Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN MENGGUNAKAN
METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS VII
SMP NEGERI ....................... SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Kenaikan Pangkat Dari Golongan ….. ke …….
Oleh :
……………………
NIP . ……………………..
SMP NEGERI …………………………
Alamat : Jl. ……………………………………………………………….
Kecamatan .................... Kabupaten .................
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Pembelajaran Matematika Materi Himpunan menggunakan Metode Diskusi Kelompok Siswa Kelas VII SMP Negeri ....................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020
b. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : ………………………………………………….
b. NIP : ………………………………………………….
c. Pangkat / Golongan : ………………………………………………….
d. Jabatan : ………………………………………………….
e. Sekolah : SMPN ………………………………………….
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi : SMPN ………………………………………….
5. Jangka waktu : 3 bulan (Juli 2019 s.d September 2019)
Mengetahui ……………., 16 September 2019
Kepala Sekolah Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Pengawas Sekolah
………………………….
NIP. …………………….
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMPN ......................... pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif. siswa. Penelitian menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan Siklus II dua pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMPN ......................... yang berjumlah 21. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes, observasi dan dokumentasi. Validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi dan tes dianalisis ke dalam bentuk deskripsi. Hasil penelitian membuktikan penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat siswa menunjukkan perolehan pada studi awal 5 siswa atau 23,81, naik menjadi 15 siswa atau 71,43% pada siklus pertama, dan 95,24% atau 20 siswa pada siklus kedua. Hal tersebut didukung pula oleh hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi 58,10, naik menjadi 65,71 pada siklus pertama, dan 74,76 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 3 siswa (14,29%) pada studi awal, meningkat menjadi 57,14% atau 12 siswa pada siklus pertama, serta 19 siswa atau 90,48% pada siklus kedua dan secara keseluruhan semua kriteria keberhasilan pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua. Kesimpulannya adalah penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMPN ......................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 pada pelajaran matematika materi himpunan.
Kata Kunci : diskusi, minat, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat selesai dengan baik. Dalam PTK ini peneliti menentukan judul yaitu ”Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Pembelajaran Matematika Materi Himpunan menggunakan Metode Diskusi Kelompok Siswa Kelas VII SMP Negeri ....................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020”. Penelitian ini diajukan untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan …. Ke golongan ….. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini
Peneliti menyadari PTK yang peneliti susun ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karenanya sangat peneliti harapkan kritik dan koreksi dari para pembaca maupun pihak yang terkait untuk perbaikan penyusunan PTK di masa mendatang. Sebagai akhir kata, peneliti berharap dengan penyusunan PTK ini bisa bermanfaat untuk mengevaluasi masalah yang peneliti hadapi dan mencari jalan penyelesaian yang terbaik dan terprogram, yang pada gilirannya bisa berimbas pada peningkatan mutu pendidikan khususnya di SMPN ......................... Kecamatan .................. Kabupaten ..........................
………….., September 2019
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori................................................................................. 7
B. Kerangka Pikir Penelitian............................................................ 27
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian......................................................................... 30
B. Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 30
C. Subjek Penelitian.......................................................................... 32
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 32
E. Validasi Data............................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data.................................................................... 34
G. Prosedur Penelitian...................................................................... 35
H. Indikator Keberhasilan................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 39
B. Hasil Penelitian............................................................................ 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 57
B. Saran ........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Matematika pada Studi Awal 40
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran Matematika pada Kondisi Awal ........................................................................................... 41
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Matematika pada Siklus I 44
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran Matematika pada Siklus I 45
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Matematika pada Siklus II 49
Tabel 4.6 Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran Matematika pada Siklus II 50
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika pada Studi Awal, Siklus I dan Siklus II........................................................................... 51
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika pada Studi Awal, Siklus I dan Siklus II................................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas...................... 28
Gambar 3.1 Alur PTK (Aqib, 2010:31)..................................................... 31
Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Hasil dan Ketuntasan Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ............................................. 52
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Minat Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ........................................................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 5 Berkas Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 6 Analisis Data Hasil Penelitian
Lampiran 7 Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 Daftar Hadir Peneliti dan Observer
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 10 Foto Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika menurut riwayat dan perwujudannya adalah suatu pengetahuan, hal ini juga dapat dilihat dari asal-usul perkataan matematika itu sendiri. Istilah matematika berasal dari kata latin mathematica, yang semula diambil dari kata Yunani, mathematike yang berarti “relating to learning”, dari akar kata mathema yang berarti ilmu atau pengetahuan (science, knowledge) yang sebelumnya berhubungan erat dengan kata mathanein yang mengandung arti belajar (to learn). Jadi, berdasarkan asal-usulnya kata Matematika itu sendiri semula berarti pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar (Gie, 1993: 5). Kemudian James dan James dalam (Suherman, 2003:16) mengatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang banyak ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, geometri, dan analisis.”
