kreatifitas, perkembangan wawasan diri. Sedangkan perkembangan
wawasan diri meliputi: belajar bermasyarakat, standar moral, bermain sesuai
dengan peran jenis kelamin, berkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
Guru dituntut lebih kreatif agar
bisa memanfaatkan kesenangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dengan
membuat modifikasi pembelajaran ke dalam bentuk permainan. Banyak kesan dari
siswa bahwa atletik hanya berisi gerak monoton dan tak bervariasi yang isinya
meliputi lari, lempar dan lompat yang sangat melelahkan. Maka tidak
mengherankan jika siswa akan merasa tidak tertarik melakukannya. Hal ini
merupakan tantangan bagi guru penjas agar bisa menerapkan
strategi pembelajaran untuk memberikan
kesan yang sebaliknya dengan memasukkan unsur-unsur permainan di dalamnya.
Seperti dikemukakan Yoyo Bahagia,
dkk (2000: 56), bahwa permainan atletik maksudnya adalah materi
pembelajaran/program pelajaran atletik yang disajikan dalam nuansa permainan.
Permainan tidak berarti menghilangkan unsur serius, disiplin dan menghilangkan
substansi pokok materi atletik, namun permainan yang berisi seperangkat teknik
dasar berupa lari, lempar, lompat dalam bentuk permainan bervariasi
Dengan memperhatikan beberapa
konsep di atas niscaya pembelajaran atletik nomor lompat jauh di sekolah akan
meningkat dan lebih membangkitkan motifasi gerak siswa. Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk tumbuh berkembang sesuai dengan karakteristiknya sangat
memberikan pengaruh yang besar, karena dengan bermain kebutuhan dan kemampuan
siswa akan terpenuhi dan terbina , sehingga dengan merasakan senang siswa
termotifasi untuk mengikuti pembelajaran dengan suka rela dan di harapkan siswa
dapat menguasai gerak dasar yang diajarkan.
Menurut Soetoto Pontjopoetro
(2003: 1.12), bermain memiliki beberapa fungsi antara lain : Melatih fisik,
belajar hidup bersama atau berkelompok, menggali potensi diri sendiri, mentaati
peraturan. Lebih lanjut dikatakan, prinsip – prinsip memilih permainan : beri
permainan yang dapat mengembangkan fisik, perlu ada keseimbangan antara
permainan yang bersifat tenang dan banyak bergerak, berikan macam-macam
permainan untuk memusatkan perhatian, sediakan permainan yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar, pilihlah permainan yang sesuai dengan usia
mereka, persiapkan seseorang untuk memimpin permainan. Berikan kesempatan untuk
menggunakan daya imaginasi dan kreativitas, keselamatan anak harus
diperhatikan.
Bentuk-bentuk permainan yang
berhubungan dengan lompat jauh yaitu sebagai berikut :
1. Lompat Tali Karet yang Dibentangkan M
elintang.
Siswa belajar lompat tanpa
menentukan tempat tumpuan, namun bidang pendaratan diberi tanda agar siswa
dapat menjadikan tanda tersebut sebagai suatu tingkat keberhasilan dalam lompatan.
A walan dapat diajarkan mulai dari satu langkah, dua lagkah dan seterusnya.
Mendarat dengan dua kaki, sikap seperti orang jongkok.
Ga mbar 5 :
Lom pat Tali Karet Dibentangkan Melintang Sumber : Mochamad Dju midar A.Wi dya
(2004:6 )
2. Lompat pada Lingkaran-Lingkaran Karet.
Melakukan lompatan dan mendarat
pada lingkaran-lingkaran karet. Tujuan pembelajaran ini untuk melatih
kecermatan dalam mengatur tempo/kecepatan hingga kedua kaki mampu mendarat di
lingkaran tersebut.
Gambar 6 :
Lompat pada Lingkaran-Lingkaran K ret. Sumber : Edd y Purnomo dan Dapan,
(2011:99)
3. Lompat Berturut-turut Melewati Gawang/kardus
Kegiatan ini menggunakan
gawang/kardus dengan jarak 6 – 8 meter dengan ketinggian gawang/kardus 30 – 50
cm. Anak melakukan gerakan melompat, menggunakan awalan dengan jarak pendek,
mendarat dengan kaki depan/ayun. Tujuan dari pembelajaran ini adalah menolak
dari suatu awalan pendek dan memperbaiki sikap menolak.
