LOGO
LAPORAN HASIL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TIPE CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA SISWA KELAS VII
SMP N ............ SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
.
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kenaikan Pangkat ........
Unsur Pengembangan Profesi Guru
……….
NIP. ……………..
SMP ……………………..
Jl. ………….. Kec. ……………, Kab. ………………
Prov. …………….
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Tipe Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Klasifikasi Materi dan Perubahannya Siswa Kelas VII SMP N 8 ............ Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020
b. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : ………………………………
b. NIP : ………………………..…..…
c. Pangkat / Golongan : ………………………………
d. Jabatan : Guru Mata Pelajaran
e. Sekolah : SMP N ............
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi : SMP N............
5. Jangka waktu : 3 (tiga) bulan (September 2019 s.d November 2019)
Mengetahui ............, 20 November 2019
Kepala Sekolah Peneliti
………………….…….. ……………………..….
NIP. …………………. NIP. ………………..
Mengesahkan
Pengawas Sekolah
………………………..
NIP. …………………….
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TIPE CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA SISWA KELAS VII
SMP N 8............ SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
………….
NIP. ………………
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran PBL tipe CPS pada siswa kelas VII SMP N ............Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini terfokus pada peserta didik di kelas VII SMP N ............Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar tes. Teknik validasi data menggunakan teknik memperpanjang masa observasi, pengamatan yang terus menerus, dan triangulasi. Teknik analisa data hasil observasi dianalisis dengan rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor, dan kisaran untuk tiap kriteria sedangkan data tes dianalisis dengan menggunakan rumus rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar klasikal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: penggunaan model pembelajaran PBL tipe CPS dalam pembelajaran IPA di kelas VII SMP N ............ dapat meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil analisis aktivitas siswa pada kondisi awal menunjukkan bahwa hanya terdapat 11 siswa atau 33,33% yang dinyatakan tuntas, pada siklus I meningkat menjadi 20 siswa atau 60,61 dan 93,94% atau 31 siswa pada siklus kedua. Hasil analisis terhadap peningkatan hasil dan ketuntasan belajar siswa menunjukkan pada kondisi awal hanya terdapat kondisi awal hanya terdapat 9 siswa atau 27,27% dengan nilai rata-rata klasikal sebesar 54,55 meningkat pada siklus I menjadi 64,85 dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 16 siswa atau 48,48% dan nilai rata-rata 76,67 pada siklus kedua dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 29 siswa atau 87,88%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL tipe CPS dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siswa kelas VII B SMP N............Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata kunci : aktivitas, hasil belajar, PBL CPS
KATA PENGANTAR
Laporan Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam rangka memenuhi Diajukan pada penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan III/c ke III/d dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Tipe Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Klasifikasi Materi dan Perubahannya Siswa Kelas VII SMP N............ Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020”.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Pengawas Sekolah yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada peneliti untuk menyelesaikan penulisan laporan PTK ini.
2. Kepala SMP N ............ yang telah memberikan saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
3. Bapak dan Ibu Guru SMP N ............yang telah memotifasi hingga kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan lancar.
4. Siswa-siswa SMP N ............khususnya siswa kelas VII yang peneliti penelitingi.
5. Semua pihak yang telah tulus ikhlas membantu dalam penulisan laporan penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa laporan Penelitian ini masih jauh dari sempurna, ini disebabkan keterbatasan pengetahuan peneliti. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat peneliti harapkan, sebagai bahan perbaikan dalam menyusun laporan penelitian yang akan datang.