Selanjutnya matematika akan diajarkan dijenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang disebut dengan matematika sekolah. Soedjadi (2000: 37) mengemukakan bahwa matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh matematika yaitu objek kajian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten (Suherman, 2003: 54). Matematika sekolah merupakan bagian dari matematika sebagai ilmu yang dipilih atas dasar kepentingan pengembangan kemampuan berpikir dan kepribadian peserta didik serta kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu selalu dapat sejalan dengan tuntutan kepentingan peserta didik untuk menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan masa depan.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Pedoman Mata Pelajaran (PMP) Matematika Sekolah Menengah pertama / Madrasah Tsanawiyah sesuai dengan salinan lampiran 3 Peraturan mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2015 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah, tujuan pembelajaran Matematika agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut.
(1) Memahami konsep Matematika, merupakan kopetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
(2) Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.
(3) Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi Matematika baik dalam pemecahan masalah dalam konteks Matematika maupun di luar Matematika (kehidupan nyata, ilmu dan teknologi) .
(4) Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti Matematika dengan menggunakan kalimat lengkap simbol, tabel, diagram,atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
(5) Memiliki sikap menghargai keguanaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa buku teks pelajaran yang baik harus memenuhi tujuan pembelajaran Matematika yang telah ditentukan oleh Depdiknas sehingga buku teks pelajaran tersebut layak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Minat Belajar
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat seperti halnya. Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) menekankan bahwa minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
Lingkungan sebagai sumber belajar adalah system kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu yang dapat membangkitkan minat siswa dalam belajarnya. Adapun pengertian mengenai minat antara lain : Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989). Pendapat lain menurut Sudjana (2010: 24) “ minat berasal dari pengalaman yang dilakukan sesuatu yang menarik akan mendatangkan kesenangan yang sangat besar pengaruhnya pada diri sendiri sehinga timbul keingintahuan yang mendalam”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulknan bahwa minat adalah keinginan yang tinggi dan kuat dari diri individu untuk melakukan sesuatu dan berguna bagi dirinya. Sesuatu yang dilakukan tentunya yang dapat menarik perhatian didinya, membuat dirinya senang, melakukannya mudah dan tidak sulit serta pengaruh terhadap dirinya besar sekali.
Dalam hal ini minat dalam belajar berarti siswa merasa tertarik untuk dapat mempelajari bahan pelajaran, dia akan bersungguh-sungguh perhatian terhadap apa yang diberikan oleh guru, rasa ingin tahunya tinggi, merasa penasaran dengan apa yang dipelajari dan dilihatnya. Minat akan menjadikan suatu tujuan belajar yang diharapkan akan tercapai. Menurut Purwanto (1990:6) “menaruh minat dari pengalaman yang dilakukan, timbul/berkembang minat mendatangkan kesenangan/keputusan. Minat sangat besar pengaruhnya dalam kegiatan proses belajar mengajar, karena kalau pelajaran tidak menaruh minat siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar dengan baik”.
Hilgard mengemukakan pendaptnya bahwa minat adalah “Intersest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2003 : 57). Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yng disertai dengan rasa senang. Jadi dalam hal ini minat sangat berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dlam waktu yang lama) dan belum diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasan senang dan dari situ pula diperoleh kepuasaan. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada yang lainnya dapat pula dimanifestasikan melalui partisifasi dalam bentuk aktifitas. Siswa memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadp subjek tersebut. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap meteri pelajaran dapat memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Reber yang pendapatnya dikutip oleh Muhibbin Syah (2004 : 136) menyatakan bahwa minat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor internal diantaranya : pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Siswa yang minat terhadap suatu pelajaran maka ia akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut. Minat belajar seseorang dapat mempengaruhi kualiltas hasil belajar, karena itu bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik karena siswa tersebut tidak mempunyai daya tarik untuk mempelajarinya. Siswa enggan untuk belajar karena ia tidak mendapatkan kepuasan dari pelajaran tersebut.
Walaupun minat atau interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas dan situasi. Selain itu, minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya.
Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya.
