Thursday 28 August 2014

LAPORAN PKP : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PERANAN PARA TOKOH DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI ............... KECAMATAN ............... KABUPATEN .............





LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS







PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

UNTUK MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN IPS

MATERI PERANAN PARA TOKOH DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI ...............
KECAMATAN ............... KABUPATEN ...............




Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Tugas Akhir Program
dalam  Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP
Universitas Terbuka






Oleh

...............
NIM. ...............







UNIVERSITAS TERBUKA 
FAKULTAS KEGURUAN  DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ...............
2012



LEMBAR
IDENTITAS DAN PENGESAHAN

Laporan penelitian tindakan kelas ini disusun dan diajukan sebagai persyaratan dalam penyusunan laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional  (PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP  Universitas Terbuka UPBJJ ................

Nama Mahasiswa           : ...............
NIM                               : ...............
Program Studi                : S1 PGSD
Tempat Penelitian          : Sekolah Dasar Negeri ............... UPT Disdikpora Kecamatan ............... Kabupaten ...............
Pembelajaran                  :  Ilmu Pengetahuan  Sosial
Kelas/Semester               :  V / 2

Masalah yang merupakan fokus perbaikan yaitu :
1.      Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat  meningkatkan motivasi siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?
2.      Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat  meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia ?



..............., 17 Mei 2012
Menyetujui
Dosen Pembimbing



…………………….


Mahasiswa,




...............
NIM. ...............

ABSTRAK


............... NIM. ................ Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keberhasilan Pembelajaran IPS Materi Peranan Para Tokoh Dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................ FKIP Universitas Terbuka. 2012.
Tuntutan  karakteristik  pendidikan  IPS  sebagaimana  oleh  KTSP  masih  jauh  dari  yang  dimaksudkan.  Implementasi  KTSP  lebih  terfokus  pada  pembenahan  jenis-jenis  administrasi  pembelajaran, sedangkan  dalam  pelaksanaan  KBM  belum  menunjukkan  perubahan  yang  sangat  berarti.  Hal  ini  disebabkan  antara  lain,  pemberlakukan  KTSP  belum  disertai  dengan  pelatihan  bagi  guru-guru bagaimana  mengelola  pembelajaran  yang  sesuai  dengan  tuntutan  kurikulum.  Selain  itu,  fasilitas  pembelajaran  IPS  seperti  media  dan  alat  peraga,  kualitas  dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan akhri pembelajaran peneliti melakukan upaya perbaikan dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengam menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD pada pembelajaran IPS materi  peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tujuannya untuk dapat memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... pelajaran IPS materi  peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD. Dari pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa hasil penelitian membuktikan penerapan metode  Cooperative Learning Tipe STAD berhasil meningkatkan motivasi belajar dari 50% atau 12 siswa  pada studi awal menjadi, 66,67 atau 16 siswa, meningkat menjadi 83,33% atau 20 siswa dan pada akhir siklus ketiga menjadi 100% atau semua siswa termotivasi belajarnya dalam  pelaksanaan pembelajaran serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dimana nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal terus mengalami peningkatan dari 67,08 pada studi awal menjadi 72,50 pada siklus pertama, meningkat menjadi 79,17 dan pada akhir siklus ketiga menjadi 87,08, serta didukung dengan peningkatan ketuntasan belajar dari 5 siswa (20,83%) pada studi awal menjadi 10 siswa (41,67%) pada siklus pertama, 79,17% pada siklus kedua dan pada siklus terakhir menjadi 100% atau seluruh siswa dinyatakan tuntas belajarnya. Kesimpulannya adalah penerapan metode  Cooperative Learning Tipe STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan para tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia  terbukti  mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kata Kunci : cooperative learning tipe STAD, motivasi, hasil belajar



KATA PENGANTAR



Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan perbaikan pembelajaran pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Laporan PKP ini dapat peneliti selesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Rektor Universitas Terbuka
2.      Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
3.      Ketua Jurusan Pendidikan FKIP Universitas Terbuka
4.      Kepala UPBJJ Universitas Terbuka ...............
5.      Drs. …………, selaku Dosen  Pembimbing yang telah membimbing mahasiswa dengan sabar.
6.      Kepala SD Negeri ............... beserta Dewan Guru yang telah menyediakan sarana prasarana selama penelitian
7.      Teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian dari awal sampai dengan selesai.
8.      Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Karena keterbatasan peneliti, maka penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran-saran dan kritik dari pembaca sangat peneliti harapkan. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
                                                                                                     
                                                                                    ...............,    Mei  2012

                                                                                                Penulis



DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.............................................................................................       i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN..............................................      ii
ABSTRAK.........................................................................................................     iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................     iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................      v
DAFTAR TABEL..............................................................................................     vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................    vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................   viii

BAB      I      PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah.........................................................     1
B.   Rumusan Masalah ..................................................................      4
C.   Tujuan Penelitian....................................................................      4
D.  Manfaat Penelitian..................................................................      5
BAB      II     TINJAUAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori ...........................................................................      6
B.   Hasil Penelitian yang Relevan................................................    28
C.   Kerangka Berpikir .................................................................    32
D.  Hipotesis Tindakan ................................................................    34
BAB     III    PELAKSANAAN PENELITIAN
A.  Setting  Penelitian ..................................................................    35
B.   Subjek Penelitian ...................................................................    35
C.   Data dan Sumber Data ..........................................................    35
D.  Teknik Pengumpulan Data ....................................................    37
E.   Validitas Data ........................................................................    38
F.   Teknik Analisa Data ..............................................................    39
G.  Kriteria Keberhasilan .............................................................    40
H.  Prosedur Penelitian ................................................................    40

BAB     IV    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Pelaksanaan Penelitian............................................................    44
B.   Hasil Penelitian ......................................................................    61
C.   Pembahasan............................................................................    76

BAB      V     SIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan.............................................................................    81
B.   Saran dan Tindak Lanjut........................................................    81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

TABEL                                                                                                       Halaman

4.1    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................      62

4.2    Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar  Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia....................................      63

4.3    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................      66

4.4    Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia............................................      67

4.5    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................      69

4.6    Rekapitulasi Motivasi Belajar  Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................      71

4.7    Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia............................................      72

4.8    Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar  Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia...........      74










DAFTAR GAMBAR
GAMBAR                                                                                                  Halaman

2.1    Kerangka Berpikir ...................................................................................      33

4.1    Suasana Sidang BPUPKI (Sumber : Buku IPS 5, Reny, dkk, 2010 : 123)                    46

4.2    Suasana Pengibaran Bendera Merah Putih setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Sumber : Buku IPS 5, Syam, dkk, 2010 : 103) ................................................................      48
                                                  
4.3    Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Hasil Dan Ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran...........................................................................      73

4.4    Diagram Batang Peningkatan Motivasi Belajar  Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran    ................................................................................................................. 74



 
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN                                                                                              Halaman

1.      Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I...............................................      86
2.      Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II..............................................      99
3.      Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III............................................    110
4.      Lembar Observasi Guru...........................................................................    121
5.      Lembar Observasi Terhadap Siswa..........................................................    123
6.      Format Kesediaan sebagai Teman Sejawat dalam Penyelenggaraan PKP                    124
7.      Surat Keterangan Pengamat....................................................................    125



