LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN
KEBERHASILAN PEMBELAJARAN IPS
MATERI PERANAN
PARA TOKOH DALAM PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
NEGERI ...............
KECAMATAN ............... KABUPATEN ...............
Disusun dan Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat Tugas Akhir Program
dalam Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 PGSD
FKIP
Universitas Terbuka
Oleh
...............
NIM. ...............
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ...............
2012
LEMBAR
IDENTITAS DAN
PENGESAHAN
Laporan penelitian tindakan
kelas ini disusun dan diajukan sebagai persyaratan dalam penyusunan laporan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PDGK 4501) Program S1 PGSD
FKIP Universitas Terbuka UPBJJ ................
Nama
Mahasiswa : ...............
NIM : ...............
Program
Studi : S1 PGSD
Tempat Penelitian : Sekolah
Dasar Negeri ............... UPT Disdikpora Kecamatan ............... Kabupaten
...............
Pembelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : V / 2
Masalah yang merupakan fokus
perbaikan yaitu :
1.
Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe
STAD dapat
meningkatkan motivasi siswa kelas
V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ...............
mata pelajaran IPS materi pokok peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?
2.
Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe
STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SDN ...............
Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS
materi peranan tokoh-tokoh dalam
proklamasi kemerdekaan Indonesia ?
...............,
17 Mei 2012
|
|
Menyetujui
Dosen
Pembimbing
……………………. |
Mahasiswa,
...............
NIM. ...............
|
ABSTRAK
............... NIM. ................ Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keberhasilan Pembelajaran IPS Materi
Peranan Para Tokoh Dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................ FKIP Universitas
Terbuka. 2012.
Tuntutan karakteristik pendidikan
IPS sebagaimana oleh
KTSP masih jauh
dari yang dimaksudkan.
Implementasi KTSP lebih
terfokus pada pembenahan
jenis-jenis administrasi pembelajaran, sedangkan dalam
pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan
yang sangat berarti.
Hal ini disebabkan
antara lain, pemberlakukan
KTSP belum disertai
dengan pelatihan bagi
guru-guru bagaimana
mengelola pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Selain itu,
fasilitas pembelajaran IPS
seperti media dan
alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu
jauh dari memadai. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan akhri pembelajaran
peneliti melakukan upaya perbaikan dengan melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas dengam menggunakan strategi Cooperative
Learning tipe STAD pada
pembelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Tujuannya untuk dapat memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa kelas V SDN ...............
Kecamatan ............... Kabupaten ............... pelajaran IPS materi
peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan
strategi Cooperative Learning tipe STAD. Dari pelaksanaan kegiatan
perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa hasil
penelitian membuktikan penerapan metode Cooperative
Learning Tipe STAD berhasil meningkatkan motivasi belajar dari 50% atau 12
siswa pada studi awal menjadi, 66,67
atau 16 siswa, meningkat menjadi 83,33% atau 20 siswa dan pada akhir siklus
ketiga menjadi 100% atau semua siswa termotivasi belajarnya dalam pelaksanaan pembelajaran serta mampu meningkatkan
hasil belajar siswa, dimana nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal terus
mengalami peningkatan dari 67,08 pada studi awal menjadi 72,50 pada siklus
pertama, meningkat menjadi 79,17 dan pada akhir siklus ketiga menjadi 87,08,
serta didukung dengan peningkatan ketuntasan belajar dari 5 siswa (20,83%) pada
studi awal menjadi 10 siswa (41,67%) pada siklus pertama, 79,17% pada siklus
kedua dan pada siklus terakhir menjadi 100% atau seluruh siswa dinyatakan
tuntas belajarnya. Kesimpulannya
adalah penerapan metode Cooperative Learning Tipe STAD pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan para tokoh proklamasi
kemerdekaan Indonesia terbukti mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa siswa kelas V SDN ...............
Kecamatan ............... Kabupaten ............... Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci : cooperative learning tipe STAD, motivasi,
hasil belajar
KATA PENGANTAR
Puji syukur
peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat
dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan
perbaikan pembelajaran pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK
4501) melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Laporan PKP
ini dapat peneliti selesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Rektor Universitas Terbuka
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Terbuka
3.
Ketua Jurusan Pendidikan FKIP
Universitas Terbuka
4.
Kepala UPBJJ Universitas Terbuka ...............
5.
Drs. …………, selaku Dosen
Pembimbing yang telah membimbing mahasiswa dengan sabar.
6.
Kepala SD Negeri ............... beserta Dewan Guru yang telah
menyediakan sarana prasarana selama penelitian
7.
Teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian dari awal sampai
dengan selesai.
8.
Semua pihak yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
Karena
keterbatasan peneliti, maka penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, saran-saran dan kritik dari pembaca sangat peneliti harapkan. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
..............., Mei
2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.............................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................... 6
B. Hasil Penelitian yang Relevan................................................ 28
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 32
D. Hipotesis Tindakan ................................................................ 34
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting Penelitian .................................................................. 35
B. Subjek
Penelitian ................................................................... 35
C. Data dan
Sumber Data .......................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 37
E. Validitas Data ........................................................................ 38
F. Teknik Analisa Data .............................................................. 39
G. Kriteria Keberhasilan ............................................................. 40
H. Prosedur Penelitian
................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian............................................................ 44
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 61
C. Pembahasan............................................................................ 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................. 81
B. Saran dan Tindak Lanjut........................................................ 81
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................ 62
4.2 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.................................... 63
4.3 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................ 66
4.4 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Siswa Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia............................................ 67
4.5 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................ 69
4.6 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia........................................................ 71
4.7 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia............................................ 72
4.8 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi Peranan Para Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........... 74
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 33
4.1 Suasana Sidang BPUPKI (Sumber : Buku IPS 5, Reny, dkk, 2010 : 123) 46
4.2 Suasana Pengibaran Bendera Merah Putih setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Sumber : Buku
IPS 5, Syam, dkk, 2010 : 103) ................................................................ 48
4.3 Diagram Batang Perbandingan Angka
Nilai Rerata Hasil Dan Ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus
Perbaikan Pembelajaran........................................................................... 73
4.4 Diagram Batang Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ................................................................................................................. 74
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1.
Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus I............................................... 86
2.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II.............................................. 99
3.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III............................................ 110
4.
Lembar Observasi Guru........................................................................... 121
5.
Lembar Observasi Terhadap Siswa.......................................................... 123
6.
Format Kesediaan sebagai Teman Sejawat dalam Penyelenggaraan PKP 124
7.
Surat Keterangan Pengamat.................................................................... 125
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada pasal
3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses
pembelajaran agar peserta
didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara.
Yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tuntutan karakteristik
pendidikan IPS sebagaimana
oleh KTSP masih
jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi
KTSP lebih terfokus
pada pembenahan jenis-jenis
administrasi pembelajaran, sedangkan dalam
pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan
yang sangat berarti.
Hal ini disebabkan
antara lain, pemberlakukan
KTSP belum disertai
dengan pelatihan bagi
guru-guru bagaimana
mengelola pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Selain itu,
fasilitas pembelajaran IPS
seperti media dan
alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu
jauh dari memadai.
Hasil penelitian awal yang telah
peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang
terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan tokoh-tokoh
dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Harapannya selain siswa dapat mengalami
proses belajar yang benar juga berhasil mencapai suatu kompetensi yang menjadi
target pembelajaran. Harapan yang
demikian itu nyata belum bisa dipenuhi oleh seluruh siswa kelas V SD Negeri ...............
Kecamatan ............... Kabupaten ................
Hal ini dibuktikan dengan hanya lima siswa yang mencapai
nilai standar KKM (80) ke atas dari 24
siswa atau 20,83%, dengan motivasi belajar siswa yang hanya mencapai angka 50%
atau hanya 12 siswa dari 24 siswa serta perolehan nilai rata-rata hasil belajar
secara klasikal sebesar 67,07.
Rendahnya hasil belajar dan motivasi belajar
IPS dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran
pada dasarnya sangat kompleks dan
bisa ditinjau dari berbagai aspek. Adapun hal yang paling mendasar dan menentukan terhadap
keberhasilan pembelajaran diantaranya sarana dan
prasarana yang memadai,
situasi dan kondisi
yang kondusif, faktor guru, faktor siswa, termasuk pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran.
Diantara
berbagai model pembelajaran,
satu diantaranya adalah
model cooperative learning tipe STAD, yaitu pembelajaran berkelompok
dimana siswa dapat saling membantu dalam
proses pembelajaran sehingga siswa yang kurang dapat dibantu oleh
teman kelompoknya selain
oleh guru sebagai
pembimbing. Model ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara
bersama-sama atau gotong
royong sehingga makna
kebersamaan sangat dominan.
Selain itu, model ini dapat
mengaktifkan siswa dalam
belajar karena siswa
didorong untuk mengemukakan
pendapat atau menyanggah berbagai masalah
yang diajukan oleh rekan
sekelompoknya.
1.
Identifikasi Masalah
Upaya untuk mengatasi hal
sebagaimana uraian di atas, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala
sekolah, rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya
dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
a.
Pemilihan metode pembelajaran yang
kurang tepat adalah yang menjadi pemicu perilaku guru saat mempelajari siswa
hingga tidak banyak berbuat sesuatu demi keberhasilannya.
b.
Kreativitas siswa untuk menanyakan
sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
c.
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan
pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan mereka
tidak tuntas belajar karena kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran
d.
Penjelasan materi terlalu cepat,
sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
e.
Ketidakaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
f.
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
guru tidak kondusif, dan memberikan kesan menyenangkan siswa saat belajar materi
pembelajaran.
2.
Analisis Masalah
Melalui refleksi diri, kaji literatur, dan diskusi dengan
supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat dapat diketahui bahwa faktor
penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan
rendahnya hasil belajar serta motivasi belajar siswa adalah :
a.
Model pembelajaran yang diambil tidak
tepat sehingga guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif
dan kreatif.
b.
Guru tidak melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
c.
Guru tidak mampu membaca situasi dan
kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
d.
Guru dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang lebih aktif.
e.
Metode penyajian materi yang digunakan
guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah
dasar
f.
Guru kurang mampu mengelola kelas dan
ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil
Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka
peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat
tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran IPS materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan
proses pembelajaran adalah :
a.
Memperbaiki proses pembelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam
proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD.
b.
Meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
Atas dasar itu peneliti merasa terpanggil untuk
melakukan upaya perbaikan, karena jika hal tersebut dibiarkan maka tidak
menutup kemungkinan akan menjadi sumber utama penyebab turunnya hasil dan motivasi
belajar siswa saat mempelajari materi pembelajaran selanjutnya. Seiring dengan
menurunnya motivasi belajar siswa berarti pula pada menurunnya kualitas
belajar. Sebelum hal ini terjadi pada siswa, akan lebih baiknya jika diupayakan segera solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan menggunakan strategi Cooperative
Learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh
dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan harapan dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa
kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................
B. Perumusan Masalah
1. Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat
meningkatkan motivasi siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ...............
Kabupaten ............... mata
pelajaran IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi
kemerdekaan Indonesia?
2. Apakah dengan menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN ...............
Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata pelajaran IPS materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Upaya melakukan penelitian perbaikan
pembelajaran ini tidak lepas dari tujuan yang diharapkan, yaitu sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa
mata kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... pelajaran
IPS materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia setelah menggunakan
strategi Cooperative Learning tipe STAD
2.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V
SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ............... mata
pelajaran IPS materi peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan
Indonesia setelah menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis :
- Manfaat Teoritis
Melalui
kegiatan penelitian ini
diperoleh alat dan teknik penunjang
yang lebih realistis dan aplikatif untuk keperluan optimalisasi
penggunaan model Cooperative Learning tipe STAD pada kelas dan
mata pelajaran yang berbeda.
- Manfaat Praktis
a.
Siswa dapat
meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik
daripada sebelumnya, serta menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap
aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar yang telah diperolehnya.
b.
Guru dapat
memperbaiki kinerjanya secara profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan
meningkat dan ikut serta berperan aktif dalam rangka mengembangkan inovasi
pembelajaran khususnya untuk bidang studi IPS pada tingkat Sekolah Dasar.
c.
Membantu
sekolah untuk terus berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri
guru dan siswa yang menunjukkan lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun
kualitas dari sekolah lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran merupakan suatu
perencanaan atau suatu
pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalam buku- buku , film, computer, kurikulum dan lain-lain (Joyce, 1992:4 ). Selanjutnya
Joyce menyatakan bahwa
setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke
dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati,2000: 20)
mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematik.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut antara lain ialah :
1)
Rasional teoritik logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangannya.
2)
Landasan
pemikiran tentang apa
dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
3)
Tingkah
laku mengajar yang
diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4)
Lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur , 2000 : 9 )
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu
model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh. Model-model pembelajaran
dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, sintaks
(pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh
pengklasifikasian
berdasarkan tujuan adalah
pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran
yang baik untuk
membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar seperti
tabel perkalian atau
topik-topik yang banyak
berkaitan dengan penggunaan alat.