Hurlock (1993:18) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Crow & Crow (1984:64) menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut, Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional. Hal senada juga dikemukakan oleh Suryabrata (2003 :78) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Aiken ( dalam Catharina: 2004) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
3. Hasil belajar
a. Pengertian Hasil Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, maka pembelajaran itu bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Tujuan-tujuan belajar diusahakan untuk dicapai dalam proses atau kegiatan belajar pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan ketrampilan dan sikap siswa akibat dari hasil belajar yang telah dilakukan siswa (Arikunto, 2002: 132). Tujuan pembelajaran erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar merupakan refleksi dari tujuan belajar yang ditetapkan oleh guru dalam kurikulum yang dibuatnya.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku baik berupa perilaku baik berupa pengetahuan, keterampilan, atau sikap sebagai hasil dari proses belajar. Dalam pedoman pelaksanaan Kurikulum SMP/MTs (1995:69) disebutkan bahwa Pencapaian Hasil Belajar adalah informasi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan yang dicapai oleh siswa setelah berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu tertentu.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989:39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya. Hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan” (Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni “lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran” (Sudjana,2002:39). “Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimilikioleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi olehdua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengandemikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswaberkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalambentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaanpenilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapatdalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individuperubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004:22). Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu :
a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, (Nana Sudjana, 1989:111)
4. Metode Pembelajaran
Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu”methodo” yang berarti ”jalan”. Dengan demikian metode erat hubungannya dengan pemilihan jalan, arah atau pola dalam berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan tertentu ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan. Dengan demikan metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E. Kusmana, 2004:1).
Seperangkat pengetahuan dan pengalamannya mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. Usaha tersebut dimaksudkan agar anak didiknya memiliki kecakapan, pengetahuan, dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah yang disebut sebagai metode pembelajaran.
Sudjana (2001 : 8) berpendapat bahwa : “Metode pembelajaran dapat berarti upaya yang sistemik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antar kedua pihak yaitu antar peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan mengajar”
Pembelajaran di kelas akan tercapai dengan baik apabila kita mampu menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Penentuan metode pembelajaran adalah hal pertama yang harus dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik. Karena metode atau cara pendekatan yang dalam fungsinya yang merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jika pengetahuan tentang metode dapat diklasifikasikannya dengan tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan semakin efektif dan efisien.
Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai yang diharapkan atau dapat dikatakan tujuan telah tercapai, bila semakin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu semakin efektif pula metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya dan waktu minimum, semakin kecil tenaga, usaha, biaya dan waktu yang dikeluarkan maka semakin efisien metode tersebut.
Metode atau cara yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika materi yang diajarkan dirancang terlebih dahulu. Dengan kata lain bahwa untuk menerapkan suatu metode atau cara dalam pembelajaran matematika sebelum menyusun strategi belajar mengajar, dan akhirnya dapat dipilih alat peraga atau media pembelajaran sebagai pendukung materi pelajaran yang akan diajarkan.
5. Diskusi Kelompok
Metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilan. (Sumiati, 141, 2008). Tujuan dari metode diskusi adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau pandangan yang berbeda dan untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan. Pembelajaran diskusi kelompok adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja dalam kelompok yang mempunyai tanggung jawab individual maupun kelompok terhadap ketuntasan tugas-tugas. Pada pembelajaran diskusi kelompok, siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok diskusi dan tinggal bersama sebagai satu kelompok untuk beberapa minggu atau bulan. Mereka berlatih ketrampilan-ketrampilan untuk bekerja sama dengan baik, membantu teman dalam kelompoknya masing-masing (Suradi, 2004).
Menurut pendapat Mulyasa E (2008: 116-117), diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematik pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Pengertian lain metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran diman guru memberi kesempatan pada anak didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
Adapun ciri-ciri dari penggunaan model pembelajaran diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara diskusi kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
Diskusi kelompok dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Fida Rachmadiati: 2003: 7). Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Menyajikan informasi
Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok melakukan transisi secara efisien.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
e. Evaluasi Pada tahap ini pembelajaran
Diskusi kelompok meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang mereka pelajari.
f. Memberi penghargaan
Pada tahap akhir guru memberi penghargaan terhadap usaha-usaha dan hasil belajar kelompok maupun individu.
Pembelajaran diskusi kelompok memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama dalam tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2002:17). Setiap anggota kelompok bertanggung jawab tidak hanya untuk mempelajari konsep yang diajarkan, tetapi juga untuk bekerjasama dalam belajar. Keberhasilan individu dalam belajar diorientasikan oleh keberhasilan kelompok. Jadi sistem pengajaran diskusi kelompok bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini ada lima unsur pokok (Johnson&Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian kerjasama dan proses kelompok.
Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran diskusi kelompok adalah salah satunya. Di dalam pembelajaran ini, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan inkuiri Diskusi kelompok(pembelajaran Diskusi kelompok bercirikan penemuan), diskusi kelompok dan perencanaan kooperatif.
Dalam metode ini, siswa tergabung dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai enam anggota. Setelah memilih subtopik dari sebuah topik yang sedang dipelajari seluruh kelas, kelompok-kelompok itu memecahkan subtopik mereka. Setiap kelompok kemudian membuat presentasi/peragaan untuk mengkomunikasikan temuanya kepada seluruh kelas.
Guru yang menggunakan diskusi kelompok memiliki sedikitnya tiga tujuan, yaitu: (1). Diskusi Kelompok membantu siswa belajar bagaimana menyelidiki suatu topik secara sistematis dan analitis (proses inkuiri), (2). Pemahaman yang mendalam atas suatu materi, (3). Diskusi belajar bagaimana bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut Sharan dkk.(1984), terdapat enam tahapan Diskusi Kelompok yaitu sebagai berikut:
a. Pemilihan topik
Siswa memilih subtopik dari topik yang dipelajari, yang biasanya ditetapkan oleh guru. Dalam hal ini siswa memilih lembar kegiatan yang disediakan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi empat sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
b. Perencanaan Diskusi kelompok
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus tentang subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
c. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e. Presentasi hasil final
Beberapa kelompok menyajikan hasil penyelidikannya kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
f. Evaluasi
Siswa dan guru mengevaluasi tiap konstibusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
Menurut pendapat Mulyasa E (2008: 116-117), diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematik pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Pengertian lain metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran diman guru memberi kesempatan pada anak didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Guru harusnya memanfaatkan metode ini sebagai proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan dan bertukar informasi, saling mempertahankan pendapat dan memecahkan sebuah masalah tertentu agar menjadi masalah bersama dan tanggung jawab bersama pula. Dalam diskusi selalu ada suatu pokok yang akan dibicarakan. Dalam percakapan itu diharapkan para pembicara tidak menyimpang dari pokok pembicaraan. Dalam diskusi, semua anggota turut berpikir dan diperlukan disiplin yang ketat.
Skinner (dalam Raharjo, 1989 : 57) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau perilaku. Artinya pada saat orang belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut : kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajaran. Hopkins (1993:21) mengatakan bahwa “sekolah yang mendorong terjadinya inovasi pada diri para guru telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswanya”.
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam berinteraksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah (Mulyasa E, 2008: 89). Hal yang diperhatikan dalam membimbing diskusi kelompok adalah sebagai berikut (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi.
Kelemahan dan kelebihan metode diskusi secara terperinci sebagai berikut :
a. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan
b. Kesulitan dalam menyimpulkan sering menyebabkan tidak ada penyelesaian
c. Membutuhkan waktu cukup banyak
d. Siswa belajar bermusyawarah
e. Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing
f. Belajar menghargai orang lain
g. Mengembangkan cara ber pikir dan sikap ilmiah
Martinis Yamin (2007 : 158) mengemukakan pendapatnya bahwa metode diskusi kelompok merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Metode diskusi kelompok ini digunakan oleh guru, pelatih, dan instruktur bila;
a. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan,
b. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan studi khusus kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi,
c. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas,
d. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah,
e. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya,
f. Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu,
g. Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.
Metode diskusi ini tepat digunakan bila;
a. Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir prores belajar,
b. Pelajaran formal atau magang,
c. Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai siswa,
d. Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan,
e. Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi, dan kepribadian,
f. Menghadapi masalah secara berkelompok,
6. Manfaat Diskusi Kelompok
Metode diskusi berfungsi untuk merangsang siswa berpikir kritis, kreatif dan demokrasi untuk memecahkan masalah dengan multistrategi dimana harus memerlukan wawasan untuk mampu mencari jalan terbaik. Menurut Mulyasa, E (2008: 90) Melalui diskusi kelompok memungkinkan peserta didik untuk:
a. Berbagi informasi dan pemahaman dalam pemecahan suatu masalah.
b. Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam
c. pembelajaran.
d. Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
e. Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
f. Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan
g. bertanggung jawab.