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pada  pasal  3  Undang-undang  No.  20  Tahun 2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya,  masyarakat  bangsa  dan  negara.  Yang  bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang  beriman  dan  bertakwa  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta  bertanggung jawab.
Tuntutan  karakteristik  pendidikan  IPS  sebagaimana  oleh  KTSP  masih  jauh  dari  yang  dimaksudkan.  Implementasi  KTSP  lebih  terfokus  pada  pembenahan  jenis-jenis  administrasi  pembelajaran, sedangkan  dalam  pelaksanaan  KBM  belum  menunjukkan  perubahan  yang  sangat  berarti.  Hal  ini  disebabkan  antara  lain,  pemberlakukan  KTSP  belum  disertai  dengan  pelatihan  bagi  guru-guru bagaimana  mengelola  pembelajaran  yang  sesuai  dengan  tuntutan  kurikulum.  Selain  itu,  fasilitas  pembelajaran  IPS  seperti  media  dan  alat  peraga,  kualitas  dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai.
Hasil penelitian awal yang telah peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Harapannya selain siswa dapat mengalami proses belajar yang benar juga berhasil mencapai suatu kompetensi yang menjadi target pembelajaran.  Harapan yang demikian itu nyata belum bisa dipenuhi oleh seluruh siswa kelas V SD Negeri ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................
Hal ini dibuktikan dengan hanya lima siswa yang mencapai nilai standar KKM (80) ke atas dari  24 siswa atau 20,83%, dengan motivasi belajar siswa yang hanya mencapai angka 50% atau hanya 12 siswa dari 24 siswa serta perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 67,07.  Rendahnya  hasil  belajar dan motivasi  belajar  IPS  dipengaruhi oleh  berbagai  faktor.  Faktor  yang  mendukung  pelaksanaan  pembelajaran  pada  dasarnya sangat kompleks dan bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang  paling mendasar dan menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran diantaranya  sarana  dan  prasarana  yang  memadai,  situasi  dan  kondisi  yang  kondusif,  faktor  guru, faktor siswa, termasuk pemilihan dan penggunaan model pembelajaran.
Diantara  berbagai  model  pembelajaran,  satu  diantaranya  adalah  model  cooperative learning tipe STAD, yaitu pembelajaran berkelompok dimana siswa dapat saling  membantu dalam proses pembelajaran sehingga siswa yang kurang dapat dibantu  oleh  teman  kelompoknya  selain  oleh  guru  sebagai  pembimbing.  Model  ini  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  belajar  secara  bersama-sama  atau  gotong  royong  sehingga  makna  kebersamaan  sangat  dominan.  Selain  itu,  model  ini  dapat  mengaktifkan  siswa  dalam  belajar  karena  siswa  didorong  untuk mengemukakan pendapat atau menyanggah berbagai masalah  yang diajukan oleh  rekan sekelompoknya.
1.    Identifikasi Masalah
Upaya untuk mengatasi hal sebagaimana uraian di atas, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
a.    Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat adalah yang menjadi pemicu perilaku guru saat mempelajari siswa hingga tidak banyak berbuat sesuatu demi keberhasilannya.
b.    Kreativitas siswa untuk menanyakan sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
c.    Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan mereka tidak tuntas belajar karena kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran
d.   Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
e.    Ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
f.     Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru tidak kondusif, dan memberikan kesan menyenangkan siswa saat belajar materi pembelajaran.
2.    Analisis Masalah
Melalui refleksi diri, kaji literatur, dan diskusi dengan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat dapat diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan rendahnya hasil belajar serta motivasi belajar siswa adalah :
a.    Model pembelajaran yang diambil tidak tepat sehingga guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
b.    Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
c.    Guru tidak mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
d.   Guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih aktif.
e.    Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
f.     Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil
Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah :
a.    Memperbaiki proses pembelajaran  IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD.
b.    Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
Atas dasar itu peneliti merasa terpanggil untuk melakukan upaya perbaikan, karena jika hal tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi sumber utama penyebab turunnya hasil dan motivasi belajar siswa saat mempelajari materi pembelajaran selanjutnya. Seiring dengan menurunnya motivasi belajar siswa berarti pula pada menurunnya kualitas belajar. Sebelum hal ini terjadi pada siswa, akan lebih baiknya jika diupayakan segera solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan harapan dapat  meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................

B.     Perumusan Masalah
1.    Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat  meningkatkan motivasi siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?
2.    Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat  meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia ?

C.    Tujuan Penelitian
Upaya melakukan penelitian perbaikan pembelajaran ini tidak lepas dari tujuan yang diharapkan, yaitu sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa mata kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... pelajaran IPS materi  peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia setelah menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD
2.    Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia setelah menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD.

D.    Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis  :
  1. Manfaat Teoritis
Melalui  kegiatan  penelitian  ini  diperoleh  alat  dan  teknik  penunjang  yang lebih realistis dan aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan model Cooperative Learning tipe STAD pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
  1. Manfaat Praktis
a.       Siswa dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar yang telah diperolehnya.
b.      Guru dapat memperbaiki kinerjanya secara profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan meningkat dan ikut serta berperan aktif dalam rangka mengembangkan inovasi pembelajaran khususnya untuk bidang studi IPS pada tingkat Sekolah Dasar.
c.       Membantu sekolah untuk terus berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan siswa yang menunjukkan lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sekolah lain.
 




BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.      Kajian Teori

1.    Model Pembelajaran
Model  pembelajaran  merupakan  suatu  perencanaan  atau  suatu  pola  yang  digunakan  sebagai  pedoman  dalam  merencanakan  pembelajaran  di  kelas  atau  pembelajaran  dalam  tutorial  dan  untuk  menentukan  perangkat-perangkat  pembelajaran termasuk di dalam buku- buku , film, computer, kurikulum dan lain-lain  (Joyce, 1992:4 ).  Selanjutnya  Joyce  menyatakan  bahwa  setiap  model  pembelajaran  mengarahkan  kita  ke  dalam  mendesain  pembelajaran  untuk  membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati,2000: 20) mengemukakan maksud  dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang  sistematik  dalam  mengorganisasikan  pengalaman  belajar  untuk  mencapai  tujuan  belajar  tertentu,  dan  berfungsi  sebagai  pedoman  bagi  para  perancang  pembelajaran  dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian  aktivitas  pembelajaran  benar-benar  merupakan  kegiatan  bertujuan  yang  tertata  secara sistematik.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,  metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak  dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain ialah :
1)   Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.
2)   Landasan  pemikiran  tentang  apa  dan  bagaimana  siswa  belajar  (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3)   Tingkah  laku  mengajar  yang  diperlukan  agar  model  tersebut  dapat  dilaksanakan  dengan berhasil.
4)   Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur , 2000 : 9 )
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang  luas dan menyeluruh.  Model-model  pembelajaran  dapat  diklasifikasikan  berdasarkan  tujuan  pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai  contoh  pengklasifikasian  berdasarkan  tujuan  adalah  pembelajaran  langsung,  suatu  model  pembelajaran  yang  baik  untuk  membantu  siswa  mempelajari  keterampilan  dasar  seperti  tabel  perkalian  atau  topik-topik  yang  banyak  berkaitan  dengan  penggunaan alat.
Tiap-tiap  model  pembelajaran  membutuhkan  sistem  pengelolaan  dan  lingkungan  belajar  yang  sedikit  berbeda.  Misalnya,  model  pembelajaran  kooperatif  memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang  mudah  dipindahkan.  Pada  model  pembelajaran  diskusi  para  siswa  duduk  di  bangku  yang    di  susun  secara  melingkar  atau  seperti  tapal  kuda.  Sedangkan  model  pembelajaran langsung siswa duduk secara berhadap hadapan dengan guru.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model  pembelajaran  yang  paling  sesuai  dengan  tujuan  yang  akan  dicapai.  oleh  karena  itu  dalam  memilih  suatu  model  pembelajaran  harus  memiliki  pertimbangan-pertimbangan.  Misalnya  materi  pelajaran,  tingkat perkembangan kognitif  siswa, dan  sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain  model  tersebut  (pembelajaran  konsep  langsung,  presentasi,  kooperatif,  berdasarkan  masalah  diskusi  kelas)  di  atas  dalam  melaksanakan  pembelajaran  berbasis  kompetensi,  dikembangkan  pula  model  pembelajaran  seperti  learning strategies (strategi – strategi belajar), pembelajaran berbasis inkuiri, active learning ,  quantum  learning,  dan  masih  banyak  lagi  model  –model  lain  yang  semuanya  dapat  digunakan  untuk  memperkaya  pelaksanaan  pembelajaran  berbasis  kompetensi  di kelas. Dengan demikian meprupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk  mempelajari  dan  menambah  wawasan  tentang  model  pembelajaran  yang  telah  diketahui.  Model  pembelajaran,  maka  seorang  guru  akan  merasakan  adanya  kemudahan  di  dalam  pelaksanaan  pembelajaran  di  kelas,  sehingga  tujuan  pembelajaran  yang  hendak  kita  capai  dalam  proses  pembelajaran  dapat  tercapai  dan  tuntas sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.    Model Cooperative Learning  
a.    Pengertian Coopertive Learning
Model  cooperative  learning  atau  model  pembelajaran  gotong  royong  ini  didasari  oleh  falsafah  homo  homoni  socius,  yang  menekankan  manusia  adalah  makhluk  sosial.  Ini  mengandung  arti,  kerja  sama  merupakan  kebutuhan  sangat  penting  bagi  kelangsungan  hidup  manusia.  Model  cooperative  learning  menekankan  pada  pemberian  kesempatan  belajar  yang  lebih  luas  dan  suasana  yang  kondusif  kepada  siswa  untuk  memperoleh  dan  mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat  bagi kehidupannya di masyarakat.
Cooperative  learning  ini  dianggap  perlu  dalam  pendidikan,    karena  tidak  setiap  orang  bisa  dan  mampu  bekerja  sama.  Tidak  ada  seorang  pun  yang  sejak  lahir  mempunyai  kemampuan  untuk  bekerja  sama  dengan  baik.  Kemampuan  itu  harus  dipelajari.  Ini  termasuk  yang  disebut  dengan  social-skill  atau  kecakapan  hidup  bermasyarakat.    Melalui  belajar  bekerja  sama  akan  muncul  berbagai  sikap  sosial  yang  positif,  di  antaranya  saling  menghargai  dan  menghormati,  toleransi,  tenggang rasa, kemampuan mengendalikan emosi, kesediaan untuk saling berbagi  (take and give).
Terdapat beberapa definisi pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning  yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai berikut :
1)   Davidson dan Korl (Sutardi dkk, 2007: 57), mendefinisikan bahwa   “Pembelajaran  kooperatif  (cooperative  learning)  ialah  kegiatan  yang  berlangsung  di  lingkungan  belajar  siswa  dalam  kelompok  kecil  yang  saling  berbagi  ide-ide  dan  bekerja  secara  kolaboratif  untuk  memecahkan  masalah- masalah yang ada dalam tugas mereka ”.
2)   Karli dan Margaretha (2004: 47) menjelaskan bahwa “Model  belajar  kooperatif  adalah  suatu  strategi  belajar  mengajar  yang  menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu  diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang  terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah ”.
3)   Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 240)  “Pembelajaran  kooperatif  (cooperative  learning)  merupakan  model  pembelajaran  dengan  menggunakan  sistem  pengelompokan  tim  kecil,  yaitu  antara  empat  sampai  enam  orang  yang  mempunyai  latar  belakang  akademis,  jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda”. Melalui  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  yang  dimaksud  dengan  model  cooperative  learning  adalah  cara  belajar  bersama sama  dalam  sebuah  kelompok  heterogen  yang  terdiri  atas  dua  orang  atau  lebih  yang  saling  membantu  antar  satu  dengan  yang  lainnya  untuk  membahas  dan  menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah.
b.    Prinsip Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif  atau Cooperative Learning setidaknya memiliki lima  prinsip yaitu:
1)   Belajar siswa aktif ( student active learning )   
Proses  pembelajaran  berpusat  pada  siswa,  aktivitas  belajar  lebih  dominan  oleh  siswa,  pengetahuan  yang  dibangun  dan  ditemukan  adalah  belajar  bersama-sama  dengan  anggota  kelompok  sampai  masing-masing  siswa  memahami  materi  pembelajaran dan diakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual.
2)   Belajar bekerjasama (Cooperative Learning)
Proses  pembelajaran  dilalui  dengan  bekerjasama  dalam  kelompok  untuk  membangun  pengetahuan  yang  tengah  dipelajari.    Prinsip  pembelajaran  inilah  yang  melandasi  keberhasilan  penerapan  model  cooperative  learning.  Seluruh  siswa  terlibat  secara  aktif  dalam  kelompok  untuk  melakukan  diskusi,  memecahkan  masalah  dan  mengujinya  secara  bersama.  Pengetahuan  yang  diperoleh hasil kerjasama diyakini lebih bernilai permanen.
3)   Pembelajaran Parsipatorik (Participatoric learning)
Melaui model pembelajaran ini, siswa belajar dengan melakukan sesuatu atau  learning  by  doing    secara  bersama-sama  untuk  menemukan  dan  membangun  pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
4)   Mengajar Reaktif (Reactive teaching)
Motivasi  siswa  dapat  dibangkitkan  jika  guru  mampu  menciptakan  suasana  belajar  yang  menyenangkan  dan  menarik  serta  dapat  meyakinkan  siswanya  akan  manfaat pelajaran untuk masa depan mereka. 
5)   Pembelajaran yang menyenangkan ( Joyfull learning)
Pembelajaran yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru  di luar mapun di dalam kelas.
c.    Tujuan Cooperative Learning  
Model Cooperative Learning berbeda dengan pengajaran langsung atau direct  learning.  Model  ini  disamping  dikembangkan  untuk  mencapai  hasil  belajar  akademik juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial di sekolah dasar  serta  mengajarkan  kepada  siswa  keterampilan  bekerjasama  dan  kolaborasi.  Keterampilan  ini  sangat  penting  untuk  membekali  siswa  kelak  untuk  hidup  di  masyarakat  yang  banyak  berhubungan  dengan  orang  dewasa  dan  dalam  kegiatan  berorganisasi yang penuh saling ketergantungan satu sama lain, apalagi mengingat  keragaman budaya yang semakin cepat berkembang.
Model  pembelajaran  kooperatif  dikembangkan  untuk  mencapai  setidak  – tidaknya  tiga  tujuan  pembelajaran  penting,  yaitu  hasil  belajar  akademik,  penerimaan  terhadap  keragaman,  dan  pengembangan  keterampilan  sosial.  Efek penting  yang  pertama  pembelajaran  kooperatif  bertujuan  untuk  meningkatkan kinerja  siswa  dalam  tugas-tugas  akademik.  Beberapa  ahli  berpendapat  bahwa  model  ini  unggul  dalam  membantu  siswa  memahami  konsep-konsep  yang  sulit.
Di  samping  mengubah  norma  yang  berhubungan  dengan  hasil  belajar,  pembelajaran  kooperatif  dapat  memberikan  keuntungan  baik  pada  siswa  kelompok  bawah  maupun  kelompok  atas  yang  bekerja  bersama  menyelesaikan  tugas-tugas  akademik.  Siswa  kelompok  atas  akan  menjadi  totur  bagi  siswa  kelompok  bawah,  jadi  memperoleh  bantuan  khusus  dari  teman  sebaya,  yang  memiliki orientasi dan bahasa yang sama. 
d.   Unsur-unsur dan Karakteristik Cooperative Learning
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif  adalah sebagai berikut :
1)        Siswa dalam kelompoknya harus merasakan bahwa mereka sama. 
2)        Siswa  bertanggung  jawab  atas  segala  sesuatu  di  dalam  kelompoknya,  seperti milik mereka sendiri. 
3)        Siswa  harus  melihat  bahwa  semua  anggota  di  dalam  kelompoknya  memiliki tujuan yang sama. 
4)        Siswa  harus  membagi  tugas  dan  tanggung  jawab  yang  sama  diantara  anggota kelompoknya. 
5)        Siswa  akan  dievaluasi  atau  diberikan  penghargaan  yang  juga  akan  dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6)        Siswa  berbagi  kepemimpinan  dan  mereka  membutuhkan  keterampilan  untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 
7)        Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang  ditangani dalam kelompok kooperatif.
Beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif,  antara lain :
1)        Individual  Acountability  atau  tanggung  jawab  individu  yaitu  :  bahwa  setiap  individu  dan  dalam  kelompok  mempunyai  tanggung  jawab  untuk  menyelesaikan  permasalahan  yang  dihadapi  kelompok  secara  tuntas,  sehingga  keberhasilan  kelompok  sangat  ditentukan  oleh  tanggung  jawab  setiap anggota.
2)        Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik  siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri demi kepentingan kelompok.
3)        Positve  Interdependence  yaitu  sifat  yang  menunjukan  saling  ketergantungan  satu  terhadap  yang  lainnya  didalam  kelompok  secara  positif.
4)        Group  Processing,  proses  perolehan  jawaban  permasalahan  dikerjakan  oleh kelompok secara bersama-sama. (Karli dan Margaretha, 2004: 49).
3.    Cooperative Learning Teknik STAD
Salah  satu  model  pembelajaran  kooperatif  adalah  model  Student  Team  Achievement  Divisions  (STAD).  STAD  adalah  salah  satu  tipe  pembelajaran  kooperatif  yang  sederhana.  Model  pembelajaran  Cooperative  Learning  Tipe  STAD  adalah  model  pembelajaran  dengan  strategi  kelompok  belajar  yang  terdiri  dari 4 sampai 5 siswa yang heterogen dari kemampuan belajarnya, ada siswa yang  kemampuan belajarnya tinggi, sedang maupun rendah. 
Dalam  kelompok  tersebut  ada  tanggung  jawab  bersama,  jadi  setiap  anggota aling  membantu  untuk  menutupi  kekurangan  temannya.  Ada  proses  diskusi, saling  bertukar  pendapat,  menghargai  pendapat,pembelajaran  teman  sebaya. kepemimpinan  dalam  mengatur  pembelajaran  di  kelompoknya  sehingga  yang  terjalin  adalah  hubungan  positif.  Guru  menyajikan  pelajaran  kemudian  siswa  bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai  pelajaran  tersebut.  Akhirnya  seluruh  siswa  diberi  kuis  tentang  materi  itu  dengan  catatan  saat  kuis  mereka  tidak  boleh  saling  membantu.  Tipe  pembelajaran  inilah  yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS.  Keunggulan  dari  metode  pembelajaran  kooperatif  teknik  STAD  adalah  adanya  kerja  sama  dalam  kelompok  dan  dalam  menentukan  keberhasilan  kelompok  tergantung  keberhasilan    individu,  sehingga  setiap  anggota  kelompok  tidak  bisa  menggantungkan  pada  anggota  yang  lain.  Pembelajaran  kooperatif  teknik STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling  memotivasi  saling  membantu  dalam  menguasai  materi  pelajaran  guna  mencapai  prestasi yang maksimal. 
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1)   Guru memberikan penjelasan
Jelasnya  guru  menerangkan  (ekspositori)  materi  baru,  memberi  contoh  cara  mengerjakan soal baru, meragakan keterampilan baru dsb. 
2)   Murid belajar dalam tim atau kelompok
Dalam tim atau kelompok itu murid-murid secara bersama memperdalam atau   memperluas  materi  pelajaran,  atau  menderes  (mengulang  menghapalkan)  materi  pelajaran),  atau  berlatih  bersama-sama  (bekerja  sama)  mengerjakan  soal-soal (“quiz latihan,” LKS, dsb.). Jadi, untuk tahap kedua STAD itu (kerja  tim)   guru  harus  menyediakan  tugas  yang  harus  dikerjakan  oleh  semua kelompok.  Misalnya  murid  bersama-sama  berlatih  menghitung  luas  segi  tiga  dengan ukuran yang berbeda-beda yang sudah disediakan guru.