Tiap-tiap
model pembelajaran membutuhkan
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda.
Misalnya, model pembelajaran
kooperatif memerlukan lingkungan
belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang mudah
dipindahkan. Pada model
pembelajaran diskusi para
siswa duduk di
bangku yang di
susun secara melingkar
atau seperti tapal
kuda. Sedangkan model pembelajaran
langsung siswa duduk secara berhadap hadapan dengan guru.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu
harus dipilih model pembelajaran yang
paling sesuai dengan
tujuan yang akan
dicapai. oleh karena
itu dalam memilih
suatu model pembelajaran
harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya
materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain
model tersebut (pembelajaran
konsep langsung, presentasi,
kooperatif, berdasarkan masalah
diskusi kelas) di
atas dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis kompetensi,
dikembangkan pula model
pembelajaran seperti learning strategies (strategi – strategi
belajar), pembelajaran berbasis inkuiri, active learning , quantum
learning, dan masih
banyak lagi model
–model lain yang
semuanya dapat digunakan
untuk memperkaya pelaksanaan
pembelajaran berbasis kompetensi
di kelas. Dengan demikian meprupakan hal yang sangat penting bagi para
pengajar untuk mempelajari dan
menambah wawasan tentang
model pembelajaran yang
telah diketahui. Model
pembelajaran, maka seorang
guru akan merasakan
adanya kemudahan di
dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas, sehingga
tujuan pembelajaran yang
hendak kita capai
dalam proses pembelajaran
dapat tercapai dan tuntas
sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.
Model Cooperative Learning
a.
Pengertian Coopertive Learning
Model cooperative
learning atau model
pembelajaran gotong royong
ini didasari oleh
falsafah homo homoni socius,
yang menekankan manusia
adalah makhluk sosial.
Ini mengandung arti,
kerja sama merupakan
kebutuhan sangat penting
bagi kelangsungan hidup
manusia. Model cooperative learning menekankan
pada pemberian kesempatan
belajar yang lebih
luas dan suasana yang
kondusif kepada siswa
untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan-keterampilan
sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya
di masyarakat.
Cooperative learning ini
dianggap perlu dalam
pendidikan, karena tidak setiap orang
bisa dan mampu
bekerja sama. Tidak
ada seorang pun
yang sejak lahir
mempunyai kemampuan untuk
bekerja sama dengan
baik. Kemampuan itu harus dipelajari.
Ini termasuk yang
disebut dengan social-skill atau
kecakapan hidup bermasyarakat. Melalui
belajar bekerja sama
akan muncul berbagai
sikap sosial yang
positif, di antaranya
saling menghargai dan
menghormati, toleransi, tenggang rasa, kemampuan mengendalikan emosi,
kesediaan untuk saling berbagi (take and give).
Terdapat beberapa definisi pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan sebagai berikut :
1)
Davidson dan Korl (Sutardi dkk, 2007:
57), mendefinisikan bahwa “Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning)
ialah kegiatan yang berlangsung di
lingkungan belajar siswa
dalam kelompok kecil
yang saling berbagi
ide-ide dan bekerja
secara kolaboratif untuk
memecahkan masalah- masalah yang
ada dalam tugas mereka ”.
2)
Karli dan Margaretha (2004: 47)
menjelaskan bahwa “Model belajar kooperatif
adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok yang terdiri atas
dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah ”.
3)
Sedangkan menurut Sanjaya (2006:
240) “Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning)
merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem
pengelompokan tim kecil,
yaitu antara empat
sampai enam orang
yang mempunyai latar
belakang akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda”. Melalui beberapa
pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud
dengan model cooperative learning adalah
cara belajar bersama sama dalam
sebuah kelompok heterogen
yang terdiri atas
dua orang atau
lebih yang saling
membantu antar satu
dengan yang lainnya
untuk membahas dan menyelesaikan
tugas atau memecahkan masalah.
b.
Prinsip Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif
atau Cooperative Learning
setidaknya memiliki lima prinsip yaitu:
1)
Belajar siswa aktif ( student active learning )
Proses
pembelajaran berpusat pada
siswa, aktivitas belajar
lebih dominan oleh
siswa, pengetahuan yang
dibangun dan ditemukan
adalah belajar bersama-sama
dengan anggota kelompok
sampai masing-masing siswa
memahami materi pembelajaran dan diakhiri dengan membuat
laporan kelompok dan individual.
2)
Belajar bekerjasama (Cooperative Learning)
Proses
pembelajaran dilalui dengan
bekerjasama dalam kelompok
untuk membangun pengetahuan
yang tengah dipelajari.
Prinsip pembelajaran inilah yang
melandasi keberhasilan penerapan
model cooperative learning. Seluruh siswa
terlibat secara aktif
dalam kelompok untuk
melakukan diskusi, memecahkan
masalah dan mengujinya
secara bersama. Pengetahuan
yang diperoleh hasil kerjasama
diyakini lebih bernilai permanen.
3)
Pembelajaran Parsipatorik (Participatoric learning)
Melaui model pembelajaran ini, siswa belajar dengan
melakukan sesuatu atau learning
by doing secara
bersama-sama untuk menemukan
dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
4)
Mengajar Reaktif (Reactive teaching)
Motivasi
siswa dapat dibangkitkan
jika guru mampu
menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan
menarik serta dapat
meyakinkan siswanya akan manfaat
pelajaran untuk masa depan mereka.
5)
Pembelajaran yang menyenangkan ( Joyfull learning)
Pembelajaran yang menyenangkan harus dimulai dari sikap
dan perilaku guru di luar mapun di dalam
kelas.
c.
Tujuan Cooperative Learning
Model Cooperative
Learning berbeda dengan pengajaran langsung atau direct learning.
Model ini disamping
dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar akademik juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial di sekolah dasar serta mengajarkan
kepada siswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
ini sangat penting
untuk membekali siswa
kelak untuk hidup di
masyarakat yang
banyak berhubungan dengan
orang dewasa dan
dalam kegiatan berorganisasi yang penuh saling ketergantungan
satu sama lain, apalagi mengingat keragaman
budaya yang semakin cepat berkembang.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak
– tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.
Efek penting yang pertama
pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik.
Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini
unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep
yang sulit.
Di samping mengubah
norma yang berhubungan
dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik
pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok
atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Siswa kelompok
atas akan menjadi
totur bagi siswa kelompok bawah,
jadi memperoleh bantuan
khusus dari teman
sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
d.
Unsur-unsur dan Karakteristik Cooperative Learning
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1)
Siswa dalam kelompoknya harus merasakan
bahwa mereka sama.