............, November 2019
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................. 4
C. Perumusan Masalah................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori................................................................................. 6
B. Kerangka Pikir............................................................................. 18
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ........................................................................ 21
B. Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 21
C. Subjek dan Objek Penelitian........................................................ 22
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 22
E. Validasi Data............................................................................... 23
F. Teknik Analisis Data.................................................................... 24
G. Prosedur Penelitian...................................................................... 26
H. Indikator Keberhasilan .............................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 32
1. Kondisi Awal......................................................................... 32
2. Siklus I................................................................................... 34
3. Siklus II................................................................................. 40
B. Hasil Penelitian............................................................................ 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 52
B. Saran ........................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Skenario Pembelajaran Creatif Problem Solving (CPS)............... 13
Tabel 3.1 Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa...................... 25
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal ...... 33
Tabel 4.2 Rekapitulasi Penilaian Tes Formatif pada Kondisi Awal ........... 33
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siklus I 37
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siklus I..................................................................................................... 39
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siklus I 42
Tabel 4.6 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Siswa Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siklus II..................................................................................................... 43
Tabel 4.7 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II 45
Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir...................................................... 19
Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan PTK (Sirkunti, 2008:55)......................... 22
Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II ............................................................................................... 45
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan II ............................................................................................... 46
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa Pada Siklus I dan II 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1................................................................................................ Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2................................................................................................ Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3................................................................................................ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4................................................................................................ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5................................................................................................ Analisis Data Hasil Penelitian
Lampiran 6................................................................................................ Berkas Instrumen Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Lampiran 7................................................................................................ Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 8................................................................................................ Daftar Hadir Siswa (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran 9................................................................................................ Dokumentasi Kegiatan Penelitian (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Untuk mendapatkan file lengkap............... silahkan klik disini
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran IPA
a. Pengertian IPA
IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. Menurut Carin dalam Winarni (2009: 15) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Selanjutnya Depdiknas (2006: 43) menjelaskan bahwa, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Winarni (2012: 8) IPA pada hakikatnya terdiri dari empat komponen yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, produk ilmiah, dan aplikasi. IPA berkembang melalui langkah-langkah yang berurutan, yaitu pengamatan, klasifikasi, dan eksperimentasi. Fase observasi karena sesuatu yang ditemukan kelihatan (nyata dapat dilihat) baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat dipelajari dan dimengerti. Hasil studi dari observasi dengan jelas dapat dikomunikasikan, untuk itu maka masuklah ke fase klasifikasi yaitu upaya studi lanjut dari hasil observasi berdasarkan kategori-kategori tertentu sehingga dihasilkan pengelompokkan atau klasifikasi yang baik. Fase eksperimen merupakan langkah studi untuk membuktikan penemuan-penemuan melalui penelitian.
Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk penemuan dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan menciptakan suatu karya yang dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah, berupa serangkaian proses ilmiah yaitu penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan, oleh sebab itu, pengajaran IPA di sekolah tidak hanya mementingkan penguasaan siswa terhadap fakta, konsep dan teori-teori, tetapi yang lebih penting adalah siswa belajar untuk memaknai proses dan hasil pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Abrucasto dalam Winarni (2009: 12) menyebutkan “tujuan utama pendidikan IPA adalah membentuk orang yang memiliki kreativitas, berpikir kritis, menjadi warga negara yang baik, dan menyadari adanya karir yang lebih luas (expanded carer awareness)”.
Dalam kurikulum pendidikan dasar, pembelajaran IPA memiliki tujuan antara lain agar siswa dapat: (1) memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, (2) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian-kejadian lingkungan hidup dan, (3) bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri dan meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Depdiknas, 2006: 43).
Tujuan pembelajaran IPA menurut Kurikulum 2013 (Depdiknas, 2014) adalah:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,
4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan tingkat selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA bukan hanya bertujuan untuk memperoleh keterampilan sosial dan memperoleh pengetahuan saja tetapi juga untuk memberikan motivasi pada peserta didik, melatih kemampuan berpikir intelektual dan merangsang keingintahuan siswa, melatih anak berpikir kritis, rasional dan objektif, agar dapat meningkatkan proses dan kualitas pembelajaran IPA sehingga tujuan dari pembelajaran IPA akan terealisasikan dengan baik.
2. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu (Rusman, 2011: 1). Sedangkan Howard L. Kingskey dalam Djamarah (2008: 13) berpendapat bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Gagne dalam Suprijono (2009: 2) mengemukakan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara terus-menerus dalam Syah (2010: 64).
Sedangkan Bruner dalam Trianto (2010: 15) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi belajar seharusnya mengkontruksikan pengetahuan dipikiran siswa, siswa mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Pada hakikatnya pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010: 17).
Sependapat dengan di atas, Rusman (2010: 134) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran Diperkuat oleh Prayitno (2008: 45) bahwa poses pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh peserta didik dalam upaya mencapai tujan pendidikan di satu sisi, dan di sisi lain merupakan kegiatan yang diupayakan oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk sebesar-besarnya bermanfaat bagi pencapaian tujuan pendidikan oleh peserta didik.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswanya, dimana terjadi interaksi dan komunikasi dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
3. Karakteristik Siswa SMP
Usia sekolah menengah pertama sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah menengah pertama adalah mereka menampilkan perbedaan perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik Nasution dalam Djamarah (2008: 123).
Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual bagi siswa SMPadalah pada tahap operasional kongkrit yang berkisar antara usia 13-15 tahun, Pada tahap ini siswa mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit (Trianto, 2010: 29).
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah menengah pertama, ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah menengah pertama masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan. Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat (Dahlan, 2007: 4).
Menurut Dahlan (2007: 25) bahwa, masa kelas tinggi sekolah menengah pertama mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut: (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, dengan memberikan sebuah permasalahan sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa.Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok untuk dapat mengembangkan diri siswa dalam pembelajaran IPA.
4. Model Problem Based Learning tipe Creative Problem Solving
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah kehidupan sehari-hari. Model ini memberikan kemungkinan kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan. Kegiatan belajar dimulai dengan masalah-msalah yang diberikan guru, selanjutnya kegiatan belajar tidak terstruktur secara tepat oleh guru.
Pemecahan masalah adalah suatu keterampilan yang dapat diajarkan dan dipelajari. Creativity atau kreativitas adalah bagian dari unsur-unsur asosiatif dalam kombinasi baru yang memenuhi syarat tertentu. Makin jauh timbal balik unsur-unsur kombinasi baru, maka makin kreatif proses pemecahan masalah dalam Winarni (2012:66).
Beberapa definisi model problem based learning:
a. Menurut Arends dalam Trianto (2007: 92), problem based learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah autentik (nyata) sehingga mereka diharapkan dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi, inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
b. Menurut Dutch dalam Amir (2009: 21), problem based learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, belajar secara kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
c. Menurut Wena (2011: 91), PBL merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.
d. Menurut Ben dan Ericson dalam Komalasari (2010: 58), Problem
Based
Learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dengan menintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan
memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
Dari beberapa uraian mengenai pengertian PBL dapat disimpulkan bahwa sebuah model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi aktif belajar kepada siswa yang nantinya diharapkan dapat menciptakan sebuah pengalaman belajar siswa.
Dalam PBL ini salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model PBL tipe Creative
Problem Solving (CPS). Creative Problem
Solving adalah suatu model menciptakan pembelajaran dimana siswa
menerima masalah yang dapat merangsang siswa menyelesaikannya secara kreatif
sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Guru hanya berperan
sebagai motivator dan membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah (Winarni,
2012: 68).
Menurut Fredericsen dalam Winarni (2012: 68) terdapat beberapa strategi untuk mengajarkan pemecahan masalah secara kreatif, yaitu:
a. Inkubasi: pemecahan masalah secara kreatif melalui proses langkah demi langkah secara analisis dan tidak tergesa-gesa untuk dapat memecahkan masalah,
b. tidak tergesa-gesa mengambil keputusan: siswa harus didorong untuk tidak tergesa-gesa mengambil keputusan dan mempertimbangkan semua kemungkinan sebelum mencoba memecahkan suatu pemecahan,
c. iklim yang sesuai: siswa yang terlibat dalam memecahkan masalah secara kreatif harus merasa bahwa ide-ide mereka akan diterima,
d. analisis: menganalisis dan mendaftar secara karakteristik unsur-unsur dari suatu masalah,
e. keterampilan-keterampilan berpikir: siswa diajarkan strategi-strategi khusus untuk pendekatan pemecahan masalah,
f. umpan balik: pemberian banyak latihan-latihan kepada siswa meliputi berbagai macam bentuk masalah.
Langkah-langkah pembelajaran CPS adalah sebagai berikut : (1) penemuan fakta, (2) penemuan masalah, berdasarkan fakta-fakta yang dihimpun, ditentukan masalah atau pertanyaan kreatif untuk dipecahkan, (3) penemuan gagasan, menjaring sebanyak mungkin alternatif jawaban untuk memecahkan masalah, (4) penemuan jawaban, penentuan tolak ukur atas kriteria pengujian yang diharapkan, (5) penentuan penerimaan, diketemukan kebaikan dan kelemahan gagasan, kemudian menyimpulkan dari masing-masing masalah yang dibahas (Winarni, 2012:72).