Gambar 7 :
Lompat Berturut-turut Melewati Gawang/ Kardus Sumber : Eddy Purnomo dan Dapan
(2011:100)
4. Melompati kardus/gawang
Kardus dapat disusun bervariasi,
dua lapis ke atas atau dua lapis ke depan dan mendarat dengan dua kaki. Tujuan
Pembelajaran ini adalah untuk merasakan sikap melayang.
Gambar 8 :
Melompati Gawang Kardus Sumber : Mochamad Djumidar A.Widya (2004:68)
B. Kerangka Berpikir
Banyak hal yang menyebabkan
pembelajaran lompat jauh menjadi kurang menarik bagi peserta didik, diantaranya
pembelajaran lompat jauh menjadi pembelajaran yang membosankan bagi peserta
didik. Sedangkan dalam proses pembelajaran lompat jauh, peserta didik pada saat
melakukan tolakan sering mengalami kesalahan. Sehingga berdampak pada belum
optimalnya kualitas pembelajaran lompat jauh, karena hasil pembelajaran lompat
jauh belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pembelajaran lompat jauh
merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dengan cara bimbingan, pemberian
pengetahuan atau materi lompat dari pelatih kepada pemain didalam suatu proses
pembelajaran yang terprogram.
Bermain merupakan salah satu kegiatan peserta didik yang
paling digemari. Hal tersebut dikarenakan aktifitas bermain bagi anak mempunyai
beberapa fungsi dan pengaruh,
diantaranya adalah bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak, bermain dapat
digunakan sebagai terapi, bermain dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan
anak, bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak, bermain dapat
mengembangkan tingkah laku sosial anak, dan bermain dapat mempengaruhi nilai
moral anak. Sehingga dibutuhkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta
didik, dengan memodifikasi gerakan lompat jauh dalam permainan. Bermain loncat
merupakan salah satu permainan yang mudah dilakukan dan sesuai dengan
pembelajaran lompat jauh.
Berdasarkan hal tersebut untuk
dapat meningkatkan hasil pembelajaran lompat jauh, maka perlu diterapkan suatu
pendekatan pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar bermain, dan aktif
terutama pembelajaran yang menyenangkan yaitu pendekatan bermain. Harapannya
dengan menggunakan pendekatan bermain akan berdampak pada meningkatnya hasil
pembelajaran, karena dengan model yang baru memungkinkan peserta didik kelas IV
dapat melakukan gerakan yang sempurna dan gerakan yang dilakukan akan mudah dan
menyenangkan
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir,
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran
lompat jauh dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan minat siswa.
2. Pembelajaran
lompat jauh dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh
siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek
penelitian adalah siswa kelas IV sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 12 siswa
putra dan 8 siswa putri. Sebagian besar latar belakang ekonomi siswa adalah
golongan menengah ke bawah karena mata pencaharian orangtua siswa adalah …………..
sebanyak ….. siswa, dan ……… sebanyak ….. siswa, serta …………….. sebanyak …..
siswa.
B. Tempat Penelitian
Tempat
penelitian tindakan kelas ini adalah di SD Negeri 09 Zed yang beralamat Rt……
Rw…… Desa……….. Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari
data,peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
C. Waktu/ Setting Penelitian
Waktu
pelaksanaan penelitian
dilakukan mulai bulan ……….. s.d
……….. 2013. Waktu dari
perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester ..... Tahun pelajaran 2012/
2013.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis
lakukan adalah berupa:
1.
Tes perbuatan yang meliputi proses melompat dan hasil
yang dicapai dari gerakan yang dilakukan.
2.
Teknik observasi digunakan pada saat mengamati siswa
pada kegiatan siklus I mauapun siklus II, yaitu membuat daftar/lembar pengamatan
terhadap siswa.