2)
Siswa
bertanggung jawab atas
segala sesuatu di
dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3)
Siswa
harus melihat bahwa
semua anggota di
dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4)
Siswa
harus membagi tugas
dan tanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya.
5)
Siswa
akan dievaluasi atau
diberikan penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6)
Siswa
berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7)
Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individu materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif, antara lain :
1)
Individual Acountability atau
tanggung jawab individu
yaitu : bahwa setiap individu
dan dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab
untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi kelompok secara
tuntas, sehingga keberhasilan
kelompok sangat ditentukan
oleh tanggung jawab setiap
anggota.
2)
Social
Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan
mendidik siswa untuk menumbuhkan
pengekangan diri demi kepentingan kelompok.
3)
Positve Interdependence yaitu
sifat yang menunjukan
saling ketergantungan satu
terhadap yang lainnya
didalam kelompok secara positif.
4)
Group Processing, proses
perolehan jawaban permasalahan
dikerjakan oleh kelompok secara
bersama-sama. (Karli dan Margaretha, 2004: 49).
3.
Cooperative
Learning Teknik STAD
Salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah
model Student Team Achievement
Divisions (STAD). STAD
adalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif
yang sederhana. Model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD adalah
model pembelajaran dengan
strategi kelompok belajar
yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang heterogen dari
kemampuan belajarnya, ada siswa yang kemampuan
belajarnya tinggi, sedang maupun rendah.
Dalam
kelompok tersebut ada
tanggung jawab bersama,
jadi setiap anggota aling
membantu untuk menutupi
kekurangan temannya. Ada
proses diskusi, saling bertukar
pendapat, menghargai pendapat,pembelajaran teman
sebaya. kepemimpinan dalam mengatur
pembelajaran di kelompoknya
sehingga yang terjalin
adalah hubungan positif.
Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa
diberi kuis tentang
materi itu dengan
catatan saat kuis
mereka tidak boleh
saling membantu. Tipe
pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS. Keunggulan
dari metode pembelajaran
kooperatif teknik STAD
adalah adanya kerja
sama dalam kelompok
dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung
keberhasilan individu, sehingga
setiap anggota kelompok tidak
bisa menggantungkan pada
anggota yang lain.
Pembelajaran kooperatif teknik STAD menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling
membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang
maksimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1)
Guru memberikan penjelasan
Jelasnya
guru menerangkan (ekspositori)
materi baru, memberi
contoh cara mengerjakan soal baru, meragakan keterampilan
baru dsb.
2)
Murid belajar dalam tim atau kelompok
Dalam tim atau kelompok itu murid-murid secara
bersama memperdalam atau memperluas materi
pelajaran, atau “menderes” (mengulang
menghapalkan) materi pelajaran),
atau berlatih bersama-sama
(bekerja sama) mengerjakan soal-soal (“quiz latihan,” LKS, dsb.). Jadi, untuk tahap kedua STAD itu (kerja tim)
guru harus menyediakan
tugas yang harus
dikerjakan oleh semua kelompok. Misalnya
murid bersama-sama berlatih
menghitung luas segi
tiga dengan ukuran yang
berbeda-beda yang sudah disediakan guru.
3)
Tes akhir sesi
Pada
akhir “sesi,” bisa akhir
satu pertemuan, dua
pertemuan, atau tiga pertemuan, tergantung
pada isi pokok
bahasan atau materi
pelajaran, dan perkiraan
siswa dapat menangkap
atau menguasai pelajaran,
diadakanlah tes individual, dengan “quiz tes,” misalnya. Dalam tes ini tentu tidak ada lagi kerja sama.
4)
Penilaian dan pemberian
penghargaan.
Tes
akhir sesi dikoreksi
(dinilai) guru untuk
nantinya diberitahukan kepada
seluruh siswa. Ada
pemberian bonus atau
penghargaan (tidak harus
selalu berupa materi) kepada tim
terbaik.
Model Cooperative
Learning teknik STAD
menitikberatkan pada kerjasama dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama. Ini tidak berbeda dengan
belajar humanistik yaitu memberikan
kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan pelajarannya dan cara mempelajarinya sesuai dengan motivasi dan kemampuannya, tentu saja kebebasan ini
tidak keluar dari kerangka belajar.
4.
Hakikat Pembelajaran IPS
a.
Pengertian Pendidikan IPS
Pendidikan
adalah usaha manusia
untuk mendewasakan anak
sesuai dengan cita-cita
masyarakat. Usaha pendidikan
itu sendiri dilaksanakan
dalam bentuk proses pengajaran
di sekolah-sekolah dasar
sebagai suatu intitusi
sosial yang diharapkan mampu mendidik anak dalam rangka mencapai cita-cita
tersebut. Ilmu pengetahuan sosial
merupakan suatu bidang
studi yang didalamnya merupakan kombinasi
atau hasil perpaduan
dari sejumlah mata
pelajaran seperti geografi,
sejarah, ekonomi-politik, sosiologi, antropologi, dan tata Negara.
Sedangkan
menurut Berhard G.
Killer (1992:6) pada
garis besar menyatakan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah studi yang
memberikan pemahaman/pengertian-pengertian tentang
cara-cara manusia hidup,
tentang kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia, tentang kegiatan-kegiatan dalam
usaha memenuhi kebutuhan
itu dan tentang
lembaga-lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal-hal tersebut.
Menurut Hasan (1996:5), menyatakan bahwa : Pendidikan IPS
dapat diartikan sebagai pendidikan
memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu
sosial.”
Pendidikan
IPS merupakan perwujudan
dari suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu-ilmu
sosial, Pendidikan IPS
merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi,
antropologi dan sebagainya yang disajikan secara psikologis
untuk kepentingan pendidikan. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Ischak SU (1997:130) adalah : Bidang
studi yang mempelajari,
menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial
dimasyarakat dengan meninjau
dari berbagai aspek
kehidupan atau satu perpaduan berkenaan
dengan gejala dan
masalah kehidupan masyarakat
bukan pada teori
dan keilmuannya, melainkan
pada kenyataan hidup
bermasyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
Sesuai dengan
uraian di atas
jelaslah bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial erat kaitannya dengan
manusia sebagai anggota
masyarakat dan interaksinya
dengan dunia sekitarnya.
Selain itu ,
perhatian ditujukan pula
pada cita-cita hidup
dan bekerja sama
memperhatikan lingkungan untuk memperoleh dan
memenuhi kebutuhan manusia,
adat istiadat, nilai-nilai
hidup, situasi hidup
dan kebudayaan yang dinamis untuk mencapai suatu kehidupan
sosial bermasyarakat yang serasi, selaras dan seimbang.
b.
Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran
IPS di SD
Pendidikan
IPS harus berperan
bagi anak dalam
mengembangkan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Peranan
dalam pendidikan IPS meliputi :
1)
Sosialisasi, membantu anak didik menjadi
anggota masyarakat yang berguna.
2)
Pengambilan Keputusan,
membantu anak didik
mengembangkan keterampilan
berfikir dan keterampilan akademis.
3)
Sikap
dan nilai, membantu
anak didik menandai,
mengembangkan keterampilan, dan
nilai diri sendiri
dalam hubungannya dalam
dengan kehidupan masyarakat
sekitar.
4)
Kewargaan Negara, membantu anak didik
menjadi warga Negara yang baik.
5)
Pengetahuan, tanggap
dan peka terhadap
perkembangan pengetahuan dan teknologi,
serta dapat mengambil manfaatnya.
Tujuan umum pembelajaran
IPS di sekolah
dasar adalah agar
siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan
dasar yang berguna
bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Pendidikan
IPS pada umumnya
berlaku secara universal
(Jarolimek, 1982) yang
menggambarkan bahwa pendidikan
IPS merupakan bentuk pengetahuan,
keterampilan, nilai dan
sikap yang memungkinkan
anak berpartisipasi dalam
kelompoknya, kelompok utama dalam keluarga dan sekolah, selanjutnya
dalam masyarakat yang
lebih luas dalam
kelompok bangsa dan negaranya dan
akhirnya masyarakat dunia.
Brucee Joyce (1989:99)
terdapat tiga tujuan pendidikan IPS, yaitu : 1) Pendidikan humanistic sebagai tujuan utama, 2) Pendidikan kewarganegaraan, dan 3) Pendidikan Intelektual.
Sedangkan Gross (1988:45) dua tujuan utama Pendidikan
IPS, yaitu : 1) Mempersiapkan siswa
agar dapat berfungsi
sebagai warga Negara
yang baik di dalam masyarakat
yang demokratis, dan 2) Menolong siswa
membuat banyak kemungkinan
keputusan yang rasional
di masyarakat.
Dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di
SD adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
2) Memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial,
3) Memiliki komitnen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan,
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
kerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional dan global (Depdiknas, 2006 : 575).
Sesuai dengan uraian di atas, jelaslah bahwa pembelajaran
IPS mempunyai peranan dan
tujuan yang sagat
penting bagi kehidupan
manusia baik dalam kedudukannya
sebagai mahluk pribadi maupun mahluk sosial.
c.
Karakteristik Pembelajaran IPS di SD
Djahiri dalam Sapriya, dkk (2006:8) mengungkapkan
pembelajaran IPS memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1)
IPS
berusaha mempertautkan teori
ilmu dan fakta
atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2)
Penelaahan dan
pembahasan IPS tidak
hanya dari satu
bidang disiplin ilmu
saja, melainkan bersifat
kompehernsif (meluas/dari berbagai
ilmu sosial dan
lainnya, sehingga berbagai
konsep ilmu secara terintegrasi terpadu)
digunakan untuk menelaah
satu masalah/tema/topik.
3)
Mengutamakan peran
aktif siswa melalui
proses belajar inkuiri
agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.
4)
Program
pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan
dari berbagai disiplin
ilmu sosial dan lainnya
dengan kehidupan nyata
di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan
memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik /
alam maupun budayanya.
5)
IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan
sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran
adalah terjadinya proses internalisasi
secara mantap dan
aktif pada diri
siswa agar siswa memiliki
kebiasaan dan kemahiran
untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
6)
IPS mengutamakan hal-hal, arti dan
penghayatan hubungan antara manusia yang
bersifat manusiawi.
7)
Pembelajaran tidak
hanya mengutamakan pengetahuan
semata, tetapi juga nilai dan
keterampilnya.
8)
Berusaha
memuaskan setiap siswa
yang berbeda melalui
program maupun pembelajarannya dalam
arti memperhatikan motivasi
siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat
dengan kehidupannya.
9)
Dalam
pengembangan program pembelajaran
senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik
(sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri
IPS itu sendiri.
d.
Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS
di tingkat Sekolah
Dasar harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antar 6 – 12
tahun. Pemilihan metode mengajar juga harus didasarkan
pada kebutuhan, kemampuan,
dan kekhasan bahan
pelajaran. Berdasarkan Kurikulum
KTSP Departemen Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa tujuan IPS di tingkat sekolah dasar dan
menengah adalah :
1)
Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2)
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai sosial dan kemanusiaan.
4)
Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk,
di tingkat lokal,
nasional, dan global
(Departemen Pendidikan Nasional , 2008 : 162 ).
Ruang lingkup mata pelajaran IPS
meliputi aspek – aspek sebagai berikut
1) manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan
perubahan, dan 3) sistem sosial dan budaya.
5.
Pengertian Belajar
Menurut
Herman Hudoyo (Irman.
2010:7) belajar adalah
suatu proses mendapat
pengetahuan atau pengalaman
sehingga mengubah tingkah
laku. Melalui proses belajar
maka seseorang akan
mengalami perubahan yang kompleks. Perubahan
dapat terjadi pada
tingkah laku, penambahan pengetahuan, sikap, keterampilan,
serta kecakapan.
Menurut
Piaget (2004:3) manusia
tumbuh, beradaptasi dan
berubah melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional dan perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa
jauh anak memanipulasi
dan aktif dalam berinteraksi sebagian besar dengan
lingkungannya.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa
pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata,
1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Belajar
sangat ditentukan oleh
kondisi dan lingkungan,
namun paling besar ditentukan
oleh lingkungan individu itu sendiri yang mencakup rumah, letak geografis
dan fisik sekolah
serta berbagi lingkungan
social lainnya. Selain itu
proses belajar ditandai
dengan perubahan tingkah
laku secara keseluruhan, dari yang
paling sederhana yang
bersifat reflektif sampai
ke yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan
disekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini
berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar
yang dialami oleh
siswa sebagai anak
didik (Slameto.
2003:45). Belajar itu
sendiri adalah suatu perubahan
dalam perilaku, keterangan,
pengetahuan, pemahaman, sikap,
keterampilan atau kemampuan
yang dapat dipertahankan
dan tidak dapat
dianggap berasal dari
pertumbuhan jasmaniah atau
pengembangan polapola perilaku
yang terwariskan.
6.
Motivasi Belajar
a.