3)   Tes akhir sesi
Pada  akhir  sesi,”  bisa  akhir  satu  pertemuan,  dua  pertemuan,  atau  tiga  pertemuan,  tergantung  pada  isi  pokok  bahasan  atau  materi  pelajaran,  dan  perkiraan  siswa  dapat  menangkap  atau  menguasai  pelajaran,  diadakanlah  tes  individual, dengan “quiz tes,” misalnya. Dalam tes ini tentu tidak ada lagi kerja  sama.
4)   Penilaian dan pemberian penghargaan. 
Tes  akhir  sesi  dikoreksi  (dinilai)  guru  untuk  nantinya  diberitahukan  kepada  seluruh  siswa.  Ada  pemberian  bonus  atau  penghargaan  (tidak  harus  selalu  berupa materi) kepada tim terbaik.   
Model  Cooperative  Learning  teknik  STAD  menitikberatkan  pada  kerjasama  dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Ini tidak  berbeda  dengan  belajar  humanistik  yaitu  memberikan  kebebasan  kepada  siswa  untuk memilih bahan pelajarannya dan cara mempelajarinya sesuai dengan motivasi  dan kemampuannya, tentu saja kebebasan ini tidak keluar dari kerangka belajar.
4.    Hakikat Pembelajaran IPS
a.    Pengertian Pendidikan IPS
Pendidikan  adalah  usaha  manusia  untuk  mendewasakan  anak  sesuai  dengan  cita-cita  masyarakat.  Usaha  pendidikan  itu  sendiri  dilaksanakan  dalam  bentuk proses  pengajaran  di  sekolah-sekolah  dasar  sebagai  suatu  intitusi  sosial  yang  diharapkan mampu  mendidik anak dalam rangka mencapai cita-cita tersebut. Ilmu  pengetahuan  sosial  merupakan  suatu  bidang  studi  yang  didalamnya merupakan  kombinasi  atau  hasil  perpaduan  dari  sejumlah  mata  pelajaran  seperti geografi, sejarah, ekonomi-politik, sosiologi, antropologi, dan tata Negara.
Sedangkan  menurut  Berhard  G.  Killer  (1992:6)  pada  garis  besar  menyatakan  bahwa:  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  adalah  studi  yang  memberikan  pemahaman/pengertian-pengertian  tentang  cara-cara  manusia  hidup,  tentang  kebutuhan-kebutuhan  dasar  manusia,  tentang  kegiatan-kegiatan  dalam  usaha  memenuhi  kebutuhan  itu  dan  tentang  lembaga-lembaga  yang  dikembangkan  sehubungan dengan hal-hal tersebut.
Menurut Hasan (1996:5), menyatakan bahwa : Pendidikan IPS dapat diartikan  sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan  cara bekerja berbagai disiplin ilmu sosial.” 
Pendidikan  IPS  merupakan  perwujudan  dari  suatu  pendekatan  interdisipliner  dari  ilmu-ilmu  sosial,  Pendidikan  IPS  merupakan  integrasi  dari  berbagai  cabang  ilmu-ilmu  sosial  seperti  geografi,  sejarah,  ekonomi,  sosiologi,  antropologi  dan  sebagainya yang disajikan secara psikologis untuk kepentingan pendidikan.  Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Ischak SU (1997:130) adalah :  Bidang  studi  yang  mempelajari,  menelaah,  menganalisis  gejala  dan  masalah  sosial  dimasyarakat  dengan  meninjau  dari  berbagai  aspek  kehidupan  atau  satu  perpaduan  berkenaan  dengan  gejala  dan  masalah  kehidupan  masyarakat  bukan  pada  teori  dan  keilmuannya,  melainkan  pada  kenyataan  hidup  bermasyarakat  dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan  uraian  di  atas  jelaslah  bahwa  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  erat  kaitannya  dengan  manusia  sebagai  anggota  masyarakat  dan  interaksinya  dengan  dunia  sekitarnya.  Selain  itu  ,  perhatian  ditujukan  pula  pada  cita-cita  hidup  dan  bekerja  sama  memperhatikan  lingkungan  untuk  memperoleh  dan  memenuhi  kebutuhan  manusia,  adat  istiadat,  nilai-nilai  hidup,  situasi  hidup  dan  kebudayaan  yang dinamis untuk mencapai suatu kehidupan sosial bermasyarakat  yang serasi,  selaras dan seimbang.
b.    Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran IPS di SD
Pendidikan  IPS  harus  berperan  bagi  anak  dalam  mengembangkan  berbagai  aspek kehidupan dalam masyarakat. Peranan dalam pendidikan IPS  meliputi :
1)   Sosialisasi, membantu anak didik menjadi anggota masyarakat yang berguna.
2)   Pengambilan  Keputusan,  membantu  anak  didik  mengembangkan  keterampilan berfikir dan keterampilan akademis.
3)   Sikap  dan  nilai,  membantu  anak  didik  menandai,  mengembangkan  keterampilan,  dan  nilai  diri  sendiri  dalam  hubungannya  dalam  dengan  kehidupan masyarakat sekitar.
4)   Kewargaan Negara, membantu anak didik menjadi warga Negara yang baik.  
5)   Pengetahuan,  tanggap  dan  peka  terhadap  perkembangan  pengetahuan  dan  teknologi, serta dapat mengambil manfaatnya.
Tujuan  umum  pembelajaran  IPS  di  sekolah  dasar  adalah  agar  siswa  mampu  mengembangkan  pengetahuan  dan  keterampilan  dasar  yang  berguna  bagi  dirinya  dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan  Pendidikan  IPS  pada  umumnya  berlaku  secara  universal  (Jarolimek,  1982)  yang  menggambarkan  bahwa  pendidikan  IPS  merupakan  bentuk  pengetahuan,  keterampilan,  nilai  dan  sikap  yang  memungkinkan  anak  berpartisipasi dalam kelompoknya, kelompok utama dalam keluarga dan sekolah,  selanjutnya  dalam  masyarakat  yang  lebih  luas  dalam  kelompok  bangsa  dan  negaranya  dan  akhirnya  masyarakat  dunia.  Brucee  Joyce  (1989:99)  terdapat  tiga  tujuan pendidikan IPS, yaitu : 1)  Pendidikan humanistic sebagai tujuan utama, 2)  Pendidikan kewarganegaraan, dan 3)  Pendidikan Intelektual.
Sedangkan Gross (1988:45) dua tujuan utama Pendidikan IPS, yaitu : 1)  Mempersiapkan  siswa  agar  dapat  berfungsi  sebagai  warga  Negara  yang  baik di dalam masyarakat yang demokratis, dan 2)  Menolong  siswa  membuat  banyak  kemungkinan  keputusan  yang  rasional  di masyarakat.
Dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD   adalah  agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1)  Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat  dan  lingkungannya, 
2)  Memiliki  kemampuan  dasar  untuk  berpikir  logis  dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan  dalam  kehidupan  sosial, 
3)  Memiliki  komitnen  dan  kesadaran  terhadap  nilai-nilai  sosial  dan  kemanusiaan, 
4)  Memiliki  kemampuan  berkomunikasi,  kerja  sama  dan  berkompetisi  dalam  masyarakat  yang  majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006 : 575).