Tabel 2.1 Skenario Pembelajaran Creatif Problem Solving (CPS)
Tahap Creative Problem |
Langkah-langkah |
Aktivitas dan Prestasi |
Kegiatan Awal |
|
|
Penemuan fakta |
1. Memberikan pertanyaan pemandu, bercerita, dan meminta siswa mengemukakan tanggapan untuk menanamkan pengetahuan dan pemahaman siswa pada suatu konsep 2. Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan |
Menanggapi pertanyaan, mengemukakan pengetahuan dan pemahaman yang berhubungan dengan konsep |
Penemuan Masalah |
Memberikan masalah- masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari
|
Melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. |
Penemuan Gagasan |
Siswa di dalam kelompok menyampaikan tanggapan atau pendapat untuk memecahakan masalah dari guru |
Melakukan pengamatan, percobaan, dan diskusi untuk memperoleh pengalaman langsung sesuai petunjuk dan arahan |
Penemuan jawaban |
Siswa berfikir dan mencari alternatif jawaban yang benar untuk memecahkan masalah |
Melakukan perbandingan dan analisis terhadap pendapat-pendapat yang telah diberikan oleh anggota kelompok untuk mencari jawaban yang relatif benar |
Penentuan jawaban |
Guru memberi masukan terhadap pendapat anak dan memberikan pengertian tentang penyelesaian yang benar |
Melakukan penyaringan konsep yang benar dan salah serta mengungkapkan kelemahan dan kelebihan |
Kegiatan Akhir |
|
|
|
Meminta siswa melakukan pengulangan dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dan menyimpulkan materi pelajaran |
Dengan imbingan guru, siswa melakukan pengulangan dan menyimpulkan materi pelajaran |
Kegiatan Penutup |
|
|
|
Posstes dilakukan dengan memberikan soal pada akhir pembelajaran |
Siswa mengerjakan soal evaluasi terakhir |
(Sumber Winarni, 2012:72)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL CPS dimulai dengan diberikannya masalah oleh guru ataupun permasalahan dari siswa. Masalah yang menjadi focus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
Menurut Winarni (2012: 71) keunggulan pembelajaran CPS antara lain sebagai berikut :
a. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar
b. Pemecahan masalah memberikan tantangan pada siswa dan mereka merasa puas dari hasil penemuan baru itu
c. Pemecahan masalah melibatkan siswa secara aktif dalam belajar
d. Pemecahan masalah membantu siswa belajar bagaimana memindahkan pengetahuan mereka ke dalam persoalan dunia nyata
e. Pemecahan masalah membantu siswa mengembangkan pengetahuan baru untuk kepentingan persoalan berikutnya dan siswa dapat mengevaluasi proses dan hasil belajarnya sendiri
f. Pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan kemampuan mereka mengadaptasikan situasi pembelajarn baru
g. Pemecahan masalah membantu siswa mengevaluasi pemahamannya dan mengidentifikasi alur berpikirnya.
Adapun kelemahan-kelamahan CPS menurut Sanjaya (2007) antara lain sebagai berikut :
a. Masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan mencoba.
b. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
c. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi cukup lama.
Untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut, peneliti dapat menggunakan metode tanya jawab, pengamatan, penugasan, percobaan, dan diskusi kelompok. Hal ini dikarenakan metode ini dapat mengembangkan pikiran dan pengetahuan siswa, mereka bisa mengembangkan pengetahuannya pada saat mereka melakukan diskusi. Dengan menerapkan metode pembelajaran tersebut maka proses pembelajaran IPA yang berlangsung akan menghasilkan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik.
5. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar
a. Aktivitas Belajar
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, seharusnya belajar tidak pernah sepi dari berbagai aktivitas. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar seperti menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek dan sebagainya. Dalam pengajaran, anak didiklah yang menjadi subjek. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Aktivitas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa.
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas (Djamarah, 2008: 166) Seorang yang berminat terhadap suatu aktivitas pembelajaran akan memperhatikan aktifitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Aktivitas pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan seluruh aspek psikofisikis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafia,2009: 23-24).
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar adalah keterlibatan siswa secara menyeluruh yang diciptakan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model ataupun metode belajar yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Jadi dengan pemilihan model yang tepat terhadap materi yang akan diajarkan oleh guru akan menentukan sukses dan maksimalnya kegiatan belajar yang berdampak pada meningkatnya pemahaman anak terhadap materi yang diajarkan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai pencapaian seorang siswa yang telah melakukan pembelajaran sehingga membuat siswa yang sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai tes siswa, lembar penilaian afektif dan psikomotor (Winarni, 2012: 138). Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu pelajaran.