Pengertian dan Jenis Motivasi
Guru-guru
sangat menyadari pentingnya
motivasi dalam bimbingan
belajar siswa berbagai
macam teknik misalnya
penghargaan, pujian dan
celaan telah dipergunakan untuk
mendorong para siswa agar mau belajar. Seorang guru dalam
proses belajar mengajar
harus benar-benar mengoptimalkan dalam
memanfaatkan atau menggunakan
sarana dan prasarana
pendidikan yang telah
tersedia. Oleh karena
itu, masalah memotivasi
siswa dalam belajar,
merupakan masalah yang sangat
kompleks. Guru hendaknya
mengetahui prinsip-prinsip motivasi
yang dapat membantu
pelaksanaan tugas mengajar
dan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa,
sehingga mereka dapat
mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Motif adalah dorongan
atau kekuatan dari
dalam diri seseorang
yang mendorong orang
untuk bertingkah laku
atau berbuat sesuatu
untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Motif
dapat berupa kebutuhan
dan cita- cita. Motif
ini merupakan tahap awal dari
proses motivasi, sehingga
motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi
(kesiapsiagaan) saja. Sebab
motif tidak selamanya
aktif. Motif aktif
pada saat tertentu
saja, yaitu apabila
kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat mendesak.(Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib
Abdul Wahab, 2004). Jadi, apabila suatu
kebutuhan dirasakan mendesak
untuk dipenuhi maka
motif atau daya
penggerak menjadi aktif.
Motif atau daya
penggerak yang telah
menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Menurut Alisuf Sabri,
Motivasi adalah segala sesuatu
yang menjadi pendorong
tingkah laku yang
menuntut/mendorong orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan
suatu keputusan yang
telah ditetapkan individu
sebagai suatu kebutuahan/tujuan yang
nyata ingin dicapai.(
M. Alisuf Sabri,1993:128).
Dengan demikian, kebutuhan inilah yang akan
menimbulkan dorongan atau motif
untuk melakukan tindakan
tertentu, di mana
diyakini bahwa jika
perbuatan itu telah dilakukan, maka tercapailah keadaan
keseimbangan dan timbullah perasaan puas
dalam diri individu. Adapun Jenis motivasi
dapat dipandang dari
segi sumber, maka
dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu:
1)
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu
seperti kebutuhan, bakat, kemauan, motivasi
dan harapan yang
terdapat pada diri
seseorang. Sebagai misal,
seseorang yang gemar
membaca tidak memerlukan
orang lain yang memotivasinya
tetapi ia sendiri
butuh, bermotivasi atau
berkemauan untuk mencari sumber-sumber bacaan dan rajin
membacanya.
2)
Motivasi Ekstrinsik
Yaitu
motivasi yang datang
dari luar diri
seseorang, timbul karena
adanya stimulus (rangsangan)
dari luar lingkungannya. Sebagai
contoh, seseorang yang berlatih
atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah, dan meningkatkan nama baik organisasi olah
raga yang ia masuki. Dengan demikian
bahwa motivasi yang
berasal dari diri
sendiri (intrinsik) dan
motivasi yang berasal
dari luar diri
(ekstrinsik), kedua-duanya sangatlah
berpengaruh pada tindakan
seseorang. Dengan adanya
kedua motivasi tersebut,
maka seseorang dapat
melakukan tindakan-tindakan atau
perbuatan- perbuatan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
b.
Motivasi Sebagai Penunjang Belajar
Thomas M. Risak yang mengemukakan tentang motivasi
sebagai berikut: We may now define
motivation, in a pedagogical sense, as the conscious effort on the part of the teacher to
establish in studens motives leading to
sustained activity toward the learning goals dan diterjemahkan
oleh Zakiah Daradjat,
dkk, motivasi adalah
usaha yang disadari
oleh pihak guru
untuk menimbulkan motif-motif
pada diri murid yang
menunjang kegiatan kearah
tujuan-tujuan belajar. (Zakiah
Daradjat dkk, 1995 : 40).
Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan
sehari-hari banyak yang didorong oleh
motif-motif ekstrinsik, tetapi banyak pula yang didorong oleh motif-motif intrinsik atau oleh kedua-duanya.
Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar
untuk menacapai tujuan
dan hasil belajar
yang optimal, siswa
banyak terpengaruh oleh
motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari
dalam dirinya, atau
mungkin dapat terpengaruh
secara bersamaan sesuai
dengan situasi yang berkembang.
Di
antara motivasi tersebut,
maka menurut penulis
motivasi intrinsiklah yang
jauh lebih baik,
berkesan lama serta
dapat memberikan hasil
yang memuaskan pada diri
seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran sendiri
untuk memperoleh hasil
yang diinginkan, tetapi
tidak dengan mengesampingkan motivasi ekstrinsik. Motivasi
ekstrinsik juga sangatlah
berpengaruh pada diri
seseorang, karena manusia
adalah makhluk sosial
yang saling membutuhkan
serta mempunyai lingkungan
disekitarnya, baik lingkungan
sekolah, keluarga dan
masyarakat. Apabila lingkungan sekitarnya baik dan dapat memotivasi
seseorang untuk melakukan tindakan yang baik, maka seseorang itu dapat mencapai
tujuan yang diinginkan dan sebaliknya,
apabila lingkungan disekitarnya buruk dan malah
membuat seseorang melakukan tindakan yang buruk, maka orang itu tidak
dapat termotivasi dan tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, motivasi sangatlah penting
baik motivasi yang berasal dari dalam
diri (intrinsik) maupun motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik), karena
kedua-duanya dapat menjadi
pendorong untuk belajar
dan agar proses
belajar mengajar dan
berjalan dengan lancar,
aktifitas dalam belajarnya
memberikan kepuasan/ganjaran diakhir
kegiatan belajarnya serta
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
c.
Peranan dan Fungsi Motivasi dalam
Belajar
Motivasi
sangat berperan dalam
belajar. Dengan motivasi
inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan
dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil
belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa
yang dalam proses
belajar mempunyai motivasi
yang kuat dan jelas
pasti akan tekun
dan berhasil belajarnya.
Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab
adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1)
Pendorong orang untuk berbuat dalam
mencapai tujuan.
2)
Penentu arah perbuatan yakni kearah
tujuan yang hendak dicapai.