Sesuai dengan uraian di atas, jelaslah bahwa pembelajaran IPS mempunyai  peranan  dan  tujuan  yang  sagat  penting  bagi  kehidupan  manusia  baik  dalam  kedudukannya sebagai mahluk pribadi maupun mahluk sosial.
c.    Karakteristik Pembelajaran IPS di SD
Djahiri dalam Sapriya, dkk (2006:8) mengungkapkan pembelajaran IPS  memiliki karakteristik sebagai berikut :
1)        IPS  berusaha  mempertautkan  teori  ilmu  dan  fakta  atau  sebaliknya  (menelaah fakta dari segi ilmu).
2)        Penelaahan  dan  pembahasan  IPS  tidak  hanya  dari  satu  bidang  disiplin  ilmu  saja,  melainkan  bersifat  kompehernsif  (meluas/dari  berbagai  ilmu  sosial  dan  lainnya,  sehingga  berbagai  konsep  ilmu  secara terintegrasi  terpadu)  digunakan  untuk  menelaah  satu  masalah/tema/topik.
3)        Mengutamakan  peran  aktif  siswa  melalui  proses  belajar  inkuiri  agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.
4)        Program  pembelajaran  disusun  dengan meningkatkan atau menghubungkan  bahan-bahan  dari  berbagai  disiplin  ilmu  sosial  dan lainnya  dengan  kehidupan  nyata  di  masyarakat,  pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik / alam maupun budayanya.
5)        IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya  proses  internalisasi  secara  mantap  dan  aktif  pada  diri  siswa  agar  siswa  memiliki  kebiasaan  dan  kemahiran  untuk  menelaah  permasalahan  kehidupan nyata pada masyarakatnya.
6)        IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antara  manusia yang bersifat manusiawi.
7)        Pembelajaran  tidak  hanya  mengutamakan  pengetahuan  semata,  tetapi juga nilai dan keterampilnya.
8)        Berusaha  memuaskan  setiap  siswa  yang  berbeda  melalui  program  maupun  pembelajarannya  dalam  arti  memperhatikan  motivasi  siswa  dan  masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9)        Dalam  pengembangan  program  pembelajaran  senantiasa  melaksanakan  prinsip-prinsip,  karakteristik  (sifat  dasar)  dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.
d.   Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran  IPS  di  tingkat  Sekolah  Dasar  harus  memperhatikan  kebutuhan anak yang berusia antar 6 – 12 tahun. Pemilihan metode mengajar juga  harus  didasarkan  pada  kebutuhan,  kemampuan,  dan  kekhasan  bahan  pelajaran.  Berdasarkan  Kurikulum  KTSP  Departemen  Pendidikan  Nasional  menyatakan  bahwa tujuan IPS di tingkat sekolah dasar dan menengah adalah :
1)        Mengenal  konsep-konsep  yang  berkaitan  dengan  kehidupan  masyarakat  dan lingkungannya.
2)        Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,  inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3)        Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan.
4)        Memiliki  kemampuan  berkomunikasi,  bekerjasama  dan  berkompetisi  dalam  masyarakat  yang  majemuk,  di  tingkat  lokal,  nasional,  dan  global  (Departemen Pendidikan Nasional , 2008 : 162 ).  
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek – aspek sebagai berikut  1) manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, dan 3) sistem sosial dan budaya.
5.    Pengertian Belajar
Menurut  Herman  Hudoyo  (Irman.  2010:7)  belajar  adalah  suatu  proses  mendapat  pengetahuan  atau  pengalaman  sehingga  mengubah  tingkah  laku. Melalui  proses  belajar  maka  seseorang  akan  mengalami  perubahan  yang kompleks.  Perubahan  dapat  terjadi  pada  tingkah  laku,  penambahan pengetahuan, sikap, keterampilan, serta kecakapan.
Menurut  Piaget  (2004:3)  manusia  tumbuh,  beradaptasi  dan  berubah melalui  perkembangan  fisik,  perkembangan  kepribadian,  perkembangan  sosioemosional dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar  bergantung  kepada  seberapa  jauh  anak  memanipulasi  dan  aktif  dalam berinteraksi sebagian besar dengan lingkungannya.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Belajar  sangat  ditentukan  oleh  kondisi  dan  lingkungan,  namun  paling besar ditentukan oleh lingkungan individu itu sendiri yang mencakup rumah, letak  geografis  dan  fisik  sekolah  serta  berbagi  lingkungan  social  lainnya. Selain  itu  proses  belajar  ditandai  dengan  perubahan  tingkah  laku  secara keseluruhan,  dari  yang  paling  sederhana  yang  bersifat  reflektif  sampai  ke yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah.
Dalam  keseluruhan  proses  pendidikan  disekolah,  kegiatan  belajar  merupakan  kegiatan  yang  paling  pokok.  Ini  berarti  bahwa  berhasil  tidaknya  pencapaian  tujuan  pendidikan  banyak  bergantung  kepada  bagaimana  proses  belajar  yang  dialami  oleh  siswa  sebagai  anak  didik (Slameto. 2003:45).  Belajar  itu  sendiri adalah  suatu  perubahan  dalam  perilaku,  keterangan,  pengetahuan,  pemahaman,  sikap,  keterampilan  atau  kemampuan  yang  dapat  dipertahankan  dan  tidak  dapat  dianggap  berasal  dari  pertumbuhan  jasmaniah  atau  pengembangan  polapola  perilaku  yang  terwariskan. 
6.    Motivasi Belajar
a.       Pengertian dan Jenis Motivasi
Guru-guru  sangat  menyadari  pentingnya  motivasi  dalam  bimbingan  belajar  siswa  berbagai  macam  teknik  misalnya  penghargaan,  pujian  dan  celaan  telah dipergunakan untuk mendorong para siswa agar mau belajar. Seorang guru  dalam  proses  belajar  mengajar  harus  benar-benar  mengoptimalkan  dalam  memanfaatkan  atau  menggunakan  sarana  dan  prasarana  pendidikan  yang  telah  tersedia.  Oleh  karena  itu,  masalah  memotivasi  siswa  dalam  belajar,  merupakan masalah  yang  sangat  kompleks.  Guru  hendaknya  mengetahui  prinsip-prinsip  motivasi  yang  dapat  membantu  pelaksanaan  tugas  mengajar  dan  dapat  membangkitkan  motivasi  belajar  siswa,  sehingga  mereka  dapat  mencapai  hasil  belajar yang diharapkan.
Motif  adalah  dorongan  atau  kekuatan  dari  dalam  diri  seseorang  yang  mendorong  orang  untuk  bertingkah  laku  atau  berbuat  sesuatu  untuk  mencapai  suatu  tujuan  tertentu.  Motif  dapat  berupa  kebutuhan  dan  cita- cita.  Motif  ini  merupakan  tahap  awal  dari  proses  motivasi,  sehingga  motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan)  saja.  Sebab  motif  tidak  selamanya  aktif.  Motif  aktif  pada  saat  tertentu  saja,  yaitu  apabila  kebutuhan  untuk  mencapai  tujuan  sangat  mendesak.(Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004). Jadi,  apabila  suatu  kebutuhan  dirasakan  mendesak  untuk  dipenuhi  maka  motif  atau  daya  penggerak  menjadi  aktif.  Motif  atau  daya  penggerak  yang  telah  menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Menurut Alisuf Sabri, Motivasi adalah  segala  sesuatu  yang  menjadi  pendorong  tingkah  laku  yang  menuntut/mendorong  orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu  merupakan  suatu  keputusan  yang  telah  ditetapkan  individu  sebagai  suatu  kebutuahan/tujuan  yang  nyata  ingin  dicapai.(  M.  Alisuf  Sabri,1993:128).
Dengan demikian, kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif  untuk  melakukan  tindakan  tertentu,  di  mana  diyakini  bahwa  jika  perbuatan  itu  telah dilakukan, maka tercapailah keadaan keseimbangan dan timbullah perasaan  puas dalam diri individu. Adapun  Jenis  motivasi  dapat  dipandang  dari  segi  sumber,  maka  dapat  dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1)      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat,  kemauan,  motivasi  dan  harapan  yang  terdapat  pada  diri  seseorang.  Sebagai  misal,  seseorang  yang  gemar  membaca  tidak  memerlukan  orang  lain  yang  memotivasinya  tetapi  ia  sendiri  butuh,  bermotivasi  atau  berkemauan  untuk  mencari sumber-sumber bacaan dan rajin membacanya.
2)      Motivasi Ekstrinsik
Yaitu  motivasi  yang  datang  dari  luar  diri  seseorang,  timbul  karena  adanya  stimulus  (rangsangan)  dari  luar  lingkungannya.  Sebagai  contoh,  seseorang yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah,  dan meningkatkan nama baik organisasi olah raga yang ia masuki.   Dengan  demikian  bahwa  motivasi  yang  berasal  dari  diri  sendiri  (intrinsik)  dan  motivasi  yang  berasal  dari  luar  diri  (ekstrinsik),  kedua-duanya  sangatlah  berpengaruh  pada  tindakan  seseorang.  Dengan  adanya  kedua  motivasi  tersebut,  maka  seseorang  dapat  melakukan  tindakan-tindakan  atau  perbuatan- perbuatan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
b.      Motivasi Sebagai Penunjang Belajar
Thomas M. Risak yang mengemukakan tentang motivasi sebagai berikut:  We may now define motivation, in a pedagogical sense, as the conscious  effort on the part of the teacher to establish in studens motives leading to  sustained activity toward the learning goals dan  diterjemahkan  oleh  Zakiah  Daradjat,  dkk,  motivasi  adalah  usaha  yang  disadari  oleh  pihak  guru  untuk  menimbulkan  motif-motif  pada  diri  murid yang  menunjang  kegiatan  kearah  tujuan-tujuan  belajar.  (Zakiah  Daradjat    dkk,   1995 : 40). 
Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak  yang didorong oleh motif-motif ekstrinsik, tetapi banyak pula yang didorong oleh  motif-motif intrinsik atau oleh kedua-duanya. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya  dalam proses belajar  mengajar  untuk  menacapai  tujuan  dan  hasil  belajar  yang  optimal,  siswa  banyak  terpengaruh oleh motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal  dari  dalam  dirinya,  atau  mungkin  dapat  terpengaruh  secara  bersamaan  sesuai  dengan situasi yang berkembang. 