Adapun teknik pengumpulan data
penelitian ini diantaranya melalui tes praktik, observasi lapangan. Data
penelitian dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data meliputi :
sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data dan instrument yang digunakan.
Secara terperinci teknik
pengumpulan data pada penelitian dapat di diskripsikan dalam tabel sebagai
berikut:
No
|
Jenis
data
|
subyek
|
Teknik
pengumpulan
|
Instrumen
|
|
Aktivitas belajar
lompat jauh
|
Siswa
|
1.unjuk kerja
Ketangkasan lompat jauh.
|
Serangkaian gerak
ketangkasan lompat jauh
|
|
|
|
2.ujuk kerja Kemampuan
lompat jauh
|
Pedoman observasi
pelaksanaan kemampuan gerak dasar
lompat jauh (sesuai rubrik peneliana unjuk kerja pada RPP
|
|
Hasil belajar lompat
jauh
|
Siswa
|
Afektif
|
Skala sikap melalui
observasi lapangan (sesuai dengan rubrik penilaian aspek afektif pada RPP)
|
|
|
|
Kongnitif
|
Soal Tes (sesuai dengan
rubrik penilaian aspek kognitif pada RPP)
|
|
|
|
Psikomotori
|
Unjuk kerja praktik
yang meliputi kemampuan gerak dasar dan ketangkasan lompat jauh (sesuai dengan rubrik penilaian aspek
psikomotorik pada RPP)
|
E. Instrumen Penelitian
Sebelum pelaksanaan dimulai
penulis telah mempunyai daftar nilai, atau kumpulan hasil belajar siswa yang
dihasilkan sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan. Setelah kita mengetahui
hasil belajar dari pra siklus, maka sebelum melakasanakan siklus I dan siklus
II maka penulis menyiapkan daftar nilai perbuatan dan lembar observasi untuk
diberikan kepada teman sejawat, untuk diisi saat teman sejawat melaksanakan observasi
pembelajaran. Alat yang digunakan sebagai pengumpulan data adalah lembar
observasi/pengamatan sebagai nilai proses dan tes sebagai hasil akhir, serta
lembar angket kuisioner sebagai data ketuntasan dari siswa. Data yang diambil
dengan kegiatan observasi ini pelaksanaan tindakan saat pembelajaran. Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran lompat jauh apakan sudah sesuai dengan yang direncana
atau belum
F. Analisa Data
Data
yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas (PTK) dianalisi secara
deskriptif. Teknik analisi tersebut dilakukan karena sebagai besar data yang
dikumpulkan berupa uraian deskriptif tentang proses pembelajaran pada sub pokok
bahasan lompat jauh.
Setelah
kita melakukan tindakan siklus I dan siklus II maka hasil tes diperiksa. Hasil
periksaan ini selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi skor dan dilakukan penilaian. Secara kuatitatif, data
hasil belajar yang diperoleh dihitung rata-ratanya, dilihat ketuntasan
belajarnya, lalu hitung juga persentase ketuntasannya.
Untuk
mengetahui keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini ada indikantor
sebagai acuannya, yaitu meningkatkan
minat siswa dalam proses pembelajaran lompat jauh melalui bermain lompat jauh
sebagai alat pembelajaran. Secara kuatitatif
dapat dilihat dari perubahan rata-rata skor observasi dan dilihat dari respon
siswa terhadap pembelajaran melalui lembar pengamatan atau lembar observasi.
G. Prosedur Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, prosedur
atau langkah–langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan
dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan dua siklus, setiap siklusnya terdapat satu pertemuan.
1.
Siklus Pertama
a.
Perencanaan (planning)
1)
Pembuatan Skenario Pembelajaran
Dalam hal ini, peneliti membuat RPP sebagai dasar skenario
pembelajaran dengan indikator pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan
bermain
2)
Persiapan sarana dan sumber pembelajaran.
Mempersiapkan media pembelajaran berupa peluit, stopwatch,
cangkul, bak lompat, dan buku panduan lompat jauh.
3)
Persiapan instrument penelitian untuk
pembelajaran.