3)
Penseleksi perbuatan
sehingga perbuatan orang
yang mempunyai motivasi senantiasa
selektif dan tetap
terarah kepada tujuan
yang ingin dicapai. (M. Alisuf Sabri, 1996 : 86)
Motif
itu mendorong manusia
untuk berbuat atau
bertindak, motif itu
berfungsi sebagai penggerak
atau sabagai motor
yang memberikan energi
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. Motif itu
menentukan arah perbuatan,
yakni kearah perwujudan
suatu tujuan atau
cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan
suatu tujuan atau
cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas
tujuan itu, makin
jelas pula terbentang
jalan yang harus
ditempuh. Berdasarkan arti dan
fungsi motivasi di
atas dapat disimpulkan
bahwa motivasiitu bukan hanya
berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan
penentu hasil perbuatan. Motivasi akan
mendorong untuk bekerja
atau melakukan sesuatu perbuatan dengan
sungguh-sungguh (tekun) dan
selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya.
7.
Hasil Belajar
a.
Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar
merupakan konsep yang
tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada
apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar, sedangkan
mengajar marujuk pada apa yang seharusnya
dilakukan seorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep
belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa
dan guru terpadu
dalam satu kegiatan.
Diantara keduannya itu
terjadi interaksi dengan
guru. Kemampuan yang
dimiliki siswa dari
proses belajar mengajar
saja harus bisa
mendapatkan hasil bisa
juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang
lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu
hasil belajar yang
dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang
siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana,
2004 : 22).
Sedangkan menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan
kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan keterampilan,
sikap dan keterampilan
yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang
diberikan oleh guru
sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan
yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh Clark (1981
: 21) menyatakan
bahwa hasil belajar
siswa disekolah 70 % dipengaruhi
oleh kemampuan siswa
dan 30 %
dipengaruhi oleh lingkungan.
Demikian juga faktor
dari luar diri
siswa yakni lingkungan yang
paling dominan berupa
kualitas pembelajaran (Sudjana,
2002 : 39).
"Belajar
adalah suatu perubahan
perilaku, akibat interaksi
dengan lingkungannya" (Ali
Muhammad, 204 : 14). Perubahan
perilaku dalam proses belajar
terjadi akibat dari
interaksi dengan lingkungan.
Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja.
Dengan demikian belajar
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.
Sebaliknya apabila terjadi perubahan
dalam diri individu
maka belajar tidak
dikatakan berhasil.
Abin Syamsudin M ( dalam Hefi Tusilawati, 2009 :23)
mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan yang diharapkan
terjadi pada perilaku dan
pribadi siswa setelah mengalami
dan melalui proses belajar’. Ada juga yang mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar
merupakan kemampuan melakukan sesuatu secara permanent, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama’. Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki
peserta didik sebagai akibat dari proses belajar
yang ditempuhnya dan
berupa suatu konsep
yang bersifat umum
didalamnya tercakup prestasi.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan
kognitif, afektif dan
pisikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk
nilai hasil belajar IPS. Dalam pembelajaran IPS,
hasil proses pembelajaran
yang penting yakni
sesuai dengan tujuan/sasaran hasil pembelajaran atau
standar kompetensi dan
kompetensi dasar tertuang
dalam silabus
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang terjabarkan
pada silabus tersebut
dan guru pun menyusun beberapa
indikator yang dapat menjelaskan dan menunjukan jenis-jenis tingkah
laku yang perlu
dimiliki oleh siswa
setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan tercapai tidaknya indikator tersebut baru
dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian tes.
Hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh kamampuan
siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran
yang dimaksud adalah profesional
yang dimiliki oleh
guru. Artinya kemampuan
dasar guru baik di
bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat
di atas, maka
hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal
(internal) dan faktor
dari luar diri
siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh
siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan
dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupa sehingga
nampak pada diri
indivdu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan
dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.
8.
Strategi Cooperative Learning Teknik STAD dalam
Pelaksanaan Pembelajaran IPS kompetensi dasar tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan.
Penerapan strategi Cooperative Learning
pada pembelajaran IPS dimulai dengan melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak
yang berkompeten. Guru hendaknya bersedia
membuka kelas untuk diamati yaitu: proses pembelajaran yang dilakukan diamati
oleh guru lain, bahkan oleh orang tua siswa dan masyarakat. Kolaborasi itu
dilaksanakan sejak melaksanakan perencanaan (plan) yaitu menyusun rencana pembelajaran (RP), melakukan
pembelajaran (do) yang diamati oleh
pengamat (see) dan diakhiri dengan
melakukan refleksi untuk mendapatkan masukan dalam rangka peningkatan
pembelajaran lebih lanjut. Kegiatan plan,
do, see dan refleksi ini dikenal
sebagai Lesson Study.
Siswa-siswa sebelumnya sudah mencari
informasi tentang tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, dan berdasarkan
informasi yang dia dapat mereka berdiskusi dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi para siswa diharapkan dapat
memecahkan masalah tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, yang sebelumnya
tidak mereka pahami menjadi lebih mereka pahami. Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan diskusi, dengan pelaksanaan diskusi para siswa diahrapkan dapat menghargai
pendapat/kemampuan teman sehingga terjadi hubungan antar teman yang saling
menghargai, dan pada akhir kegiatan para siswa diharapkan dapat menemukan sendiri masalah baru dan berusaha memecahkan
masalah baru tentang tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan.