Diskusi kelompok merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang paling sering digunakan. Diskusi kelompok memiliki karateristik antara lain:
a. Melibatkan sekitar 3 sampai 5 orang peserta dalam setiap kelompok.
b. Berlangsung secara informal, sehingga setiap anggota dapat
c. berkomunikasi langsung dengan anggota lain.
d. Memiliki tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok.
e. Berlangsung secara sistematis.
7. Langkah-langkah Diskusi
Untuk menyukseskan jalannya diskusi kelompok, terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin diskusi sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara (a) merumuskan tujuan diskusi secara jelas, (b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, (c) menandai hal-hal yang tidak relevan dengan topik diskusi (d) merangkum hasil pembicaraan.
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat melalui (a) menguraikan kembali dan merangkum pendapat peserta, (b) mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok tentang pendapat setiap anggota.
c. Menguraikan setiap gagasan anggota kelompok.
d. Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara: (a) mengajukan pertanyaan kunci yang menantang, (b) memberi contoh secara tepat, (c) menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, (d) memberikan waktu berfikir, (e) mendengarkan dengan penuh perhatian.
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, melalui (a) memancing pendapat peserta yang tidak berpartisipasi, (b) memberikan kesempatan pertama untuk peserta yang kurang berpartisipasi, (c) mencegah terjadinya monopoli pembicaraan, (d) mendorong peserta didik untuk mengomentari pendapat temannya, (e) meminta pendapat peserta didik ketika terjadi kebuntuan.
f. Menutup kegiatan diskusi dengan cara (a) merangkum hasil diskusi, (b) tindak lanjut, (c) menilai proses diskusi yang telah dilakukan Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru agar diskusi kelompok dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran adalah (a) topik yang sesuai, (b) pembentukan kelompok secara tepat, (c) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif.
Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif, perlu diperhatikan langkah-langkah berikut (Mulyasa E, 2008: 116-117):
a. Merumuskan tujuan dan masalah yang akan dijadikan topik diskusi.
b. Menyiapkan sarana dan prasarana, serta peranan peserta didik sesuai dengan diskusi yang akan dilakukan.
c. Memberi pengarahan kepada peserta didik secukupnya agar melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan diskusi.
d. Menciptakan suasana yang kondusif sehingga peserta didik dapat mengemukakan pendapat secara bebas untuk memecahkan masalah yang didiskusikan.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik secara merata agar diskusi tidak didominasi oleh beberapa orang saja.
f. Menyesuaikan penyelenggaraan diskusi dengan waktu yang tersedia.
g. Menyadari peranan guru sebagai fasilitator, pengawas, pembimbing, maupun sebagai evaluator jalannya diskusi.
h. Mengakhiri diskusi dengan mengambil kesimpulan dari hasil yag telah dibicarakan. Kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru.
B. Kerangka Pikir
Di lapangan penyajian materi matematika hampir selalu disajikan secara ceramah, dan berorientasi pada buku, Jadi siswa kurang aktif di kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi sangat membosankan, terhadap materi yang diajarkan, sehingga prestasi belajar pada mata pelajaran matematika masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Masalah tersebut dilatarbelakangi karena kurangnya alat peraga di sekolah atau media pembelajaran matematika. Kenyataan di lapangan walaupun ada alat peraga atau media pembelajaran matematika kurang dimanfaatkan atau mungkin kurang bisa menyajikan sehingga pembelajaran matematika kurang bermakna, atau bosan dan tidak menarik terutama di kelas VII.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi maka yang paling tepat untuk menjadi media pembelajaran adalah dengan menggunakan metode diskusi. Metode diskusi adalah metode yang menghadapkan siswa pada situasi. Permasalahan dan tujuan metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan karena pelaksanaan diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama sama.
Penggunaan metode yang bervariasi siswa dapat berinteraksi dan dapat mengerti penjelasan dari guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa, mempermudah siswa dalam memahami materi, dan diskusi kelompok siswa dituntut untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan materi pelajaran. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menjelaskan materi yang diajarkan serta menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru juga membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar, mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa dibantu untuk memcahkan merencanakan menyiapkan laporan dan berbagi tugas dengan temannya berdasarkan kegiatan yang dilakukan. Setelah itu dipresentasikan berdasarkan laporan yang telah dibuat. Dari presentasi tersebut, guru beserta siswa dapat melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kegiatan dan proses-proses yang telah dilakukan.
Dalam bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah diduga minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMPN ......................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 pada pembelajaran matematika materi himpunan akan meningkat setelah dalam pembelajaran menerapkan metode diskusi kelompok.