Mempersiapkan instrument yang sudah dibuat oleh peneliti
berupa lembar pengamatan, lembar observasi aktivitas siswa, angket tingkat kepuasan
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Instrument yang berupa lembar observasi dan
angket tersebut diberikan kepada kolaborator sebelum pembelajaran dimulai untuk
dipelajari terlebih dahulu oleh guru kolaborator yang kemudian akan diisi pada
saat tindakan berlangsung.
Setelah penelitian
selesai, peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan hasil dari penelitian
tersebut dan merencanakan tindakan selanjutnya, apakah akan mengulang pada
siklus pertama atau melanjutkan ke siklus kedua.
b.
Tindakan (Action)
1)
Guru mempersiapkan siswanya di halaman Sekolah dan
siswa dibariskan, kemudian mempresensi siswa.
2)
Guru memimpin doa sebelum memulai pembelajaran,
kemudian menyampaikan materi yang akan diberikan.
3)
Guru memberikan pemanasan berupa permainan “Cepat
dapat” beberapa menit kemudian dilanjutkan dengan streaching.
4)
Di bagian pertama, guru memberikan contoh gerakan
materi inti kepada siswa.
5)
Siswa dibariskan menjadi empat bersaf,
6)
Baris pertama jadi pelaku dan baris kedua jadi
pengamat, begitu selanjutnya.
7)
Pelaku melakukan tahapan dari sikap jalan, lari dan
lompat
8)
Pengamat melakukan pengamatan yang obyektif.
c.
Pengamatan (Observasi)
Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran lompat jauh yang dilakukan oleh pengamat.
d.
Refleksi (Reflection)
1)
Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus
pertama
2)
Mengkaji pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus
pertama
3)
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi
untuk digunakan pada siklus berikutnya
4)
Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus kedua.
2.
Siklus Kedua
Dalam siklus
kedua ini, perubahan model pembelajaran yang diberikan oleh guru penjasorkes.
Perubahan yang terjadi yaitu pada siklus pertama, siswa berkompetisi secara
individu, sedangkan siklus kedua siswa berkompetisi secara berkelompok yang
dibagi menjadi duabelas kelompok, yang
setiap kelompoknya terdapat empat anak.
a.
Perencanaan (planning)
1)
Pembuatan skenario pembelajaran
Dalam
hal ini, peneliti membuat RPP yang sudah di rubah sebagai dasar skenario
pembelajaran dengan indikator jalan, lari dan lompat
2)
Persiapan sarana dan sumber pembelajaran
Mempersiapkan
media pembelajaran berupa peluit, bendera, stopwatch, cangkul, bak lompat, dan
buku panduan lompat jauh.
3)
Persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran
Mempersiapkan
instrument yang sudah di buat oleh peneliti berupa lembar observasi aktivitas
siswa dan angket tingkat kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Instrument yang berupa lembar observasi dan angket tersebut diberikan kepada
guru kolaborator sebelum pembelajaran dimulai untuk dipelajari terlebih dahulu
oleh guru kolaborator yang nantinya akan diisi oleh guru kolaborator pada saat
tindakan berlangsung. Setelah penelitian selesai, peneliti dan guru kolaborator
mendiskusikan hasil dari penelitian tersebut dan merencanakan tindakan
selanjutnya, apakah akan mengulang pada siklus kedua atau tidak.
b.
Tindakan (action)
1)
Guru mempersiapkan siswanya di halaman sekolah dan
membariskannya.
2)
Guru memimpin doa sebelum pembelajaran, kemudian
memberikan penjelasan tentang materi yang akan diberikan.
3)
Guru menggunakan pemanasan dengan pola bermain mengarah
ke pembelajaran lompat jauh
4)
Di bagian pertama guru memberikan contoh gerakan yang
harus dilakukan siswa dalam pembelajaran inti.
c.
Pengamatan (observasi)
Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
gerak menimang bola yang dilakukan oleh guru kolaborator atau pengamat.
d.
Refleksi (reflection)
1)
Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus kedua
2)
Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan
siklus kedua.
3)
Evaluasi tindakan II
Untuk mendapatkan file secara lengkap silahkan klik disini