Guru membuat siswa berkelompok agar siswa
dapat meneliti diri sendiri, dan guru harus mengamati/mengikuti proses berfikir
setiap siswa, misalnya siswa sedang dalam tahapan seperti apa, apa kesulitan
siswa.. Guru harus mempunyai kemampuan untuk menangkap hal yang tak
terungkapkan siswa. Yang penting guru tidak menggurui tetapi harus mampu
menghubungkan proses pembelajaran setiap siswa agar saling belajar. Jadi
keahlian seorang guru bukan terletak pada kemampuan untuk mengajar sesuatu,
tetapi pada kemampuan mendorong setiap siswa agar dapat belajar dengan
siswa lain.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penulisan laporan perbaikan pembelajaran ini,
peneliti mengambil beberapa referensi dari berbagai literatur yang ada, salah
satunya adalah dengan mengambil referensi berupa literatur penulisan laporan
yang relevan dengan judul penulisan laporan perbaikan pembelajaran yang akan
peneliti susun, diantaranya
- Budiansyah. 2010. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di kelas IV SDN Ciwaruga I Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ). Penelitian ini berjudul ” Penerapan model Cooperative Learning teknik STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS mengenal permasalahan sosial di daerahnya di sekolah dasar’’ Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SD, dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai penerapan langkah-langkah model Cooperative Learning. Juga bias membuktikan proses pembelajaran yang aktif pada pembelajaran yang menggunakan Model Cooperative Learning Teknik STAD. Permasalahan yang timbul dari pelaksanaan penelitian ini adalah adanya penemuan-penemuan lapangan yang terjadi baik masalah pembelajaran siswa maupun tindakan guru yang terjadi selama proses pembelajaran berlagsung. Sampel dalam penelitian ini melibatkan siswa kelas IV SDN Ciwaruga 1 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Jumlah siswa yang menjadi objek penelitian adalah sebanyak 37 orang siswa. Pendekatan dalam penelitian ini adalah Pendekatan (PTK) Penelitian Tindakan Kelas. Adapun yang menjadi tinjauan teoritis yang dibahas mengenai pendidikan IPS SD antara lain : hakekat pembelajaran IPS, model Cooperative Learning, Hasil belajar siswa, serta kompetensi dasar mengenal permasalahan Sosial di daerahnya. Dengan menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas (PTK) seperti yang dikembangkan Kemmis dan MC. Taggart dengan sebuah putaran dalam siklus terdiri empat komponen penelitian. PTK yang peneliti laksanakan terdiri dari tiga siklus dimana setiap siklus terdiri dari dua tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik STAD.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan penerapan model Cooperative Learning Teknik STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat dilihat dari hasil belajar secara kelompok dengan rata-rata : Siklus I tindakan 1 71 dan tindakan 2 75, siklus II tindakan 1 81 dan tindakan 2 82, siklus III tindakan 1 83 dan tindakan 2 91 serta dilihat dari perolehan rata-rata nilai tes individu yaitu : Siklus I tindakan 1 66,3 dan tindakan 2 68,3 siklus II tindakan 1 70,1 dan tindakan 2 73,4 siklus III tindakan 1 76,4 dan tindakan 2 81,0, maupun dilihat dari proses belajar, dan disarankan supaya dalam pembelajaran guru menerapkan model Cooperative Learning teknik STAD seperti yang telah dilaksanakan peneliti.
- Indiantika, Trias. 2011. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN Kebonagung 06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Berdasarkan hasil observasi pra tindakan pada tanggal 18 Februari 2011 di SDN Kebonagung 06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, aktivitas dan hasil belajar siswa relatif rendah KKM yang di peroleh hanya mencapai 42,00. Hal tersebut berhubungan dengan cara pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri. Hasil dari pra tidakan yang diberikan pada 30 siswa menunjukkan bahwa hanya ada 3 siswa (10%) yang mencapai KKM yang ditentukan 75,00. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD, aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dalam penelitian ini yaitu seorang guru kelas IV dan seluruh siswa kelas IV SDN Kebonagung 06, dengan prosedur (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan Penilaian, (4) Refleksi di setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPS materi “Koperasi” siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi” meningkat ketika diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Rata-rata aktivitas pada siklus I 70,80 dan rata-rata pada siklus II 90,31. Pada siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan 19,51. Hasil belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi” meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. Rata-rata hasil belajar pada siklus I 74, 83 dan pada siklus II 85,33. Pada siklus I dan II rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 10,50. Ketuntasan siswa kelas IV pada siklus I 19 (63%) siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa. Pada siklus II siswa yang tuntas 30 (100%) hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II sudah melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar IPS materi “Koperasi “ tuntas belajar.
- Nurhomisan, Euis. 2011. Penggunaan Model Cooperative Learning Teknik STAD dalam Upaya Meningkatkan Sikap Sosial Siswa pada Pembelajaran IPS. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sikap sosial siswa dan hasil dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kurang memuaskan. Siswa kurang memahami materi yang diterangkan oleh guru karena metode yang dilakukan bersifat mono arah, yang pada akhirnya siswa cenderung merasa jenuh serta malas untuk mengikuti pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya sikap sosial siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS, mengetahui sikap sosial siswa berdasarkan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS, dan mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 3 (tiga) siklus yang masing-masing terdiri dari 2 (dua) tindakan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 25 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar observasi, catatan lapangan, lembar penilaian proses. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, catatan lapangan, dan penilaian (tes). Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Peubah yang diamati adalah nilai sikap sosial siswa yang terdiri dari pemahaman konsep, kerjasama, dan keberanian berpendapat. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa penggunaan model cooperative learning teknik STAD mempengaruhi hasil belajar dan sikap sosial siswa dalam pembelajaran IPS, dimana nilai rata-rata individu tiap siklus memperlihatkan peningkatan yang positif (S I : 69,12 ; S II : 74,28 ; S III : 83,64) begitu pula dengan nilai sikap sosial siswa (S I : 5,05 ; S II : 7,00 ; S III : 8,40). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model cooperative learning teknik STAD dalam pembelajaran IPS mampu meningkatkan hasil belajar dan nilai sikap sosial siswa.
C. Kerangka Berpikir
Rendahnya
hasil belajar dan motivasi belajar
IPS materi pokok peranan tokoh-tokoh dalam proklamasi
kemerdekaan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor
yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran pada dasarnya sangat kompleks dan bisa ditinjau
dari berbagai aspek. Adapun hal yang paling
mendasar dan menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran diantaranya sarana
dan prasarana yang
memadai, situasi dan
kondisi yang kondusif,
faktor guru, faktor siswa,
termasuk pemilihan dan penggunaan model pembelajaran.
Hasil penelitian awal yang telah
peneliti lakukan masih terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang
terjadi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan tokoh-tokoh
dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Harapannya selain siswa dapat mengalami
proses belajar yang benar juga berhasil mencapai suatu kompetensi yang menjadi
target pembelajaran.
Sebagai upaya perbaikan maka perlu pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Di antara
berbagai model pembelajaran,
satu diantaranya adalah
model cooperative learning tipe STAD, yaitu pembelajaran berkelompok
dimana siswa dapat saling membantu dalam
proses pembelajaran sehingga siswa yang kurang dapat dibantu oleh
teman kelompoknya selain
oleh guru sebagai
pembimbing. Model ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar
secara bersama-sama atau gotong royong
sehingga makna kebersamaan
sangat dominan. Selain
itu, model ini
dapat mengaktifkan siswa
dalam belajar karena
siswa didorong untuk mengemukakan pendapat atau menyanggah
berbagai masalah yang diajukan oleh rekan sekelompoknya
Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar
variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut
kerangka logis. Adapun kerangka berpikir dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada
uraian di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan, yaitu sebagai
berikut.
a.
Penggunaan model Cooperative
Learning Tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ............... Kabupaten ................
b.
Penggunaan model Cooperative
Learning Tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peranan
tokoh-tokoh dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan hasil dan
ketuntasan belajar siswa kelas V SDN ............... Kecamatan ...............
Kabupaten ................
Untuk mendapatkan file secara lengkap silahkan klik disini