Dalam proses belajar mengajar agar hasil belajar siswa meningkat harus terjadi interaksi antara guru dan siswa sehingga terjadi suatu perubahan tingkah laku dalam individu (siswa). Anderson dan Krathwohl dalam Winarni (2012: 139) membagi ranah kognitif meliputi dua dimensi, yaitu kognitif proses dan kognitif produk. Kognitif proses terdiri dari enam aspek, yakni ingatan (C1), pemahaman(C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan aspek kreasi atau mencipta (C6). Sedangkan kognitif produk meliputi empat kategori, yaitu: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan prosedural, dan (4) metakognitif. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, antara lain aspek menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari 4 aspek antara lain menirukan, memanipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi (Winarni, 2012: 141).
Hasil belajar pada pembelajaran dalam penelitian ini ditekankan pada Ketiga ranah tersebut. Penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, tetapi tidak menutupi kemungkinan untuk guru melihat perkembangan nilai-nilai karakternya diluar proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan observasi, dari hasil pengamatan, catatan, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu nilai.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kondisi nyata yang terjadi di lapangan, pembelajaran IPA pada saat ini masih jauh dari kondisi ideal yang diharapkan sesuai dengan karakteristik dan hakikat pembelajaran IPA. Pembelajaran yang terjadi di lapangan belum menunjukkan adanya pengaktifan mental siswa dalam pemecahan masalah, siswa tidak diajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah baik dalam masalah pelajaran di kelas yang membutuhkan kreativitas. Akan tetapi siswa hanya diberi konsep tanpa adanya tindak lanjut bagaimana konsep yang didapat tersebut bermanfaat dalam lingkungan siswa.
Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara kenyataan dengan kondisi yang seharusnya/kondisi ideal, maka untuk mengatasi kesenjangan tersebut peneliti menerapkan model yang memungkinkan siswa belajar secara optimal baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor yaitu menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning tipe Creative Problem Solving untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP N ............................... pada Mata Pelajaran IPA.
Adapun langkah-langkah pembelajaran PBL
CPS yang diterapkan pada penelitian ini, yaitu : Kegiatan awal Tahap
Penemuan Fakta (1) memberikan pertanyaan pemandu (CPS), (2) menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
(CPS). Kegiatan Inti Tahap Penemuan Masalah (3) Guru menyampaikan
informasi dan mengilustrasikan pemahaman siswa mengenai materi yang akan
dipelajari (CPS). Tahap Penemuan Gagasan (4) Guru mengorganisasikan
siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa, (5) Guru membagikan
LKS kepada kelompok, (6) Guru menjelaskan langkah-langkah mengerjakan LKS, (7)
Siswa di dalam kelompok menyampaikan tanggapan atau pendapat untuk memecahkan
masalah dalam kelompok (CPS). Tahap Penemuan Jawaban (8) Guru membimbing
kelompok untuk menyusun satu jawaban yang dianggap benar dan menyakinkan tiap
anggota kelompok mengetahui jawaban pertanyaan tersebut (CPS). Tahap
Penentuan Jawaban (9) perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya di depan kelas, (10) Guru memberikan masukan terhadap
pendapat anak dan memberikan pengertian mengenai penyelesaian yang benar (CPS).
Tahap Kegiatan Akhir (11) melakukan pengulangan jawaban dan menyimpulkan
materi (CPS), (12) memberikan evaluasi belajar secara individu (CPS).
Tahap Kegiatan Penutup (13) Guru menutup pembelajaran dengan memberikan
kesan dan pesan yang baik.
Dari model pembelajaran yang ditawarkan di atas maka kondisi yang seharusnya ada pada pembelajaran IPA akan tercapai dengan maksimal antara lain: guru menggunakan model pembelajaran dan metode yang bervariasi sehingga pembelajaran berpusat pada siswa, guru menggunakan model-model pembelajaran yang menarik untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa tampak aktif, melibatkan seluruh aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sehingga siwa menjadi aktif, guru merancang aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga ketika siswa mengerjakan latihan/evaluasi,siswa dituntut berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pun akan meningkat telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Berdasarkan dari berbagai kajian teori di atas maka penelitian ini di tuangkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya dan masih memerlukan pembuktian. Hipotesis tindakan dalam pelitian ini adalah : Jika diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tipe Creative Problem Solving (CPS), maka proses pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar IPA materi klasifikasi materi dan perubahannya siswa kelas VII SMP N ............................... akan meningkat.