Di  antara  motivasi  tersebut,  maka  menurut  penulis  motivasi  intrinsiklah  yang  jauh  lebih  baik,  berkesan  lama  serta  dapat  memberikan  hasil  yang  memuaskan pada diri seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran  sendiri  untuk  memperoleh  hasil  yang  diinginkan,  tetapi  tidak  dengan  mengesampingkan motivasi ekstrinsik.   Motivasi  ekstrinsik  juga  sangatlah  berpengaruh  pada  diri  seseorang,  karena  manusia  adalah  makhluk  sosial  yang  saling  membutuhkan  serta  mempunyai  lingkungan  disekitarnya,  baik  lingkungan  sekolah,  keluarga  dan  masyarakat. Apabila lingkungan sekitarnya baik dan dapat memotivasi seseorang  untuk melakukan tindakan  yang baik, maka seseorang itu dapat mencapai tujuan  yang diinginkan dan sebaliknya, apabila lingkungan disekitarnya buruk dan malah  membuat seseorang melakukan tindakan yang buruk, maka orang itu tidak dapat termotivasi dan tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan.  Dengan demikian, motivasi sangatlah penting baik motivasi yang berasal  dari dalam diri (intrinsik) maupun motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik),  karena  kedua-duanya  dapat  menjadi  pendorong  untuk  belajar  dan  agar  proses  belajar  mengajar  dan  berjalan  dengan  lancar,  aktifitas  dalam  belajarnya  memberikan  kepuasan/ganjaran  diakhir  kegiatan  belajarnya  serta  sesuai  dengan  tujuan yang diharapkan.
c.       Peranan dan Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi  sangat  berperan  dalam  belajar.  Dengan  motivasi  inilah  siswa   menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil  belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan.  Siswa  yang  dalam  proses  belajar  mempunyai  motivasi  yang    kuat  dan jelas  pasti  akan  tekun  dan  berhasil  belajarnya.  Kepastian  itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1)      Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
2)      Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3)      Penseleksi  perbuatan  sehingga  perbuatan  orang  yang  mempunyai motivasi  senantiasa  selektif  dan  tetap  terarah  kepada  tujuan  yang ingin dicapai. (M. Alisuf Sabri, 1996 :  86)
Motif  itu  mendorong  manusia  untuk  berbuat  atau  bertindak,  motif  itu  berfungsi  sebagai  penggerak  atau  sabagai  motor  yang  memberikan  energi  (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. Motif itu menentukan  arah  perbuatan,  yakni  kearah  perwujudan  suatu  tujuan  atau  cita-cita.  Motivasi mencegah  penyelewengan  suatu  tujuan  atau  cita-cita.  Motivasi  mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas  tujuan  itu,  makin  jelas  pula  terbentang  jalan  yang  harus  ditempuh. Berdasarkan  arti  dan  fungsi  motivasi  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  motivasiitu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan.  Motivasi  akan  mendorong  untuk  bekerja  atau  melakukan  sesuatu perbuatan  dengan  sungguh-sungguh  (tekun)  dan  selanjutnya  akan  menentukan pula hasil pekerjaannya.
7.    Hasil Belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Belajar  dan  mengajar  merupakan  konsep  yang  tidak  bisa  dipisahkan.  Belajar  merujuk  pada  apa  yang  harus  dilakukan  seseorang  sebagai subjek dalam belajar, sedangkan mengajar marujuk pada apa yang  seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar.    Dua  konsep  belajar  mengajar  yang  dilakukan  oleh  siswa  dan  guru  terpadu  dalam  satu  kegiatan.  Diantara  keduannya  itu  terjadi  interaksi  dengan  guru.  Kemampuan  yang  dimiliki  siswa  dari  proses  belajar  mengajar  saja  harus  bisa  mendapatkan  hasil  bisa  juga  melalui  kreatifitas  seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. 
Oleh  karena  itu  hasil  belajar  yang  dimaksud  disini  adalah  kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.  Hasil  belajar  adalah  kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  menerima  pengalaman  belajarnya  (Sudjana,  2004  :  22).  Sedangkan  menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam  hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan  dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). 
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah  kemampuan  keterampilan,  sikap  dan  keterampilan  yang  diperoleh  siswa  setelah  ia  menerima  perlakuan  yang  diberikan  oleh  guru  sehingga  dapat  mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. 
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar 
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni  faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 :  39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa  perubahan  kemampuan  yang  dimilikinya  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Clark  (1981  :  21)  menyatakan  bahwa  hasil  belajar  siswa  disekolah  70  %  dipengaruhi  oleh   kemampuan  siswa  dan  30  %  dipengaruhi  oleh  lingkungan.  Demikian  juga  faktor  dari  luar  diri  siswa  yakni  lingkungan  yang  paling  dominan  berupa  kualitas  pembelajaran  (Sudjana,  2002  :  39). 
"Belajar   adalah  suatu  perubahan  perilaku,  akibat  interaksi  dengan  lingkungannya"  (Ali  Muhammad,  204  :  14).  Perubahan  perilaku  dalam proses  belajar  terjadi  akibat  dari  interaksi  dengan  lingkungan.  Interaksi biasanya  berlangsung  secara  sengaja.  Dengan  demikian  belajar  dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila  terjadi  perubahan  dalam  diri  individu  maka  belajar  tidak  dikatakan  berhasil. 
Abin Syamsudin M ( dalam Hefi Tusilawati, 2009 :23) mengemukakan bahwa ‘Hasil  belajar  merupakan  perubahan-perubahan  yang  diharapkan  terjadi  pada  perilaku  dan  pribadi  siswa setelah mengalami dan melalui proses belajar’. Ada juga yang mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar merupakan kemampuan  melakukan  sesuatu secara permanent,  dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama’.  Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses  belajar  yang  ditempuhnya  dan  berupa  suatu  konsep  yang  bersifat  umum  didalamnya  tercakup prestasi. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar,  yang  wujudnya  berupa  kemampuan  kognitif,  afektif  dan  pisikomotor.  Derajat  kemampuan  yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. Dalam pembelajaran  IPS,  hasil  proses  pembelajaran  yang  penting  yakni  sesuai  dengan  tujuan/sasaran  hasil  pembelajaran  atau  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar  tertuang  dalam  silabus
Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  yang  terjabarkan  pada  silabus  tersebut  dan  guru pun menyusun beberapa indikator yang dapat menjelaskan dan menunjukan jenis-jenis  tingkah  laku  yang  perlu  dimiliki  oleh  siswa  setelah  mengikuti  proses  pembelajaran,  dan  tercapai tidaknya indikator tersebut baru dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian tes.    
Hasil  belajar  siswa  dipengaruhi  oleh  kamampuan  siswa  dan  kualitas  pengajaran.  Kualitas  pengajaran  yang  dimaksud  adalah  profesional  yang  dimiliki  oleh  guru.  Artinya  kemampuan  dasar  guru  baik  di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku  (psikomotorik). 
Dari  beberapa  pendapat  di  atas,  maka  hasil  belajar  siswa  dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan  personal  (internal)  dan  faktor  dari  luar  diri  siswa  yakni  lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh  siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan  dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat  dalam  berbagai  aspek  kehidupa  sehingga  nampak  pada  diri  indivdu  penggunaan  penilaian  terhadap  sikap,  pengetahuan  dan  kecakapan  dasar  yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri  individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 
8.    Strategi Cooperative Learning Teknik STAD dalam Pelaksanaan Pembelajaran  IPS  kompetensi dasar tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan.
Penerapan strategi Cooperative Learning pada pembelajaran IPS dimulai dengan melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak yang berkompeten.  Guru hendaknya bersedia membuka kelas untuk diamati yaitu: proses pembelajaran yang dilakukan diamati oleh guru lain, bahkan oleh orang tua siswa dan masyarakat. Kolaborasi itu dilaksanakan sejak melaksanakan perencanaan (plan) yaitu menyusun rencana pembelajaran (RP), melakukan pembelajaran (do) yang diamati oleh pengamat (see) dan diakhiri dengan melakukan refleksi untuk mendapatkan masukan dalam rangka peningkatan pembelajaran lebih lanjut. Kegiatan plan, do, see dan refleksi ini dikenal sebagai Lesson Study.
Siswa-siswa sebelumnya sudah mencari informasi tentang tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, dan berdasarkan informasi yang dia dapat mereka berdiskusi dalam kelompok.  Dalam kegiatan diskusi para siswa diharapkan dapat memecahkan masalah tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, yang sebelumnya tidak mereka pahami menjadi lebih mereka pahami. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan diskusi, dengan pelaksanaan diskusi para siswa diahrapkan dapat menghargai pendapat/kemampuan teman sehingga terjadi hubungan antar teman yang saling menghargai, dan pada akhir kegiatan para siswa diharapkan dapat  menemukan sendiri masalah baru dan berusaha memecahkan masalah baru tentang tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan.
Guru membuat siswa berkelompok agar siswa dapat meneliti diri sendiri, dan guru harus mengamati/mengikuti proses berfikir setiap siswa, misalnya siswa sedang dalam tahapan seperti apa, apa kesulitan siswa.. Guru harus mempunyai kemampuan untuk menangkap hal yang tak terungkapkan siswa. Yang penting guru tidak menggurui tetapi harus mampu menghubungkan proses pembelajaran setiap siswa agar saling belajar.  Jadi keahlian seorang guru bukan terletak pada kemampuan untuk mengajar sesuatu, tetapi pada kemampuan mendorong setiap siswa agar  dapat belajar dengan siswa lain.

B.       Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penulisan laporan perbaikan pembelajaran ini, peneliti mengambil beberapa referensi dari berbagai literatur yang ada, salah satunya adalah dengan mengambil referensi berupa literatur penulisan laporan yang relevan dengan judul penulisan laporan perbaikan pembelajaran yang akan peneliti susun, diantaranya
  1. Budiansyah. 2010. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di kelas IV SDN Ciwaruga I Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ). Penelitian ini berjudul ” Penerapan model Cooperative Learning teknik STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS mengenal permasalahan sosial di daerahnya di sekolah dasar’’ Tujuan yang  ingin dicapai dari penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SD, dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai penerapan langkah-langkah model Cooperative Learning. Juga bias membuktikan proses pembelajaran yang aktif pada pembelajaran yang menggunakan  Model Cooperative Learning Teknik STAD. Permasalahan yang timbul dari pelaksanaan penelitian ini adalah adanya penemuan-penemuan lapangan yang terjadi baik masalah pembelajaran siswa maupun tindakan guru yang terjadi selama proses pembelajaran berlagsung. Sampel dalam penelitian ini melibatkan siswa kelas IV SDN  Ciwaruga 1 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jumlah siswa yang menjadi objek penelitian adalah sebanyak  37 orang siswa. Pendekatan dalam penelitian ini adalah Pendekatan (PTK) Penelitian Tindakan Kelas. Adapun yang menjadi tinjauan teoritis yang dibahas mengenai pendidikan IPS SD antara lain : hakekat pembelajaran IPS, model Cooperative Learning, Hasil belajar siswa, serta kompetensi dasar mengenal permasalahan Sosial di daerahnya. Dengan menggunakan metodologi  penelitian tindakan kelas (PTK) seperti yang dikembangkan Kemmis dan MC. Taggart dengan sebuah putaran dalam siklus terdiri empat komponen penelitian. PTK  yang peneliti laksanakan terdiri dari tiga siklus dimana setiap siklus terdiri dari dua tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik STAD.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan penerapan model Cooperative Learning Teknik STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat dilihat dari hasil belajar secara kelompok dengan rata-rata : Siklus I tindakan 1 71 dan tindakan 2 75, siklus II tindakan 1 81 dan tindakan 2 82, siklus III tindakan 1 83 dan tindakan 2 91 serta dilihat dari perolehan rata-rata nilai tes individu yaitu : Siklus I tindakan 1 66,3 dan tindakan 2 68,3  siklus II tindakan 1 70,1 dan tindakan 2 73,4 siklus III tindakan 1 76,4 dan tindakan 2 81,0, maupun dilihat dari proses belajar, dan disarankan supaya dalam pembelajaran guru menerapkan model Cooperative Learning teknik STAD  seperti yang telah dilaksanakan peneliti.
  2. Indiantika, Trias. 2011. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN Kebonagung 06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Berdasarkan hasil observasi pra tindakan pada tanggal 18 Februari 2011 di SDN Kebonagung 06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, aktivitas dan hasil belajar siswa relatif rendah KKM yang di peroleh hanya mencapai 42,00. Hal tersebut berhubungan dengan cara pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri. Hasil dari pra tidakan yang diberikan pada 30 siswa  menunjukkan bahwa hanya ada 3 siswa (10%) yang mencapai KKM yang ditentukan 75,00. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD, aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dalam penelitian ini yaitu seorang guru kelas IV dan seluruh siswa kelas IV SDN Kebonagung 06, dengan prosedur (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan Penilaian, (4) Refleksi di setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPS materi “Koperasi” siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi” meningkat ketika diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Rata-rata aktivitas pada siklus I 70,80 dan rata-rata pada siklus II 90,31. Pada siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan 19,51. Hasil belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi” meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Rata-rata hasil belajar pada siklus I 74, 83 dan pada siklus II 85,33. Pada siklus I dan II rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 10,50. Ketuntasan siswa kelas IV pada siklus I 19 (63%) siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa. Pada siklus II siswa yang tuntas 30 (100%) hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II sudah melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar IPS materi “Koperasi “ tuntas belajar.
  3. Nurhomisan, Euis. 2011. Penggunaan Model Cooperative Learning Teknik STAD dalam Upaya Meningkatkan Sikap Sosial Siswa pada Pembelajaran IPS. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sikap sosial siswa dan hasil dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kurang memuaskan. Siswa kurang memahami materi yang diterangkan oleh guru karena metode yang dilakukan bersifat mono arah, yang pada akhirnya siswa cenderung merasa jenuh serta malas untuk mengikuti pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya sikap sosial siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS, mengetahui sikap sosial siswa berdasarkan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS, dan mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 3 (tiga) siklus yang masing-masing terdiri dari 2 (dua) tindakan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 25 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar observasi, catatan lapangan, lembar penilaian proses. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, catatan lapangan, dan penilaian (tes). Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Peubah yang diamati adalah nilai sikap sosial siswa yang terdiri dari pemahaman konsep, kerjasama, dan keberanian berpendapat. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa penggunaan model cooperative learning teknik STAD mempengaruhi hasil belajar dan sikap sosial siswa dalam pembelajaran IPS, dimana nilai rata-rata individu tiap siklus memperlihatkan peningkatan yang positif (S I : 69,12 ; S II : 74,28 ; S III : 83,64) begitu pula dengan nilai sikap sosial siswa (S I : 5,05 ; S II : 7,00 ; S III : 8,40). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS mampu meningkatkan hasil belajar dan nilai sikap sosial siswa.  

C.      Kerangka Berpikir

Rendahnya  hasil  belajar dan motivasi  belajar  IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan dipengaruhi oleh  berbagai  faktor.  Faktor  yang  mendukung  pelaksanaan  pembelajaran  pada  dasarnya sangat kompleks dan bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang  paling mendasar dan menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran diantaranya  sarana  dan  prasarana  yang  memadai,  situasi  dan  kondisi  yang  kondusif,  faktor  guru, faktor siswa, termasuk pemilihan dan penggunaan model pembelajaran.
Hasil penelitian awal yang telah peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Harapannya selain siswa dapat mengalami proses belajar yang benar juga berhasil mencapai suatu kompetensi yang menjadi target pembelajaran.
Sebagai upaya perbaikan maka perlu pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Di antara  berbagai  model  pembelajaran,  satu  diantaranya  adalah  model  cooperative learning tipe STAD, yaitu pembelajaran berkelompok dimana siswa dapat saling  membantu dalam proses pembelajaran sehingga siswa yang kurang dapat dibantu  oleh  teman  kelompoknya  selain  oleh  guru  sebagai  pembimbing.  Model  ini  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  belajar  secara  bersama-sama  atau  gotong  royong  sehingga  makna  kebersamaan  sangat  dominan.  Selain  itu,  model  ini  dapat  mengaktifkan  siswa  dalam  belajar  karena  siswa  didorong  untuk mengemukakan pendapat atau menyanggah berbagai masalah  yang diajukan oleh  rekan sekelompoknya
Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis.  Adapun kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :


Gambar 2.1. Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas

D.      Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan, yaitu sebagai berikut.
a.    Penggunaan model Cooperative Learning Tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................
b.    Penggunaan model Cooperative Learning Tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................
 

Untuk mendapatkan file secara lengkap silahkan klik disini